IDAH RAHMAH
ELITA SUSANTI
ROSMAYATI
ARI PURNAMASARI
EUIS NURAENI
DINI
DESI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat allah SWT, dengan rahmatnya makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “ Transtheoritical
Model / Stages of Change Model “. Kami dari kelompok 4 berupaya mencari
sumber makalah yang mengangkat dan membahas model perubahan prilaku yang
salah satu nya adalah Model transtheoritical.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, masih terdapat banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, saran-saran untuk perbaikan akan disambut
dengan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kelompok 4
DAFTRA ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
A. Kesimpulan : ……………………………………………….. 11
B. Saran : ……………………………………………….. 12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara garis besar, Prilaku adalah tindakan atau pola respon yang
dilakukan oleh seseorang pada situasi tertentu. Prilaku seseorang menyangkut
tindakan atas respon hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan
sekitarnya yang dipengaruhi oleh adat, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi
atau genetik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
PEMBAHASAN
1. Tahap-tahap Perubahan
Enam tahap perubahan prilaku sebagai berikut;
1. Tahap Pra-Perenungan ( Pre-Contemplation )
Merupakan tahap dimana individu-individu belum memiliki niat
untuk melakukan suatu prilaku sehat dalam suatu periode waktu yang
akan datang ( dalam waktu 6 bulan ke depan ). Pada tahap ini individu
belum menyadari bahwa prilaku mereka merupakan prilaku yang tidak
sehat dan membawa akibat negative. Individu-individu pada tahap ini
lebih banyak melihat kerugian melakukan perubahan prilaku kesehatan
daripada manfaatnya.
Bagi individu ditahap ini, ketidaktahuan merupakan berkah,
“ Ignorance is Bliss ”. mereka menikmati area kenyamanan ketidak
tahuan ( Comfort Zone Of Ignorance ), karena itu tidak melihat
perlunya melakukan perubahan prilaku.
Pada tahap ini, individu resisten atau tidak memiliki motivasi
melakukan perubahan, cenderung menghindari informasi, diskusi atau
pikiran yang berhubungan dengan perubahan kearah prilaku sehat
( Prochaska et al, 1992 ).
Sebagai contoh, jika perubahan prilaku yang diharapkan adalah
penurunan berat badan, maka individu pada tahap ini memandang
berat badan sama sekali bukan masalah bagi dirinya maupun bagi
kesehatannya. Bahkan jika berat badan tersebut merujuk kepada bayi,
orang tua bayi mungkin beranggapan bahwa bayi yang gemuk malah
bagus bagi kesehatan, disamping tampak lucu dan menggemaskan.
Contoh lainnya, pada tahap ini perokok mungkintidak menyadari
bahwa kampanye untuk tidak merokok ditujukan kepadanya, pasien
dengan kolesterol tinggi merasa “ Kebal “ dari masalah kesehatan yang
menyerang orang lain (Zimmerman et al, 2000 )
4. Tahap Tindakan
Tahap tindakan (action, making it happen) adalah tahap dimana
individu telah melakukan perubahan prilaku dalam 6 bulan terakhir
(Prochaska et al; 1997). Individu menunjukan telah mengubah atau
meninggalkan prilaku yang lama dan telah melakukan prilaku sehat
yang baru. Namun individu-individu tahap ini perlu berusaha terus
untuk mempertahankan prilaku yang baru kedepan dan mempelajari
cara meningkatkan komitmen untuk berubah dan melawan keinginan
untuk kembali ke prilaku lama.
Individu pada tahap ini dapat mempertahankan komitmennya untuk
meninggalkan prilaku negative (tidak sehat) dengan melakukan
berbagai aktivitas pengganti yang positif, menghindari orang atau
situasi yang dapat mendorong mereka untuk melakukan prilaku lama
yang tidak sehat.
