Anda di halaman 1dari 80

Asuhan Pasien Terintegrasi,

Peningkatan Mutu dan


Keselamatan Pasien

Disampaikan oleh:
ADJI PRAYITNO
PIOLK-FF UBAYA
Pokok Bahasan
1. Pengantar
2. Asuhan Pasien Terintegrasi
3. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
4. Penutup
1. Pengantar
Standar
Pelayanan
Berfokus Pasien

Standar
Manajemen
RS

Lumenta, Asuhan Pasien 4.0


UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2014
TENTANG
TENAGA KESEHATAN

Bagian Kedua
Kewenangan
Pasal 62
(1) Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik harus dilakukan sesuai dengan
kewenangan yang didasarkan pada Kompetensi yang dimilikinya.
(2) Jenis Tenaga Kesehatan tertentu yang memiliki lebih dari satu jenjang pendidikan
memiliki kewenangan profesi sesuai dengan Iingkup dan tingkat Kompetensi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) diatur dengan Peraturan Menteri.
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2014
TENTANG
TENAGA KESEHATAN

Pasal 62
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kewenangan berdasarkan Kompetensi" adalah
kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan secara mandiri
sesuai dengan Iingkup dan tingkat kompetensinya, antara lain:
a. apoteker memiliki kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian;
BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN

Pasal 57
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak:

a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan


Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari Penerima Pelayanan Kesehatan
atau keluarganya;
c. menerima imbalan jasa;
d. memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai nilai agama;
e. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya;
BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN

Pasal 57
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak:

f. menolak keinginan Penerima Pelayanan Kesehatan atau pihak lain yang bertentangan
dengan Standar Profesi, kode etik, standar pelayanan, Standar Prosedur Operasional,
atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
g. memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN

Pasal 58
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:

a. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar


Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta
kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;
b. memperoleh persetujuan dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau keluarganya
atas tindakan yang akan diberikan;
c. menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;
d. membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan,
asuhan, dan tindakan yang dilakukan; dan
e. merujuk Penerima Pelayanan Kesehatan ke Tenaga Kesehatan lain yang
mempunyai Kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG
KESEHATAN

Pasal 108
(1) Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG
KESEHATAN

Pasal 108
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tenaga kesehatan” dalam ketentuan ini
adalah tenaga kefarmasian sesuai dengan keahlian dan
kewenangannya. Dalam hal tidak ada tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan tertentu dapat melakukan praktik kefarmasian secara
terbatas, misalnya antara lain dokter dan/atau dokter gigi, bidan,
dan perawat, yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG
KESEHATAN

Pasal 198
Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
108 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2004
TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN
Pasal 35
(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang
melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri
atas:
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang;
d. menegakkan diagnosis;
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
g. menulis resep obat dan alat kesehatan;
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kewenangan lainnya diatur dengan
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2004
TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN

Pasal 78
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara
lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau
dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat
tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 38 TAHUN 2014
TENTANG
KEPERAWATAN
Pasal 30
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan perorangan,
Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenaga medis atau obat
bebas dan obat bebas terbatas.
PRAKTIK KEFARMASIAN

PEMBUATAN SEDIAAN FARMASI


1. Pembuatan
2. Pengendalian Mutu PENGELOLAAN OBAT
3. Pengamanan DAN BMHP
4. Pengadaan
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian

PELAYANAN
KEFARMASIAN
PASIEN
PELAYANAN OBAT ATAS RESEP
DOKTER

PELAYANAN
FARMASI KLINIS
PELAYANAN INFORMASI OBAT

PENGEMBANGAN OBAT, BAHAN


OBAT DAN OBAT TRADISIONAL

UU No. 36 Tahun 2009 ps 108 ayat (1)


2. Asuhan Pasien Terintegrasi
1. Konsep yg mendasari Standar Asuhan Pasien Terintegrasi
yg memenuhi SNARS adalah Patient Centred Care.

2. Salah satu pintu masuk adalah BPIS,


Bila Pasien Itu Saya.
Lumenta, Asuhan Pasien 4.0
Lumenta, Asuhan Pasien 4.0
Perspektif PPA vs Perspektif Pasien

Lumenta, Asuhan Pasien 4.0


Lumenta, Asuhan Pasien 4.0
Lumenta, Asuhan Pasien 4.0
Lumenta, Asuhan Pasien 4.0
Lumenta, Asuhan Pasien 4.0
Lumenta, Asuhan Pasien 4.0
Lumenta, Asuhan Pasien 4.0
3. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
SLIDE dr Luwiharsih
Luwiharsih, OVERVIEW PMKP
SNARS EDISI 1
4. PENUTUP
Kesimpulan
1. Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik harus dilakukan
sesuai dengan kewenangan yang didasarkan pada Kompetensi yang
dimilikinya.
2. Konsep yg mendasari Standar Asuhan Pasien Terintegrasi adalah
Patient Centred Care. Salah satu pintu masuk adalah BPIS, Bila
Pasien Itu Saya.
3. PMKP ditujukan untuk meningkatkan mutu secara keseluruhan dng
terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien & staf baik
dalam proses klinis maupun lingkungan fisik .
REFERENSI

1. SNARS Edisi 1, 2018


2. UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
3. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
5. UU No. 38 Tahun 2014 tentang Praktik Keperawatan
6. Nico A. Lumenta, Asuhan Pasien 4.0 dalam SNARS Ed. 1 (slide ppt)
7. Luwiharsih, Overview PMKP SNARS Edisi 1, Feb 2019 (slide ppt)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai