Anda di halaman 1dari 3

10 BECOME GREAT LEADERSHIP

Seseorang yang berkarier, pasti menginginkan kedudukan. Kalau bisa, mencapai


kedudukan setinggi mungkin. Sehingga tidak selamanya menjadi bawahan, yang selalu
diperintah atasan. Dengan menduduki jabatan tertentu, misalnya direktur ataupun
supervisor, prestisenya naik dan mendapat penghargaan dari lingkungan kerja maupun
keluarga.

Akan tetapi, ada juga orang yang dalam kariernya belum siap menduduki jabatan
tertentu yang dipercayakan kepadanya. Sehingga ketika dipromosikan memangku
jabatan baru, misalnya menjadi direktur keuangan atau supervisor pemasaran, ia
gelagapan. Segudang pertanyaan muncul dalam benaknya: „Mampukah saya?‟ „Apakah
pimpinan sudah pas memilih saya?‟ „Bagaimana dengan rekan-rekan kerja, apakah
mendukung saya, apakah mereka tidak menaruh dendam yang bisa membuat saya
jatuh?‟

Bila Anda termasuk orang yang sebenarnya mendapat kepercayaan dari atasan, tetapi
masih ragu dan tidak enak hati menjalankannya, apa yang sebaiknya Anda lakukan?
Cobalah untuk sejenak melihat tips berikut.

1. Bersyukur

Pertama kali yang bisa Anda lakukan adalah mengucap syukur kepada Tuhan. Sebab
karya Anda diberkati. Karier Anda meningkat, dan kesejahteraan Anda dan keluarga
pun meningkat. Ucapkan terima kasih pula kepada atasan Anda, karena dia telah
mempercayai Anda menduduki suatu jabatan penting.

2. Percaya Diri

Atasan menunjuk Anda menduduki suatu jabatan tertentu, pasti tidak sembarang pilih.
Ia tentu sudah mempertimbangkan jauh-jauh hari, mengevaluasi kinerja Anda dan
membandingkan prestasi Anda dengan rekan kerja Anda. Jadi, bila kesimpulan jatuh
kepada Anda, tentu itu adalah keputusan yang sudah masak dan penuh perhitungan.
Untuk itu, pede aja, deh, menerima tugas baru tersebut.

3. Pelajari Tugas Baru

Meskipun Anda mendapat petunjuk dari atasan, jangan segan-segan mempelajari


semua aspek yang terkait dengan tugas baru Anda. Salah satu aspek yang bisa Anda
pelajari adalah memahami job description-nya. Anda jangan sampai tidak
memahaminya, karena bila suatu saat terbentur kesulitan, Anda bisa cepat mengambil
keputusan tanpa bertentangan dengan petunjuk kerja tersebut. Selain mendalami
petunjuk kerja, Anda juga jangan malu-malu bertanya kepada rekan kerja yang pernah
menduduki jabatan tersebut.
4. Siapkan Mental

Keraguan Anda dan “kegugupan” dalam mengemban tugas baru, jangan dibiarkan
berlama-lama. Segera siapkan mental dan mulai berbenah diri. Tanpa persiapan
mental, Anda bisa salah mengambil langkah pertama. Padahal, langkah awal biasanya
menjadi penentu keberhasilan Anda di kemudian hari. Dan, jangan bermental lembek,
takut mengambil risiko, dan … jangan takut gagal.

5. Atur Penampilan

Sebagai atasan baru, yang tentu saja setiap saat berhadapan dengan anak buah,
jangan sekali-kali mengabaikan penampilan. Mungkin Anda kali ini harus berpakaian
necis, berdasi, sepatu lebih mengkilat. Padahal sebelumnya, Anda tidak berpakaian
seperti itu. Perubahan penampilan, bila itu harus dilakukan, … lakukanlah dengan
segera. Mungkin pertama kali Anda canggung, tapi yakinlah, lama-kelamaan Anda
terbiasa. Bahkan mungkin, Anda menjadi lebih enak berpenampilan seperti itu.

6. Susun Rencana Kerja

Sebagai supervisor ataupun direktur yang baru, misalnya, Anda diharuskan memiliki
rencana atau program kerja. Tuliskan rencana kerja Anda secara rapi, sistematis, dan
mudah dipahami bawahan. Perlu juga rencana Anda tersebut didiskusikan dengan
bawahan, untuk menjaring masukan. Setelah matang, barulah Anda menghadap atasan
atau dewan direksi, melaporkan rencana yang telah tersusun matang tersebut.

