Anda di halaman 1dari 11

KONSEP PENGETAHUAN TANAH

Dosen Pengampu

Dr. Ramdani salam,S.si.,M.T.

Oleh:

Rindang Akbar

03281811052

Sahbudin

3/B

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

TAHUN AKADEMIK

2019
KONSEP PENGETAHUAN TANAH

A. Hakekat Tanah

Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan
bahan organik. Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu kehidupan semua
mahluk hidup yang ada di bumi. Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan tanaman yang
menyediakan hara dan air di bumi. selain itu, Tanah juga merupakan tempat hidup berbagai
mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan tempat berpijak bagi sebagian mahluk
hidup yang ada di darat. Dari segi klimatologi , tanah memegang peranan penting sebagai
penyimpan air dan mencegah terjadinya erosi. Meskipun tanah sendiri juga bisa tererosi.
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh
& berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air
dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa
organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn,
Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri
perkebunan, maupun kehutanan.

Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan yang dibantu oleh organisme membentuk tekstur
unik yang menutupi permukaan bumi. proses pembentukan tanah ini akan membentuk lapisan-
lapisan yang menutupi seluruh permukaan bumi. lapisan-lapisan yang terbentuk memiliki tekstur
yang berbeda dan setiap lapisan juka akan mencerminkan proses-proses fisika, kimia dan biologi
yang telah terjadi selama proses pembentukannya. Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah
asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan
induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika
faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring
dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai
jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.

Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat
(butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase: fase padatan, fase cair, dan
fase gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan
ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur
tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori
berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup
besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila
berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.

Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah
mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah
organik terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
Tanah organik mempunyai warna yang gelap (hitam) dan merupakan pembentuk utama
dari lahan gambut. Tanah organik ini akan terus mengalami proses panjang selama ratusan tahun
untuk menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena
mengandung beberapa asam organik hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Tanah ini
biasanya memiliki kandungan mineral yang rendah. Pasokan mineral yang bisa didapat oleh
tanah organilk yaitu berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk
hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur sehingga mampu
menyimpan cukup air. Namun karena memiliki keasaman yang tinggi sebagian besar tanaman
yang menggunakan media tanah ini tidak bisa tumbuh secara maksimal.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk
tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk
tanah: pasir, lanau (debu), dan lempung.

Dari segi warna, tanah memiliki variasai warna yang sangat beragam mulai dari hitam kelam,
coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu tanah juga memiliki perbedaan warna
yang sangat kontras pada setiap lapisannya sebagai akibat proses kimia. Tanah yang memiliki
warna yang gelap merupakan ciri yang biasanya menandakan bahwa tanah tersebut mengandung
bahan organik yang sangan tinggi. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh
kehadiran mangan,belerang, dan nitrogen.Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya
disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh
kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang
seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada
pola warna yang menyerupai bercak totol-totol atau warna yang terkonsentrasi.

Tanah dalam konteks kajian geografis adalah tanah sebagaii tubuh alam yang menyelimuti
permukaan bumi dengan berbagai sifat dan perwatakannya yang khas dalam hal proses
pemnbentukan, keterpadapatan, dinamika dari waktu ke waktu , serta manfaatnya bagi kehidupan
manusia. Semua orang yang hidup di permukaan bumi telah mengenal wujud tanah, akan tetapi
bnyaknya ragam tanah, sifat persebaran tanah yang khas di permukaan bumi, serta ragam
pemanfaatannya menjadikan tanah sebagai obyek yang besar. Tanah adalah tubuh alam gembur
yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi dan mempunyai sifat dan karakteristik
fisik,kimia,biologi,serta morfologi yang khas sebagai akibat dari serangan panjang tanah tidak
sama dengan kurun waktu pembentukan batuan.
B. Tanah Sebagai Sestem Dinamis

Tanah, seperti halnya manusia memiliki keterbatasan kemampuan untuk mempertahankan


apalagi meningkatkan produktivitasnya. Penurunan produktivitas umumnya diakibatkan oleh
penurunan daya tahan tubuh. Penurunan daya tahan tubuh (manusia ataupun tanah), baik oleh
fator internal, maupun eksternal yang akhirnya dapat mengusung sistem tubuh tersebut ke
arah gangguan kesehatan (sakit).

Di dalam ilmu tanah pertanian, tanah diidentifikasikan memiliki “tubuh (profil)


tanah”, sehingga dapat dibedakan antara satu jenis tanah terhadap jenis tanah lainnya. Secar
ilmiah, tanah didefenisikan sebagai “benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam
horizon-horizon (lapisan-lapisan) dan terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik,
air, dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman”.

Dari defenisi ilmiah tentang tanah tersebut dapat diketahui bahwa tanah tersusun dari
empat bahan (komponen) utama yaitu: bahan mineral, bahan organik, air, dan udara. Bahan-
bahan penyusun tanah ini kadarnya berbeda-beda untuk setiap jenis tanah, begitupun untuk
setiap lapisan tanah. Pada tanah lapisan atas (area perakaran tanaman) yang baik (ideal)
untuk pertumbuhan tanaman apabila mengandung 45% bahan mineral, 5% bahan organik,
20-30% air, dan 20-30% udara. Perubahan komposisi ideal ini dapat terjadi akibat intensitas
penggunaan tanah yang tinggi, pencucian dan erosi. Komposisi yang berubah menyebabkan
berubahnya kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman.

TANAH SAKIT DAN FAKTOR PENYEBAB


Telah disebutkan di atas, tanah sakit atau dalam bahasa yang lebih populer tanah yang
menurun produktifitasnya, dapat disebabkan salah satunya oleh faktor internal, terutama
asupan energi (bahan makanan) yang kurang dan tidak seimbang. Bahan makanan utama
tanah adalah bahan organik. Seperti halnya manusia, untuk hidup sehat harus mengkonsumsi
cukup air, udara, dan makanan. Bahan makanan utama manusia juga bahan organik (beras,
sayur, daging, susu, dan lain-lain) yang mengandung zat gizi seperti karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral, dan lain-lain.

Bahan makanan dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila kandungan zat gizinya
tinggi dan berimbang. Bahan makanan dengan zat gizi yang baik akan mendukung kesehatan
tubuh. Demikian halnya dengan tanah, berkurangnya kandungan bahan organik (kurang dari
5%) dan rendahnya kualitas bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyebabkan
tanah menjadi sakit (kurang makan atau kurang gizi) yang mengakibatkan berkurangnya
kemampuan tanah untuk mendukung produksi tanaman secara maksimal.

Bahan organik tanah begitu penting dalam mendukung produktivitas tanah dan
tanaman karena berperan dalam memperbaiki seluruh aspek produktivitas tanah atau seluruh
sifat dan prilaku tanah. Ditinjau dari sifat fisika tanah, bahan organik berperan dalam
memperbesar prositas (kegemburan) tanah melalui penurunan berat volume (bulk density),
tetapi tanah memiliki kemantapan agregat yang tinggi karena fungsinya sebagai cementing
agent (zat perekat antar butir/partikel tanah). Dengan demikian, udara mudah beredar atau
bertukar antara udara atmosfer (di atas permukaan tanah) dengan udara di dalam pori-pori
tanah (aerase baik), perakaran mudah berpenetrasi di dalam matrik atau diantara butir-butir
agregat tanah.

Terhadap sifat kimia tanah, bahan organik dapat memperbesar nilai kapasitas tukar
kation tanah sehingga dapat menjerap hara lebih banyak, menyumbang hara ke dalam tanah,
terutama hara N, P, S, dan unsur hara mikro, menurunkan tingkat keracunan Al dan Fe
karena sebagian besar Al dan Fe-dapat dipertukakan (ion Al dan Fe) di dalam tanah dapat
membentuk senyawa komplek dengan senyawa organik (chelation).

Bahan organik juga memperbaiki kehidupan mikroorganisme (sifat biologi) tanah.


Bahan organik yang cukup dan memiliki kualitas yang baik (nilai gizi yang tinggi dan
berimbang) merangsang pertumbuhan dan peningkatan keanekaragaman mikrobia dalam
tanah. Jumlah dan aktifitas yang tinggi dari mikrobia dalam tanah dapat membantu pelarutan
bahan mineral dan bahan organik (unsur hara) tanah sehingga unsur hara cukup tersedia bagi
tanaman.

Jadi keberadan bahan organik yang cukup dan berkualitas di dalam tanah, bukan
hanya sebagai sumber unsur hara saja, namun lebih jauh lagi berperan dalam semua sifat dan
prilaku tanah (memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah), bahkan dapat menekan
laju erosi dan pencucian unsur hara di dalam tanah. Kemantapan agregat dan daya sangga
serta porositas tanah yang tinggi akibat kecukupan bahan organik dalam tanah dapat
menekan laju erosi dan pencucian hara dimaksud karena tanah tidak mudah pecah oleh
energi kinetik curah hujan, air mudah diserap masuk ke dalam tanah, dan unsur hara banyak
tertahan dalam mikro sel (misel) tanah.

KADAR BAHAN ORGANIK TANAH PERTANIN KITA


Berbagai kajian mendapatkan bahwa tanah-tanah pertanian kita, baik tanah sawah,
apalagi tanah tegalan (lahan kering) memiliki bahan organik yang jauh lebih rendah dari
kadar bahan organik ideal yang disyaratkan (sekitar 5%) (Tabel 1).

