Anda di halaman 1dari 4

MEMBANGUN SISTEM PELAYANAN KEPERAWATAN:

SEBUAH WACANA
(BUILDING A BETTER DELIVERY SYSTEM)

Supratman*

Abstract

Relatively little technical talent or material resources have been devoted to improving or optimizing the
operations or measuring the quality and productivity of the overall health care system. One need only note
that: (1) many patient in Indonesia die and also suffer injuries each year as a result of broken health care
processes and system failures; (2) little more than half of patients receive known “best practice” treatments
for their illnesses and less than half of physician practices use recommended processes for care.
Engineering tools and technologies that could help the health system overcome these crises and deliver care
that is safe, effective, patient centered, timely, efficient, and equitable (SEPTEE). Systems engineering tools
that have transformed the quality and productivity performance of other large-scale complex systems (e.g.,
telecommunications, transportation, and manufacturing systems) could also be used to improve health care
delivery. Engineering applications with the potential to improve health care delivery in the short, medium, and
long terms; and also to rapid improvements in the performance of the health care delivery system.

* Supratman
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura

PENDAHULUAN
Lain Dahlan lain pula Rima Melati. Ia
Perkembangan teknologi menuntut divonis kanker payudara–penyakit paling
penyesuaian (adaptasi) bagi mereka yang ditakuti kaum hawa (selain kanker leher
menginginkan eksistensi. Di negera-negara rahim). Ia berobat ke Belanda untuk beberapa
maju teknologi telah memasuki berbagai bulan lamanya dan ternyata hasilnya sangat
bidang kehidupan. Termasuk didalamnya memuaskan. Contoh kasus tersebut hanyalah
perkembangan teknologi kesehatan yang telah segelinitir kasus yang terjadi dan penulis
menghasilkan berbagai produk jasa meyakini masih banyak kasus yang serupa
pelayanan. Konon, Dahlan Iskan (sekarang yang dapat diatasi dengan teknologi
Direktur Perusahaan Listrik Negara kesehatan yang canggih. Betapapun teknologi
sebelumnya ia adalah pemimpin redaksi (sangat) dibutuhkan untuk menjawab masalah
harian Jawa Pos) beberapa tahun lalu divonis kesehatan yang dialami umat manusia.
menderita kanker hati dan menurut prognosis
dokter tidak akan berumur panjang. Teknologi kesehatan yang
Pengobatan di dalam negeri yang ia tempuh berkembang saat ini baik di negara-negara
bertahun-tahun sangat tidak memuaskan maju maupun di negara berkembang tidaklah
hasilnya. Akhirnya ia putuskan berobat ke memiliki fungsi apa-apa tanpa diaplikasikan
negara paling maju dalam sistem pelayanan kedalam sistem pelayanan yang terencana
kesehatan (US red). Dengan medical dengan baik. Sistem perlu dikembangkan
treatment (dan tidak lupa nursing treatment karena perlunya suatu sinergi antara berbagai
tentu saja) hasilnya ternyata sangat komponen sistem itu sendiri. Misalnya saja,
memuaskan. Dahlan merasa masih memiliki peralatan kesehatan yang canggih (sebagai
'ijin hidup' lebih lama lagi di dunia. Nyatanya, bagian dari input) di rumah sakit ternyata
ia masih hidup sekarang. petugas kesehatan (dokter, perawat atau yang