7. Koordinasi

Anda tidak akan lancar dalam bekerja kalau tidak memiliki kemampuan
mengoordinasikan bawahan. Dalam koordinasi ini, usahakan ada dua pendekatan yang
Anda kuasai, (1) pendekatan komunikatif dan (2) pendekatan profesional. Pendekatan
komunikatif “memaksa” Anda mengedepankan komunikasi dua arah --- antara Anda
dan bawahan. Tanpa komunikasi yang baik, koordinasi tidak akan berhasil. Sedangkan
pendekatan profesional, mengajak Anda untuk bekerja sesuai dengan tugas masing-
masing. Anda mengerjakan tugas Anda, sementara bawahan juga wajib menyelesaikan
pekerjaan yang diberikan kepada mereka. Dalam pendekatan profesional ini, celah
sentimen pribadi harus dihilangkan. Misalnya Anda menjumpai bawahan melakukan
kesalahan, Anda wajib menegur, tanpa menyimpan kemarahan yang berlebihan.

8. Bersikap Tegas

Tidak mustahil bawahan Anda, yang sebelumnya satu level dengan Anda, bekerja asal-
asalan untuk menjatuhkan Anda. Kadang-kadang, dengan sengaja memberikan laporan
yang kurang akurat, “tipu-tipu dikitlah”, istilahnya. Menghadapi bawahan yang “agak
bandel”, Anda sebaiknya bersikap tegas. Sehingga bawahan yang bekerja dengan baik,
juga akan menghargai Anda karena berani memberi sanksi kepada bawahan yang
melakukan kesalahan. Jangan bikin bawahan yang lain geregetan karena Anda tidak
berani mengambil sikap tegas.

9. Tepat Waktu

Sebagai pimpinan baru yang “mengomandani” anak buah, berusahalah tepat waktu
dalam setiap hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Misalnya, agendakan rapat
tepat waktu, jangan Anda yang malah sering molor atau terlambat. Atur pula misalnya,
kapan selesainya suatu pekerjaan, agar tidak terjadi keterlambatan yang akhirnya
merugikan perusahaan dan diri Anda sebagai pimpinan.

10. Jangan Sering Mengeluh

Sebagai atasan baru, tentu Anda akan berbenturan dengan tantangan baru. Biasanya,
tidak semua tantangan mudah ditaklukkan. Tidak semua pekerjaan bisa dengan mudah
dikerjakan. Tidak semua persoalan dengan atasan puncak maupun bawahan dapat
cepat diselesaikan. Melihat kondisi seperti ini, usahakan sekuat tenaga untuk tidak…
mengeluh! Apalagi mengeluh di depan bawahan. Sulit, memang. Tapi, sebagai orang
yang dipercaya mengelola pekerjaan dan sumber daya manusia – meskipun dalam
jumlah yang kecil – Anda tetap harus berusaha.

***

Setiap saat, evaluasilah diri Anda. Milikilah waktu-waktu tertentu untuk mengevaluasi
diri. Bila perlu buat catatan untuk diri sendiri, “apa yang telah saya lakukan hari ini? Ada
perkembangankah dibandingkan hari kemarin?” Dan melalui jalur formal, evaluasi diri
Anda sendiri melalui mekanisme rapat atau diskusi, untuk mendengarkan kritik dan
masukan dari rekan kerja atau bawahan.

Apa pun caranya, evaluasi diri itu penting. Orang yang tidak mau mengevaluasi diri
sendiri, niscaya tidak akan menemukan motivasi yang bermanfaat bagi perusahaan dan
diri sendiri. Dan, dengan mental baja yang telah Anda miliki, Anda pun tidak akan kaget
bila dalam proses evaluasi tersebut ada hal-hal yang menyakitkan. Sebab layaknya
obat, pahit rasanya tapi bisa menyembuhkan. Begitulah kadang yang Anda alami ketika
mengevaluasi diri sendiri. Kadang pahit, menyakitkan, tapi sangat besar artinya bagi
kemajuan karier Anda.

Anda mungkin juga menyukai