TINJAUAN PUSTAKA
Uraian tumbuhan meliputi daerah tumbuh, nama daerah, nama asing, morfologi
2.1.1 Habitat
berasal dari Hindia Barat tumbuh liar di pinggir saluran air atau sungai, serta tempat
nama daerah:
sampai ketinggian 1.100m dari permukaan laut. Terna tegak berbatang basah tumbuh
5
di tempat terbuka dengan tinggi dapat mencapai 50 cm, bercabang dari pangkal
batang, batangnya bulat, helaian daun berwarna hijau, bergerigi sampai melekuk,
merupakan daun tunggal, lebar daun 2 - 3 cm, panjang 5 - 15 cm, bunga tunggal,
tegak, bertangkai panjang, keluar dari ketiak daun, mahkota bunga menyerupai
bintang, berwarna putih, buah berbentuk lonceng,berwarna hijau dan merunduk, biji
bulat telur, berukuran kecil, berwarna putih, akar tanaman merupakan akar tunggang
(Nuraini, 2014).
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku : Campanulaceae
Marga : Hippobroma
2.1.7 Kegunaan
penyakit sebagai berikut: obat anti radang (Suparni, 2012), obat gangguan mata
6
seperti mata berair, mata plus, minus, katarak, glaukoma (Nuraini, 2014), epilepsi
2.2.1 Alkaloida
ditemukan di dalam dunia tumbuhan. Alkaloida tersebar luas dalam berbagai familia
tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen sehingga
bersifat basa dan pada sebagian besar alkaloida atom nitrogen ini merupakan bagian
dari cincin heterosiklik (Lenny, 2006). Menurut Harborne, alkaloida adalah senyawa
bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen yang terletak dalam
sistem siklik. Di samping itu alkaloida dapat didefinisikan sebagai suatu senyawa
yang mengandung nitrogen, dan bersifat basa, terdapat pada tumbuhan dalam jumlah
yang relatif kecil dan mempunyai aktivitas farmakologi. Selain unsur nitrogen,
Sifat alkaloida yang paling umum adalah bersifat basa, kebasaan dari
alkaloida ini bergantung pada ketersediaan pasangan elektron sunyi dari atom N
gugus fungsi yang berdekatan dengan nitrogen bersifat sebagai penolak elektron,
seperti gugus alkil, maka ketersediaan elektron disekitar nitrogen akan bertambah,
mengakibatkan alkaloida bersifat lebih basa, sebaliknya bila gugus fungsi yang
melekat pada nitrogen bersifat sebagai penarik elektron, seperti gugus karbonil maka
7
sehingga alkaloida dapat terurai oleh pengaruh oksigen, panas, cahaya dan terhadap
metode yang sesuai dipakai untuk isolasi. Penguraian alkaloida selama atau setelah
isolasi dapat menjadi masalah yang serius jika disimpan dalam waktu lama.
Pembentukan garam dengan asam organik seperti tartrat, sitrat atau asam anorganik
seperti asam klorida, asam sulfat dapat mengurangi penguraian alkaloida (Cordell,
1981). Fungsi alkaloida dalam tumbuhan belum diketahui secara pasti, kemungkinan
berfungsi sebagai penarik atau penghalau serangga, ataupun dapat bersifat sebagai
1. Alkaloida Sejati
Alkaloida ini dibentuk atau berasal dari asam amino yang umumnya
mempunyai unsur nitrogen yang terikat pada cincin heterosiklik dan kebanyakan
bersifat basa seperti vinkristin dan reserpin, kecuali kolkisin yang tidak mempunyai
2. Protoalkaloida
Alkaloida ini dibentuk dari asam amino, tetapi unsur nitrogennya tidak terikat
pada cincin heterosiklik dan bersifat basa. Contohnya meskalin dan efedrin.
3. Pseudoalkaloida
Alkaloid ini merupakan alkaloida bukan turunan asam amino, pada umumnya
mempunyai unsur nitrogen yang terikat pada cincin heterosiklik dan biasanya
bersifat basa. Alkaloida yang penting dari golongan ini adalah alkaloida golongan
adalah:
8
A. Non heterosiklik atau atipikal alkaloida, disebut juga protoalkaloida atau amin
Contohnya, golongan pirol yaitu stakidrin pada tumbuhan Stachys tuberifera dan
H
N
H
N
CH3
N
H2
C C CH3
9
2. Alkaloida golongan pirolizidin:
HO
OH
N
H
N
10
Gambar 2.9 Struktur nikotin
H2
C
N C CH3
H H2
5. Alkaloida isokuinolin:
11
H3CO
N
H3CO
OCH3
OCH3
Gambar 2.14 Struktur papaverin
NH
H
O
12
Gambar 2.18 Struktur kinin
H
N
13
N O OCH3
H3CO H
N
H H
O
OCH3
H
COOCH3 OCH3
OCH3
H
N
CH3
CH3
N O
N H
N
N
N
14
O
N
N
N
O N
H3C
CH3
N
CH3
CH3
HO
2.3 Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang
15
atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain. Diketahuinya senyawa aktif yang
dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan dalam pelarut dan cara ekstraksi
yang tepat, metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Depkes RI, 2000).
A. Cara dingin
1. Maserasi
2. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru
kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaban bahan, tahap perendaman
sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1 - 5 kali jumlah bahan yang diekstraksi.
B. Cara panas
1. Refluks
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu, jumlah pelarut terbatas yang relatif
2. Digesti
lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur
16
40-50oC.
3. Sokletasi
baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
4. Infundasi
5. Dekoktasi
basa, yang terdapat di dalam suatu sampel dapat diekstraksi menggunakan cara yang
telah disesuaikan. Golongan bahan alam yang diekstraksi dengan cara ini adalah
alkaloida, yang banyak terdapat dalam tumbuhan sebagai garam. Uraian mengenai
kering bahan tanaman dengan menggunakan amonia encer. Alkaloida akan terdapat
dalam bentuk basa bebas yang tak lagi berupa garam ionik dan lebih larut dalam
terjadinya partisi basa bebas ke dalam kloroform, lalu dapat dipisahkan dari lapisan
amonia encer dalam corong pemisah karena pelarut-pelarut ini membentuk lapisan
17
yang tak bercampur (immiscible).
dengan asam encer, misalnya diekstraksi tiga kali dengan asam klorida 2N dan
alkaloida ini akan pindah dari fase organik ke fase berair sebagai garam klorida.
Lapisan kloroform yang tersisa dapat diuji dengan reaksi warna khusus untuk
al.,2005).
Isolasi senyawa kimia dari bahan alam adalah suatu usaha untuk memisahkan
dari komponen-komponen senyawa di antara dua fase yaitu fase diam (dapat berupa
zat cair atau zat padat) dan fase gerak (dapat berupa gas atau zat cair). Fase gerak
membawa zat terlarut melalui media sehingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang
terelusi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media
pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase
diam dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam
dan fase gerak. Proses ini suatu lapisan cairan pada penyangga yang inert berfungsi
18
diam yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Fase diam berupa zat padat maka cara
tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, sedangkan yang berupa zat cair maka
dengan menggunakan salah satu dari lima teknik kromatografi atau gabungan teknik
kromatografi kertas (KKt), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas cair
(KGC), dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Pemilihan teknik kromatografi
bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisah (Harborne, 1987).
komponen atau analit yang terpisah dengan penyemprotan atau pewarnaan (Gandjar
Fase diam yang terdiri atas bahan berbutir-butir dilapiskan pada penyangga
berupa plat, gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah,
berupa larutan ditotolkan berupa bercak ataupun pita, setelah itu plat atau lapisan
dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang
Untuk senyawa tak berwarna cara yang paling sederhana adalah dilakukan
disinari dengan sinar ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang
19
panjang (366 nm). Senyawa tidak dapat dideteksi maka harus disemprot dengan
pereaksi yang membuat bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan,
kemudian bila perlu dengan pemanasan (Gritter, et al., 1991; Stahl, 1985).
