MATERIAL] KELOMPOK 12
BAB I
KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(SNI 03-1971-1990)
4. Oven
1.4.2 Bahan
1. Agregat Halus (Pasir)
2. Air
2. Selanjutnya Timbang agregat halus seberat 100 gr, setelah itu catat hasilnya.
3. Masukan air setinggi 12 cm kedalam gelas ukur yang telah terisi agregat halus.
4. Pindahkan agregat kedalam gelas ukur, lalu cuci sebanyak 3x pengulangan dengan
air 1000 ml.
8. Kemudian masukan agregat tersebut kedalam oven dengan suhu 110oc ± 5selama 1
x 24jam.
W5 = W4 –W1
Keterangan :
W1 = berat talam
𝑊3−𝑊5
Kadar lumpur dalam pasir = 𝑋100%, dalam satuan %
𝑊5
415−380
= 𝑋100%,
380
35
= 38 𝑋10
= 9,21 %
Dimana :
W3 = Berat pasir + talam (gr)
W5 = Berat pasir + setelah dioven (gr)
1.10 KESIMPULAN
BAB II
(SNI 03-1971-1990)
Kadar air yang dikandung agregat dapat mempengaruhi kuat tekan beton atau
dengan kata lain faktor air semen (fas) dapat mempengaruhi kuat tekan beton. Dalam
rancangan campuran beton kondisi agregat dianggap dalam keadaan kering permukaan
atau jenuh (saturated surface dry condition/SSD) oleh karena itu kadar air agregat
harus diperikasa sebelum dipergunakan. Jika agregatnya tidak jenuh air, maka agregat
akan menyerap air campuran beton yang menyebabkan kurangnya air untuk proses
pengerasan. Dengan mengetahui kadar air dari agregat dapat ditaksir/diperhitungkan
untuk penambahan maupun pengurangan air dalam suatu campuran beton.
4. Kain Lap
2.4.2 Bahan
1. Air
2. Agregat Kasar
3. Agregat halus
5. Setelah itu timbang agregat dan talam yang sudah dicuci, dan catatlah
beratnya (W3 = W2 – W1).
3. Setelah itu oven dengan suhu 110o ± 5 selama 1 x 24jam dan sampai
beratnya tetap.
Keterangan :
𝑊3−𝑊5
Kadar air agregat = × 100%
𝑊5
3099−2987
= × 100%
2987
= 3,74 %
1154−1131
= 1131
× 100%
= 2,03 %
2.10 KESIMPULAN
Kadar air pada agregat sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang terkandung
dalam agregat. Semakin besar selisih antar berat agregat semula dengan berat
agregat setelah kering dioven maka semakin banyak pula air yang dikandung oleh
agregat tersebut dan sebaliknya. Karena besar kecilnya kadar air berbanding lurus
dengan jumlah air yang terkandung dalam agregat maka semakin besar pula kadar
ir agregat itu dan sebaliknya.
Peraturan persyaratan yang digunakan dalam “America Society for Testing
and Materials”, yaitu 0.2% - 4.0 % (ASTM C70).
Dari praktikum yang telah dilakukan maka ditarik kesimpulan bahwa kadar
air agregat kasar dengan cara pengeringan selama 24 jam menghasilkan kadar air
kasar sebesar 3,74 % sedangkan kadar air agregat halus 2,03 % dan masih sesuai
dengan syarat yang ditetapkan.
https://www.scribd.com/document/356683327/SNI-1971-2011-Cara-Uji-Kadar-
Air-Total-Agregat-Dengan-Pengeringan
http://helm-proyeku.blogspot.com/2018/01/contoh-laporanprosedur-
pemeriksaan_22.html?m=1
https://www.scribd.com/document/356683327/SNI-1971-2011-Cara-Uji-Kadar-
Air-Total-Agregat-Dengan-Pengeringan
BAB III
(SNI 03-1969-1990)
3.1.1 Dapat mengetahui dan melakukan pengujian berat jenis dan penyerapan air jenis
dan penyerapan air dalam kaitan penggunaanya untuk bahan campuran beton
semen.
Berat jenis merupakan nilai perbandingan antara massa dan volume dari suatu
agregat. Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu bahan untuk
menyerap air. Jumlah rongga atau pori yang didapat pada agregat disebut porositas.
Berat jenis agregat digunakan dalam perencanaan campuran aspal dengan agregat,
campuran ini berdasarkan perbandingan berat karena lebih teliti dibandingkan dengan
perbandingan volume dan juga untuk menentukan banyaknya pori agregat. Berat jenis
yang kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat sama akan
dibutuhkan aspal yang banyak dan sebaliknya.
Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah aspal yang lebih
banyak karena banyak aspal yang terserap akan mengakibatkan aspal menjadi lebih
tipis.Penentuan banyak pori ditentukan berdasarkan air yang dapat terarbsorbsi oleh
agregat. Nilai penyerapan adalah perubahan berat agregat karena penyerapan air oleh
pori-pori dengan agregat pada kondisi kering.
4. Keranjang kawat
2. Piknometer
3.4.3 Bahan
1.Agregat Kasar (kerikil)
2.Air
1.Pertama siapkan alat dan bahan, setelah itu timbang talam dan catatlah berat
talam.
2.Kemudian timbang agregat kasar seberat 5000 gr dan talam, setelah itu catat
hasilnya.
3.5.2Agregat halus
1.Pertama siapkan alat dan bahan , setelah itu timbang talam dan catatlah berat
talam
8.Masukkan talam yang berisi air dan pasir tadi ke dalam oven dengan
suhu 110 ℃ selama 24 jam.
3.6 RUMUS
3.6.1 agregat kasar
𝐵𝑘
a. Berat jenis semu : 𝐵𝑗−𝑏𝑎
𝐵𝑗−𝐵𝑘
b. Penyerapan air : × 100%
𝐵𝑘
𝐵𝐽
c. Berat jenis kering permukaan jenuh : 𝐵𝑗−𝐵𝑎
𝐵𝑘
d. Berat jenis kering : 𝐵𝑘−𝐵𝑎
Keterangan :
Bk : Berat benda uji setelah dioven.
Ba : Berat agregat dalam air.
BJ : Berat benda uji dalam kering.
𝐵𝐽−𝐵𝑘
b. Penyerapan air : × 100%
𝐵𝑘
𝐵𝑗
c. Berat jenis kering permukaan jenuh : 𝐵+𝐵𝑗−𝐵𝑡
𝐵𝑘
d. Berat jenis semu : 𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡
Keterangan :
Bk : Berat benda uji setelah dioven.
B : Berat piknometer.
Bt : Berat piknometer + air.
BJ : Berat benda uji dalam kering.
3151
: 1482
: 2,13
𝐵𝑗−𝐵𝑘
b. Penyerapan air : × 100%
𝐵𝑘
5000−3151
: × 100%
3151
1849
: 3151 × 100%
: 58,68 %
𝐵𝐽
c. Berat jenis kering permukaan jenuh : 𝐵𝑗−𝐵𝑎
5000
: 5000−3518
5000
: 1482
: 3,37
𝐵𝑘
d. Berat jenis kering : 𝐵𝑘−𝐵𝑎
3151
: 3151−3518
3151
: 367
: 8,59
𝐵𝐾
a. Berat jenis kering : 𝐵+𝐵𝐽−𝐵𝑡
438
: 711 +500 −998
438
: 213
: 2,06
𝐵𝐽−𝐵𝑘
b. Penyerapan air : × 100
𝐵𝑘
500−438
: × 100
438
62
: 438 × 100
: 14,15 %
𝐵𝐽
c. Berat jenis kering permukaan jenuh : 𝐵+𝐵𝐽−𝐵𝑡
500
: 711+500−998
500
: 213
: 2,4 cm³
𝐵𝑘
d. Berat jenis semu : 𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡
438
: 711+438−998
438
: 151
: 2,9 cm³
Penyerapan 58,68
Penyerapan 14,15%
3.10 KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil praktikum pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
halus, diperoleh berat jenis semu sebesar 2,9 gr/cm3, berat jenis permukaan jenuh
sebesar 2,4 gr/cm3, berat jenis kering sebesar 2,06 gr/cm3 dan penyerapan sebesar
14,15%. Sesuai dengan ketentuan SNI 03-1969-1990 agregat halus untuk
penggunaan beton yaitu berat jenis yang diisyaratkan adalah berkisar 2,4 gr/cm3 – 2,7
gr/cm3 dan nilai penyerapan tidak lebih dari 5%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa berat jenis permukaan jenuh dan berat jenis kering agregat halus masih
memenuhi standar sedangkan untuk berat jenis semu dan penyerapan agregat
halusnya tidak memenuhi standar, karena besarnya melebihi batas maksimum.
Sedangkan untuk agregat kasar berdasarkan hasil praktikum diperoleh berat jenis
semu sebesar 8,59 gr/cm3, berat jenis permukaan jenuh sebesar 3.37 gr/cm3, berat
jenis kering sebesar 2,13 gr/cm3 dan penyerapan sebesar 58,68%. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa agegat kasar yang diuji tidak memenuhi standar pengujian
Dikarenakan bahan material yang tidak baik maupun kesalahan saat melakukan
pengujian (human error).
BAB IV
SNI (03-6821-2002)
1.Penumbuk
3.Jangka Sorong
5.Timbangan
4.4.2 Bahan
1.Agregat Kasar
2.Agregat Halus
2. Lalu masukan agregat kasar sebanyak 1/3 dari wadah, dan tumbuk agregat
dengan penumbuk sebanyak 25 kali. Ulangi langkah tersebut sampai wadah
penuh 2/3 dan 3/3.
3. Setelah itu timbang wadah dan agregat kasar, kemudian catat hasilnya.
2.Masukan agregat halus kedalam wadah sebanyak 1/3 tabung, lalu tumbuk
agregat halus dengan penumbuk sebanyak 25 kali. Ulangi langkah tesebut
sampai wadah penuh 2/3 dan 3/3.
W3
Berat isi agregat = gr/cm3
V
Keterangan :
W1 : berat wadah ( gr )
W2 : berat wadah + agregat (gr)
W3 : berat agregat ( gr )
t : tinggi wadah ( cm )
d : diameter wadah ( cm )
V : volume wadah ( cm3 )
1
= × 3,14 × (9,88)2 × 13,92
4
1
= 4 × 3,14 × 97,6144 × 13,92
1
= 4 × 4.266,6082
= 1.066,652 cm3
W3
Berat isi agregat = gr/cm3
V
4306
= 1.066,652 gr/cm3
= 4,0369 gr/cm3
1
Volume wadah = 4 π d2 t
1
= × 3,14 × (9,86)2 × 14,16
4
1
= 4 × 3,14 × 97,2196 × 14,16
1
= 4 × 4.322,6167
= 1080,6541 cm3
W3
Berat isi agregat = gr/cm3
V
3123
= 1080,6541 gr/cm3
= 2,8899 gr/cm3
4.9 KESIMPULAN
Menurut SNI 03-4804-1998 berat isi agregat kasar yang layak digunakan adalah 5
gram / cm3 dan agregat halusnya adalah 3 gram / cm3. Hasil percobaaan yang kami
lakukan memiliki nilai berat isi agregat kasar dan nilai berat isi agregat halus sebesar
4,0369 gram / cm3 dan 2,8899 gram / cm3 . Karena itu hasil dari percobaan kami tidak
layak untuk digunakan karena terjadi human error DAN BAHAN UJI YANG
KURANG BAIK.
https://www.scribd.com/document/335663567/Berat-Isi-Agregat-Kasar-Halus
BAB V
(SNI 03-1968-1990)
2. Timbangan
4. Saringan 1 set agregat halus ( 20, 40, 60, 80, 100, 140, 200, pan ).
5. Sieve Shaker
5.4.2BAHAN
1.Agregat kasar
2.Agregat halus
7. Setelah melakukan proses sieve shaker, timbang dan catatlah sesuai dengan
nomer saringan
5.Lalu timbang hasil dari penyaringan pada setiap saringan dan beri identitas.
