1
Petrofisika dan Sejarahnya
• Petrofisika adalah cabang ilmu kebumian yang
mempelajari sifat-sifat fisik batuan.
• Usaha memahami sifat-sifat fisik batuan berpori
sudah dimulai sejak awal munculnya industri migas.
• Para pelopor penelitian mengenai sifat-sifat fisik
batuan berpori: Kozeny (1927), Tickel et al. (1933),
Schlumberger et al. (1936), Hassler et al. (1936),
Wyckoff and Botset (1936), Leverett (1941), Benner
and Bartell (1941), Archie (1942, 1950), Patnode and
Wyllie (1950).
• Aliran fluida dalam media berpori (Darcy, 1856,
saringan pasir; Slichter, 1899, ground water).
2
Silabus
• Mempelajari teori mengenai sifat-sifat fisik
batuan reservoir dan konsep pengukurannya
di laboratorium; karakteristik batuan berpori;
porositas; permeabilitas absolut, efektif dan
relatif; saturasi fluida; kompresibilitas
batuan; interaksi fluida-batuan; tekanan
kapiler; resistivitas batuan berpori yang
mengandung fluida; pengaruh tekanan dan
temperatur pada sifat-sifat fisik batuan.
3
EVALUASI HASIL BELAJAR
• Pekerjaan rumah : 15%
• Ujian Tengah Semester : 35% (bahan ujian dari
awal kuliah sampai dengan bahan kuliah
menjelang UTS)
• Ujian Akhir Semester : 50% (bahan ujian
semua bahan kuliah yang dibahas setelah UTS)
4
Pustaka Acuan
• Petroleum Reservoir Engineering: Physical
Properties (author: J. W. Amyx, D. M. Bass, Jr.,
and R. L. Whiting).
• Properties of Reservoir Rocks: Core Analysis
(aouthor: R. P. Monicard)
• Coring and Core Analysis Handbook (author:
G. Anderson).
5
Sumber Data Sifat Fisik Batuan
• Sifat-sifat fisik batuan diperoleh melalui:
(i) pengukuran langsung atas contoh-contoh
batuan (core samples), atau
(ii) cara tidak langsung dg memakai alat Well LOGS yg
mengukur sifat fisik tertentu dari batuan untuk
kemudian dianalisis dan diinterpretasikan.
6
Topik-Topik yang Dibahas
• Batuan reservoir dan perangkap
• Pori-pori dan porositas
• Saturasi fluida
• Permeabilitas absolut
• Sifat kebasahan batuan
• Tekanan kapiler
• Permeabilitas efektif dan relatif
• Kompresibilitas
• Sifat hantar arus listrik (electrical properties)
batuan berpori yang berisi fluida
7
Batuan Reservoir
dan
Perangkap
8
Batuan Reservoir
Batuan reservoir adalah batuan atau lapisan batuan
yang memiliki pori-pori (dan/atau rekahan-rekahan)
melalui mana fluida dapat mengalir.
Reservoir hidrokarbon berada jauh dibawah permukaan
tanah. Hidrokarbon (minyak dan gasbumi) telah
terperangkap jutaan tahun lalu didalam pori-
pori/rekahan batuan. Mengapa hidrokarbon dapat
terperangkap?
Pori-pori/rekahan (pore space atau pore void) itu pada
mulanya berisi air sebelum hidrokarbon bermigrasi
dan ada air-tersisa yang terperangkap dalam pori-
pori itu. Mengapa ada air yang tersisa?
9
Migrasi dan pemerangkapan
minyak dan gas bumi
Bentuk struktur
perlapisan
batuan yg
membentuk
perangkap
Reservoir
minyak dg
tudung gas
(hanya sebagai
contoh saja.)
11
Berbagai Perangkap Hidrokarbon
Bidang
Pergerakan unconformity
basement
ke atas.
Pergerakan
basement arah Pendesakan
lateral. kompresif
Pergerakan lapisan
arah lateral diatas
basement.
Perenggangan
dan penurunan Pendesakan oleh
lapisan. kubah garam
12
Bagaimana kita mengimajinasikan batuan reservoir dan karakteristiknya
(skala cm/inci)
13
Dimana Peran Petrofisika?
Rangkaian kegiatan Geology, Geophysics, dan Engineering dalam industri migas
Alur siklus
Alur siklus
(Pemodelan) (Pengelolaan) 14
Core dan Kegunaannya
15
Log analysis & Kalibrasi (Saturasi Air dan Porositas)
16
Pengambilan whole core
(subsurface coring)
17
Coring bit
18
Alat untuk side wall coring
19
Whole core (bukan side wall core)
20
Whole core yg telah dikeluarkan dari core barrel
Carbonate
21
Whole core yg telah dikeluarkan dari core barrel
Sandstone
Common low resistivity low contrast lithofacies observed in the MTJDA include
Bioturbated Muddy Sandstone (Sbm), Rippled Heterolithic (Hr) and Bioturbated
Heterolithic (Hb). Occasionally these intervals are also associated with Bioturbated
22
Sandstone (Sb) and Rippled Sandstone (Sr).
Foto contoh batuan yang memiliki rekahan (fractures)
23
Berikut adalah slides yg menunjukkan
hasil dari analisa core sample
24
Contoh foto hitam-putih sayatan tipis batupasir menunjukkan
susunan antar butir yg membentuk pori-pori dan jenis
mineral dan fragmen penyusun batuan.
Thin section
(Sandstone)
25
Thin section juga untuk mencirikan rentang ukuran dan
bentuk butir, jenis pori-pori serta diagenesa yang pernah
terjadi pada batuan.
26
Contoh foto thin section (Carbonate)
27
Contoh thin section (Sandstone)
ZONE
SAMPLE LITHOL
No. WELL PLAG. ALK. ANKERIT FE ILL. CHLORIT
DEPTH OGY QTZ. CALCITE SID. PYR. ARAGONITE CLAYS ILLITE KAOL. SMEC.
FELD. FELD. E DOLO. SMEC. E
1 5N-63B 366.00 R2 Shale 24.1 0.9 3.4 0.0 0.0 0.2 2.6 0.3 0.0 68.5 69.60 20.70 0.0 3.0 6.7
2 5R-63B 504.00 P Shale 32.0 2.1 3.4 0.0 0.0 0.0 3.3 0.1 0.0 59.1 54.80 30.50 0.0 14.7 0.0
3 5R-63B 623.00 K Shale 18.0 0.0 2.4 0.0 0.0 0.0 3.2 1.0 0.0 75.4 56.20 37.40 0.0 6.4 0.0
4 5R-63B 730.00 D Shale 26.6 1.9 0.7 1.70 0.0 0.0 0.6 1.6 0.0 66.9 44.70 44.70 0.0 10.6 0.0
5 5R-63B 754.00 D Shale 30.1 0.0 1.1 0.0 0.0 0.0 0.6 0.6 0.0 67.6 45.00 37.90 0.0 17.1 0.0
6 3P-55B 600.00 P4 Shale 47.7 1.4 6.9 0.0 0.0 0.0 0.9 3.3 0.0 39.8 59.80 23.80 0.0 5.1 11.3
7 5G-21Z 471.70 R3 Shale 62.0 2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 3.0 3.0 0 25 40.00 32 12 0 16
8 5G-21Z 480.75 R4 Shale 62.0 2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 3.0 2.0 0 25 48.00 32 12 0 8
9 5G-21Z 595.40 R5 Shale 63.0 0.0 2.0 3.0 0.0 1.0 3.0 3.0 0 23 43.48 43.48 0 0 13.04
10 5G-21Z 612.50 PR Shale 73.0 0.0 3.0 3.0 0.0 1.0 5.0 2.0 0 12 50.00 50 0 0 0
11 5G-21Z 834.56 KD1 Shale 75.0 0.0 6.0 1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 0 11 36.36 63.64 0 0 0
12 5G-21Z 844.36 KD1 Shale 72.0 0.0 3.0 0.0 0.0 1.0 3.0 2.0 0 18 33.33 66.67 0 0 0
13 5G-21Z 922.24 KD3 Shale 53.0 1.0 2.0 2.0 0.0 0.0 3.0 3.0 0 36 44.44 55.56 0 0 0
14 5G-21Z 968.03 KD3 Shale 46.0 0.0 1.0 6.0 0.0 0.0 5.0 3.0 0 36 38.89 61.11 0 0 0
15 5G-21Z 1050.77 BJ Shale 51.0 0.0 3.0 2.0 0.0 30.0 2.0 2.0 0 10 40.00 60 0 0 0
16 5G-21Z 1063.96 BJ Shale 55.0 0.0 2.0 0.0 0.0 32.0 2.0 1.0 0 8 37.50 62.50 0 0 0
17 5G-21Z 1079.10 JG Shale 53.0 0.0 3.0 34.0 0.0 1.0 5.0 0.0 0 4 50.00 50 0 0 0
18 5G-21Z 1129.90 JG Shale 48.0 1.0 1.0 1.0 0.0 0.0 7.0 4.0 0 38 42.11 57.89 0 0 0
19 5G-21Z 1145.30 JG Shale 43.0 0.0 1.0 7.0 0.0 0.0 12.0 5.0 0 32 37.50 62.50 0 0 0
20 5G-21Z 1226.12 DL Shale 53.0 0.0 1.0 1.0 0.0 0.0 5.0 3.0 0 33 45.45 54.54 0 0 0
21 5G-21Z 1243.98 DL Shale 43 1 1 0 0 0 1.0 5 0 46 34.78 65.22 0 0 0
29
Contoh gabungan sebagian data core analysis
RCA Corrected
No Depth, Clay content Clay
Well Sub - Zone Lithology Gr, size Depth
. (ft) Distribution
f (ft)
(Illite, Kaol, Smect, Ill-Smec, Chlor) Gr. Dens (g/cc)
(%)
1 5N-63B 483 PR2 sandstone m-cgr 15.8% (71, 14, 0, 5, 10); 0.6% Fe-Dolo Structural 2.66 35.2 484
2 5N-63B 496 PR2 sandstone m-cgr 10.6% (62, 22, 0, 6, 10); no Fe-Dolo Structural 2.65 35 497
3 7P-43B 536 PR1 sandstone vf-fgr 6% (32, 29, 0, 19, 0);51.9% Fe-Dolo Structural 2.79 6.4 536
4 7P-43B 541.5 PR1 sandstone vf-fgr 7.7% (40, 47, 0, 11, 0);47.7% Fe-Dolo Structural 2.77 23.7 541
