Judul Karya
B. Latar Belakang
Timbangan atau neraca adalah alat ukur yang dipergunakan untuk
mengukur berat atau masa sebuah benda. Timbangan atau neraca dalam mitologi
Yunani merupakan benda yang di bawa oleh Themis. Themis digambarkan sebagai
perempuan cantik yang membawa seperangkat timbangan yang digunakan untuk
menimbang kebaikan dan keburukan seseorang sebagai alat ukur dari keadilan itu
sendiri.
Dewasa ini, banyak sekali terjadi ketidakadilan dalam penegakan hukum.
Walaupun sama-sama melakukan sebuah pelanggaran, apabila pemberian hukuman
yang tidakadil maka akan terjadi sebuah ketimpangan dan krisi kepercayaan akan
keadilan hukum seiring berkembangnya kasus-kasus pelanggaran yang sifatnya
kecil / ringan yang dilakukan oleh rakyat kecil hingga mendapatkan tekanan hukum
yang sangat kuat, akan tetapi tekanan hukum yang sangat lemah untuk kasus-kasus
besar yang dilakukan oleh kalangan elit yang berpotensi merugikan Negara.
Menurut beberapa artikel yang ditulis oleh Deni Septa dan Ashinta Sekar
Bidari,SH,MH menyebutkan beberapa kasus yang mengalami ketidak adilan
penegakan hukum seperti kasus pencurian sandal yang dilakukan oleh Al dan Kasus
Nenek Minah dengan tuduhan mencuri buah kakao sebanyak 3 buah milik
perkebunan PT Sari Antan 4. Berbeda halnya dengan kasus-kasus besar yang
mendapat hukuman sangat ringan dan mendapatkan keistimewaan seperti pada
kasus Gayus Tambunan, dia tertangkap kamera sedang menonton tenis di Pulau
Bali, padahal seharusnya dia dikurung untuk mempertanggung jawabkan
perbuatannya yang telah merugikan negara. Kemudian kasus penabrakan pejalan
kaki di trotoar oleh pengemudi mobil Daihatsu Xenia bernama Aftriani Susanti.
Penyebab penabrakan tersebut diketahui bahwa sang pengemudi berada dalam
pengaruh alkohol dan sabu-sabu yang hanya dikenakan vonis 6 tahun penjara,
padahal kesalahannya berlipat ganda. Fenomena-fenomena diatas merupakan
cerminan ketidakadilan penegakan hukum di Indonesia yang dapat mengakibatkan
hilangnya kepercayaan masyarakat kepada aparat penegak hukum.
Dari fenomena-fenomena ketidak adilan penegakan hukum yang terjadi,
penata tertarik untuk menjadikan timbangan sebagai sumber kreatif dalam membuat
sebuah karya.
Penata tertarik untuk mewujudkan karya tarinya dalam bentuk tari
Kontemporer. Penata tertarik membuat karya dalam bentuk tari kontemporer karena
ingin lebih mengembangkan dasar-dasar tari yang sudah di dapat selama belajar
menari dari kelas tiga SD hingga meninjak bangku kuliah. Penata pertama kali ikut
mendukung karya kontemporer ketika acara Artgustus yang diselenggarakan oleh
Himpunan Mahasiswa Jurusan Tari Institut Seni Indonesia Denpasar pada bulan
Agustus 2016. Pada saat itu penata mulai tertarik dengan tari kontemporer yang
menurutnya sebuah hal baru yang diterima setelah sekian lama belajar menari.
Semenjak saat itu penata lebih tertarik untuk melatih kualitas ketubuhannya agar
mampu bergerak dengan baik.
Sebagai seorang penari harus menggunakan tubuh sebagai media untuk
berekspresi maupun dalam menghayati atau merasakan apa yang terjadi di
sekeliling kita. Oleh karena itu harus mengenal kemampuan, kelebihan dan
kekurangan tubuh kita untuk kemudian melatihnya agar jangkauan geraknya dapat
lebih luas (Murgiyanto, 1992.24). Penata sangat tertarik mewujudkan gagasannya
kedalam bentuk tari kontemporer yang hanya mengandalkan tubuh sebagai media
pengungkapannya tanpa menggunakan properti tambahan. Dari sumber kreatif
yang sudah dipaparkan sebelumnya penata tertarik untuk mengangkat
ketidakseimbangan yang terjadi pada sebuah neraca atau timbangan, dengan
melakukan eksplorasi dengan berat, tekanan, jatuhan serta gesekan.
C. Ide Garapan
D. Rumusan Konsep Garapan
Tema
Bentuk
Gender
Struktur
Iringan
Tatarias dan Busana
Gerak
E. Tujuan Garapan
F. Manfaat Garapan
G. Ruang Lingkup
H. Kajuan Sumber
I. Jadwal Pelaksanaan
J. Daftar Sumber