1 1⁄2’’ 0
1’’ 0
¾’’ 215
½’’ 14
Gr
3/8’’ 273
4 219
12 7
Pan 2
No.20 284
No.40 82
No.60 54
No.80 58
Gr
No.100 12
No. 140 4
No. 200 1
Pan 1
5.7 RUMUS
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
a. Persentase Tertahan ( PT ) =∑ 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 x 100 %
5.8 PERHITUNGAN
5.8.1Agregat Kasar
Kumulatif
No. Berat Persentase
Persentase Persen Lolos
Saringan Tertahan Tertahan
Tertahan
0
x 100% 0% 100%-0%
1 ½’’ 0 gr 1000
=0% = 100 %
0
x 100% 0%+0% 100%-0%
1’’ 0 gr 1000
=0% =0% = 100 %
215
3⁄ x 100% 0 % + 21,5 % 100 %-21,5 %
215 gr 1000
4
= 21,5 % = 21,5 % = 78,5%
284
x 100% 21,5 % + 28,4 % 100 %-49 %
½’’ 14 gr 1000
= 28,4 % = 49,9 % = 50,1 %
273
x 100% 49,9 % + 27,3 % 100%-77,2%2
3/8’’ 273 gr 1000
= 27,3 % = 77,2 % = 2,8 %
219
x 100% 77,2 % + 21,9 % 100%-99,1%
4’’ 219 gr 1000
= 21,9% = 99,1 % = 0,9%
7
x 100% 99,1 % + 0,7% 100%-99,8%
12’’ 7 gr 1000
= 0,7 % = 99,8 % = 0,2 %
2
x 100% 99,8% + 0,2% 100%-100%
Pan 2 gr 1000
= 0,2 % = 100 % = 0%
Satuan
No. Persentase Kumulatif Persentase Persen
Saringan Tertahan Tertahan Lolos
1½ 0 0 100
1” 0 0 100
3/4” 21,5 21,5 78,5
½ 28,4 49,9 50,1
%
3/8” 27,3 77,2 22,8
4’’ 21,9 99,1 0,9
12’’ 0,7 99,8 0,2
Pan 2 100 0
Satuan
No. Persentase Kumulatif Persentase Persen
Saringan Tertahan Tertahan Lolos
No20 56,8 56,8 43,2
No.40 16,4 73,2 26,8
No.60 10,8 84 16
No.80 11,6 95,6 4,4
%
No.100 2,4 98 2
No.140 0,8 98,8 1,2
No.200 0,2 99 1
Pan 1 100 0
SERIES 1
Series 1
100
100
78.5
50.1
2.8
0.9
0.2
0.2
5.10.2 Grafik Analisa Saringan Agregat Halus
SERIES 1
Series 1
43.2
26.8
16
4.4
1.2
2
5.11. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum analisa saringan agregat halus dan agregat kasar diperoleh data
masing-masing berat tertahan pada setiap saringan yang dinyatakan dalam presentase
tertahan dimana setiap masing-masing ukuran agregat hasilnya akan bervariasi. Dapat
diketahui bahwa komulatif presentase tertahan agregat kasar sebesar 99,6% dan agregat halus
sebesar 99,4%, nilai ini sudah sesuai dengan ketentuan SNI 03-1968-1990 karna
pengurangan tidak diperbolehkan lebih dari 5%.
BAB VI
KEAUSAN AGREGAT
(SNI 03-2417-1990)
2.Timbangan
6.4.2 Bahan
1.Agregat kasar / kerikil
2. Kedua, saring agregat kasar atau kerikil, supaya pasir-pasir tidak ikut tertimbang.
3.Kemudian,timbang agregat kasar atau kerikil dengan talam lalu catat hasilnya.
4. Selanjutnya masukan bola baja sebanyak sebelas buah kedalam mesin los angeles.
5. Berikutnya masukan agregat yang sudah ditimbang kedalam mesin los angeles yang
sudah berisi bola baja.
6. Setelah kerikil dan bola baja dimasukan kedalam mesin los angeles, tutup mesin los
angeles, lalu hidupkan mesin tunggu sampai 500x putaran.
7. Jika mesin los angeles sudah berhenti, keluarkan bola baja dan angregat kasar dari
mesin los angeles.
8.Kemudian, pindahkan agregat yang sudah dikeluarkan dari mesin los angeles
kedalam saringan no.12, lalu saring agregat dan pindahkan ke dalam talam.
6.7 RUMUS
𝑎−𝑏
Keausan agregat dengan mesin los angeles = 𝑎
× 100%
Keterangan :
6.8 PERHITUNGAN
𝑎−𝑏
Keausan agregat dengan mesin los angeles = 𝑎
× 100%
5000−4144 856
= 5000
× 100% = × 100% = 17,12%
5000
6.10 KESIMPULAN
1. Apabila nilai kehalusan yang diperoleh > 40%, maka agregat yang diuji tidak baik
digunakan dalam bahan perkerasan jalan.
2. Apabila nilai kehalusan agregat yang diperoleh < 40%, maka agregat yang diuji
baik digunakan dalam bahan perkerasan jalan.
Jadi, pengujian kehalusan agregat dengan menggunakan mesin Los Angeles diatas
diperoleh nilai kehalusan: 17,12% sehingga baik digunakan dalam bahan
perkerasan jalan.
http://em-ridho.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-pengujian-keausan.html
BAB VII
SNI 15-2530-1991
7.4.1 Alat
1. Talam
4. Shieve shaker
5. Sekop
7.4.2 Bahan
1. Semen Portland
7.7 RUMUS
𝑊100
Kehalusan semen Portland (F) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑡𝑙𝑎𝑛𝑑 𝑎𝑤𝑎𝑙
× 100%
𝑊200
Kehalusan semen Portland (F) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑡𝑙𝑎𝑛𝑑 𝑎𝑤𝑎𝑙
× 100%
Keterangan :
7.8 PERHITUNGAN
𝑊100
Kehalusan semen Portland (F) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑡𝑙𝑎𝑛𝑑 𝑎𝑤𝑎𝑙
× 100%
100
= 300 × 100% = 33,33 %
𝑊200
Kehalusan semen Portland (F) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑡𝑙𝑎𝑛𝑑 𝑎𝑤𝑎𝑙
× 100%
197
= 300 × 100% = 65,67 %
7.10 KESIMPULAN
Dari pengujian kehalusan semen portland yang telah dilakukan diperoleh nilai
kehalusan pada saringan no.100 adalah 33,33% dan pada saringan no.200 adalah
65,67%. Dapat disimpulkan bahwa dari hasil percobaan di atas didapat data-data
yang tidak memenuhi syarat yang sesuai dengan standart SNI 15-2530-1991 ketetapan
ke halusan semen Portland. Benda uji tidak memenuhi syarat kehalusan 0%
tertahan.
https://www.scribd.com/document/368110928/c-01-Kehalusan-Semen-Portland
http://civilsazyu.blogspot.com/2015/10/pengujian-kehalusan-semen-portland.html
BAB VIII
BERAT JENIS SEMEN PORTLAND
(SNI 15–2531–1991)
8.1.1 Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui berat jenis semen Portland.
Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat volume kering pada suhu
kamar dengan berat volume air suling pada 4° C yang volumenya sama dengan
volume semen.
4. Le Chartelier
5. Corong
8.4.2 Bahan
1.Semen Portland
3. Selanjutnya, masukan cairan kerosin kedalam le chartelier hingga setinggi 0,8 ml.
8.7 RUMUS
Keterangan :
8.8 PERHITUNGAN
64
= 21,9−0,8 × 1= 3,03 t/m3
1 Berat Semen 64
8.10 KESIMPULAN
Dari pengujian berat jenis semen portland yang telah kami lakukan,
diketahuiberat jenis semen Portland adalah 3,03 t/m3. menurut SNI 15–2531–1991
nilai berat jenis semen Portland berkisar antara 3.00–3.20 t/m3. Jadi dapat
disimpulkan bahwa hasil pengujian yang kami lakukan SESUAI dari SNI 15–2531–
1991 yang disyaratkan.
https://www.scribd.com/doc/117086512/PENGUJIAN-BERAT-JENIS-SEMEN-PORTLAND
BAB IX
(SNI 03-6826-2002)
9.2.DASAR TEORI
Konsistensi Normal Semen adalah suatu kondisi pasta semen dalam keadaan
standar basah yang airnya merata dari ujung satu hingga ke ujung lainnya. Maksud dari
konsistensi normal semen itu sendiri untuk menentukan waktu mulainya pengikatan
semen mulai dari dicampurnya semen dengan air. Dan juga menentukan kadar air yang
sesuai dalam semen Portland dalam waktu yang ditentukan. Karena jumlah air tersebut
nantinya akan mempengaruhi workability pasta semen itu sendiri.
Teori percobaan ini dilakukan untuk menentukan jumlah air yang dibutuhkan pada
penyiapan pasta semen untuk pengujian. Hidrasi semen adalah reaksi yang terjadi
antara komponen-komponen atau senyawa-senyawa semen dengan air menghasilkan
senyawa hidrat. Reaksi semen tersebut akan menghasilkan panas yang akhirnya akan
mempengaruhi kualitas (mutu) beton.
4. Talam
9.4.2 Bahan
1. Semen Portland
9.4.Langkah Kerja
1.Timbang talam lalu ambil semen portland dan timbang seberat 300 gr untuk
komposisi 1,2,3.
3.Tuangkan air ke dalam talam yang berisi komposisi 1,2,dan 3 secara perlahan
8.Lalu letakkan plat kaca dan cincin mold yang telah berisi pasta komposisi 1,2,dan 3
pada alat vicat.