5 7P-43B 565.5 PR1 sandstone vfgr 11.4% (30, 43, 0, 6, 0);20% Fe-Dolo Structural 2.64 37.4 565
6 7P-43B 566 PR1 sandstone vfgr 10% (30, 40, 0, 9, 0); 27% Fe-Dolo Structural 2.76 17 566
7 7P-43B 569 PR1 sandstone vfgr 11% (55, 36, 0, 9, 0); 18.4% Fe-Dolo Structural 2.6 39.8 570
8 7P-43B 585 PR2 sandstone vfgr 5.2% ( 45, 47, 0, 8, 0); 42.4% Fe-Dolo Structural 2.78 7.6 585
9 7P-43B 612.5 PR3 sandstone vfgr 5.5% (38, 46, 0, 16, 0); 27.7% Fe-Dolo Structural 2.63 37.9 613
10 7P-43B 623 PR4 sandstone vf-fgr 7.7% (55, 28, 0, 18, 0); 25% Fe-Dolo Structural 2.79 6.9 623
11 7P-43B 671.5 PR5 sandstone f-mgr 4.7% (22, 77, 0, Tr, 0); no Fe-Dolo Structural 2.64 35.1 671
12 6J-47A 160.1 D140 sandstone vf-cgr 25.9% (32, 13, 49, 0, 6) Patchy N/A 33.6 160
13 3P-55B 547.5 PR1 Sandstone f-mgr 15.2% (66, 11, 0, 17, 6); 10% Fe-Dolo Structural 2.76 20.6 548
14 3P-55B 630 PR5 Sandstone f-mgr 12.8% (44, 31, 0, 10, 14); no Fe-Dolo Structural 2.66 36.7 631
15 3P-55B 657.2 KD1 Sandstone m-cgr 17.3% (47, 27, 0, 11, 15); no Fe-Dolo Structural 2.65 33 658
30
Permeability versus Porosity
10000
1000
100
Permeability, md
10
0.1
0.01
0 5 10 15 20 25 30 35
Porosity, %
31
Perbandingan properties dari
conventional dan sidewall cores
Chart Title
30
25
20
Porosity (%)
15
10
Conventional Sidewall
0
1 10 100 1000
Permeability (mD)
32
Tekanan Kapiler versus Saturasi Air
140
120
112
100
Capillary Pressure (psi)
204
206
80
308
333
60
451
504
40
619
727
20
1114
0
0 20 40 60 80 100
Water saturaion (%)
33
Permeabilitas Relative versus Saturasi Air
1
kro
0.8
Relative Permeability (fraction)
0.6
krw
0.4
7
0.2 13
20
21
41
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Water Saturation, fraction
34
Sifat kelistrikan batuan berpori yg berisi air
1000
Formation Resistivity Factor
100
10
1
0.01 0.1 1
Porosity, fraction
35
Jenis-Jenis Batuan Reservoir
40
Beberapa jenis batuan endapan klastik lainnya
41
Persentase butiran berdasarkan ukuran butir
42
Mineral lempung (clays) dan
karakteristiknya
43
Simbol :
K40 = radioactive
44
Foto SEM dari mineral smectite
45
Foto SEM dari mineral illite (bridging di dalam pori-pori)
46
Foto SEM dari mineral chlorite (pore lining)
47
Foto SEM dari mineral kaolinite (disperse atau structural)
48
Contoh sebaran clay didalam pori-pori
49
Pengaruh jenis dan distribusi Clay pada Permeabilitas sandstone
Pengaruh
50
Luas Permukaan Spesifik
Hanya
pembanding
Mineral
lempung
(Clays)
51
Cation Exchange Capacity (CEC) – meq/100gram
53
Hubungan antara Specific Surface Area dan CEC
54
Swelling dan Deflokulasi/Dispersi dan
Pencegahannya
• Swelling telah dijelaskan diatas
• Deflokulasi atau dispersi yaitu proses lepasnya
ikatan antar partikel-partikel clay (lihat slide
berikutnya) sebagai akibat perubahan kondisi
(salinitas dan pH) air didalam pori-pori. Kaolinite
adalah salah satu yang mudah mengalami
deflokulasi/dispersi pada pH > 8.
• Pencegahannya dengan penggunaan air berkadar
garam tertentu (lihat slide berikutnya).
55
Gambar proses swelling dan deflokulasi/dispersi
(Swelling)
56
Swelling dan Dispersi
57
Bilamana penyumbatan pori-pori akibat deflokulasi/dispersi?
58
Pencegahan Swelling dan Deflokulasi
59
Pengaruh mineral clays pada
Spontaneous Potential (SP) Log
• SP log merupakan log listrik arus searah, merekam potential
listrik alami yg terjadi secara spontan antara elektroda pada
alat didalam lubang sumur dan elektroda di permukaan.
• Potential listrik akan timbul bila ada perbedaan konsentrasi
ion dalam fluida didalam sumur dengan ion dalam fluida yg
terkandung di pori-pori batuan.
• Potential listrik yang dapat terekam oleh alat log hanya dalam
skala millivolt.
• Kegunaan SP Log yaitu
- mencirikan sifat permeable dari lapisan batuan
- mencirikan batas-batas lapisan yang permeable
- memperkirakan resistivitas air formasi
- memperkirakan kandungan shale didalam lapisan
permeable 60
Track - 1 Track - 2 Track - 3
15 mV
Clean sand
baseline
Shale
baseline
Ada berapa
lapisan yg
permeable dan yg
impermeable?
Istilah impermeable
disini dipakai
terhadap fluida,
bukan terhadap ion-
ion.
61
Pengaruh kadar dan jenis clay pada SP response
- SP + - SP + - SP +
CEC
?
CEC
?
CEC
62
Penentuan Vshale atau Vclay berdasarkan SPlog
• Vshale = 1 – (PSP/SSP)
• Vshale = (SSP – PSP)/(SSP)
PSP = pseudostatic SP, harga SP pada lapisan yang Vshale-
nya ingin ditentukan; PSP < SSP.
SSP = static SP, harga SP pada clean sand yang tebal.
SSP CleanSand
SP log respons
Shale
63
Alat Gamma Ray Log mendeteksi radioaktivitas batuan
SP readings GR readings
SAND
rendah.
SHALE
65
Contoh respons Gamma Ray Log
GR readings pada
lapisan SHALE
GRmax
GRmi
GR readings
n pada
lapisan CleanSAND
66
Korelasi empirik untuk memperkirakan Vclay/shale
berdasarkan GR log
68
Istilah untuk Clean and Dirty Rocks
• Kandungan atau kadar clays (lempung), silt
(lanau), shale (serpih) sangat mempengaruhi
kualitas (sifat fisik) reservoir
• Istilah clean rock digunakan untuk suatu
batuan apabila batuan dimaksud mengandung
sangat sedikit komponen tersebut diatas
• Istilah dirty rock digunakan untuk suatu
batuan apabila batuan dimaksud mengandung
cukup banyak komponen tersebut diatas.
69
Istilah Jenis batuan sesuai kandungannya
70
Pori-Pori
dan
Porositas Batuan
71
Pori-pori batuan reservoir
Catatan:
- Pori-pori adalah ruang atau rongga kecil diantara
butir-butir (solid materials atau matrix) pembentuk batuan.
- Rekahan (fractures) adalah Bagian dari whole core
celah retakan pada batuan.
Tidak semua batuan berpori
memiliki rekahan.
Thin section
Macro fractures
Skala mikron
73
Katagori ukuran pori-pori
• Macropores: pori-pori berukuran (diameter) >
5 mikron
• Mesopores: pori-pori berukuran antara 2 – <5
mikron
• Micropores: pori-pori berukuran < 2 mikron.
74
Contoh sistem pori-pori batupasir
75
Skema pori-pori antar batuan
Aliran fluida berkelok-kelok: tortuous
Connected pores
Pore throat
Tortuosity, T = ℓa/ℓ
Tortuosity Factor,
1 2 τ = (ℓa/ℓ)2
Pore body
76
(Jarak tempuh rata-rata fluida dari 1 ke 2 )
Skema aliran fluida pada skala mikrosopik
Aliran fluida berkelok-kelok: tortuous
Connected pores
Pore throat
Tortuosity, T = ℓa/ℓ
Tortuosity Factor,
1 2 τ = (ℓa/ℓ)2
Pore body
77
(Jarak tempuh rata-rata fluida dari 1 ke 2 )
Beberapa jenis clay didalam pori-pori
78
SEM dari pori-pori (close up)
79
Luas permukaan beberapa jenis butiran/partikel
pembentuk batuan
80
Distribusi ukuran pori dari data mercury
injection capillary pressure
81
Contoh ukuran pore body dan pore throat
82
Pengaruh perbandingan ukuran pore body dan
pore throat terhadap recovery efficiency
83
Contoh sistem pori-pori batuan karbonat
84
Sistem pori-pori batupasir sebagai
pembanding
85
Skema Channel dan vugs dalam
batuan karbonat
Porositas lebih besar
86
3 Perbedaan utama rongga/ruang (pore spaces)
didalam batuan reservoir
• Rongga/ruang pori-pori diantara butir-butir
batuan (intergranular pores), terutama batupasir
dan karbonat (matrix system)
• Vugs, yaitu rongga pori-pori yang telah
membesar akibat proses pelarutan sebagian
butiran, terjadi pada batuan karbonat
• Rekahan (fractures): microfractures/fissures
(opening size beberapa micron) dan
macrofractures (opening size 10 – 200 mikron).
