Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN OSERVASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

DI DESA MERBAUN

KECAMATAN AMARASI BARAT

KABUPATEN KUPANG

KELOMPOK II

NAMA :

ERNIYANA G. AJO DEY 1606050088


KRISTIANUS V. JIU 1606050024
WIDYATI TUTHAES 1606050022
DESILIA NENOBESI 1606050094
RIDWAN R. B. NAPPOE

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar belakang

Kecamatan Amarasi Barat yang merupakan wilayah dari kabupaten kupang, provinsi
NTT, yang terdiri dari 1 kelurahan dan 7 desa, yaitu kelurahan Teunbaun, Desa Soba, Desa
Niukbaun, Desa Nekbaun, Desa Merbaun, Desa Erbaun, Desa Toobaun dan Desa Tunbaun.
Karakteristik wilayah Kecamatan Amarsi Barat bertopografi berbukit-bukit bahkan
pegunungan, hanya sebagian kecil yang datar dan sebagian besar adalah lahan kering dengan
luas mencapai 14.283 ha, pekarangan 231 ha, tegalan 2.152 ha, ladang 1.205 ha dan lain-lain
10.695 ha dengan lahan basah hanya 30 ha dan basah hujan 15 ha. Pusat pemerintahannya di
Baun, terletak 25 km Arah Selatan Kota Kupang.

Desa Merbaun merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Amarasi Barat,
Kabupaten Kupang yang merupakan salah satu desa dengan potensi pertanian dan peternakan
sangat besar. Dimana Desa Merbaun memberikan setengah sumbangan pertanian untuk
Kecamatan Amarasi Barat dalam bidang pertanian dan peternakan seperti pisang,
kelapa,sayur-sayuran dan ternak sapi. Daya dukung ketersediaan lahan dan pakan ternak
yang melimpah maka jadilah desa Merbaun sebagai salah satu lumbung ternak di kawasan
Timur Indonesia. Selain ternak sapi, pisang dan kelapa juga menjadi sumber mata pecaharian
masyarakat Merbaun bahkan yang kemudian Amarsi disebut sebagai Dapurnya Kota Kupang

Namun dari hasil-hasil pertanian dan juga peternakan di Desa Merbaun masih cukup
kurang hal tersebut dipengaruhi oleh sumber daya ketersediaan air sangat kurang, yang
membuat hasil pertanian dan juga peternakan di desa merbaun semakin menurun belakangan
dari tahun ke tahun.

Kecamatan Amarasi Barat juga memiliki tempat wisata cukup dikenal oleh
masyrakat sekitar Amarasi dan Kupang yaitu Pantai Puru yang terletak di Desa Merbaun.
Pantai Puru merupakan salah satu pantai yang dijadikan sebagai tempat wisata yang akhir-
akhir ini pengunjugnya semakin banyak. Hal ini tentunya dipengaruh oleh berbagai factor
keindahan dan panorama alam yang memikat pengunjung untuk terus berwisata ke pantai
Puru.
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui sumber daya air yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat

2. Untuk mengetahui mengetahui pemanfaatan air oleh masyarakat setempat

3. Untuk mengetahui permasalahan sumber daya air di masyarakat setempat

4. Untuk mengetahui cara penanggulangan terhadap masalah yang ditemukan di lokasi

5. Untuk mengetahui implementasi BCA (Benefit Cost Analisis)

6. Untuk mengetahui proses pemanfaatan wisata pantai puru


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sumber Daya Air

Sumber daya air adalah air dan semua potensi yang terdapat pada air, sumber air,
termasuk sarana dan prasarana pengairan yang dapat dimanfaatkan, namun tidak termasuk
kekayaan hewani yang ada di dalamnya.

Beberapa karakteristik dasar dari sumber daya air dinyatakan antara lain oleh aliran
yang dapat mencakup beberapa wilayah administratif sehingga air sering kali disebut sebagai
sumber daya dinamis yang mengalir (dynamic flowing resource). Selain itu, air pun
dimanfaatkan oleh berbagai sektor, tidak hanya untuk keperluan domestik seperti minum dan
mencuci, namun juga untuk usaha di bidang pertanian, industri, pembangkitan daya listrik,
peternakan hewan, serta transportasi.

