Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

TRANSTHEORITICAL MODEL / STAGES OF CHANGE MODEL

( Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Promosi Kesehatan )

Disusun oleh kelompok 4 :

IDAH RAHMAH

ELITA SUSANTI

ROSMAYATI

ARI PURNAMASARI

EUIS NURAENI

DINI

DESI

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

PROGRAM STUDI D-IV ALIH JENJANG

TASIKMALAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat allah SWT, dengan rahmatnya makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “ Transtheoritical
Model / Stages of Change Model “. Kami dari kelompok 4 berupaya mencari
sumber makalah yang mengangkat dan membahas model perubahan prilaku yang
salah satu nya adalah Model transtheoritical.

Trantheoritical model merupakan model perubahan prilaku yang berfokus


pada kemampuan individu dalam mengambil keputusan daripada pengaruh sosial
dan biologis seperti pada pendekatan lain. Model perubahan prilaku ini,
mengemukakan bahwa perubahan prilaku pada individu tidak terjadi dalam satu
tahap, melainkan beberapa tahap, sehingga terjadinya prilaku yang baru. Masing-
masing individu memerlukan waktu masing-masing untuk tiap-tiap tahap yang
dilalui tersebut. Makalah ini membahas berbagai aspek Transtheoritical Model,
meliputi aspek sejarah, prinsip, konstruk kunci, kelebihan dan keterbatasan serta
lingkup aplikasi Transtheoritical Model.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, masih terdapat banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, saran-saran untuk perbaikan akan disambut
dengan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Tasikmalaya, September 2019

Kelompok 4
DAFTRA ISI

Kata Pengantar : ………………………………………………………… 1

Daftar Isi : ………………………………………………………… 2

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang : ………………………………………………… 3


B. Rumusan Masalah : ………………………………………………… 4
C. Tujuan Pembahasan : ………………………………………………… 5

BAB II Pembahasan

A. Sejarah Transtheoritical Model : ………………………………... 6


B. Prinsip Transtheoritical Model : ………………………………... 7
C. Konstruksi Transtheoritical Model : ………………………………... 8
D. Kelebihan dan Kekurangan Transtheoritical Model : ………………... 9
E. Lingkup Aplikasi Transtheoritical Model : ………………... 10

BAB III Penutup

A. Kesimpulan : ……………………………………………….. 11
B. Saran : ……………………………………………….. 12

Daftar Pustaka : ……………………………………………………….. 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara garis besar, Prilaku adalah tindakan atau pola respon yang
dilakukan oleh seseorang pada situasi tertentu. Prilaku seseorang menyangkut
tindakan atas respon hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan
sekitarnya yang dipengaruhi oleh adat, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi
atau genetik.

Perubahan-perubahan prilaku dalam kehidupan tidak selalu menunjukan


kemajuan (progress) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang kehidupan
tertentu. Transtheoritical model merupakan sebuah model perubahan prilaku yang
mengemukakan bahwa perubahan prilaku pada individu tidak terjadi dalam satu
tahap, melainkan beberapa tahap, hingga terjadinya prilaku yang baru.

Masing-masing individu memerlukan waktu masing-masing unruk tiap-


tiap tahap yang dilalui tersebut. Konstruksi tahap-tahap perubahan dalam
transtheoritical model dibuat untuk membantu merencanakanupaya perubahan
prilaku.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana perubahan prilaku individu melalui model transtheoritical ?

C. Tujuan Pembahasan

Untuk mengetahui tingkat perubahan prilaku individu melalui model


transtheoritical.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Transtheoritical Model

Transtheoritical model ( stages of change model ) dikemukan oleh James


O Prochaska, Carlo Dr C temente, dkk. Pada tahun 1977 James O Proshaska
adalah Seorang Professor dibidang Psikologi Klinik dan Kesehatan dan Direktur
Cancer Prevention Research Center ( CPRC ), pada University of Rhode Island,
AS. ( Wikipedia, 2018 ).

Calro Di Clemente adalah seorang Profesor dan Kepala bagian Psikologi


pada university of Maryland, Baltimore Country, AS. Prochaska dan kawan-
kawan menyempurnakan Transtheoritical Model ( TTM ) berdasarkan hasil riset,
khususnya studi tentang pengalaman para perokok yang berhasil menghentikan
kebiasaan merokok ( UMBC, 2018 ). Dari penelitian itu dapat diketahui bahwa
alasan orang untuk berhenti merokok adalah karena terdapat kesiapan untuk
berhenti merokok pada dirinya. Dari penelitian awal tentang merokok tersebut.
Kemudian berkembang dalam penyelidikan dan aplikasi dengan berbagai prilaku
kesehatan lainnya, seperti penggunaan dan penyalahgunaan alcohol, obesitas,
pencegahan AIDS dan lain sebagainya.