• Catatan: Tidak semua batuan reservoir memiliki ketiga jenis
rongga (dalam pengertian skala mikro) tersebut.
87
Reservoir Rekah Alami
• Ada banyak (tetapi tidak semua) reservoir
hidrokarbon yang memiliki rekahan (fractures
network) secara alami
• Reservoir rekah alami dapat terbagi atas:
- reservoir yang memiliki matrix pores,
vugs, dan jaringan rekahan
- reservoir yang memiliki matrix pores dan
jaringan rekahan
- reservoir yang memiliki hanya jaringan
rekahan.
88
POROSITAS
89
Porositas
• Porositas menyatakan prosentase (atau fraksi)
volume batuan yang dapat diisi oleh fluida. Yang
dapat diisi fluida yaitu tentunya pori-pori (dan
atau rekahan). Jadi, porositas yaitu perbandingan
volume pori-pori (dan atau rekahan) terhadap
volume batuan itu.
• Bila volume pori-pori tersebut dinyatakan dengan
simbol Vp dan volume batuan dinyatakan dengan
simbol Vb, serta porositas batuan dinyatakan
dengan simbol ф maka:
Porositas, ф = Vp/Vb
90
Porositas absolut/total dan
Porositas efektif
92
Volume batuan, volume pori, dan
volume butiran
• Batuan berpori terdiri dari padatan atau butiran dan
pori-pori.
• Volume butiran (grains volume, Vg) plus volume pori-
pori (pore volume, Vp) = volume batuan (bulk volume,
Vb). Jadi,
Vb = Vg + Vp
94
Contoh kegunaan porositas
• Porositas mengindikasikan besarnya volume pori-pori
yang dapat terisi oleh hidrokarbon bila diketahui
prosentase volume pori-pori yang diisi oleh connate
water.
• Harga porositas batuan reservoir berkisar antara 5 –
37%. Reservoir hidrokarbon pada umumnya bersifat
heterogen; artinya porositas didalam suatu tubuh
reservoir bisa bervariasi dari satu posisi ke posisi lain.
• Connate water atau kadang disebut interstitial water
adalah air yang mengisi pori-pori batuan reservoir
bersama-sama hidrokarbon (lihat slide). Kisaran harga
dalam zona produktif: 10 – 70%.
• Contoh: suatu reservoir minyak dengan ukuran
1000x2000x6 m3 memiliki porositas effektip 29% dan
connate water 40%, maka volume minyak = 2,088x106
m3. 95
Skema pori-pori diantara butiran (grains)
diisi oleh air dan minyak
96
Skema rekahan diisi oleh air dan minyak
Matriks
batuan
Matriks
batuan
Skema fracture (skala mikron) diisi
oleh minyak (hitam) dan air (water
film, biru)
Jika dibandingkan dengan sistem matriks seperti ditunjukkan
pada slide sebelumnya, volume air mula-mula didalam rekahan
per satuan volume pori-pori jauh lebih kecil .
97
Jenis Porositas berdasarkan hasil diagenesa
98
Porositas Batuan Rekah Alami
• Ruang pori-pori/rongga batuan rekah alami
seperti disebutkan diatas secara garis besar dapat
terbagi atas matrix pores dan fractures.
• Karena itu porositas batuan rekah alami seperti
itu memiliki фmatrix dan фfracture
sehingga: фmatrix + фfracture = фtotal
• Pada umumnya, batuan rekah alami yang
memiliki matrix system dan fractures:
фfracture << фtotal Storage Capacity dari fracture <<
Storage Capacity matrix sytem
• Batuan reservoir rekah alami yang bagaimanakah
bila фfracture = фtotal ?
99
Low intensity Matrix system of
of fractures zero porosity
network
100
(Vbt – Vf)
Vbt
101
102
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Porositas
103
(Plus fracture if any)
104
Jenis-Jenis batuan reservoir dan Porositasnya
106
Pengukuran Porositas
Data porositas dapat diperoleh dari 2 sumber:
1. Pengukuran di laboratorium (pengukuran
langsung pada contoh batuan),
2. Hasil interpretasi logs (pengukuran tidak
langsung di lapangan dengan
menggunakan alat logging yang diturunkan
melalui lubang sumur); disebut tidak langsung
karena alat logging ini hanya mampu mengukur
sifat2 fisik lainnya yang kemudian diinterpretasikan
untuk harga porositas.
107
1. Pengukuran porositas di laboratorium
Core sample atau contoh batuan harus sudah bersih,
yaitu core cleaning atau ekstraksi dengan
menggunakan cairan pelarut (solvent) pada
temperatur diatas titik didih air, kemudian core
sample dikeringkan.
111
Penggunaan Prinsip Hukum Boyle
dalam pengukuran porositas
114
2. Porositas hasil interpretasi Logs
• Sumber utama data porositas batuan reservoir
diperoleh dari hasil interpretasi rekaman logs sumuran
(well logs) atau wireline logs.
• Jenis logs untuk penentuan porositas disebut porosity
logs: Density log, Sonic log, dan Neutron log.
• Porositas dari logs umumnya dikalibrasi dahulu dengan
menggunakan routine core data (conventional ).
115
Wireline logging unit
116
Density Log
Sonde atau alat logging menggunakan sumber sinar gamma dengan energi
menengah. Ketika sinar gamma yang dipancarkan bertabrakan dengan elektron-
elektron dalam lapisan batuan, hasil benturan ini kemudian menyebabkan
kehilangan energi partikel-partikel sinar gamma. Alat detector merekam sinar
gamma yang kembali dan ini sebanding dengan bulk density batuan. Bulk density
batuan sangat tergantung dari density matriks, porositas, dan fluida dlm pori maka :
ma b
fD
ma fl
dimana f D = porositas, fraksi
ma = densitas matriks batuan (didapatkan dari routine core atau
ada harga standar untuk masing-masing jenis batuan), gr cc
b = bulk density terbaca dari rekaman log, gr cc
fl = densitas fluida yang mengisi pori-pori batuan (dengan
anggapan ada invasi mud filtrate), gr cc
(fresh water = 1,0 dan salt water = 1,15; bila ada mineral
berat dalam zona gas, fl 0,75 gr cc )
117
Matrix/Grain Densities (gram/cc)
Anhydrite 2,95
Dolomite 2,85
Calcite 2,71
Limestone 2,70
Quartz 2,66
Sandstone 2,65
Kaolinite 2,63
Illite 2,76
Montmorillonite 2,00
Halite 2,17
Chlorite 2,77
Coal 1,0 – 1,80
119
Sonic Log
Alat log ini terdiri dari ultrasonic transmitter dan receiver. Transmitter
melepas gelombang suara kompresif ke formasi batuan dan kemudian
gelombang suara kembali ditangkap oleh receiver. Interval transit time (yaitu
kebalikan dari kecepatan gelombang suara kompresif) dicatat oleh alat dalam
satuan sec ft
Interval transit time Δt dipengaruhi oleh jenis batuan (matrix), porositas, dan
jenis fluida dalam pori-pori.
5 tlog tma
2. Persaman Raymer et al. (1980) : fs
8 tlog
120
tlog tma t shale
b. Unconsolidated dan shaly formations : fs
t fl t ma 100
dimana
fs = porositas, fraksi
tlog = interval transit time dari log, sec ft
121
Interval transit time, Δt (μsec/ft)
Litologi Δtma Δtfl
Sandstone 52 – 56 -
Limestone 47,6 – 49,0 -
Dolomite 43,5 – 44,0 -
Anhydrite 50,0 -
Freshwater mud filtrate - 189
Salt water mud filtrate - 185
Casing (iron) 57 -
122
Gas
Zona porous
Air
123
Neutron Log
Data log disajikan dalam skala porosity unit hasil transform dari
sinar gamma yang terekam ke satuan porositas.
124
Pengaruh Gas dan Shale pada Density log dan Neutron log
Adanya gas dalam pori-pori menyebabkan respons log neutron
menghasilkan porositas rendah. Karakter respons log ini disebut
sebagai gas effect. Bila ini dikombinasikan dengan respons density
log, karakter adanya “separasi” biasanya secara kualitatif
mengindikasikan zona gas. Pada zona gas, porositas dari neutron log
terbaca kecil. Namun demikian, adanya kandungan shale dalam
sandstone maupun limestone dapat memperkecil separasi itu dengan
membesarnya porositas hasil neutron log (shale effect).
125
Bulk density
mengecil dengan
adanya gas
dalam pori-pori.
Separasi lebar
menunjukkan zona
gas.
?
126
Perata-rataan harga porositas
127
Basic Philosophy
• Honor core data
• Micropores in order of microns
• Helium molecule is in order of amstrong
• Water molecule is in the order of nanometer
• Clay bound water (within clay structure and on clay
surface) and its existence depends on type of clay
(reactive clay vs non-reactive clay)
• Water boiling temperature < cleaning temperature
toluene
• Capillary bond water evaporate during cleaning
• Clay bound water remains held during cleaning
128
129
The Fact and Finding
• SCAL data give m = 1.83 to 2.12 and n=2.0-2.1. indicating
insignificant amount of reactive clays. Therefore, there is
very little, if any clay bound water.
• Porosity derived from density log match better with
conventional routine core porosity.
• In the application of various methods of Sw determination,
archie equation results in better matches with the SCAL
data, meaning that clay correction is not necessary.
• When effective porosity and clay corrected Sw are used in
building static model, implementation of capillary pressure
data in model initialization result in much lower than the
volumetric static estimates.