5. Tahap Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan (maintenance, focus on success) merupakan tahap
dimana individu telah melakukan perubahan prilaku selama lebih dari
6 bulan yang lalu. Individu pada tahap ini memerlukan umpan balik
tentang nilai dan manfaat dari perubahan prilaku yang telah dilakukan
mereka, disarankan untuk mencari dukungan dari orang-orang yang
memiliki prilaku atau gaya hidup yang sehat. Individu-individu pada
tahap ini perlu menghindari situasi yang dapat mendorong mereka
untuk kembali kepada prilaku yang lama (tidak sehat), khususnya
situasi yang menimbulkan stress.
6. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan tahap dimana individu tidak berkeinginan
untuk kembali kepada prilaku lama yang tidak sehat, dengan “ Zero
Temptation “ artinya individu sama sekali tidak tergoda untuk kembali
ke prilaku lama. Disamping itu, individu memiliki level efikasi diri
100% artinya individu 100% yakin dengan kemampuannya untuk
menjalani prilaku sehat dengan berhasil.
Pada tahap ini mungkin saja, individu merasakan depresi, kecemasan,
kebosanan, kesepian, kemarahan, stress, tetapi dia tidak berniat
kembali ke kebiasaan lama. Prilaku baru telah menjadi kebiasaan yang
berlangsungdengan sendirinya alias otomatis. Sebagai contoh pada
tahap terminasi, orang telah memiliki kebiasaan menggunakan helm
secara otomatis ketika mengendarai sepeda motor, menggunakan
sabuk pengaman secara otomatis ketika mengendarai mobil. Tahap
terminasi lebih tepat untuk digunakan sebagai tujuan ideal untuk
dicapai dalam upaya kesehatan populasi (Pro – Change, 2016).
Table 2.1 menyajikan tahap perubahan karakteristik dan strategi
perubahan dalam trantheoritical model.
Tahap perubahan karakteristik Strategi prilaku
Dibuku hal 10.
2. Proses Perubahan
Dalam menempuh berbagai tahap perubahan tersebut, individu mengalami
proses perubahan yang bersifat kognitif, afektif dan evaluative. Prochaska dan
Di Clemente mengemukan sepuluh proses perubahan dengan proses tertentu
lebih relevan daripada proses lainnya ketika digunakan disuatu tahap tertentu.
Proses tersebut berguna sebagai strategi yang dapat membantu individu
melakukan perubahan prilaku dan mempertahankannya ( Boston university
school Of public Health, 2016; Wikipedia, 2018 ).
1. Pembangkitan kesadaran merupakan proses untuk meningkatkan kesadaran
tentang prilaku sehat. Peningkatan kesadaran individu dilakukan melalui
informasi, pendidikan dan umpan balik personal tentang prilaku sehat.
2. Pemulihan dramatis merupakan proses membangkitkan emosi tentang
prilaku sehat, bisa membangkitkan positif ataupun negative. Pembangkitan
emosi dilakukan dengan memberikan perhatian kepada perasaan, yaitu
membuat individu merasa takut, cemas atau khawatir, akibat dari prilaku
yang tidak sehat atau membuat mereka merasa terinspirasi dan timbul
harapan ketika mereka mendengar orang lain mampu mengubah menjadi
prilaku yang sehat.
3. Re-evaluasi diri merupakan penilaian diri agar menyadari bahwa prilaku
sehat merupakan bagian dari tujuan yang ingin dicapai. Individu
menciptakan citra diri (self-image) yang baru, yang memiliki kesadaran
bahwa prilaku yang sehat merupakan bagian yang penting dari diri yang
mereka inginkan.
4. Re-evaluasi lingkungan merupakan proses penilaian social dimana
individu memperhatikan efek dari prilakunya terhadap orang lain. Individu
menyadari bahwa prilaku tidak sehat dapat berpengaruh buruk bagi orang
lain dan sebaliknya prilaku yang sehat memberi efek yang positif kepada
orang lain.
5. Pembebasan social merupakan proses perubahan dimana individu
mengetahui bahwa dia mendapatkan dukungan dari publik, lingkungan
social bukan membebani atau menekan individu melainkan membebaskan
(social liberation) dan mendukung prilaku sehat.