11. Tunggu 30 detik kemudian lihat penurunannya pada komposisi 1,2 dan 3
9.5.TABEL DATA
Uraian Komposisi 1 Komposisi 2 Komposisi 3
Air 72 ml 78 ml 84 ml
9.6.RUMUS
Berat air
Konsistensi = × 100%
Berat benda uji
9.7.PERHITUNGAN
72 𝑚𝑙
Konsistensi Komposisi 1 = x 100%
300 𝑔𝑟
= 24 %
78𝑚𝑙
Konsistensi Komposisi 2 = x 100%
300 𝑔𝑟
= 26 %
84 𝑚𝑙
Konsistensi Komposisi 3 = x 100%
300 𝑔𝑟
= 28 %
9.8.TABEL REKAPITULASI
9.9.GRAFIK KONSISTENSI
20
15
10 Penurunan Semen
0
23% 24% 25% 26% 27% 28% 29%
9.10. SKETSA
9.11. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, degan melakukan tiga kali percobaan
didapatkan konsistensi 24 % untuk Komposisi 1 dengan penurunan 5 mm yang
terjadi pada waktu 30 detik dengan berat semen sebanyak 300 gram dan volume air
yang digunakan sebanyak 72ml.
Dan Konsistensi 26% untuk Komposisi 2 dengan penurunan 15 mm yang terjadi
pada waktu 30 detik dengan berat semen sebanyak 300 gram dan volume air
sebanyak 78ml. Sedangkan Konsisitensi 28% untuk Komposisi 3 dengan penurunan
20 mm yang terjadi pada waktu 30 detik dengan berat semen 300 gram dan volume
air sebanyak 84 ml.
BAB X
(SNI 03-6414-2002)
4.Spatula
5.Gelas Ukur
6.Sarung Tangan
7.Jarum Konsistensi
9. Cincin Konik
10.4.2Bahan
1.Flyash
2.Semen Portland
3.Air
2. Kedua, timbang semen dan flyash lalu catat hasil yang sudah didapat.
7. Berikutnya,ambil campuran semen,flyash dan air yang sudah diaduk lalu bentuk
seperti bola dengan cara melempar-lemparnya sebanyak 6x dengan jarak lemparan
sejauh 15cm.
11. Setelah 30 detik angkat jarum lalu catat hasli kedalaman konsistensi kemudian
tunggu sampai 15 menit.
Gambar 5.1.k
12. Lakukan tahap no.7 dan 8 sampai kedalaman konsistensi mencapai 25mm.
Gambar 5.1.l
3 Berat flyash 9 gr
10.7 TABEL
10.8 GRAFIK
30
27
30
19
20
10
0
15 30 45 60 75 90 105
Waktu (menit)
Penetrasi
10.9 KESIMPULAN
BAB XI
MIX DESIGN
(SNI 03-2834-2000)
Data Laboratorium
MATERIAL
URAIAN
SPLIT PASIR SEMEN AIR Fly Ash
Berat Jenis 2,80 2,51 3,15 1,00 2,20
Berat Isi (gr/cm3) 1,54 1,73 - - -
Kadar Air (%) 2,46 20,3 - - -
Penyerapan (%) 2,66 4,4 - - -
Kandungan Lumpur - 20,25 - - -
Keausan Agregat - - - -
Target Rencana
URAIAN NILAI
K 300 kg/cm2
11.4. HITUNGAN
Target Rencana
K = 300 kg/cm2
Fc’ = K x konversi beton silinder
10,2041
= 300 x 0,83
10,2041
= 24,40 Mpa
Standar deviasi 40 kg/cm2
Margin = 1,64 x Sd
= 1,64 x 40
= 65,6 kg/cm3
= 65,6 x 0,83
10,2041
= 5,34 Mpa
K-28 hari =K+M
= 300 + 65,6
= 365,6 kg/cm3
= 365,6 x 0,83
10,2041
= 29,76 Mpa
= 2,05 + 2,34
2
= 2,20 x 1000
= 2200 kg/m3
Air = 1000 kg/m3
Semen = Berat Semen x d
( V2 - V1 )
= 64 gr x d
( 21,9– 0,8 )
= 64 x 1
21,1
= 3,03 x 1000
= 3030 kg/m3
Flyash = 2200 kg/m3
Penyerapan
Pasir =W5 – W3 x 100%
W5
= 3000 – 2784 x 100%
3000
= 7,20 %
Split = W5 – W3 x 100%
W5
= 1000 – 977 x 100%
1000
= 2,30 %
Jenis material
w/c = 0,6
Banyak Material Pasta /cm3
Semen = Kadar Semen
BJ Semen
= 340
3030
= 0,112 m3
Air = Kadar Air Pasta
BJ Air
= 204,00