2. Mencari sistem pelarut yang akan dipakai dalam kromatografi kolom (Gritter, et
Pada kromatografi lapis tipis pada fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri
bahan padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat
dari kaca atau logam. Lapisan fase diam melekat pada permukaan dengan bantuan
bahan pengikat. Beberapa contoh fase diam yang digunakan untuk pemisahan dalam
kromatografi lapis tipis yaitu silika gel, alumina, kieselguhr dan selulosa.
Kromatografi lapis tipis lapisan fase diam harus sesedikit mungkin mengandung air,
karena air akan menempati semua titik penyerapan sehingga tidak akan ada senyawa
yang melekat, maka sebelum digunakan plat kromatografi lapis tipis perlu diaktifkan
Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri dari satu atau campuran pelarut,
jika diperlukan sistem pelarut multi komponen, harus berupa suatu campuran
sistem fase diam atau penyerap dan fase gerak tertentu. Pemisahan pada KLT dapat
dimodifikasi dengan mengubah rasio distribusi komposisinya pada fase gerak dengan
20
memperhatikan polaritasnya (Gandjar dan Rohman, 2012).
Hal ini sepasang pelarut atau lebih yang dapat saling melarutkan akan
memisah menjadi menjadi dua lapisan. Hal ini lazim terjadi pada dua pelarut yang
berbentuk bulan setengah, bukan bentuk yang bundar atau lonjong ((Gritter, et al.,
1991).
c. Harga Rf
Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat
bercak. Harga Rf berada antara 0,00 – 1,00. Harga Rf ini sangat berguna untuk
(Sastrohamidjojo, 1985):
b. bersifat penyerap
f. teknik percobaan
21
g. jumlah cuplikan yang digunakan
h. suhu
i. kesetimbangan
Metode pemisahan senyawa bahan alam yang memakai peralatan yang paling
dasar merupakan kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif. Ketebalan penyerap yang
atau 20 x 40 cm. Ketebalan lapisan yang terbatas dan ukuran plat sudah tentu
mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLT preparatif. KLT
preparatif dapat memisahkan bahan alam dalam jumlah gram, sebagian besar
pemakaian hanya dalam jumlah milligram. Penjerap yang paling umum digunakan
adalah silika gel dan dipakai untuk pemisahan senyawa lipofil maupun campuran
pelarut. Cuplikan ditotolkan berupa pita dengan lebar pita sesempit mungkin karena
pemisahan tergantung pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan pipet tetapi
lebih baik dengan penotol otomatis. Pengembangan plat KLT preparatif dilakukan
dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa plat. Bejana dijaga tetap jenuh
dengan uap pelarut pengembang dengan bantuan kertas saring yang tercelup ke
fluorosensi yang membantu mendeteksi letak pita hasil pemisahan yang menyerap
sinar ultraviolet. Mendeteksi senyawa yang tidak menyerap dari sinar ada beberapa
22
a. menyemprot dengan air (misalnya saponin).
b. menutup plat dengan sepotong kaca,lalu menyemprot salah satu sisi menggunakan
pereaksi semprot.
KLT dua arah atau KLT dua dimensi ini bertujuan untuk meningkatkan
yang hampir sama, karena nilai Rf juga hampir sama. Dua sistem fase gerak yang
berbeda dapat digunakan secara berurutan pada suatu campuran tertentu sehingga
polaritas yang hampir sama maka KLT dua dimensi dapat dipakai untuk memeriksa
kemurnian isolat. KLT dua dimensi dilakukan dengan melakukan penotolan sampel
di salah satu sudut lapisan lempeng tipis dan mengembangkannya sebagaimana biasa
chamber pengembang dan fase gerak dibiarkan menguap dari lempeng. Lempeng
pengembangan dapat terjadi pada arah kedua yang tegak lurus dengan arah
2.6 Spektrofotometri
2.6.1 Spektrofotometri sinar ultraviolet
antara panjang gelombang atau frekuensi sinar UV terhadap intensitas serapan. Sinar
ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200 - 400 nm. Serapan cahaya oleh
23
molekul dalam daerah spektrum ultraviolet sangat tergantung pada struktur
obat ke level energi yang lebih tinggi. Transisi ini terjadi dari tingkat elektronik dasar
suatu molekul ke salah satu level dalam keadaan elektronik tereksitasi (Gandjar dan
Rohman, 2012). Tipe eksitasi tergantung pada panjang gelombang yang diserap
cahaya. Gugus yang dapat mengabsorpsi cahaya sinar ultraviolet disebut gugus
etanol 95% karena kebanyakan golongan senyawa larut dalam pelarut tersebut dan
etanol tidak menyerap sinar UV. Pelarut lain yang digunakan adalah air, metanol,
n-heksana, eter minyak bumi dan eter. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa
Harborne, 1987).
1. menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan ausokrom dari
(Dachriyanus, 2004).
24
Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya
inframerah tengah (mid-infrared) yaitu pada panjang gelombang 2.5 - 50 𝜇𝜇m atau
bilangan gelombang 4000 - 200 cm-1. Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan
menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorpsi sinar inframerah
sangat khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi
(Dachriyanus, 2004).
Hanya frekuensi (energi) dari radiasi inframerah tertentu yang dapat diserap
oleh suatu molekul. Agar molekul dapat menyerap radiasi inframerah, maka molekul
harus mempunyai gambaran, yakni momen dipol pada molekul harus berubah selama
dan spektrum radio, yakni antara bilangan gelombang 4000 - 400 cm-1. Penggunaan
artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda pula
(Noerdin, 1985).
ditujukan pada penentuan ada atau tidaknya gugus fungsional utama seperti C=O, O-
H, N-H, C-O, C=C, C≡C, C=N, C≡N, dan NO2. Langkah-langkah yang dilakukan
1. Gugus karbonil
Gugus C=O memberikan puncak yang kuat pada daerah 1820-1660 cm-1.
2. Bila gugus C=O ada, periksalah gugus-gugus berikut ( jika C=O tidak ada maka
25
langsung ke nomor 3).
2500 cm-1.
Amida : lihat gugus N-H, merupakan serapan medium di daerah 3500 cm-1,
Ester : lihat gugus C-O, merupakan serapan medium di daerah 1300- 1000
cm-1.
Anhidrida : mempunyai dua serapan C=O di daerah 1810 dan 1760 cm-1.
Aldehida : lihat gugus C-H, merupakan dua serapan lemah di daerah 2850
Alkohol atau fenol : lihat gugus O-H, serapan melebar di daerah 3600-3300
1000 cm-1.
3500 cm-1.
Eter : lihat gugus C-O (dan tidak adanya O-H), yaitu serapan
− Serapan medium sampai kuat pada daerah 1650-1450 cm-1 menunjukkan dari
26
− cocokkan kemungkinan di atas dengan memperhatikan serapan pada daerah
C-H aromatik di sebelah kiri 3000 cm-1, sedangkan C-H alifatis terjadi di
− Serapan medium dan tajam dari C≡N di daerah bilangan gelombang 2250
cm-1.
− Serapan medium dan tajam dari C≡C di daerah bilangan gelombang 2150
cm-1.
6. Gugus nitro
− Dua serapan yang kuat di daerah 1600-1500 cm-1 dan 1390-1300 cm-1.
7. Hidrokarbon
− Serapan yang sangat sederhana di daerah 1450 cm-1 (CH2) dan 1375 cm-1
(CH3).
27