6. Pembebasan diri merupakan komitmen (tekad) untuk mengubah prilaku
berdasarkan keyakinan bahwa prilaku kesehatan yang diinginkan bias
dicapai dan mengulangi terus tekad itu untuk berprilaku sehat berdasarkan
keyakinan itu.
7. Hubungan yang mendukung merupakan proses perubahan dimana individu
menjalin hubungan untuk menemukan orang lain yang mendukung dan
mendorong perubahan prilaku sehat yang telah dilakukan.
8. Pengkondisian baik merupakan proses perubahan dengan mengganti
prilaku dan pikiran lama yang tidak sehat dengan prilaku dan pikiran sehat.
9. Manajemen penguatan merupakan proses perubahan prilaku yang
menggunakan ganjaran (reward). Penguatan dilakukan dengan
memberikan ganjaran untuk prilaku yang positif dan mengurangi ganjaran
untuk prilaku negative.
10. Kendali stimulus merupakan proses perubahan yang merekayasa
lingkungan untuk menciptakan stimulus yang mendukung prilaku sehat
dan sebaliknya menyingkirkan stimulus yang mendorong prilaku tidak
sehat.
3. Decisional Balance
Keseimbangan keputusan (decisional balance) merupakan konsep yang
dikemukan oleh Janiis dan Mann (1977) yang merujuk kepada keseimbangan
keputusan berdasarkan perbandingan antara potensi manfaat dan kerugian.
Keseimbangan keputusan telah menjadi konstruk inti dalam transtheoritical
model. Keseimbangan keputusan akan bergeser seiring dengan kemajuan
sepanjang tahap-tahap perubahan yang dialami.
Ketika individu berada pada tahap pra-perenungan, keberpihakan kepada
prilaku sehat lebih kecil daripada keberpihakan kepada prilaku tidak sehat.
Pada tahap perenungan, keberpihakan kepada prilaku sehat sama besar
dengan keberpihakan kepada prilaku tidak sehat, sehingga sering
menyebabkan individu ambivalen terhadap perubahan, jika keberpihakan
kepada prilaku sehat lebih besar daripada keberpihakan kepada prilaku tidak
sehat, maka individu akan bergerak ke tahap persiapan atau tindakan. Ketika
individu berpindah ke tahap pemeliharaan, keberpihakan kepada
mempertahankan perubahan prilaku lebih besar daripada ketidak berpihakan
kepada dan mempertahankan perubahan prilaku, sehingga menurunkan resiko
terjadi Relaps (Pro Change, 2018).
A. Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan pembahasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa
perubahan prilaku merupakan suatu tindakan atau pola respon yang dilakukan
oleh seseorang pada situasi tertentu. Prilaku seseorang menyangkut tindakan atau
respon timbal balik antar individu dengan lingkungan sekitarnya, melalui cara
orang berfikir, merasakan dan bertindak. Hal yang penting dalam prilaku
kesehatan adalah masalah perubahan prilaku, karena perubahan prilaku
merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan / promkes.
Model perubahan prilaku berguna untuk mengartikulasi berbagai konstruk atau
konsep dalam promosi kesehatan dan prilaku kesehatan. Trantheoritical model
sebagai sebuah model perubahan prilaku, dapat digunakan sebagai pemandu
pemilihan strategi. Intervensi yang efektif untuk mengubah dan mengendalikan
determinan-determinan kesehatan dan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang
diperlukan agar intervensi efektif, guna meningkatkan derajat kesehatan.
Transtheoritical model dapat memberikan saran strategi intervensi promosi
kesehatan yang tepat untuk berbagai individu pada berbagai tahap proses
pengambilan keputusan.
Model transtheoritical telah terbukti sukses digunakan diberbagai prilaku
kesehatan, dari yang sederhana hingga kompleks, meliputi berhenti merokok,
berhenti menggunakan narkoba, tidak melakukan kenakalan remaja, penurunan
berat badan, pengurangan asupan lemak, melakukan latihan jasmani dan
penggunaan kondom.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangannya,
penulis akan memperbaiki masalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah diatas.