130
Saturasi Fluida
131
Saturasi Fluida ( simbol: S)
133
Swi versus Porositas
134
Contoh Sw versus k
1
0.9
y = 0,519x-0,09
0.8 R² = 0,933
0.7
Sw (fraksi)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.1 1
k (md)
10 100 1000
100
RT-1
90
y= 45.77x-0.20 RT-2&3
80 R² = 0.477
RT-4
70
Swirr 65 .592 k 0.1914
60
Swirr, %
y= 54.01x-0.11
R² = 0.96
50
40 y = 38.78x -0.06
R² = 0.843
30
20
10
0
0.01 0.1 1 10 100 1000 135
Permeability, md
Contoh Swirr versus Specific Surface Area
Beda tekanan
fasa oil dg fasa air
Garis tekanan
air formasi.
137
Bilamana suatu fluida dapat mengalir dalam pori-pori?
• Suatu fluida dapat mengalir dalam pori-pori bila:
- ada perbedaan tekanan
- fluida ini menerus berhubungan dari
satu pori ke pori yang lain
- fluida yg berawal dari saturasi terendah harus
melampau critical saturation-nya.
138
Istilah beberapa Saturasi Fluida :
1. Saturasi air mula-mula (Swi) atau connate water saturation (Swc)
2. Irreducible water saturation (Swirr);
(Swi atau Swc belum tentu sama dengan Swirr )
3. Critical gas saturation (Sgc) : kondisi 3 fasa, P < Pb
4. Residual gas saturation (Sgr) : kondisi 2 fasa
5. Residual oil saturation (Sor)
6. Critical condensate saturation : kondisi 3 fasa
7. Residual hydrocarbon saturation berkisar antara 15 – 40 %.
8. Remaining oil saturation (Srem)
139
Skala reservoir:
Gas well
Oil well
Pres
Pres
Oil reservoir Gas reservoir
GWC
OWC
Aquifer
Aquifer
140
Skala reservoir:
Gas well
Oil well
Pres
Pres
Oil reservoir Gas reservoir
GWC
OWC
Aquifer
Aquifer
141
Skala makroskopic:
142
Skala mikroskopik:
143
Pembentukan residual oil dalam oil-wet system
144
Residual Oil or Gas Saturation
145
Sumber Data Saturasi
Data saturasi mula-mula dalam reservoir dapat diperoleh dengan
cara langsung dan tidak langsung.
Cara Langsung :
1. Routine core analysis, yaitu ekstraksi contoh batuan reservoir
( fresh core sample) di laboratorium.
2. Special core analysis atau SCAL, yaitu berdasarkan pengukuran
tekanan kapiler (drainage cycle) sebagai fungsi dari saturasi air
(atau disebut juga drainage capillary pressure test) pada core
sample yang telah mengalami proses core cleaning. Proses core
cleaning ini disebut core restoration.
Core restoration dilakukan dengan menempatkan fresh core sample (core plug) ke dalam labu gelas
berisi cairan pelarut (solvent seperti toluene) lalu labu ini dipanaskan pada suhu kira-kira 120 oC
sampai semua air teruapkan dan core sample benar2 bersih untuk kemudian didinginkan dan core
sample dikeringkan dalam oven pada temperatur sekitar 80 oC. Setelah kering, core sample dijenuhi
dengan air formasi atau air garam. Bila core sample berasal dari reservoir minyak, lalu minyak terkait
diinjeksikan kedalam core sample tersebut sampai air tidak dapat didesak lagi oleh minyak. Air yang
tersisa didalam pori-pori ini disebut dengan irreducible water. 146
Retort extraction
147
Solvent extraction (routine analysis)
148
Sw hasil ekstraksi routine core
(Contoh core reservoir minyak)
Jenis lumpur Jenis lumpur
untuk coring untuk coring
149
Metoda untuk mendapatkan
irreducible saturation atau
residual saturation
(Special Core Analysis atau SCAL)
150
Alat centrifuge
151
Porous plate membrane
152
Sumber Data Saturasi (lanjutan)
Tidak langsung : Dari hasil interpretasi log listrik (wire line electric
logs). Dikatakan tidak langsung karena alat log ini hanya mengukur
formation resistivity (Rt) yang kemudian digunakan untuk
menentukan saturasi air Swc atau Swi.
153
Fungsi electric log
1. Material batuan (solid) dan HC memiliki tahanan terhadap arus
listrik (resistivity,Rt) besar dibanding resistivity air formasi.
2. Air garam (air formasi) memiliki tahanan listrik (Rw ) kecil sekali.
Tahanan batuan berpori yang berisi 100% air formasi (Ro) jauh
lebih besar dibanding tahanan listrik air itu sendiri. Jadi kita bisa
tulis Ro = FRw dimana F adalah formation resistivity factor. Harga
F ditentukan di lab atau menggunakan persamaan empirik.
3. Resistivity batuan yang mengandung hidrokarbon (Rt)lebih
besar dibanding yang hanya berisi air 100%; makin kecil volume
air (yaitu makin besar volume hidrokarbon) dalam pori-pori
semakin besar resistivity-nya.
4. Saturasi air ditentukan dengan menggunakan persamaan Archie:
Sw = (Ro/Rt)1/n
dimana n adalahj eksponen saturasi berharga antara 1,2 – 3.
Harga n ditentukan di lab.
154
17.500ppm
Ro = FRw
atau F = Ro/Rw Formation Resistivity Factor
Porosity Sw
Routine Core
DATA
SCAL DATA
157
Perata-rataan nilai saturasi
159
Permeabilitas
160
Aliran Fluida melalui Media Berpori
Konsep aliran fluida melalui pori-pori dikemukakan oleh Henry Darcy (1856).
Hukum Darcy berlaku untuk aliran laminer, isotermal, fluida satu
fasa dalam pori-pori, fluida newtonian (yaitu fluida yg
viskositasnya tidak dipengaruhi oleh stress-strain), tidak
termampatkan (incompressibe), dan fluida tidak bereaksi dengan
batuan.
P1 P2
ΔP = P1 – P2
ΔL
Luas penampang media berpori =161
A
Hukum Darcy dinyatakan dalam persamaan matematis:
q = -(k/µ)A(dP/dL) atau q = (k/µ)A(ΔP/ΔL)
Ini adalah persamaan aliran fluida dalam media berpori. Fluida dimaksud
mengalir melalui pori-pori yang saling berhubungan. Ukuran pori-pori
dan struktur pori-pori mempengaruhi kinerja aliran fluida. Ini berarti
ukuran pori-pori dan struktur pori menentukan permeabilitas k.
Persamaan diatas dapat ditulis sebagai:
k = (qµ)/{A(ΔP/ΔL)}.
Permeabilitas k = 1 darcy bilamana laju alir q = 1 cc/detik
viskositas µ = 1 centipoise, luas penampang A = 1 cm2, dan
gradien tekanan dP/dL = 1 atm/cm.
Dalam aliran fluida melalui pipa kapiler, kita tahu bahwa pada
harga qµ/r4ΔL yang tetap, makin kecil ukuran pipa semakin
besar kehilangan tekanan (pressure loss) ΔP.
Analogi: ukuran pipa makin kecil harga k media berpori
semakin kecil.
Jadi adalah benar bhw makin kecil ukuran pori-pori rata-rata
(terutama pore throat) yang dimiliki batuan berpori,
semakin rendah permeabilitas batuan itu.
Demikian juga bila pipa kapiler itu berliku-liku, ΔP akan makin
besar dan menghasilkan k yang kecil. Lika-liku dalam
batuan berpori merupakan bagian dari bentuk dari struktur
pori-pori.
163
Kenyataan di lapangan bahwa reservoir minyak dan gas
bumi mengandung lebih dari satu fasa (minyak dan
air, atau minyak, gas dan air, atau gas dan air). Untuk
situasi seperti ini kita akan bahas dalam topik
permeabilitas efektif dan relatif.
164
Pemeabiltas thd Gas
165
Permeabilitas absolut terhadap gas (Permeability to gas)
168
Confining Pressure
Agar kondisi core sample mirip dengan kondisi didalam reservoir maka core
sample harus pada kondisi terkompresi, yaitu core sample diletakkan
dalam core holder yang dapat diberikan tekanan dari segala arah
(confining pressure) sebesar net overburden pressure (NOB). Core holder
memiliki 2 sisi, inlet untuk masuknya aliran gas dan outlet untuk keluarnya
aliran gas. Pressure gauge atau alat pengukur tekanan dapat dipasang di
kedua sisi. Wet test meter untuk mengukur laju alir gas dipasang di sisi
outlet.
169
Klinkenberg effect
Perubahan permeabilitas terukur thd gas dg perubahan tekanan
alir didalam media berpori
kL = kG - m(1/Prata-rata) 10
Bila didefinisikan b = m/kL Gas
Klinkenberg Factor b
kL = kG/1 + (b/Prata-rata) 1
N2
Permeabilitas
CO2 0.1
0.01
kL 0.01 0.1 1 10 100 1000
Permeability to Liquid, kL (md)
Bila fluida in-compressible
0
0 1/Prata-rata
Pin Pout
Catatan: Prata-rata = (Pin +Pout)/2 Gas in Gas out
170
Klinkenberg correction
Seperti dikemukakan pada slide sebelumnya mengenai sifat gas pada tekanan
rendah, orang bernama Klinkenberg mendapatkan bhw permeabilitas
batuan terhadap gas pada tekanan rendah berbanding terbalik dengan
tekanan rata-rata (Pin + Pout)/2 aliran gas tersebut. Makin besar tekanan
rata-rata, semakin kecil permeabilitas terukur; tekanan rata-rata menuju
, harga permeabilitas terukur mendekati permeabilitas terhadap cairan.
Klinkenberg menyatakan bhw hal tersebut merupakan sifat diffusi gas. Alur
gerak bebas rata-rata (mean free path) molekul gas berbanding terbalik
dengan tekanan. Pada tekanan alir rendah, sifat gas seperti ini
menyebabkan fenomena gas slippage dan laju alir gas banyak dipengaruhi
oleh proses diffusi, sedikit oleh viscous forces, sehingga (Pin – Pout) atau
pressure drop-nya kecil. Makin kecil ukuran ukuran molekul (atau berat
molekul) gas semakin besar mean free path-nya dan memudahkan
terjadinya fenomena gas slippage. Sekali lagi, ini terjadi pada tekanan
rendah, << 10 atm. Demikian juga semakin rendah permeabilitas.