B. Prinsip Transtheoritical Model

Transtheoritical Model mengemukakan bahwa kesiapan individu untuk


melakukan prilaku yang baru yang lebih sehat, berlangsung melalui proses
perubahan yang terdiri dari sejumlah tahap perubahan, yaitu: (1) Pra-Perenungan,
(2) Perenungan, (3) Persiapan, (4) Tindakan, (5) Pemeliharaan, dan (6) Terminasi.
Pada masing-masing tahap perubahan terdapat Strategi Intervensi yang paling
efektif untuk mengubah individu ke tahap yang lebih tinggi, sampai pada tahap
pemeliharaan yang merupakan tahap ideal untuk prilaku kesehatan yang
diinginkan.

Transtheoritical Model memusatkan perhatian kepada pengambilan keputusan


individu dan meruapakan sebuah model perubahan yang direncanakan. TTM
beroperasi dengan asumsi orang tidak melakukan perubahan seketika, melainkan
berlangsung, berkelanjutan melalui sebuah proses.

C. Konstruk Transtheoritical Model

Transtheoritical Model meliputi sejumlah konstruk:

1. Tahap-tahap Perubahan
Enam tahap perubahan prilaku sebagai berikut;
1. Tahap Pra-Perenungan ( Pre-Contemplation )
Merupakan tahap dimana individu-individu belum memiliki niat
untuk melakukan suatu prilaku sehat dalam suatu periode waktu yang
akan datang ( dalam waktu 6 bulan ke depan ). Pada tahap ini individu
belum menyadari bahwa prilaku mereka merupakan prilaku yang tidak
sehat dan membawa akibat negative. Individu-individu pada tahap ini
lebih banyak melihat kerugian melakukan perubahan prilaku kesehatan
daripada manfaatnya.
Bagi individu ditahap ini, ketidaktahuan merupakan berkah,
“ Ignorance is Bliss ”. mereka menikmati area kenyamanan ketidak
tahuan ( Comfort Zone Of Ignorance ), karena itu tidak melihat
perlunya melakukan perubahan prilaku.
Pada tahap ini, individu resisten atau tidak memiliki motivasi
melakukan perubahan, cenderung menghindari informasi, diskusi atau
pikiran yang berhubungan dengan perubahan kearah prilaku sehat
( Prochaska et al, 1992 ).
Sebagai contoh, jika perubahan prilaku yang diharapkan adalah
penurunan berat badan, maka individu pada tahap ini memandang
berat badan sama sekali bukan masalah bagi dirinya maupun bagi
kesehatannya. Bahkan jika berat badan tersebut merujuk kepada bayi,
orang tua bayi mungkin beranggapan bahwa bayi yang gemuk malah
bagus bagi kesehatan, disamping tampak lucu dan menggemaskan.
Contoh lainnya, pada tahap ini perokok mungkintidak menyadari
bahwa kampanye untuk tidak merokok ditujukan kepadanya, pasien
dengan kolesterol tinggi merasa “ Kebal “ dari masalah kesehatan yang
menyerang orang lain (Zimmerman et al, 2000 )