1000
= 0,204 m3
Udara = 0,020 m3
Total volume pasta = 0,112 + 0,204 + 0,020
= 0,318 m3
Volume agregat = 1 – Volume Pasta
= 1- 0,318
= 0,682 m3
Material agregat
Prosentase pasir = 45 %
Prosentase split = 55 %
Pasir = Prosentase Pasir x Volume Agregat x BJ Pasir
= 45 % x 0,682 x 2195
= 673,44 kg
Split = Prosentase Pasir x Volume Agregat x BJ Split
= 55 % x 0,682 x 2750
= 1031,21 kg
Berat beton
Target Rencana
K = 300 kg/cm2
Fc’ = K x konversi beton silinder
10,2041
= 300 x 0,83
10,2041
= 24,40 Mpa
Standar deviasi 40 kg/cm2
Margin = 1,64 x Sd
= 1,64 x 40
= 65,6 kg/cm3
= 65,6 x 0,83
10,2041
= 5,34 Mpa
K-28 hari =K+M
= 300 + 65,6
= 365,6 kg/cm3
= 365,6 x 0,83
10,2041
= 29,76 Mpa
= 2,05 + 2,34
2
= 2,20 x 1000
= 2200 kg/m3
Air = 1000 kg/m3
Semen = Berat Semen x d
( V2 - V1 )
= 64 gr x d
( 21,9– 0,8 )
= 64 x 1
21,1
= 3,03 x 1000
= 3030 kg/m3
Flyash = 2200 kg/m3
Penyerapan
Pasir =W5 – W3 x 100%
W5
= 3000 – 2784 x 100%
3000
= 7,20 %
Split = W5 – W3 x 100%
W5
= 1000 – 977 x 100%
1000
= 2,30 %
Jenis material
w/c = 0,6
Kadar semen = 340 kg
Kadar semen titous = Kadar Semen x 1,06
= 340 x 1,06
= 360,4 kg
Kadar bahan campuran = Kadar Semen Titous x 3%
= 360,4 x 3 %
= 10,81 kg
Kadar semen digunakan =Kadar Semen Titous - Kadar Bahan Campuran
= 360,4 – 10,81
= 349,59 kg
Air = 204,00 kg
Volume pasta
Flyash = Kadar Bahan Campuran
BJ Fly Ash
= 10,81
2200
= 0,05 m3
Semen = Kadar Semen
BJ Semen
= 340
3030
= 0,115 m3
Air = Kadar Air Pasta
BJ Air
= 204,00
1000
= 0,204m3
Udara = 0,002 m3
Total volume pasta = 0,05+0,115+0,204+0.002
= 0,326 m3
11.5. KESIMPULAN
Berdasarkan data dari perhitungan mix design ,dapat diketahui sifat-sifat
material (bahan baku) untuk adukan beton,serta dapat didimpulkan bahwa
setiap material beton dan campurannya memiliki hasil koreksi yang berbeda.
Berikut komposisi Beton:
Beton normal k-300 silinder :
Semen :3,603,15 kg
Pasir :7,13674 kg
Split :10,92820 kg
Air :2,16189 L
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&ved=2ahUKEwjNu9L73YHfAhWCpo8KHdhnDmUQFjAAegQIBRAB
&url=http%3A%2F%2Fwww.academia.edu%2F9984773%2FLaporan_P
raktikum_dan_Perhitungan_Mix_Design_Beton&usg=AOvVaw0YAC3kx
_dyoV7RF-A8VZ52
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6
&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjNu9L73YHfAhWCpo8KHdhnDmUQ
FjAFegQIABAC&url=http%3A%2F%2Frepository.umy.ac.id%2Fbitstre
am%2Fhandle%2F123456789%2F4530%2F07-Contoh-
1%2520MIx%2520Design%2520Beton.pdf%3Fsequence%3D7%26isAllo
wed%3Dy&usg=AOvVaw11mP4wb6JgWANnTu6gEvh3
BAB XII
TRIAL MIX DAN SLUMP TEST
( SNI 1972 – 2008 )
Campuran material pada beton berpengaruh pada nilai slump dari beton itu
sendiri. Seperti penambahan flyash dan zat adiktif pada beton, zat adiktif membantu
mempercepat waktu ikat antar partikel pasir, krikil, semen, dan flyash. Sedangkan
Flyash memiliki porositas rendah dan partikelnya halus, hal ini berpengaruh terhadap
berkurangnya kadar air pada beton.