171
Klinkenberg correction (lanjutan)
Apabila permeabilitas yang diinginkan adalah permeabilitas yang
sifatnya intrinsic, maka permeabilitas yang diukur dengan
menggunakan gas harus dikoreksi. Pengukuran harus
dilakukan pada beberapa tekanan rata-rata sehingga
diperoleh beberapa harga kg. Lalu plot gas permeability kg
(sumbu-y) versus 1/Prata (sumbu-x) dimana Prata = (P1 + P2)/2
dan titik-titik data menghasilkan garis lurus, kemudian garis ini
diekstrapolasi sehingga memotong sumbu-y pada harga 1/Prata
= 0. Perpotongan ini menghasilkan suatu harga kg yang
merupakan equivalent liquid permeability kℓ atau disebut juga
sebagai klinkenberg-corrected permeability.
Plot tersebut diatas menghasilkan persamaan:
kℓ = kg – m(1/Prata)
dimana m adalah kemiringan garis lurus yang dihasilkan tadi.
172
Contoh: k < 5 md
5.
4.5
4.
3.5
3.
kL (md)
2.5 Series1
Linear (Series1)
y = 0.8275x - 0.0413
2.
R² = 0.9932
1.5
1.
0.5
0.
0. 0.5 1. 1.5 2. 2.5 3. 3.5 4. 4.5 5.
kG (md) 173
Contoh: k >5 md
200.
180.
160.
140.
120.
100. Series1
80.
y = 0.9587x - 0.4338
R² = 0.9979
60.
40.
20.
0.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
kG (md) 174
Kesimpulan permeabilitas absolut
175
Permeabilitas thd Cairan
176
Permeabilitas absolut terhadap cairan (Permeability to liquid)
177
Pengaruh salinitas air terhadap permeabilitas
Sebagian batuan reservoir diketahui mengandung mineral
lempung (clays, seperti montmorillonite atau smectite dan
illite) yang cukup reaktif terhadap air. Clays semacam ini dapat
menyerap air sehingga mengembang (swelling), pori-pori
batuan mengecil, dan akibatnya permeabilitas berkurang.
Dispersi dapat juga terjadi pada clays tertentu.
Air yang diserap oleh clays tergantung pada kadar garam dalam
air itu. Clay swelling tidak dikehendaki sama sekali dan harus
dihindari.
Penggunaan larutan garam 2% KCl atau CaCl2, NaCl, atau NH4Cl
(baik untuk bahan dasar lumpur bor, fluida komplesi atau
kerja ulang/workover, atau untuk mematikan sumur (killing
fluid) dapat mencegah terjadinya clay swelling dan dispersi.
178
Gambar proses swelling dan deflokulasi/dispersi
179
Contoh harga CEC (Cation Exchange Capacity)
180
Pengaruh kadar garam thd adsorpsi molekul H2O
pada montmorillonite
181
Swelling dan Dispersi
182
Pengaruh penurunan kadar garam secara bertahap
pada permeabilitas Berea sandstone
183
Pengaruh saturasi minyak terhadap
permeabilitas sandstone.
(single phase flow) Bandingkan
@ Sor
Hanya air
garam
@ Swc
184
Pencegahan Swelling dan Dispersi Clays
185
Air Permeability versus Porosity
(pengaruh grain size dan struktur vug)
186
Permeabilitas versus Porositas
187
Permeability versus Porosity – Carbonate samples
Porosity vs Permeability
10000
1000
100
Permeability at NOB, md
10
y = 0.1249e0.3054x
R2 = 0.8122
0.1
0.01
0 5 10 15 20 25 30 35
Porosity at NOB, % 188
Permeability vs Porosity – Carbonate samples
10000
1000
100
k, md
10
0.1
0.01
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
f, fraksi
189
Pengaruh grain size pada hubungan k-f
non-vuggy Carbonate samples
190
Pengaruh grain size pada hubungan k-f
non-vuggy Carbonate samples
191
Pengaruh separate-vugs pada hubungan k-f
vuggy Carbonate samples
192
Pengaruh separate-vugs pada hubungan k-f
vuggy Carbonate samples
193
k-f cross-plot – Sandstone samples
Conventional Core
10000
1000
100
10
k, md
0,1
0,01
0,001
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
f, fraction 194
Persamaan empirik untuk memperkirakan
Permeabilitas absolut
• Permeabilitas absolut ka secara tidak langsung juga dapat
diperoleh secara empirik berdasarkan harga-harga porositas
dan irreducible water saturation dari hasil interpretasi logs,
sebagai contoh :
f 4.4
Persamaan Timur : k a 0,136
Swi 2
1
Persamaan Coates : ka 2 100f 2
1 Swi
Swi
195
Distribusi statistik untuk Permeabilitas
196
Perata-rataan harga Permeabilitas
• Pada umumnya data core analysis dari suatu
reservoir memperlihatkan spektrum harga
permeabilitas cukup lebar.
• Seringkali engineers mengkorelasikan dg porositas
walaupun seringkali cara ini tidak selalu benar.
• Distribusi data porositas bersifat normal, sedangkan
data permeabilitas pd umumnya log normal.
• Untuk distribusi log normal, harga rata-rata pd
umumnya didekati dg rata-rata geometrik:
kG = (k1k2k3.......kn)1/n
197
Rata-rata untuk perlapisan
• Reservoir berlapis, bila tebal tiap lapisan
diketahui maka:
k1h1 + k2h2 + k3h3 +... + knhn
(i) paralel : krata-rata = h + h + h ......+ h
(Linier ataupun radial) 1 2 3 n
ℓ1 + ℓ2 + ℓ3......+ ℓn
• (ii) seri: 1. linier, krata-rata =
ℓ1/k1+ ℓ2/k2+ ℓ3 /k3+.....+ ℓn/kn
log(router/rinner)
2. radial, krata-rata =
log(r1/rinner)/k1 + .... + log(router/rn)/kn
198
Derajat heterogenitas reservoir
• Homogen: menyatakan kesamaan/kemiripan
properties pada semua posisi.
• Heterogen: properties sangat bervariasi dari satu
posisi ke posisi yg lain. Tingkat heterogenitas umumnya
dilihat dari keragaman harga permeabilitas.
• Isotropik: istilah untuk menyatakan
kesamaan/kemiripan harga-harga permeabilitas pada
berbagai arah.
• Anisotropik: istilah untuk menyatakan adanya
perbedaan signifikan dari permeabilitas pada berbagai
arah.
199
Permeability anisotropy
Susunan butir-butir batuan, sementasi, distribusi ukuran pori-
pori dan konektivitas-nya sangat dipengaruhi oleh arah
pengendapan, jenis dan variasi material yang diendapkan,
arah aliran air selama dan setelah pengendapan, proses
diagenesa yang bekerja, dan lain sebagainya.
Itu semua menyebabkan permeabilitas batuan dapat berbeda
untuk arah-arah yang berbeda baik pada skala mikro, makro
maupun mega.
kk kj
ki ki
kj
kk
200
Permeability anisotropy (lanjutan)
Anisotropy secara umum adalah ketidaksamaan didalam sifat
fisik pada arah yang berbeda. Dalam hal permeabilitas,
anisotropy menyatakan perbedaan harga permeabilitas bila
permeabilitas diukur pada arah aliran yang berbeda.
201
Beberapa pendekatan utk memperkirakan heterogenitas
• Deposisi menghasilkan sedimentasi berlapis (stratifikasi), setiap
lapisan beda porositas dan permeabilitas. Secara lateral-pun
properties dapat bervariasi.
• Definisi kihi = flow capacity dan fihi = storage capacity
dimana hi adalah tebal lapisan-i maka pembuatan tabulasi
mulai dari k terbesar berurutan ke k terkecil dan menentukan
capacity kumulatif serta plotnya akan memberikan gambaran
tingkat heterogenitas.
1 Luas ABCA
C Lorentz coefficient, CL = Luas ADCA
Total flow capacity (kh)
B
CL : 0 hingga 1 ; 0 = uniform
1 = perbedaan permeabilitas
antar lapisan sangat kontras.
Log scale
Probability scale
204
Vertical anisotropy (kv/kh)
• Pada umumnya di setiap posisi di dalam reservoir,
permeabilitas berbeda untuk arah yang berbeda.
• Permeabilitas kontras umumnya antara
permeabilitas horizontal dan permebilitas vertikal.
kv
krata-rata = (khkv)0.5
kh 205
Vertical permeability vs. Horizontal permeability
(Contoh Sandstone)
10000
1000
Vertical Permeability, md
100
Rata-rata:
kv > kh kv/kh 0.45
10
Mayoritas rentang
0.15 < kv/kh < 0.85
1 Garis kv = kh
0.1
0.01
0.01 0.1 1 10 100 1000 10000
Horizontal Permeability, md
206
Vertical permeability vs. Horizontal permeability
(Contoh Carbonate)
Pada contoh ini
vertical anisotropy
carbonate lebih
Garis kv = kh
bervariasi.
Trendline
garis merah
207
kv/kh
208
Lateral impermeable streak
• Pada umumnya vertical anisotropy > 0.5 sudah
dianggap baik.
• Pada skala reservoir atau sekitar sumur,
permeabilitas arah vertical dapat dipengarui
oleh lapisan tipis yang less permeable atau
oil
bahkan shale streak.
Lubang sumur
oil oil
Jika ada shale streak,
aliran air spt tergambar.
Shale streak
Jika shale streak
tidakada??