2. Tahap Perenungan ( Contemplation )


Tahap perenungan atau kontemplasi, “ Thinking About It “,
Getting ready. Merupakan tahap dimana individu sudah
menyadaribahwa ada masalah dalam prilakunya, tetapibelum memiliki
komitmen untuk melakukan perubahan prilaku dalam waktu 6 bulan
mendatang. Individu mulai berfikir tentang prilakunya, dan
merenungkan keuntungan dan kerugian untuk mengadopsi prilaku
sehat dengan bobot yang sama. ( Prochaska et al, 1997 ). Akibatnya
individu-individu pada tahap ini sering kali mengalami sikap
ambivalen untuk melakukan perubahan. Mereka diibaratkan “ Sitting
On The Fence “ ( duduk dipagar ). Hanya melihat kekanan dan
kekiri tanpa melakukan perubahan prilaku yang disebut “
Procrastinatium “ ( Proschaska dan Di Clemente, 1984).
Sebagai contoh, jika perubahan prilaku yang diharapkan adalah
penurunan berat badan, maka individu pada tahap ini telah menyadari
bahwa berat badan meruapakan masalah bagi kesehatan, tetapi belum
bersedia atau belum mampu untuk memulai program penurunan berat
badan dalam satu bulan kedepan. Individu tersebut lebih memilih
menunda upaya perubahan prilaku, sembari melihat dulu orang lain
yang tengah dan telah melakukan upaya penurunan berat badan untuk
mengetahui untung ruginya.
3. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ( Preparation, ready home work ) atau tahap
penentuan ( Determination ) adalah tahap dimana individu berniat
untuk melakukan perubahan prilaku dalam waktu dekat dimasa
mendatang, biasanya dalam tempo satu bulan ( Di Clemente et al.
1991 ). Individu pada tahap ini siap untuk memulai prilaku sehat,
mengambil langkah-langkah awal yang diperlukan agar prilaku yang
baru dan sehat merupakan bagian dari gaya hidupnya. Individu mulai
mengambil langkah-langkah awal menuju perubahan prilaku dan
mereka sudah yakin bahwa perubahan prilaku akan membawa kepada
kehidupan yang lebih sehat.
Individu pada tahap ini, diibaratkan “ testing the water “ menguji
reaksi permukaan air. Sebagai contoh jika perubahan prilaku yang
diharapkan adalah penurunan berat badan maka pada tahap ini,
individu telah menyadaribahwa berat badan lebih merupakan masalah.
Dia menyadari manfaat melakukan upaya penurunan berat badan lebih
besar daripada kerugiannya, dan individu tersebut telah merencanakan
langkah yang diperlukan untuk memulai program penurunan berat
badan dalam tempo satu bulan kedepan. Individu tersebut mungkin
melakukan “ testing the water “ dengan mengutarakan kepada teman-
temannya dan keluarganya bahwa dia ingin melakukan program
penurunan berat badan dan melihat aksi mereka.

4. Tahap Tindakan
Tahap tindakan (action, making it happen) adalah tahap dimana
individu telah melakukan perubahan prilaku dalam 6 bulan terakhir
(Prochaska et al; 1997). Individu menunjukan telah mengubah atau
meninggalkan prilaku yang lama dan telah melakukan prilaku sehat
yang baru. Namun individu-individu tahap ini perlu berusaha terus
untuk mempertahankan prilaku yang baru kedepan dan mempelajari
cara meningkatkan komitmen untuk berubah dan melawan keinginan
untuk kembali ke prilaku lama.
Individu pada tahap ini dapat mempertahankan komitmennya untuk
meninggalkan prilaku negative (tidak sehat) dengan melakukan
berbagai aktivitas pengganti yang positif, menghindari orang atau
situasi yang dapat mendorong mereka untuk melakukan prilaku lama
yang tidak sehat.

5. Tahap Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan (maintenance, focus on success) merupakan tahap
dimana individu telah melakukan perubahan prilaku selama lebih dari
6 bulan yang lalu. Individu pada tahap ini memerlukan umpan balik
tentang nilai dan manfaat dari perubahan prilaku yang telah dilakukan
mereka, disarankan untuk mencari dukungan dari orang-orang yang
memiliki prilaku atau gaya hidup yang sehat. Individu-individu pada
tahap ini perlu menghindari situasi yang dapat mendorong mereka
untuk kembali kepada prilaku yang lama (tidak sehat), khususnya
situasi yang menimbulkan stress.

6. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan tahap dimana individu tidak berkeinginan
untuk kembali kepada prilaku lama yang tidak sehat, dengan “ Zero
Temptation “ artinya individu sama sekali tidak tergoda untuk kembali
ke prilaku lama. Disamping itu, individu memiliki level efikasi diri
100% artinya individu 100% yakin dengan kemampuannya untuk
menjalani prilaku sehat dengan berhasil.
Pada tahap ini mungkin saja, individu merasakan depresi, kecemasan,
kebosanan, kesepian, kemarahan, stress, tetapi dia tidak berniat
kembali ke kebiasaan lama. Prilaku baru telah menjadi kebiasaan yang
berlangsungdengan sendirinya alias otomatis. Sebagai contoh pada
tahap terminasi, orang telah memiliki kebiasaan menggunakan helm
secara otomatis ketika mengendarai sepeda motor, menggunakan
sabuk pengaman secara otomatis ketika mengendarai mobil. Tahap
terminasi lebih tepat untuk digunakan sebagai tujuan ideal untuk
dicapai dalam upaya kesehatan populasi (Pro – Change, 2016).
Table 2.1 menyajikan tahap perubahan karakteristik dan strategi
perubahan dalam trantheoritical model.
Tahap perubahan karakteristik Strategi prilaku
Dibuku hal 10.