2. Tongkat Pemadat
3. Pelat Logam
4. Cetok/Sendok Semen
5. Talam
6. Timbangan
12.4.2. Bahan
1. Agregat Halus/Pasir
2. Agregat kasar/Kerikil
4. Air
2. Cetakan di isi sampai penuh dengan cara memasukkan 1/3 bagian terlebih
dahulu dengan beton muda dan di tusuk sebanyak 25 kali
3. Dimasukkan lagi 1/3 bagian lagi lalu di tusuk lagi, dan di lakukan hal
yang sama pada lapisan selanjutnya hingga cetakan penuh.
5. Diukur slump yang terjadi dengan mengukur penurunan benda uji dengan
tinggi cetakan.
Nilai Slump = Tinggi alat slump – Tinggi beton setelah terjadi penurunan
12.8. PERHITUNGAN
Nilai Slump = Tinggi alat slump – Tinggi beton setelah terjadi penurunan
Nilai Slump 1 = 30 cm – 19 cm
= 11 cm
Nilai Slump 2 = 30 cm – 21 cm
= 9 cm
Jenis Keterangan
Sampel Penurunan Satuan
Silinder Normal
1 11
cm
Kubus Flyash
2 9
12.10. KESIMPULAN
Dari percobaan yang kami lakukan, didapat data bahwa sampel uji
beton flyash 3% memiliki penurunan paling besar yaitu 20 cm. Dan beton
normal memiliki penurunan paling rendah yaitu 8 cm pada sampel 2.
BAB XIII
4. Timbangan
13.4.2 Bahan
1. Semen Portland
4. Agregat Kasar
2. Lalu rendamlah beton komposisi 2,dan 3 dalam bak perendam berisi air.
3. Ambil beton Komposisi 2 dan 3 yang telah direndam selama 7 hari,setelah itu
keringkan beton selama 30 menit – 1 jam.
6. Nyalakan mesin kuat tekan angkat tuas perlahan sampai jarum merah pada
dial berhenti bergerak.Setelah jarum hitam pada dial menurun, tuas
diturunkan sampai pada posisi awal
13.7. RUMUS
Berat Sampel
Berat Isi = Volume Sampel
P
Kuat Tekan Beton = A
Keterangan :
Angka Kalibrasi = 1,28
13.8. PERHITUNGAN
` Berat Isi
7315
Berat Isi 1 = = 2,16 gr/cm3
3375
11480
Berat Isi 2 = = 2,2 gr/cm3
5298,75
11485
Berat Isi 3 = = 2,17 gr/cm3
5298,75
156,5 𝑥 101,97
Konversi Kuat Tekan 1 = [ ] x 1,28
225
= 90,78 kg/cm2
151 𝑥 101,97
Konversi Kuat Tekan 2 = [ ] x 1,28
176,625
= 111,58 kg/cm2
182 𝑥 101,97
Konversi Kuat Tekan 3 = [ ] x 1,28
176,625
= 134,49 kg/cm2
13.10. KESIMPULAN
Dari percobaan yang kami lakukan, didapat data bahwa sampel uji
beton campuran pozzolith 0,5% dan flyash 3% memiliki nilai kuat tekan paling
besar yaitu 209,99 kg/cm2 untuk beton 7 hari dan 279,31 kg/cm2 Dan beton
dengan campuran Fly Ash 3% memiliki nilai kuat tekan paling rendah yaitu
190,56 kg/cm2 untuk beton 7 hari dan 181,86 kg/cm2 untuk beton 14 hari.
Dapat disimpulkan bahwa beton dengan campuran zat adiktif, beton
menjadi lebih kuat terhadap tekanan dari pada beton yang di campur hanya
dengan flyash saja.
http://strong-indonesia.com/artikel/uji-kuat-tekan-beton/
http://rizaldyberbagidata.blogspot.com/2012/06/pemeriksaan-kuat-tekan-beton.html
PENUTUP
Dengan penjelasan pada setiap bahasan dilaporan ini mudah-mudahan
kelompok kami dapat memberikan informasi yang dapat membantu pembaca untuk
menyelesaikan masalah yang ada seputar materi pembahasan Bahan Bangunan Dan
Pengganti Material. Semoga pembaca dapat menerapkannya materi ini pada kehidupan
sehari-hari.
Sekian laporan yang kami tulis, Terimakasih kepada para pembaca yang sudah
membaca laporan ini. Akhir kata kami ucapkan,
Wassalamualaikum wr.wb
penyusun