Catatan Anak FIKOM
Catatan Anak FIKOM
ANTARPRIBADI
Persepsi Fisik: Rupa cantik atau jelek, penampilan fisik menarik atau tidak, kekuatan tubuh,
dst
Persepsi Psikologis: Watak, yg membuat senang atau sedih, yang membuat benci, dst
Persepsi Sosial: Pandangan orang lain terhadap saya, disukai atau tidak, dihargai atau tidak,
dst
Pembentukan Konsep-diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita hanya bisa diperoleh melalui
informasi yang diberikan oleh orang lain kepada kita.
Konsep diri yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang-orang dekat
lainnya di sekitar kita, termasuk kerabat.
KAP akan lebih efektif jika antara komunikator dan komunikan memiliki konsep diri yang
positif.
KAP akan lebih efektif jika komunikator dan komunikan dapat menyingkap masing – masing
konsep diri.
4. Tujuan / maksud
kita dpt menyingkapkan sesuatu yg kita maksudkan shg dpt mengontrol self disclosure
5. Keintiman
kita dpt menyingkapkan hal2 yg paling intim atau sbg periferal atau hal2 yg terletak diantara
keduanya.
Faktor2 yang Mempengaruhi Self Disclosure :
1. Besar kelompok
Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil ketimbang kelompok besar.
Diad (kel. Yg terdiri atas 2 orang) merupakan lingkup kelompok yang dirasa cocok karena
pelaku komunikasi nya tidak banyak. Jika pendengar lebih dari 1 maka tanggapan pun akan
semakin beragam sehigga sulit meresapi tanggapan dg cermat.
2. Perasaan menyukai
kita membuka diri kpd orang2 yg kita sukai / cintai, orang yg kita sukai / menyukai kita
cenderung bersikap mendukung positif, kita juga lebih banyak membuka diri pd orang yg kita
percayai.
3. Efek diadik
Kita melakukan pengungkapan diri bila orang yg bersama kita juga melakukan
pengungkapan diri Hal ini membuat kita merasa lebih aman.
Berg&Archer melaporkan pengungkapan diri menjadi lebih akrab bila dilakukan sebagai
tanggapan atas pengungkapan diri orang lain.
4. Kompetensi
Orang yg kompeten biasanya lebih percaya diri dan lebih mempunyai banyak hal positif ttg
diri mereka sendiri untuk diungkapkan ketimbang orang2 yg tdk kompeten.
5. Kepribadian
Orang2 yg pandai bergaul dan ekstrovert melakukam pengungkapan diri lebih banyak
ketimbang mereka yg kurang pandai bergaul dan introvert. Orang yg kurang berani bicara pd
umumnya juga kurang bisamengungkapkan dirinya.
6. Topik
sejumlah topik lebih memungkinkan orang untuk membuka diri daripada topik lain
-ex: kita cenderung membuka diri ttg pekerjaan/hobi daripada kehidupan seks /keuangan
7. Jenis Kelamin
banyak riset menunjukan bahwa wanita lebih membuka dirinya dibandingkan pria,wanita
lebih banyak mengungkapkan diri pd yg ia sukai sedangkan pria lebih banyak pd orang yg ia
percayai.
Penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan
balik segera (lihat komponen2 komunikasi)
Komunikasi yang berlangsung diantara 2 orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan
jelas. Mis : pramuniaga-pelanggan, orang tua-anak, wawancara 2 orang, dsb.
Hampir tidak mungkin k’si dydic bukan KAP bahkan orang asing yg menanyakan alamat
termasuk kap
Diperluas sampai sekelompok kecil orang ( 3 atau 4 orang).
Komunikasi antar pribadi dimulai dari komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal)
menjadi komunikasi pribadi atau intim (mrpk akhir k’si tak pribadi/impersonal)
Komunikasi intrapribadi :
Anda berbicara dgn diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri,
meyakinkan diri sendiri tentang ini dan itu, mempertimbangkan keputusan2x yg akan
diambil, dan menyiapkan pesan2x yg akan Anda sampaikan kpd orang lain.
Misal: berpikir, melamun, dll.
Komunikasi antarpribadi :
Anda berinteraksi dgn orang lain, mengenal mereka dan diri Anda sendiri, dan
mengungkapkan diri sendiri kpd orang lain.
Misal: dgn kenalan baru, kawan lama, kekasih, anggota keluarga, dll.