2. Proses Perubahan
Dalam menempuh berbagai tahap perubahan tersebut, individu mengalami
proses perubahan yang bersifat kognitif, afektif dan evaluative. Prochaska dan
Di Clemente mengemukan sepuluh proses perubahan dengan proses tertentu
lebih relevan daripada proses lainnya ketika digunakan disuatu tahap tertentu.
Proses tersebut berguna sebagai strategi yang dapat membantu individu
melakukan perubahan prilaku dan mempertahankannya ( Boston university
school Of public Health, 2016; Wikipedia, 2018 ).
1. Pembangkitan kesadaran merupakan proses untuk meningkatkan kesadaran
tentang prilaku sehat. Peningkatan kesadaran individu dilakukan melalui
informasi, pendidikan dan umpan balik personal tentang prilaku sehat.
2. Pemulihan dramatis merupakan proses membangkitkan emosi tentang
prilaku sehat, bisa membangkitkan positif ataupun negative. Pembangkitan
emosi dilakukan dengan memberikan perhatian kepada perasaan, yaitu
membuat individu merasa takut, cemas atau khawatir, akibat dari prilaku
yang tidak sehat atau membuat mereka merasa terinspirasi dan timbul
harapan ketika mereka mendengar orang lain mampu mengubah menjadi
prilaku yang sehat.
3. Re-evaluasi diri merupakan penilaian diri agar menyadari bahwa prilaku
sehat merupakan bagian dari tujuan yang ingin dicapai. Individu
menciptakan citra diri (self-image) yang baru, yang memiliki kesadaran
bahwa prilaku yang sehat merupakan bagian yang penting dari diri yang
mereka inginkan.
4. Re-evaluasi lingkungan merupakan proses penilaian social dimana
individu memperhatikan efek dari prilakunya terhadap orang lain. Individu
menyadari bahwa prilaku tidak sehat dapat berpengaruh buruk bagi orang
lain dan sebaliknya prilaku yang sehat memberi efek yang positif kepada
orang lain.
5. Pembebasan social merupakan proses perubahan dimana individu
mengetahui bahwa dia mendapatkan dukungan dari publik, lingkungan
social bukan membebani atau menekan individu melainkan membebaskan
(social liberation) dan mendukung prilaku sehat.
6. Pembebasan diri merupakan komitmen (tekad) untuk mengubah prilaku
berdasarkan keyakinan bahwa prilaku kesehatan yang diinginkan bias
dicapai dan mengulangi terus tekad itu untuk berprilaku sehat berdasarkan
keyakinan itu.
7. Hubungan yang mendukung merupakan proses perubahan dimana individu
menjalin hubungan untuk menemukan orang lain yang mendukung dan
mendorong perubahan prilaku sehat yang telah dilakukan.
8. Pengkondisian baik merupakan proses perubahan dengan mengganti
prilaku dan pikiran lama yang tidak sehat dengan prilaku dan pikiran sehat.
9. Manajemen penguatan merupakan proses perubahan prilaku yang
menggunakan ganjaran (reward). Penguatan dilakukan dengan
memberikan ganjaran untuk prilaku yang positif dan mengurangi ganjaran
untuk prilaku negative.
10. Kendali stimulus merupakan proses perubahan yang merekayasa
lingkungan untuk menciptakan stimulus yang mendukung prilaku sehat
dan sebaliknya menyingkirkan stimulus yang mendorong prilaku tidak
sehat.

3. Decisional Balance
Keseimbangan keputusan (decisional balance) merupakan konsep yang
dikemukan oleh Janiis dan Mann (1977) yang merujuk kepada keseimbangan
keputusan berdasarkan perbandingan antara potensi manfaat dan kerugian.
Keseimbangan keputusan telah menjadi konstruk inti dalam transtheoritical
model. Keseimbangan keputusan akan bergeser seiring dengan kemajuan
sepanjang tahap-tahap perubahan yang dialami.
Ketika individu berada pada tahap pra-perenungan, keberpihakan kepada
prilaku sehat lebih kecil daripada keberpihakan kepada prilaku tidak sehat.
Pada tahap perenungan, keberpihakan kepada prilaku sehat sama besar
dengan keberpihakan kepada prilaku tidak sehat, sehingga sering
menyebabkan individu ambivalen terhadap perubahan, jika keberpihakan
kepada prilaku sehat lebih besar daripada keberpihakan kepada prilaku tidak
sehat, maka individu akan bergerak ke tahap persiapan atau tindakan. Ketika
individu berpindah ke tahap pemeliharaan, keberpihakan kepada
mempertahankan perubahan prilaku lebih besar daripada ketidak berpihakan
kepada dan mempertahankan perubahan prilaku, sehingga menurunkan resiko
terjadi Relaps (Pro Change, 2018).