Dari Tabel 1 dapat kita ketahui bahwa tanah-tanah pertanian di beberapa wilayah di
Sumatera Utara yang secara intensif digunakan, baik untuk tanaman lahan kering, maupun
lahan padi sawah memiliki kadar bahan organik yang rendah sampai sangat rendah sehingga
daya dukungnya terhadap produksi tanaman juga rendah. Tanah-tanah demikian yang
diindikasikan sebagai tanah sakit karena sumber energi atau bahan makanannya sangat
rendah. Seperti telah disebutkan di atas bahwa dengan rendahnya kandungan bahan organik
pada suatu tanah maka fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman yang diemban oleh sifat-
sifat tanahnya akan berkurang karena daya sangga dan agregasi lemah, kemampuan
menyerap air rendah, unsur hara tersedia juga rendah dan lain sebagainya.
TANAH MATI OLEH EROSI DAN SEDIMENTASI
Erosi merupakan faktor ekternal penyebab tanah-tanah pertanian menjadi sakit atau
bahkan mati. Erosi pada awalnya akan memindahkan bahan organik dan liat dari dalam tanah
(selektifitas erosi) ke badan-badan air (sungai) yang kemudian diendapkan di buffer area
sungai atau terbuang ke muara dan ke lautan. Erosi yang terus berlanjut akan mengikis
permukaan tanah atau bagian tanah yang lembut (horizon A dan B), sehingga horizon C
(bahan induk) dan bahkan horizon R (batuan induk) muncul ke permukaan. Fenomena ini
tejadi secara berkelanjutan pada hampir semua lahan pertanian kita, terutama pada sistem
pertanian lahan kering. Pada tahap ini tanah dikategorikan sakit parah dan bahkan dapat
dikatakan sebagai tanah yang mati.

Tanah mati dapat juga disebabkan oleh longsor di bagian hulu (daerah berlereng) dan
tertimbun oleh longsoran atau endapan lumpur pada bagian lain di bawahnya. Tanah
tertimbun oleh larva atau lahar pada peristiwa erupsi (peletusan gunung berapi) dapat
digolongkan sebagai tanah mati.

PENYEBAB UTAMA BERKURANGNYA BAHAN ORGANIK TANAH


Sedikitnya ada dua penyebab utama berkurangnya/hilangnya bahan organik dari dalam
tanah-tanah petanian, yaitu: (1) erosi, dan (2) dibuang lewat panen. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa bahan oraganik yang tebuang akibat erosi berkisar antara 5,38-17.06
kg/hektar dengan erosi berkisar antara 66,5-96,1 ton per hektar. Selain itu, erosi dapat pula
menyebabkan kehilangan hara, terutama hara N, P dan K (Tabel 2).

Bahan organik banyak terbuang dari lahan pertanian karena terbawa panen. pembuangan
bahan organik ini diperparah lagi akibat adanya kebiasaan petani membakar bahan organik
sisa tanaman sebelumnya (jerami atau serasah) pada saat akan dilakukan pengolahan tanah
untuk persiapan musim tanam berikutnya. Pembakaran bahan organik sisa tanaman
sebelumnya tersebut justru meningkatkan pengurasan bahan organik secara berlebihan dari
dalam tanah. Bahan organik yang dibakar, disamping berubah dari bahan organik menjadi
bahan mineral (dalam bentuk abu atau arang), bahan organik yang ada di dalam matriks
tanah permukaan pun ikut terdegradasai akibat adanya pembakaran jerami atau sisa tanaman
di atas permukaan tanah.
C.Pedon dan Polipedon

Tanah tidak lagi diartikan sebagai pengertian secara vertikal dan horizontal, beserta
ekosistemnya. Tanah dalam arti luas ini lebih tepat disebut lahan. Sereal tanah yang
mempunyai karakter dan ciri yang relatif homogen disebut pedon, satu pedon mempunyai
areal seluas 1-10 m2 tergantung variabilitas tanahnya. Suatu kawasan yang mempunyai
banyak pedon yang berbeda disebut polipedon (pengganti istilah individu tanah), sehingga
suatu bentang lahan merupakan kumpulan dari suatu atau beberapa polipedon berbeda
“tanah” dan “non tanah”. Konsep ini menurut Jhonson (cit. Darmawijaya, 1990). Memenuhi
sebagian besar persyaratan satuan tanah dasar yang ideal, lain; 1) dapat di amati, diukur, dan
lengkap, 2) bebas dari semua sistem taksonomi, 3) dibatasi oleh batas-batas alam yang jelas
4) cakupan areal pangkajian yang memberikan kelulusan, 5) definisi yang tepat. Namun
untuk mendapatkan konfigurasi permukaan tanah atau karakteristik suatu seri tanah yang
normal, luasan pedon masih terlalu kecil. Simonson (1986 cit Darmawijaya) mengusulka
istilah polipedan untuk menghubungkan pedon dan sistem tasonomi tanah.