Membangun Sistem Pelayanan Keparawata … (Supratman) 43


lain) tidak dapat mengoperasikan dengan baik Tanpa hal itu, menurut penelitian
(bagian dari proses) tentu saja hasilnya tidak McMahon (1999), maka rata-rata perawat
akan baik (bagian dari output). Disinilah pelaksana menyatakan perasaan tidak berdaya
pentingnya membangun sistem pelayanan dalam pelayanan. Secara empiris, asuhan
yang nantinya dapat menghasilkan output keperawatan yang tidak menyertakan metode-
yang tidak saja memuaskan pasien tetapi juga metode asuhan yang tepat akan menghasilkan
petugas kesehatan. tingkat kepuasan yang rendah. Lebih jauh lagi
dikatakan, penerapan metode asuhan yang
DIMENSI SISTEM PELAYANAN tidak tepat membuat mereka merasa (secara
KEPERAWATAN (DIMENTION OF umum) tidak memiliki tanggungjawab,
CARE DELIVERY SISTEM) terbatasnya otoritas dalam bekerja dan
mereka bahkan menjalankan praktik tanpa
Sistem pelayanan keperawatan otonomi.
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan rumah sakit. The Institute of SISTEM-TEKNIK DALAM PEMBERIAN
Medicine (IOM) (2001) menyebutkan enam ASUHAN KEPERAWATAN (SYSTEM-
dimensi sistem pelayanan kesehatan rumah ENGINEERING FOR DELIVERY OF
sakit dengan sebutan SEPTEE. Safe, dimensi NURSING CARE)
pertama yang mengandung arti bahwa
petugas kesehatan 'harus' dapat Terminologi tentang sistem teknis
menghindarkan pasien dari luka (atau apapun) pelayanan selalu menjadi perdebatan di
yang tidak diinginkannya (adverse event). kalangan praktisi kesehatan di USA. Pasalnya
Efective, ialah bahwa petugas kesehatan para parktisi tidak yakin bahwa hal itu tidak
dalam memberikan pelayanan perlu akan mampu meningkatkan mutu dan
didasarkan pada pengetahuan ilmiah supaya produktifitas. Sistem teknis diartikan sebagai
diperoleh manfaat dan mereka menahan diri upaya menyeluruh dalam memanfaatkan dan
untuk tidak memberikan pelayanan yang tidak memadukan sumber-sumber daya, peraturan,
bermanfaat. teknologi peralatan kesehatan dengan
melakukan partnership dengan para insinyur
Dimensi ketiga ialah patient-centered, dalam mengevaluasi hasil pelayanan secara
memberikan asuhan dengan menghormati dan lintas-disiplin.
penuh tanggungjawab terhadap nilai dan
kebutuhan pasien dan memasukkan nilai-nilai Sistem teknis dapat digunakan dalam
yang dianut pasien dalam menetapkan berbagai varasi dalam praktik pelayanan
keputusan klinik. Timely, menurunkan waktu untuk mencapai kualitas, efisiensi, keamanan,
tunggu dan mengurangi bahaya baik bagi dan/atau proses, produk dan pelayanan yang
pemberi ataupu penerima pelayanan. berorientasi kebutuhan pasien. Sektor
Efficient, menghindari pemborosan termasuk pelayanan kesehatan sebagai sebuah
pemborosan peralatan, perlengkapan, dan pelayanan yang terbesar di Indonesia rupanya
energy. Equitable, memberikan asuhan terlalu lamban untuk menerapkan sistem
dengan kualitas yang relative bervariasi teknis tersebut. Pada awalnya, di USA sistem
berdasarkan karakteristik personal individu. teknis tersebut tidak menunjukkan nilai
penerimaan hasil yang optimal tetapi hampir
Sistem untuk memberikan pelayanan sebagian besar rumah sakit telah
harus menyertakan metode-metode dimana memanfaatkan sistem tersebut (Fone et al.,
pasien dan petugas kesehatan menjamin 2003; Leatherman et al., 2003; Murray and
struktur, tujuan pelayanan yang memasukkan Berwick, 2003).
seluruh elemen yang berpartisipasi dalam
pelayanan tersebut dapat mengerti dan Sistem pelayanan kesehatan di
bertanggungjawab. Indonesia tidak sepenuhnya mau

44 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2 No. 1, Maret 2009: 43-46
memanfaatkan sistem tersebut karena (MPKP) dengan metode penugasan primer.
berbagai alasan. Pelayanan kesehatan di Beberapa bangsal di RS St.Carolus juga
Indonesia terbagi dalam berbagai jenjang menerapkan hal yang sama. Ini menjadi bola
pelayanan, mulai dari level C sampai A. salju bagi rumah-rumah sakit lain di daerah di
Sumber daya yang dimiliki rumah sakit di Indonesia.
level C tentu saja tidak selengkap dan
secanggih yang dimiliki rumah sakit level A. KOMPONEN SISTEM PELAYANAN
keberadaan rumah sakit level C umumnya di (COMPONENT OF DELIVERY
tingkat kabupaten. Kebutuhan akan mutu SYSTEM)
pelayanan dirasa belum sampai pada level
yang tinggi. Kemampuan sumber dana juga Merujuk penelitian Donovan (1986)
tentu berbeda di berbagai level tersebut. tentang beberapa hal dalam pemberiana
asuhan keperawatan maka ia menetapkan
Belum lagi pelayanan rumah sakit lima komponen dalam pemberian asuhan
swasta yang sangat terkait dengan siapa keperawatan. Komponen tersebut adalah
pemilik dana pribadi, swasta atau modal asing deskripsi kerja (position descriptions),
(banyak di kota-kota besar). Konsep pelayanan pendampingan pasien (patient
pelayanan rumah sakit pemerintah dan swasta escort service), proses evaluasi (evaluation
sangat berbeda dalam orientasi hasil. Swasta process), audit (chart audit), sistem
lebih dominan dalam profit oriented. komunikasi (communication system).