4. Self Efficacy / efikasi Diri


Merupakan keyakinan untuk dapat mengatasi masalahnya dan tidak kembali
pada hal tersebut

D. Kelebihan dan kekurangan Transtheoritical Model


Kelebihan transtheoritical model dapat memberikan saran strategi intervensi
promosi kesehatan yang tepat untuk berbagai individu pada berbagai tahap proses
pengambilan keputusan. Model ini dapat digunakan untuk menghasilkan
intervensi yang efektif untuk populasi sasaran dengan tingkat pengetahuan,
tingkat kesadaran dan tingkat motivasi tertentu.
Model ini mudah diterapkan untuk memberikan kesadaran pada prilaku individu
yang tidak dapat melakukan perubahan drastis dalam prilakunya dalam tempo
cepat. Akan tetapi perubahan secara bertahap dan memerlukan waktu dan suasana
kondusif.
Keterbatasan transtheoritical model sebagai berikut :
1. Model ini mengabaikan konteks social terjadinya perubahan prilaku,
misalnya; status social-ekonomi dan pendapatan.
2. Lintasan antar tahap ditentukan bebas tanpa kriteria untuk menentukan
tahap perubahan seseorang. Kuisoner yang telah dikembangkan untuk
menentukan tahap perubahan bagi sesesorang tidak selalu di validasi dan
standarisasi.
3. Tidak terdapat waktu yang pasti diperlukan bagi seorang dimasing-masing
tahap dan berapa lama seorangbisa berada disebuah tahap.

E. Lingkup Aplikasi Transtheoritical Model


Transtheoritical model merupakan suatu model perubahan prilaku
integrative bio-psikososial dan memberikan sejumlah strategi yang
diperlukan untuk melakukan perubahan prilaku tersebut. Sesuai dengan
nama transtheoritical model yang artinya model lintas teori, TTM
mengintegrasikan sejumlah kontruk kunci dari berbagai teori lain, antara
lain teori psikoterapi, kedalam sebuah teori, perubahan yang
komprehensif, yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai macam
prilaku dan diterapkan pada berbagai populasi dan setting / situasi
(misalnya, digunakan pada prilaku pengobatan, pencegahan dan setting
pembuatan kebijakan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan pembahasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa
perubahan prilaku merupakan suatu tindakan atau pola respon yang dilakukan
oleh seseorang pada situasi tertentu. Prilaku seseorang menyangkut tindakan atau
respon timbal balik antar individu dengan lingkungan sekitarnya, melalui cara
orang berfikir, merasakan dan bertindak. Hal yang penting dalam prilaku
kesehatan adalah masalah perubahan prilaku, karena perubahan prilaku
merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan / promkes.
Model perubahan prilaku berguna untuk mengartikulasi berbagai konstruk atau
konsep dalam promosi kesehatan dan prilaku kesehatan. Trantheoritical model
sebagai sebuah model perubahan prilaku, dapat digunakan sebagai pemandu
pemilihan strategi. Intervensi yang efektif untuk mengubah dan mengendalikan
determinan-determinan kesehatan dan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang
diperlukan agar intervensi efektif, guna meningkatkan derajat kesehatan.
Transtheoritical model dapat memberikan saran strategi intervensi promosi
kesehatan yang tepat untuk berbagai individu pada berbagai tahap proses
pengambilan keputusan.
Model transtheoritical telah terbukti sukses digunakan diberbagai prilaku
kesehatan, dari yang sederhana hingga kompleks, meliputi berhenti merokok,
berhenti menggunakan narkoba, tidak melakukan kenakalan remaja, penurunan
berat badan, pengurangan asupan lemak, melakukan latihan jasmani dan
penggunaan kondom.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangannya,
penulis akan memperbaiki masalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah diatas.

Anda mungkin juga menyukai