D.Horizon tanah

Horison tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih sejajar dengan
permukaan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan berbeda dengan lapisan
disebelh atas ataupun bawahnya yang secara genetik ada kaitannya. Horison tanah berbeda
dengan lapisan tanah dalam hal proses pembentukannya. Horison tanah terbentuk karena pross
perkembangan tanah sementara lapisan taah terbentuk karena proses pengendapan bahan tanah
oleh tenaga geomorfik. Urutan horison tanah dari permukaan ke bawah permukaan mengikuti
logika pembentukan tanah oleh berbagai proses translokasi, transformasi, pengurangan dan
penambahan atas senyawa kimia dan partikel tanah di dalam profil. Urutan perlapisan tanah
mengikuti logika pengendapan material batuan yang khas menurut macam tenaga geomorfik
yang mengendapkannya. Contoh paling banyak ditemui adalah lapisan tanah hasil pengendapan
oleh proses air akan mempunyai urutan material paling kasar berada di lapisan paling dasar dan
material paling halus berada di lapisan paling atas.
Horison genetik utama
Horison genetik utama atau sering disebut dengan horison utama diberi simbol dengan huruf
kapital O,A,E,B,C dan R. Keterangan dari masing-masing horison tanah utama adalah sebagai
berikut :
O adalah simbol untuk horison atau lapisan yang didominasi oleh bahan organik.
A adalah simbol untuk horison tanah mineral yang terbentuk pada tanah atas atau lapisan atas di
bwah lapisan O, yng menunjukkan hilangnya seluruh atau sebagian besar struktur batuan asli dan
memperlihaatkan satu atau lebih sifat.
E adalah simbol ntuk horizon yang mengalami proses pelindian(leaching) maksimal, dicirikan
oleh warna yang lebih terang daripda horizon B yang terletak di bawahnya.
B adalah simbol untuk horison yang terbentuk di bawah horison A,E, atau O yang telah
mengalami perkembangan horison hingga mencirikan hilangnya seluruh atau sebagian besar
struktur batuan asli dan menunjukkan satau atau lebih sifat.
C adalah simbol simbol untuk horison ataulapisan bahan induk tanah.
R adalah simbol untuk lapisan batuan induk misalnya granit, basalt, batugamping , batu pasir,
Berikut adalah Foto Horizon Tanah

Tanah yang tersusun dari beberapa lapisan, dari foto tersebut nampak lapisan
organik, yang masih ditumbuhi rerumputan.
Tanah yang ditumbuhi rerumputan, dalam foto tersebut masih nampak batuan
induknya atau horizon C.

E.Profil Tanah

Profil tanah merupakan sebuah irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan
menggali tanah.Horizon merupakan lapisan atau zona pada tanah yang terbentuk karena adanya
variasi komposisi, tekstur, dan struktur tanah. Profil tanah pada dasarnyadapat dibagi menjadi 4
macam horizon. Mulai dari yang teratas ke bagian terdalam. Mulai dari zona O,A,B, dan C.

Profil tanah merupakan kumpulan berbagai macam lapisan tanah. Horison-horison tanah diberi
tanda dengan huruf, dari lapisan atas sampai dibawah dengan huruf : O, A, B, C dan R. Horison
O adalah profil tanah bagian atas yang terdiri dari seresah tanah atau bahan organik tanah yang
masih segar, lapisan ini merupakan guguran dari daun-daun dan ranting pohon yang menutupi
lapisan atas tanah. Bagian horison O merupakan horison "Organik" yang terdiri dari beberapa
lapisan L = litter, F = Fermentation, dan H = Humus.

Horison A merupakan hasil pelapukan dari horison O, disini terjadi pelarutan unsur-unsur hara
dan senyawa lain yang dibawa air infiltrasi ke lapisan dibawahnya. Terjadi proses leaching yaitu
proses pencucian unsur hara oleh air.

Horison B merupakan horison yang miskin bahan organik. Kegiatan mikrobia hampir tidak ada,
lebih padat dan warnannya lebih merah. Sebagai horison akumulasi unsur-unsur hara dan
senyawa-senyawa horison pencucian yang tercuci.

Horison C adalah horison yang terdiri dari bahan induk tanah, merupakan batuan yang sebagian
sudah mengalami pelapukan.
arahatikahgeografitanah.blogspot.com/p/pengertian-tanah.html

https://pertarunganhidup.wordpress.com/2012/10/22/tanah-sebagai-tubuh-alam-yang-dinamis/

https://www.duniapelajar.com/2010/06/03/dasar-dasar-ilmu-tanah/

http://farahatikahgeografitanah.blogspot.com/p/horizon-tanah.html

http://www.pengertianilmu.com/2015/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none29.html

Anda mungkin juga menyukai