METODE DALAM MEMBERIKAN Deskripsi kerja perawat masing-


ASUHAN YANG BERMUTU masing perawat membutuhkan petunjuk
khusus atau informasi dalam menjalankan
Adakalanya anggota tim keperawatan perintah dalam memberikan asuhan dimana
merasa ‘terancam’ oleh tuntutan mereka hal tersebut dapat diperoleh melalui pelatihan
sebagai tenaga professional oleh karena ketrampilan berkelanjutan. Di beberapa
tuntutan metode dan alat dalam melayani negara maju team leader diberikan pada
kebutuhan pasien. Mungkin metode tertentu perawat lulusan sarjana (BSN, sementara di
(misalnya, metode tim) dapat diterima di Indonesia Ners) sedangkan anggota tim
beberapa rumah sakit, tetapi mungkin tidak di adalah mereka yang lulusan diploma atau
rumah sakit lain. Mungkin perawat-perawat sederajat (LPNs). Deskripsi kerja perawat
tertentu tidak familier dengan metode umumnya terdiri atas: (1) deskripsi kerja
penugasan yang diterapkan disebabkan oleh secara umum, (2) judul tugas, (3) kondisi
penerapan yang tidak pas. Metode penugasan pekerjaan, (4) metode dan cara pembayaran
seringkali hanya sebuah ‘simbol’ saja. gaji, (5) peluang untuk maju, (6) kualifikasi,
persyaratan pendidikan, pengalaman
Penelitian Suardana (2002), professional, kemampuan, dan karakteristik
membuktikan sebagian besar metode personal, (7) fungsi kerja: frekuensi kerja,
penugasan keperawatan menggunakan periode kerja.
fungsional. Mengingat rasio perawat-pasien
yang masih terlalu besar nampaknya alasan Pelayanan pendampingan pasien –
itu masih dapat diterima. Namun untuk rumah tugas pelayanan ini adalah membantu
sakit swasta dengan jumlah tenaga yang kebutuhan pasien agar semua program yang
relative besar mestinya metode fungsional ditetapkan dapat diterima oleh pasien. Di luar
tidak tepat untuk diterapkan. negeri tugas ini dikerjakan oleh perawat
LPNs, tetapi di Indonesia sepertinya tidak
Salah satu bangsal rawat inap RSCM jelas. Ke depan perlu ditetapkan jenis
Jakarta (IRNA B lantai6) telah menerapkan kualifikasi untuk pekerjaan ini.
metode praktik keperawatan professional

Membangun Sistem Pelayanan Keparawata … (Supratman) 43


45
Proses evaluasi yang dimaksud Seharusnya audit ini dilakukan oleh perawat
evaluasi disini menyeluruh terhadap kinerja independen. Audit eksternal dilakukan oleh
perawat dan evaluasi terhadap proses asuhan unsur diluar unit keperawatan.
itu sendiri. Kadangkala proses ini dianggap
tidak penting karena perawat (lebih suka) Sistem komunikasi–dalam unit
kegiatan yang sifatnya rutinitas. Sehingga pelayanan keperawatan modern, sistem
parameter keberhasilan pelayanan kurang komunikasi mutlak diperlukan. Secara
terukur. teoritis, sistem komunikasi dapat berlaku
vertical dan horizontal. Kedua hal tersebut
Audit–audit bisa bersifat internal harus berjalan seimbang agar terjadi
ataupun eksternal. Audit internal dilakukan kesempurnaan interpretasi kerja yang baik.
oleh tim keperawatan terhadap seluruh unsur
yang ada di unit pelayanan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Donovan L. 1986. External incentives, information technology, and organized processes to improve health
care quality for patients with chronic diseases. Journal of the American Medical Association
289(4): 434–441.

Feistritzer, N.R., and B.R. Keck. 2000. Perioperative supply chain management. Seminars for Nurse
Managers 8(3): 151–157.

Fone, D., S. Hollinghurst, M. Temple, A. Round, N. Lester, A. Weightman, R. Roberts, E. Coyle, G. Bevan,
and S. Palmer. 2003. Systematic review of the use and value of computer simulation modelling in
population health and health care delivery. Journal of Public Health Medicine 25(4): 325–335

IOM. 2001. Crossing the Quality Chasm: A New Health System for the 21 st Century. Washington, D.C.:
National Academy Press.

IOM. 2003. Keeping Patients Safe: Transforming the Work Environment of Nurses. Washington, D.C.:
National Academies Press.

McMahon. 1999. The quality of health care delivered to adults in the United States. New England Journal of
Medicine 348(26): 2635–2645.

Suardana. 2002. Studi komparasi metode fungsional dan tim-fungsional di Rumah Sakit Daerah Sanglah
Denpasar Bali, Tesis tidak diterbitkan, FIK UI Jakarta.

46 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2 No. 1, Maret 2009: 43-46

Anda mungkin juga menyukai