Komunikasi publik/terbuka :
orang lain memberi anda informasi, dan membujuk anda, untuk membeli, berpikir dgn cara
tertentu, untuk mengubah sikap, pendapat, atau nilai.
Komunikasi massa : Anda dihibur, diberi informasi, dibujuk oleh media (TV, radio, koran,
dan buku). Melalui kebiasaan Anda membaca dan pola belanja anda, anda akan
mempengaruhi bentuk dan format media.
KAP memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita baik objek, kejadian dan orang
lain. Nilai, sikap keyakinan dan perilaku kita banyak dipengaruhi oleh KAP.
KAP yg kita lakukan banyak bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yg
baik dg orang lain. Hubungan tsb membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta
membuat kita lebih positif ttg diri kita sendiri.
Banyak waktu yg kita pergunakan untuk mengubah/ mempersuasi orang lain melalui KAP
5.Bermain dan mencari hiburan, kejadian lucu mrpk kegiatan untuk memperoleh hiburan.
Hal ini bisa memberi suasana yg lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dsb.
Psikiater, psikologi klinik dan ahli terapi adl contoh2 profesi yg menggunakan KAP untuk
menolong orang lain. Memberikan nasihat dan saran kpd teman juga mrpk contoh tujuan
proses KAP untuk membantu orang lain.
A. Definisi Komunikasi
1. Istilah “komunikasi” berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
2. “Komunikasi” juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya
membagi (Cherry dalam Stuart dalam Cangara, 1998).
3. Harold D. Lasswell (dalam Cangara, 1998) “Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect”
4. Berdasarkan studi komunikasi antarmanusia (human communication) (Book, 1980 dalam
Cangara 1998): Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan:
a. Membangun hubungan antar sesama manusia
b. Melalui pertukaran informasi
c. Untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain
d. Serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu
5. Everett M. Rogers (1986, dalam Cangara, 1998): “Komunikasi adalah proses di mana
suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka”
6. Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981, dalam Cangara, 1998): “Komunikasi adalah
suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam”
7. Shannon and Weaver (1949): “Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada
bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka,
lukisan, seni dan teknologi.”
B. Tujuan Komunikasi
Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam (Cangara, 1998):
Menurut Everett M. Rogers (1986), proses komunikasi yang menggunakan telepon kurang
kena apabila digolongkan sebagai komunikasi antarpribadi; “..machine-assisted interpersonal
communication is the telephone, it does not fit into either category of mass media or
interpersonal channels because it is neither face-to-face nor one-to-many.”
Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal, karena berlangsung secara tatap
muka, namun terdapat beberapa perbedaan mendasar, yaitu:
Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara kontinyu.
Pesan yang disampaiakn itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terencana dan
dipersiapkan lebih awal.
4. Komunikasi Massa (Mass Communication)
a. Pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku,
pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.
b. Sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik.
c. Sumber merupakan suatu lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak orang.
d. Proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit.
e. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan umpan baliknya tertunda dan sangat
terbatas.
f. Sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan
luas.
g. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan
dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolanya.
Jujun menyatakan bahwa Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Menurut Suciati aksiologi ilmu komunikasi itu meliputi logika, etika dan estetika.
Lebih jauh disini akan dipaparkan bagaimana ilmu komunikasi dapat diterapkan dalam
masyarakat sehubungan dengan pembangunan dilihat dari sisi moral, sosial dan budaya.
Dimensi Moral Ilmu Komunikasi
Jujun menyatakan, bahwa netralitas ilmu terhdap nilai-nilai hanya terletak pada metafisik
keilmuan, sedangkan dalam penggunaan, bahkan pemilihan obyek keilmuan, harus
berdasarkan asas-asas moral.
Sehingga pertanyaan besarnya adalah apakah ilmu komunikasi telah memberikan sumbangan
yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan? Karena perkembangan ilmu komunikasi yang
begitu pesat ini tidak saja menimbulkan efek positif semata, melainkan juga efek negatif.
Menurut Becker, ada beberapa fungsi komunikasi massa bagi individu, diantaranya:
Dalam kondisi ini ilmu tidak lagi bebas nilai, dikarenakan ilmu tersebut sudah diterapkan dan
sudah berada di tengah-tengah masyarakat luas. Menurut Bakhtiar, penerapan ilmu
pengetahuan yang telah dihasilkan oleh ilmuwan, baik itu berwujud teknologi ataupun teori-
teori emansipasi masyarakat dan sebagainya semestinya memperhatikan nilai adat, nilai
keagamaan, nilai kemanusiaan dan lain-lain.