Oil zone
Cement 209
Oil-Water Contact plug
Water zone
Penggunaan Potensial
dalam Aliran Fluida
h
- (h berharga negatif kearah atas)
Aquifer
Berapakah tekanan reservoir pada datum bila gradien tekanan minyak 0,40 psi/FT ?
212
Aliran fluida dan
Gradien tekanan vs. Gradien potensial
P1
A
1
α h1
P2
h2 2
Datum
Aliran miring:
INGAT: Posisi berjarak negatif bila berada diatas datum dan positif bila dibawah datum!
214
Sifat Kebasahan Batuan
(Rock wettability)
215
Sifat Kebasahan Batuan
(Rock wettability)
• Rock wettability merupakan sifat batuan untuk dapat dibasahi
oleh salah satu fluida relatif terhadap fluida yang lain.
Kebasahan ini merupakan hasil interaksi antara bagian
padatan batuan dan fluida yg mengisi pori-pori
• Didalam pori-pori batuan reservoir tentunya ada lebih dari
satu fluida. Misalnya untuk reservoir minyak dimana pori-
porinya terisi juga dengan air. Bila air ini lebih mudah
membasahi butir-butir batuan (dinding pori-pori) maka
batuan ini dikatakan sebagai water-wet. Sebaliknya, bila
minyak yang lebih mudah membasahi batuan itu maka sifat
kebasahan batuan itu adalah oil-wet.
• Sifat kebasahan diantaranya itu bisa weakly water-wet,
intermediate, neutral, mixed wet, dan weakly oil-wet.
216
Sifat kebasahan batuan
Fundamental: Sudut kontak (contact angle).
Umumnya sudut kontak diukur melalui fasa air.
Pipa kapiler
Water
Water Gas
OIL
Lempeng kristal
Water
Oil or Gas
Water
Semua contact angle yg tergambar diatas adalah receding contact angle 217
Contact angle hysteresis
(Receding versus Advancing)
Water
Water
OIL R
A
219
Pengaruh wettability pada distribusi fluida dan
proses displacement (water-wet system).
220
Pengaruh wettability pada distribusi fluida dan
proses displacement (oil-wet system).
221
222
Rock wettability (lanjutan)
223
Pengukuran sudut kontak
224
Spontaneous imbibition pada batuan berpori
Tanpa diberikan tekanan Imbibisi
Silinder gelas
Air
Swc
Core (water wet)
(Soi = 1- Swc) berisi minyak dan air
Silinder gelas
Air
226
Uji imbibisi spontan
So = Sor
Sw = 1 - Sor
(oil-wet)
Sw = Swirr
So = 1 - Swirr
(water-wet)
227
Hasil uji imbibisi
Water-wet sample
Oil-wet sample
228
Uji imbibisi dan pendesakan (metoda Amott)
(Spontaneous)
Brine
(Spontaneous)
Oil
229
Metoda capillary pressure (metoda USBM)
Wettability Index:
Secondary drainage utk water-wet - neutral ;
secondary imbibition utk oil-wet.
230
USBM method for water-wet system
(Menggunakan kurva data tekanan kapiler)
I. Primary drainage
II. Primary imbibition
III. Secondary drainage.
231
USBM method for neutral-wet system
(Menggunakan kurva data tekanan kapiler)
I. Primary drainage
II. Primary imbibition
III. Secondary drainage.
232
USBM method for oil-wet system
(Menggunakan kurva data tekanan kapiler)
I. Primary imbibition
II. Primary drainage
III. Secondary imbibition
233
Wettability evaluation
234
Kapileritas dan
Tekanan Kapiler
235
Sifat Kapileritas Batuan Berpori
• Batuan berpori dan permeabel dapat
dianalogikan dengan kumpulan pipa-pipa
kapiler yang tidak beraturan.
• Sifat kapileritas batuan berpori itu sebagai
akibat interaksi antara komponen padat
pembentuk batuan dan molekul-molekul
fluida serta antar molekul-molekul fluida yg
dapat menghasilkan tegangan antar-muka.
• Fluida yg dapat berinteraksi dg batuan disebut
sebagai Fluida pembasah (wetting phase).
Fluida yg tidak berinteraksi disebut fluida yg
tidak membasahi (non-wetting phase). 236
Contoh sederhana Fenomena kapileritas
Diameter-dalam pipa kapiler: d1 d2 d3
Sifat kapileritas
Fluida yang ada
ini
dalam sistem ini
memperlihatkan
adalah air dan
bahwa pipa
udara. Disini air
kapiler dengan
adalah wetting
diameter-dalam
phase dan udara
yang lebih kecil
sebagai non-
menghisap air
wetting phase.
lebih banyak
dibanding pipa
Free water level kapiler yang lebih
besar. Gaya
Bejana berisi air kapiler ini
diimbangi oleh
gaya gravitasi.
237
Fenomena kapileritas:
Gambar pipa-pipa kapiler tadi menjelaskan bahwa, pada kondisi statik,
pipa kapiler ketika bersentuhan dengan fluida pembasah atau
wetting phase (dalam hal ini air) segera menghisap air (wetting
phase). Air yang terhisap mendesak udara (non-wetting phase)
sampai tekanan hidrostatik sama dengan tekanan kapiler yg terjadi
didalam pipa kapiler itu. Fenomena ini disebut dengan spontaneous
imbibition.
Jumlah air atau wetting phase yang terhisap itu tergantung pada ukuran
diameter pipa kapiler. Makin kecil ukuran pipa kapiler semakin besar
bagian ruang pipa kapiler yang terisi oleh air. Selain ukuran pipa
kapiler, daya hisap ini dipengaruhi juga oleh wettability pipa kapiler
dan tegangan antar permukaan wetting phase (air) dengan non-
wetting phase (udara).
Ini dapat menjelaskan bahwa, didalam reservoir minyak dan gas bumi,
porositas yang kecil cenderung memiliki saturasi air yang lebih besar
dibanding porositas yang besar. Hal ini diakibatkan perbedaan
besarnya gaya kapiler. Coba perhatikan gambar pada slide berikut ini.
238
Spontaneous imbibition pada batuan berpori
Tanpa diberikan tekanan Imbibisi
Silinder gelas
Air
Swc
Core (water wet)
(Soi = 1- Swc) berisi minyak dan air
240
Soal:
Perhatikan slide sebelumnya yang menunjukkan
pipa-pipa kapiler dan anggap panjang ketiga pipa
kapiler itu sama, L, yang diukur dari free water
level. Diameter-dalam masing-masing pipa kapiler
itu d1, d2, dan d3. Tinggi air didalam masing-
masing pipa kapiler adalah H1, H2, dan H3.
Hitunglah fraksi volume masing-masing pipa kapiler
yang diisi oleh air diatas FWL. Jelaskan apa
artinya ini.
Juga, hitunglah fraksi volume masing-masing pipa
kapiler yang diisi oleh udara. Jelaskan apa artinya
ini.
241
Tekanan Kapiler
242
Pipa kapiler berisi 2 jenis fluida immiscible
Pipa kapiler
243
Tekanan Kapiler
Jadi, tekanan kapiler dipengaruhi oleh ukuran kapiler,
tegangan antar permukaan, dan sifat kebasahan batuan.
Apabila pada slide sebelumnya r = R, maka tekanan kapiler
menjadi: 2 cos( )
Pc = PNW-P - PW-P
r PNW-P PW-P
Sisi non-wetting phase Sisi wetting phase
I. Primary drainage
II. Primary imbibition
III. Secondary drainage.
Proses drainage:
NW-P mendorong W-P
Proses imbibisi :
W-P mendorong NW-P
245
Contoh Pc berharga positif dan negatif
irreversible hysteresis
Water-wet: Water sebagai W-P
I. Primary drainage
II. Primary imbibition
III. Secondary drainage.
Proses drainage:
NW-P mendorong W-P
Proses imbibisi :
W-P mendorong NW-P
246
Imbibisi dan drainase – Oil-wet system
Oil-wet : oil sebagai W-P dan
water sebagai NW-P
I. Primary imbibition
II. Primary drainage
III. Secondary imbibition
Primary drainage
247
Contoh Pc berharga positif dan negatif
Oil-wet : oil sebagai W-P dan
water sebagai NW-P
I. Primary imbibition
II. Primary drainage
III. Secondary imbibition
Primary drainage
248
Tekanan kapiler didalam sistem pori-pori
W-P
NW-P
Jari lengkungan
antar-muka fluida
yg terukur pada fasa
yg membasahi
bernilai negatif.
Convex surface
(cembung keluar)
Convex-concave surface
(cekung kedalam)
249
Proses injeksi mercury kedalam pori-pori
Mean radius of curvature
semakin kecil, bisa krn pori-
pori sisanya semakin kecil
dan/atau memasuki celah
PT 1 2 antar butiran.
PT 1 2 3
PT 1 2 3 4
PT
(Threshold or Entry pressure)
PT Core
250
Wetting phase
r1
r2
INGAT !: Pc = 2 cos /r Butir batuan
atau
r = 2 cos /Pc
Saturasi wetting phase makin kecil
dengan membesarnya Pc, atau
Pc semakin besar mengakibatkan
saturasi wetting phase makin kecil 251
Mengapa tekanan kapiler meningkat secara
tajam dengan berkurangnya Sw ?
252
DISTRIBUSI UKURAN PORI dari data mercury injection capillary pressure (MICP).
Dalam hal injeksi merkuri ini, wetting phase-nya adalah vakum atau hampa, dan merkuri
sebagai non-wetting phase. Sistem seperti ini dapat digunakan untuk memperkirakan
ukuran pori-pori atau menentukan pore aperture (lihat Pers. kapiler).
253
Pada kondisi Proses drainage Coba lihat lagi persamaan Pc pada
reservoir slide sebelumnya bahwa Pc
berbanding terbalik dengan ukuran
pori atau kelengkungan permukaan r
Ukuran pori kecil
yang terbentuk antara fluida yg ada
dan lebih
didalam pori.
bervariasi.