Pengelolaan sumberdaya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau


dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya
air, dan pengendalian daya rusak air. Adapun visi dan misi pengelolaan sumberdaya air
adalah mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air bagi kesejahteraan seluruh rakyat dan
konservasi sumberdaya air yang adil untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Salah satu tujuan
pengelolaan sumberdaya air adalah mendukung pembangunan regional dan nasional yang
berkelanjutan dengan mewujudkan keberlanjutan sumberdaya air (Sunaryo, 2004).

Adapun tujuan utama dalam pola dan rencana pengelolaan sumber daya air adalah
untuk keamanan dan ketahanan sumber daya air itu sendiri. Ketahanan air (water security)
adalah ketersediaan baik kuantitas maupun kualitas air untuk kehidupan, kesehatan, dan
untuk keberlanjutan ekosistem itu sendiri. Ketersediaan air yang memadai baik kuantitas dan
kualitasnya dapat mendukung ketahanan pangan dan ketahanan energi. Untuk mencapai
tujuan water security, food security, hingga energy security, maka pengembangan sumber
daya manusia mutlak diperlukan untuk peningkatan kapasitas teknisnya, selain itu penguatan
kelembagaan melalui wadah koordinasi atau Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
(TKPSDA) perlu mendapat perhatian, serta tidak melupakan pula mengenai pembiayaan
yang berdasarkan kebutuhan masing-masing pemangku kepentingan.
2.2 Pemanfaatan Objek Wisata

Pengertian objek wisata secara umum menurut Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia N0. 24/1979, objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata
hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai
daya tarik wisata bagi wisatawan untuk dikunjungi. Hal ini berarti bahwa hasil budaya /
tradisi, peninggalan sejarah dan pemandangan alam merupakan wujud dan daya tarik dari
objek wisata. Penjelasan ini sesuai dengan Undang-Undang No.9 tahun 1990 bab III pasal 4
tentang kepariwisataan. Objek dan daya tarik wisata dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna

2.Objek dan hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah, seni budaya, agrowisata, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Pemanfaatan objek wisata sebagai sumber belajar kontekstual berpijak pada


pemikiran mengenai empat pilar belajar yang dikemukakan UNESCO dalam (Setiadi, 2007),
yaitu

a. Learning to know, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai teknik
menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan

b. Learning to do, memberdayakan siswa agar mampu berbuat untuk memperkaya


pengalaman belajarnya, meningkatkan interaksi dengan lingkungan baik fisik, sosial maupun
budaya, sehingga siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia
sekitar.

c. Learning to live together dengan membekali kemampuan untuk orang lain yang berbeda
dengan penuh toleransi dan saling pengertian.

d. Learning to be adalah keberhasilan yang dicapai dari tiga pilar belajar di atas.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Ekonomi Sumber Daya Air

3.1.1 lokasi pengamatan

Lokasi yang kami pilih untuk melakukan pengamatan ini adalah sekitaran lokasi
kegiatan Studi Ekskursi di Desa Merbaun, Amarasi Barat, Kabupaten Kupang. Latar
belakang pemilihan lokasi ini dijadikan sebagai tempat pengamatan karena memiliki
beberapa tempat yang dijadikan sebagai sumber air yang digunakan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-harinya.

3.1.2 Sumber Air

Sumber air yang dipakai/digunakan oleh masyarakat setempat dalam kehidupan sehari-
harinya ialah embung dan air tangki. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat
setempat bahwa embung ini dibuat sejak 2 tahun yang lalu oleh pemerintah setempat
sedangkan air PAM di peroleh dari penjual air dengan harga 1 tangki air PAM Rp.250.000-
300.000/tangki dengan ukuran 5000 Liter.

3.1.3 Analisis Sumber Daya Air

Masyarakat setempat mendapatkan sumber air dari 2 tempat yang berbeda dan
dimanfaatkan untuk memenuhui kebutuhan sehari-hari. Dari sumber air embung masyarakat
setempat memanfaatkanya untuk menyirami tanaman-tanaman yang ditanam sekitar embung
dan juga di manfaatkan untuk minum ternak yang dipelihara sekitar lokasi embung,
sedangkan untuk sumber air yang berasal dari PAM ( air tangki) digunakan untuk memasak,
minum, mandi dan segala bentuk keperluan dalam rumah tangga.