1. Pengawasan lingkungan
2. Korelasi sosial
3. Sosialisasi
4. hiburan
5. Sedangkan Lazarsfeld & Marton membaginya menjadi:
6. Mengukuhkan status sosial
7. Memperkokoh norma-norma sosial
Sehingga menurut Effendi, dari fungsi di atas terlihat, bahwa dengan ilmu komunikasi
diharapkan terjadi perubahan pendapat, sikap, maupun prilaku.
Keterkaitan dimensi budaya dengan ilmu komunikasi tidak terlepas dari estetika.
Sedangkan menurut Bakhtiar, estetika itu sendiri berhubungan dengan nilai pengalaman
keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Sehingga ilmu komunikasi dari sudut pandang estetika adalah seni, seperti seni retorika, seni
film dan lain sebagainya.
Menurut Purwasito, Komunikasi adalah pertukaran simbol, jadi komunikasi antar budaya
adalah pertukaran pertukaran simbol dari dua orang atau lebih yang dilatar belakangi oleh
faktor perbedaan budaya, diantara perbedaan tersebut adalah:
1. Bahasa
2. Keyakinan
3. Adat Istiadat
4. Kepercayaan
5. Status sosial-ekonomi dan lain sebagainya
Maka, dengan adanya komunikasi antar budaya tersebut dapat terjadi pertukaran simbol,
yang mana simbol-simbol tersebut berhubungan erat dengan estetika. Apabila pertukaran
simbol terjadi, maka akan muncul interpretasi. Dari interpretasi akan muncul makna yang
berkaitan dengan simbol yang berkaitan dengan estetika.
Kesimpulan
Dari dimensi moral, ilmu komunikasi ditunjukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan
martabat atau mengubah hakikat manusia.
Dari dimensi sosial, ilmu komunikasi bertujuan untuk bisa mensosialisasikan ide-ide,
melakukan pengawasan, menjadi hiburan positif, memperkokoh norma-norma sosial, dan
sebagainya.
Dari dimensi budaya, ilmu komunikasi diharapkan mampu mengikis konflik antar budaya
serta memperkenalkan nilai-nilai budaya masyarakat kepada masyarakat lain.
BAHASA SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI
Bahasa memiliki dua aspek, yakni aspek informatif dan emotif. Keduanya tercermin dalam
bahasa yang digunakan. Artinya, kalau seseorang berbicara maka pada hakikatnya informasi
yang disampaikan mengandung unsur emotif, demikian juga kalau seseorang
mengungkapkan ekspresi, maka eksresi itu mengandung unsur-unsur informatif (Jujun S.
Suriasumantri, 2005: 173)
Telaan lebih lanjut tentang bahasa menunjukkan bahwa bahasa mengkomunikasikan tiga hal,
yaitu buah pikiran, perasaan, dan sikap. Atau seperti dinyatakan oleh George F. Kneller
(1964), bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif dan afektif.
Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah, sedangkan fungsi emotif
menonjol dalam komunikasi estetik.
Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia, terutama sekali fungsi
komunikasi. H.A.K Haliday dalam exploration in the function of language (dalam Tarigan,
1993: 6-8) menemukan tujuh fungsi bahasa, yaitu:
• kedua, bahasa merupakan lambang/simbol dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu
arti tertentu (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 175)
Dengan bahasa manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasi apa
yang sedang dipikirkan kepada orang lain.
Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dua dunia yakni dunia pengalaman yang
nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.
Lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang membuka rahasia alam dalam berbagai
teori seperti teori relativitas dan quantum. Oleh karenanya, “pengetahuan adalah kekuasaan”,
kata Francis Bacon.
A. KRITERIA KEBENARAN
Ketika kita mengakui kebenaran sebuah proposisi bahwa bumi bergerak mengelilingi
matahari, dasar kita, tidak lain adalah sesuai tidaknya proposisi tersebut dengan
kenyataannya.
“Suatu proposisi (pernyataan) dianggap benar apabila pernyataan tersebut bersifat konheren
atau konsisten atau saling berhubungan dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar.