Artinya bahwa bentuk kurva Pc vs. Sw
dipengaruhi oleh distribusi ukuran
pori-pori batuan itu.
255
Tekanan Kapiler
(Lanjutan)
Pc = Phc – Pw
Pc = 0 berarti Phc = Pw
Reservoir: Gas-water 0o 60
Gas-oil 0o 50
Oil-water 0o - ? 20 - 35
257
Hubungan Pc dg Tinggi dr FWL
• Bila h adalah jarak vertikal keatas yang diukur dari suatu posisi
referensi dibawah zona hidrokarbon maka h = 0 ada pada Free
Water Level (atau Pc = 0), maka hubungan h dengan Pc (setelah
konversi dari data lab ke kondisi reservoir) adalah
Pc
h
0,433 w hc
dimana h = ft; Pc = psi; ρ = densitas fluida dalam satuan gr/cc
maka grafik h vs. Sw dapat dibuat berdasarkan data Pc vs. Sw , atau
dengan kata lain kita bisa mengetahui distribusi saturasi secara
vertikal didalam reservoir mulai dari Free Water Level hingga ke
batas atas reservoir. (Anda harus paham apa yg dimaksud dengan
batas atas reservoir)
258
Distribusi saturasi didalam reservoir
• Didalam proses akumulasi minyak dan gas bumi kedalam
cebakan (reservoir) yang semula berisi air (Sw = 100%) dan bila
air ini dianggap sebagai wetting phase maka proses akumulasi
itu adalah proses drainage.
• Dalam proses akumulasi hidrokarbon (minyak dan atau gas
bumi), saturasi air didalam pori-pori cebakan itu berkurang
mulai dari 100% sampai tercapai connate water saturation,
Swc.
• Didalam reservoir hidrokarbon, connate water saturation itu
berharga mulai dari Swirr dan membesar secara gradual
hingga 100% ke arah posisi Free Water Level.
• Swc = Swirr yaitu situasi dimana connate water tidak dapat
mengalir. Artinya, Swc > Swirr maka connate water dapat
mengalir. Jadi bagian zona hidrokarbon yang memiliki Sw >
Swirr dapat memproduksikan air atau bersifat mobile. Zona
ini disebut sebagai zona transisi.
259
Distribusi saturasi didalam reservoir
Bila memproduksi minyak pada zona transisi maka minyak dan air akan
terproduksi bersama-sama (karena Sw > Swirr dan So > Sor tapi kearah
bawah So menuju NOL). Sedangkan diatas zona transisi hanya minyak
yang dapat terproduksi karena Sw = immobile dan tentu So > Sor dan So
maksimum = 1 - Simmoble.
Hanya minyak terproduksi
Minyak + air Batas atas reservoir
(impermeable layer)
Interval perforasi Pc
atau Drainage Pc curve
OIL
h
Transistion Zone
0
0 Sw 1.0
WATER Oil-Water Contact Swirr
0
Somaksimum
260
Hubungan Pressure gradient (dari RFT) dg Pc
Pc or h
Transistion zone
Sor
0
0 Sw 1
Pc
Semua titik biru = data RFT
h
0,433 w hc
261
Distribudi Fluida arah vertikal dalam res.
262
Skema 3 reservoir terpisah oleh lapisan impermeable
Lapisan impermeabel
Patahan (fault)
??
??
263
Dimana posisi Oil-Water Contact atau
Gas-Water Contact ?
(Bila kita punya data RFT)
Pct
– DOWC atau DGWC = DFWL
0,433 w hc
dimana DOWC = kedalaman posisi OWC atau DGWC = kedalaman
posisi GWC.
1
Pc k 2
J S w
f
Hal yg perlu
dicermati untuk
dipelajari disini
adalah bagaimana
dan apa yg
mempengaruhi
bentuk kurva
tekanan kapiler dan
bagaimana
menentukan Swc
atau Swirr. (garis
panah merah).
266
Hasil perata-rataan
menjadi J-function.
267
Contoh lain 1 set Capillary Pressure Data.
(apakah kasus data ini dapat dirata-ratakan menjadi satu kurva J-Function??)
Composite Oil-Brine Capillary Pressure
by Centrifuge Method
200
180
160
140
120
Preessure, psi
100
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Brine Saturation, percent pore space
268
Contoh ada pengelompokan data points
Menunjukkan adanya beberapa rock type.
Capilary
Capillary Pressure
J-Function
50
45
40
35
30 Por<5%
5%<Por<9%
25
J
9%<Por<15%
20 Por>15%
15
10
0
0 20 40 60 80 100
Sw, %
269
Pengukuran Tekanan Kapiler
• Tekanan kapiler untuk keperluan keteknikan reservoir diperoleh
dari pengukuran di laboratorium.
• Pengukuran dilakukan pada core sample dengan proses
displacement, yaitu proses pendesakan fluida yang ada dalam
core sample oleh fluida lain yang diinjeksikan kedalam core ini.
• Ada 2 proses yang dapat dilakukan, yaitu proses drainage dan
proses imbibition.
• Proses drainage yaitu proses pendesakan wetting phase oleh
non-wetting phase. Sedangkan proses imbibition adalah
sebaliknya, yaitu proses pendesakan non-wetting phase oleh
wetting phase.
• Dalam setiap proses itu, saturasi yang didesak berkurang dan
saturasi yang mendesak tentunya bertambah.
270
Proses Drainage dan Proses Imbibition
Pada akhir proses
drainage diperoleh
saturasi irreducible
wetting phase Swirr
Imbibition process
Pada akhir proses
Drainage process imbibition diperoleh Sw
maksimum dan saturasi
residual non-wetting
phase Srnw.
Intermediate wet
272
Alat pengukur Pc
273
Pipa gelas
274
275
276
277
278
Permeabilitas untuk media berpori yg
berisi lebih dari satu jenis fluida
279
Permeabilitas Efektif
• Beberapa waktu lalu kita sudah membahas
mengenai permeabilitas absolut, yaitu
permeabilitas batuan terhadap satu fasa fluida
dengan saturasi fluida ini 100% didalam pori-
pori.
• Didalam reservoir hidrokarbon tentunya tidak
pernah hanya satu fasa, sehingga kita perlu
menentukan permeabilitas effektif terhadap
masing-masing fluida.
280
Permeabilitas Efektif (lanjutan)
• Karena pori-pori batuan reservoir ditempati oleh lebih
dari satu fasa fluida maka ruang pori-pori yang dapat
dialiri oleh setiap fluida lebih kecil dibanding bila hanya
ada satu fasa. Dengan demikian permeabilitas efektif
selalu lebih kecil dibanding permeabilitas absolut (kabs)
batuan tsb.
Jadi kef < kabs
• Simbol yang umum digunakan untuk permeabilitas
efektif:
- kw = perm. efektif terhadap air
- ko = perm. efektif terhadap minyak
- kg = perm. efektif terhadap gas.
281
Aliran 2 fasa didalam pori-pori
Air = WP (wetting phase)
Minyak = NWP (non-wetting phase) Dinding pori-pori
Sw1 < Sw2
So1 > So2 air air
Dinding pori-pori
air air
282
Dalam situasi manakah debit alir minyak lebih besar ?
• Persamaan Darcy: q = (k/μ)A(ΔP/ΔL)
• qo = (ko/μo)A(ΔP/ΔL) atau ko = (qoμo)/(AΔP/ΔL)
• qw = (kw/μw)A(ΔP/ΔL) atau kw = (qwμw)/(AΔP/ΔL)
286
Permeabilitas Efektif (lanjutan)
• Jawab pertanyaan berikut ini:
1. Untuk sistem minyak dan air:
Swirr kw = ?
Sw kw = ? dan ko = ? ; kalau kg = ?
knw kw
kefektif
0
0 Wetting phase saturation 1.0
289
1.0 Non-wetting phase saturation 0
Permeabilitas Relatif (lanjutan)
• Definisi:
kr = kef/kabs atau kr = kef/kbase
290
Permeabilitas relatif berdasarkan definisi kr = kef/kabs
1.0
krnw krw
kr
0
0 Wetting phase saturation 1.0
291
1.0 Non-wetting phase saturation 0
Permeabilitas relatif berdasarkan definisi kr = kef/kb
1.0
krnw End point
krnw
kr
krw
End point
krw
? ?
0
0 Wetting phase saturation 1.0
292
1.0 Non-wetting phase saturation 0
Pengaruh permeabilitas absolut terhadap kurva kr
Perhatikan end point pada kedua
gambar sebelah kiri dan kanan.
293
Bagaimana pengaruh faktor-faktor yang lain?
CONTOH
Lihat Gambar sebelah kiri:
Sw = 40% → kro = 0,29
kro = ko/kbase dan diketahui utk contoh ini
bahwa kbase = ko@Swi = 150md
Dapat ditulis bhw ko(Sw)= kro(Sw)kbase
Jadi ko(Sw=40%)=0,29150md= 43,5md.
295
Contoh kr vs.Sw dari banyak samples
1.0
0.5
Kro 233
0.4
Krw 233
0.3 Kro 246
Krw 246
0.2
Kro 256
0.1 Krw 256
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sw %
296
Perata-rataan Permeabilitas Relatif (kr vs Sw)
Sebaiknya dilakukan berdasarkan rock type (ingat kegunaan J-
Function).
• Tersedia beberapa data SCAL k r vs S w
• Setiap data set normalized terhadap saturasi mobile hydrocarbon
(1 – Swc – Sor):
* S w S wc (dari harga Sw = Swc
Untuk reservoir minyak Sw = 1 S S hingga
wc or Sw = Swmax = 1 – Sor)
• Normalisasi k ro terhadap k ro @ S wc
k ro ( S w )
k ro
k ro @ S wc
Pada Sw = Swc maka Sw*= 0 & kro(Swc) = kro@Swc dan kro* = 1.