Permasalahan yang ditemukan dilokasi pengamatan yaitu, kurangnya sumber air


disekitar lokasi kegiatan dan juga aksebilitas kendaraan untuk mengantar air ke masyarakat
yang berada di sekitar lokasi kegiatan, sehingga masyarakat setempat terpaksa harus
menggunkan air embung untuk dikonsumsi baik untuk memasak maupun untuk minum.

Upaya yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menanggulangi permasalahan


ini yaitu dengan melakukan pembelian air tangki dalam jumlah banyak dan melakukan
penyaringan berkali-kali air embung yang akan di konsumsi.
Solusi yang kami tawarkan untuk mengatasi permasalahan ini ialah masyarakat harus
melakukan teknik penyaringan/filtrasi agar mendapatkan air yang bersih dan masyarakat
harus melakukan penanaman pohon di sekitar embung yang merupakan sumber air bagi
masyarakat.

3.1.4 Implementasi BCA (Benefit Cost Analisis)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat terkait dengan


implementasi Benefit Cost Analisis dalam pemanfaatan sumber daya air tidak dilakukan
karena warga cenderung menggunakan air sesuai dengan keperluanya masing-masing dan
tidak dilakukan pemungutan biaya dalam penggunaan air yang bersumber dari embung,
sedangkan pemanfaatan air dari sumber air PAM (Air Tangki) di tanggung masing-masing
oleh warga yang memesannya. Sehingga biaya atau tenaga yang digunakan tidak dikeluarkan
secara besar-besaran oleh warga. Pada intinya masyarakat secara bersama-sama melakukan
pemeliharaan untuk merawat tempat penampungan air tersebut.

3.2 Pemanfaatan Wisata Pantai Puru

3.2.1 Potensi

Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh dari masyarakat


setempat bahwa potensi-potensi yang terdapat di Pantai Puru sehingga di tetapakan sebagai
salah satu tempat wisata adalah karena letaknya yang sangat strategis, terdapat batu karang
yang sangat indah di pandang, pasir putih kecoklatan yang sangat halus dengan kontur pantai
yang landai, terdapat berbagai jenis tumbuhan yang indah di sekitaran pantai. Fasilitas di
Pantai Wisata Puru ini sudah sangat memadai yaitu memilki 8 buah lopo-lopo, 2 buah kamar
mandi dan tempat sampah. Salah satu pengelola pantai wisata puru mengatakan bahwa pantai
puru ini mulai di rancang sebagai pantai wisata pada tahun 2015 dan satu tahun kemudian
disahkan melalui perdes.

3.2 Permasalahan

Kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam proses pengelolaan pantai wisata puru
ini yaitu jumlah tempat sampah yang masih kurang, mobilitas air bersih yang harus diawasi
manual karena menggunakan pompa air dinamo yang jaraknya 900 meter dari pantai wisata
puru untuk mendistribusikan air, akses jalan yang masih kurang baik, aksesbilitas liar yang
banyak, sehingga susah di awasi, penataan ruang rekreasi yang belum baik, jumlah lopo yang
masih kurang dan jumlah tumbuhan disekitar pantai yang semakin berkurang. Permasalahan
lainya yaitu lokasinya yang jauh dari kota Kupang yang membutuhkan energi ekstra untuk
menikmati pantai ini, dengan kendaraan roda dua atau roda empat, sekitar 1,5-2 jam
perjalanan dari Kota Kupang menuju pesisir selatan pulai Timor, dengan jalan sebagian besar
sudah di aspal dan hanya sekitar 3-5 km saja yang masih belum beraspal untuk sampai ke
Pantai Wisata Puru ini.

3.3 Cara Penanggulangan Permasalahan

Cara penanggulanagan yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam mengatasi


permasalahan yang di alami di pantai wisata puru ialah, dengan melakukan pengadaan tempat
sampah dan meminta bantuan kepada pemerintah setempat untuk menyediakanya lebih
banyak lagi, kemudian masyarakat setempat juga melakukan swadaya untuk memperbaiki
jalan menuju pantai wisata puru dengan memperbaiki jalan yang rusak dan menimbun tanah
pada jalan yang berlubang, melakukan pembangunan lopo dengan jumlah yang banyak lagi,
dan menyediakan tenaga kerja untuk mengawasi dan mengontrol pantai wisata puru dengan
mempekerjakan 11 orang yang masuk kedalam kelompok untuk mengelola pantai puru, mulai
dari karcis masuk,kebersihan dan keamanan.