Contoh: jika kita menganggap bahwa, “semua makhluk hidup pasti akan mati” adalah
pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “pohon kelapa adalah makluk hidup dan
pasti akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan
yang pertama.
Teori koherensi dipergunakan pada proses penalaran teoritis yang didasarkan pada logika
deduktif.
Teori ini digagas oleh Bernard Russell (1872-1970). Menurutnya pernyataan dikatakan benar
bila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan tersebut saling berkesesuaian dengan
objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Contoh: jika seseorang mengatakan bahwa “tugu monas ada di kota Jakarta” maka
pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan tersebut sesuai dengan fakta bahwa tugu
monas berdiri di kota Jakarta.
Teori korespondensi digunakan untuk proses pembuktian secara empiris dalam bentuk
pengumpulan data-data yang mendukung suatu pernyataan yang telah dibuat sebelumnya.
Teori yang dicetuskan oleh Peirce (1839-1914) ini disandarkan pada teori pragmatisme.
Penganut teori ini menyatakan bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria
“apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis?”. Artinya, suatu
pernyataan dikatakan benar jika konsekuensi dari pernyataan tersebut memiliki kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia.
Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang memiliki doktrin-doktrin falsafati, melainkan
teori dalam penentuan kriteria kebenaran.
Pengetahuan (knowledge) sudah puas dengan “menangkap tanpa ragu” kenyataan sesuatu,
sedangkan ilmu (science) menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut
oleh pengetahuan.
Contoh: Si Buyung mengetahui bahwa pelampung kailnya selalu terapung di air, ia akan
membantah jika dikatakan bahwa gabus pelampungnya itu tenggelam, sampai disini wilayah
pengetahuan. Namun, jika ia memahami bahwa berat jenis pelampung lebih kecil
dibandingkan berat jenis air sehingga mengakibatkan pelampung selalu terapung, maka ini
telah memasuki wilayah ilmu.
Untuk mencapai kebenaran pengetahuan dan ilmu tersebut ditempuh oleh manusia dengan
cara “ilmiah” dan “non-ilmiah”.
Penemuan kebenaran dengan cara ilmiah adalah berupa kegiatan penelitian ilmiah dan
dibangun atas teori-teori tertentu. kita dapat pahami bahwa teori-teori tersebut berkembang
melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol
berdasarkan data-data empiris yang ditemukan di lapangan.
Teori yang ditemukan harus dapat diuji keajekan dan kejituan internalnya. Artinya, jika
penelitian ulang dilakukan dengan langkah-langkah serupa pada kondisi yang sama maka
akan diperoleh hasil yang sama atau hampir sama.
Untuk sampai pada kebenaran ilmiah ini, maka harus melewati 3 tahapan berpikir ilmiah
yang harus dilewati, yaitu: 1) Skeptik; 2) Analitik; dan 3) Kritis.
1. Skeptik
Cara berfikir ilmiah pertama ini ditandai oleh cara orang di dalam menerima kebenaran
informasi atau pengetahuan tidak langsung di terima begitu saja, namun dia berusaha untuk
menanyakan fakta atau bukti terhadap tiap pernyataan yang diterimanya.
2. Analitik
Ciri ini ditandai oleh cara orang dalam melakukan setiap kegiatan, ia selalu berusaha
menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan dan mana
yang menjadi masalah utama dan sebagainya.Dengan cara ini maka jawaban terhadap
permasalahan yang dihadapi akan dapat diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.
3. Kritis
Ciri berfikir ilmiah ketiga adalah ditandai dengan orang yang selalu berupaya
mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang dihadapinya secara
objektif. Hal ini dilakukan agar semua data dan pola berpikir yang diterapkan selalu logis.
Cara penemuan kebenaran non-ilmiah
2. Prasangka
Penemuan pengetahuan yang dilakukan melalui akal sehat kebanyakan diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya. Hal ini menyebabkan akal sehat mudah berubah
menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah perbuatan generalisasi yang
terlalu dipaksakan, sehingga hal tersebut menjadi prasangka.
3. Pendekatan intuitif
Dalam pendekatan ini orang memberikan pendapat tentang suatu hal yang berdasarkan atas
“pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari
atau tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intuitif orang memberi penilaian tanpa
didahului oleh suatu renungan.