Pada Sw = Swmax = 1 – Sor maka Sw* = 1 dan kro* = 0. 297
Perata-rataan Permeabilitas Relatif (kr vs Sw) (Lanjutan)
krw ( S w )
k *
rw
krw @ Sor
• Hasil tahap normalized: Sw* = 0 – 1, kro* = 1 – 0 & krw* = 0 – 1.
• Kurva k r* vs. S w* dari banyak sampel itu dicari trend line-nya.
1
kro*
&
krw*
0
0 Sw* 1 298
Perata-rataan Permeabilitas Relatif (kr vs Sw) (Lanjutan)
299
Perata-rataan Permeabilitas Relatif (kr vs Sw)
(Lanjutan)
kr kro
Swc rata-rata
krw Sor rata-rata
0
0 Sw 1 301
Contoh data sets kr vs.Sw
1.0
0.5
Kro 233
0.4
Krw 233
0.3 Kro 246
Krw 246
0.2
Kro 256
0.1 Krw 256
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sw %
302
Hasil normalisasi
1
Trendline kro*
kro*
&
krw* Trendline krw*
0
0 Sw* 1
303
Kurva Relative
HasilPermeability Sukowati 2
Denormalisasi
1.000
0.800
0.600 Kro
Krw
Kr
0.400
0.200
0.000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Sw 304
Permeabilitas Relatif 3 Fasa
Fluida 3 Fasa didalam pori-pori
(disini air sebagai wetting phase)
Water
Oil
Gas
Oil
Water
306
kro untuk sistem 3 Fasa
0.01
Garis-garis iso-kro
0.05 Ingat satuan k
r
adalah
fraksional.
Titik A: Sw=40%, So=60%, Sg=0%
kro = 0.34 0.60
B
Titik B: Sw=20%, So=60%, Sg=20%
kro = 0.38
308
Saturasi dan Diagram Aliran
Diagram ini menunjukkan kondisi saturasi dimana masing2 fasa dapat
mengalir.
3 Fasa mengalir
Hanya Gas mengalir
%minimum Oil dalam aliran
Gas & Water mengalir
Gas & Oil mengalir
309
Persamaan empirik untuk permeabilitas relatif
1 2S
1. Corey model :
* 4 * 3
krw S w kro 1 S
*
w w
S w S wi
*
dimana S w
1 S wi
3
S w S wirr
2. Jones model : k rw
1 S wirr
2
0.9 S w
k ro
0.9 S wirr
310
KOMPRESIBILITAS BATUAN
311
• Porositas dipengaruhi oleh kompaksi
• Apa yang dimaksud dengan kompaksi?
• Kompaksi di alam versus di laboratorium
• Apa implikasinya terhadap produksi
hidrokarbon?
312
Kompresibilitas Batuan (C)
Untuk Batupasir : C f
97,32 106
1 55,8721f 1, 42859
0,853531
Untuk Karbonat : C f
1 2,4766410 f
6 0, 92990
316
Hubungan kompresibilitas efektif batuan dengan porositas
(Hall, 1953). 317
Kompresibilitas (lanjutan) :
1.Kompresibilitas total : Ct = So Co + Sg Cg + Sw Cw + Cf
2.Kompresibilitas efektif : Ce = Ct / (1-Sw)
318
Rock Resistivity
• Pengukuran resistivity lapisan batuan bawah
permukaan tanah sangat penting untuk
mengidentifikasi karakteristik batuan dan
fluida yg terkandung.
• Di lapangan, resistivity lapisan batuan diukur
dengan alat electric logs. Data yg diperoleh
diinterpretasi dengan dukungan data core
analysis yg didapatkan dari laboratorium.
319
Wireline logging unit
320
Hasil pengukuran resistivity berdasarkan
electrical well logging
321
Basics: Pada dasarnya resistivity suatu benda dapat diukur.
Berkaitan dg lapisan batuan, komponen2 apa saja yg
berpengaruh thd resistivity itu perlu diketahui.
i
E
A A
• Resistance : r = E/i
• Resistivity : R = rA/ℓ = (EA)/(iℓ)
• Conductivity : C = 1/R
• Kisaran harga Formation Resistivity, R :
R 0,2 - > 1000 ohm-m
322
Sifat Tahanan Listrik Batuan Reservoir
• Reservoir hidrokarbon terdiri atas padatan dan
pori-pori yg berisi air dan hidrokarbon.
• Hidrokarbon memiliki tahanan listrik yg sangat
besar.
• Butir penyusun batuan bisa satu komponen
atau multi komponen dan memiliki tahanan
listrik yg tak terhingga. Kadang mineral tertentu
dapat bersifat konduktif.
• Porositas makin besar, komponen padatan
batuan semakin berkurang.
• Air dalam reservoir umumnya mengandung
garam (5000 > Kadar > 50.000 ppm) shg air
dalam reservoir dapat menghantar arus listrik. 323
Skema fluida dalam pori-pori batuan
Solid
(butiran pembentuk batuan)
Karena hanya air yg
dapat menghantar
SW = 100% arus listrik maka
makin sedikit air
Rt = Ro dalam pori2 semakin
Air (didalam besar resistivity
pori-pori) batuan itu.
SW = 39% Ro < Rt1 < Rt2
Rt = Rt1 Jadi, salah satu
Hidrokarbon
komponen yg
(didalam pori-pori)
mempengaruhi
resistivity batuan
SW = 22% adalah saturasi air Sw.
Rt = Rt2 Tujuan pengukuran
resistivity adalah
untuk menentukan Sw
324
Resistivity of porous rock versus water saturation.
Archie:
Resistivity batuan
reservoir membesar dg
Rt penurunan harga Sw.
Ro
Sw 325
Sifat Tahanan Listrik Batuan Reservoir (lanjutan)
• Resistivity batuan porous dan permeable pada kondisi
Sw = 100% dipengaruhi oleh:
- porositas dan struktur pori-pori
- kadar garam dari air dalam pori-pori
- komponen padatan yg bersifat konduktif
• Tahanan listrik reservoir hidrokarbon tergantung
pada:
- porositas dan struktur pori-pori
- kadar garam dari air dalam reservoir
- saturasi air dalam reservoir terkait
- komponen padatan yg bersifat konduktif
326
Pengaruh Rw dan shale/clays pada F
Clayey sand
327
Hubungan antara resistivity batuan berpori dg Sw = 100%
dan resistivity air yg menjenuhi pori-pori:
fraksi !!
331
Permasalahan umum: shaly/clayey formations
• Shale/clays menyebabkan resistivity batuan mengecil
dan dapat mengakibatkan salah interpretasi logs.
• Shale pada umumnyamengandung mineral lempung
(clays).
• Shaly formation harus dibedakan dari clayey formation.
• Mineral lempung tertentu bersifat reaktif thd air,
tergantung kadar garam dalam air-nya.
• Sifat reaktif tersebut ditunjukkan dg harga CEC-nya.
Makin besar CEC, semakin reaktif.
• Penurunan resistivity batuan dipengaruhi oleh
kandungan dan distribusi shale/clays dalam batuan itu.
332
Tiga tipe umum Dispersed Clay pada Sandstone Reservoir Rock 333
Exhangable Cation
Fixed layer
334
335
Tebal Double Layer
T
Tebal diffuse layer, δ = kons.
C
dimana c = konsentrasi ion dalam air (bulk water)
336
Tabel Cation Exchange Capacity
Smectite 80 – 150
Illite 1 – 40
Chlorite 10 – 40
Kaolinite 3 – 15
Mixed-Layer
10 – 150
Illite/Smectite
337
Skema sederhana Pengaruh Mineral Konduktif
thd Resistivity
Air
------------------ ------ R’o << Ro
Hidrokarbon
---------------------- - R’t1 << Rt1
-
339
RESISTIVITY
Interval transit
time, Δt
340
Typical Low Resistivity Pay
Rt = 0.2 1 10
Perforated Interval
Perforated Interval:
3762’ – 3812’ & 3845’ – 3855’
Production Performance:
150 – 450 BOPD with
WC0 for 2 years.
341
Pengaruh mineral clay illite:
Clean sand
n = 2.0
342
343
344
• Persamaan untuk Shaly Formation
345
• Persamaan untuk Shaly Formation (lanjutan)
346
Selesai
347
348
Tugas baca
• Baca buku Amyx, Bass, and Whiting :
Chapter I halaman 1 s.d. halaman 22.
349
Diagenesa
350
Skema contoh batuan yang memiliki
rekahan (fractures)
Matrix Fracture
351
Kalibrasi interpretasi logs (Porositas)
352
Reservoir Homogeneity
353
Reservoir Heterogeneity
354
Topik-Topik yang Dibahas untuk Dipahami
• Perangkap hidrokarbon dan Batuan reservoir
• Pori-pori dan porositas
• Saturasi fluida
• Permeabilitas absolut
• Tekanan kapiler
• Permeabilitas efektif dan relatif
• Kompresibilitas
• Aliran fluida dalam batuan berpori
• Sifat kelistrikan (electrical properties) batuan
berpori yang berisi fluida. 355
Lingkungan Pengendapan
• Lingkungan pengendapan suatu batuan dapat
mempengaruhi ukuran dan susunan butir-
butir, ukuran pori-pori, dan porositas batuan
tersebut.
• Ada 4 jenis lingkungan pengendapan utama
yang umum dijumpai sebagai reservoir
hidrokarbon: fluvial, delta plain, delta front
dan prodelta.
356
Neutron Log
Alat log ini menggunakan sumber kimiawi di dalam alatnya, yaitu
americium & beryllium yang memancarkan neutron secara terus
menerus.
358
359
Tampak muka Tampak samping
360
361
Model Pipa Kapiler Ideal dalam Silinder Batuan
(φ = porositas dan τ = tortuosity)
L L
Bila L’ = panjang
rata-rata tortuous
pipes, definisi
tortuosity: τ = L’/L
Baca Amyx, Bass & Whiting halaman 111 – 114: Definisi τ = (L’/L)2
362