Tarif masuk ke pantai wisata puru ini yaitu Rp.5000 untuk sepeda motor, Rp 10.000
untuk kendaraan roda empat dan Rp 20.000 untuk kendaraan roda enam. Namun disayangkan
penarikan karcis ini dilakukan tanpa menyerahkan bukti karcis masuk, “untuk karcis masuk
kita belum punya buktinya/nota, namun kami sudah usahakan melalui Desa.” Ujar salah
satupengelola. Jumlah pengunjung yang datang pada hari libur relatif cukup banyak bisa
mencapai 200 orang perhari.

Namun pada weekday biasanya hanya 5-10 orang saja yang datang dan hanya
menggunakan sepeda motor mayoritas pengunjung berasal dari kota kupang dan beberapa
desa yang bersebelahan dengan pantai wisata puru.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Lokasi yang kami pilih untuk melakukan pengamatan ini adalah sekitaran lokasi
kegiatan Studi Ekskursi di Desa Merbaun, Amarasi Barat, Kabupaten Kupang. Sumber air
yang dipakai/digunakan oleh masyarakat setempat dalam kehidupan sehari-harinya ialah
embung dan air tangki.

Permasalahan yang ditemukan dilokasi pengamatan yaitu, kurangnya sumber air


disekitar lokasi kegiatan dan juga aksebilitas kendaraan untuk mengantar air ke masyarakat
yang berada di sekitar lokasi kegiatan.

Upaya yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menanggulangi permasalahan


ini yaitu dengan melakukan pembelian air tangki dalam jumlah banyak dan melakukan
penyaringan berkali-kali air embung yang akan di konsumsi.

Potensi-potensi yang terdapat di Pantai Puru sehingga di tetapakan sebagai salah satu
tempat wisata adalah karena letaknya yang sangat strategis, terdapat batu karang yang sangat
indah di pandang, pasir putih kecoklatan yang sangat halus dengan kontur pantai yang landai,
terdapat berbagai jenis tumbuhan yang indah di sekitaran pantai.

Kendala yang dihadapi oleh masyarakat yaitu jumlah tempat sampah yang masih
kurang, mobilitas air bersih yang harus diawasi manual karena menggunakan pompa air
dinamo yang jaraknya 900 meter dari pantai wisata puru untuk mendistribusikan air, akses
jalan yang masih kurang baik, aksesbilitas liar yang banyak, sehingga susah di awasi,
penataan ruang rekreasi yang belum baik, jumlah lopo yang masih kurang dan jumlah
tumbuhan disekitar pantai yang semakin berkurang

Cara penanggulanagan yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam mengatasi


permasalahan yang di alami di pantai wisata puru ialah, dengan melakukan pengadaan tempat
sampah dan meminta bantuan kepada pemerintah setempat untuk menyediakanya lebih
banyak lagi, kemudian masyarakat setempat juga melakukan swadaya untuk memperbaiki
jalan menuju pantai wisata puru dengan memperbaiki jalan yang rusak dan menimbun tanah
pada jalan yang berlubang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005, Kemelut Sumberdaya Air: Menggugat Privatisasi Sumberdaya Air di


Indonesia, Lapera Pustaka Utama dan Kruha, Jakarta.

Asdak, Chay, 2010, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjahmada
University Press, Yogyakarta.

Asit K. Biswas, 1996, Water Resources: Environmental Planning, Mangement, and


Development, McGraw-Hill, USA.

http://amarasi-barat.blogspot.com/2014/04/kecamatan-amarasi-bara.html?m=1

https://kkp.go.id/djprl/artikel/5108-keindahan-pantai-puru-di-desa-merbaun-kab-kupang-
yang-tersembunyi

Hariyanto, 2015. Pengembangan objek wisata candi GedongSongo,. Jurnal Geografi Fis
Unnes. 2011

Musfiqon , HM. 2012. Pengembangan media dan sumber pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya

Puspitasari,I.dkk. 2012. Pemanfaatan Kebun sebagai Sumber Belajar dengan Menerapkan


Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Unnes Journal Education 1 (2) 2012

Anda mungkin juga menyukai