Kata hermeneutika berasal dari nama Dewa Hermes. Hermes, dalam mitologi Yunani
bertugas menyampaikan dan menafsirkan pesan Tuhan kepada manusia. Untuk
menyampaikan pesan, Hermes harus membiasakan diri dengan bahasa Tuhan dan bahasa
orang lain dimana pesan itu disebarkan.
Dalam konteks komunikasi dapat dikatakan bahwa Hermes membawa pesan dari Tuhan
sebagai sender kepada manusia (receiver).
Oleh karenanya ada dua bagian besar tugas Hermes, yaitu:
1. Ia harus memahami dan menerjemahkan untuk dirinya apa yang Tuhan ingin sampaikan
ke dunia
2. Ia harus menerjemahkan dan mengartikulasikan pesan-pesan tersebut kepada makhluk
hidup (Gary Radford, on the philosophy of communication)
jadi dapat dikatakan bahwa hermeneutika adalah pergulatan dengan penafsiran. Oleh
karenanya wilayah hermeneutika mengandung tiga unsur utama:
1. Adanya tanda, pesan, berita atau yang sering disebut sebagai teks
2. Harus ada sekelompok orang yang merasa “asing” terhadap teks
3. Adanya pengantara yang dekat dengan kedua belah pihak (C. Verhaak dalam Mudji
Sutrisno, et. Al, 1994)
Hermeneutika pada masa awalnya sub disiplin teologi, yaitu upaya mengeluarkan maksud
teks dari kitab suci (eksegesis). Tokoh pertama yang memberikan tonggak yang kukuh bagi
hermeneutika adalah Freidrich Daniel Ernst Schleiermacher (1768-1834). Bagi
Schleiermacher hermeneutika adalah mengalami kembali proses batin pengarang teks.
Hermeneutika berarti “rekonstruksi makna dengan menggunakan unsur kupasan bahasa dan
psikologis.
Bagi Schleiermacher, filologi tidak mampu mengungkap wawasan khusus pengarang, karena
tidak sampai pada tataran psikologi. Oleh karenanya memahami seorang penulis tidak sebatas
memahami kata-katanya, tetapi juga lingkungan ilmiah dan budaya dimana ia hidup ( Roy, J.
Howard, 2000).
Proses hermeneutika, adalah proses mengatasi “keasingan” suatu teks dengan masuk ke batin
pengarang. Jalannya lewat interpretasi psikologis. (K. Bertens, 1983).
2. Pendekatan eksplisit yang bersumber dari Hegel, Marx dan Fenemonologi. Pendekatan
kedua inilah yang menjadi fokus kajian sekarang ini.
Filsafat Dilthey sering disebut sebagai Filsafat kehidupan (philosophie des Lebens)
Secara garis besar ada tiga pemikiran utama Dilthey yaitu:
a. filsafat kehidupan. Bagi Dilthey kehidupan tidak saja bermakna biologis, tetapi seluruh
kehidupan manusiawi dengan kompleksitasnya yang kaya. Dilthey menolak transendensi, dan
mengarahkan pemikirannya kepada pengalaman.
b. perbedaan antara ilmu alam dan humaniora. Dilthey membagi ilmu pengetahuan menjadi
dua yaitu Naturwissenschaften (ilmu pengetahuan alam) dan Geisteswissenschaften (ilmu
pengetahuan budaya). Menurut Dilthey, ilmu pengetahuan budaya mempunyai suatu metode
tersendiri yang tidak dapat diasalkan dari metode ilmu alam. Ilmu pengetahuan alam
mendasarkan metodenya kepada Eklaren (menjelaskan), sementara ilmu pengetahuan budaya
harusnya dipraktekkan dengan metode verstehen (mengerti).
pertama, pembiasaan dengan proses-proses psikis yang memungkinkan suatu makna. Oleh
karenanya bagi Dilthey biografi dan psikologi menjadi penting
kedua, pengetahuan tentang konteks. Suatu kata hanya dapat dimengerti dalam kalimat
bahkan konteks yang lebih luas
ketiga, mempunyai pengetahuan sistem sosial dan kultural dari teks yang dipelajari (K.
Bertens, 1983).
Hans-Georg Gadamer
Dalam pemikiran Gadamer, “mengerti” tidak mungkin tanpa bahasa. Yang “Ada”
menampakkan diri dalam bahasa. Dengan kata lain dalam situasi hermeneutis “Ada” tampak
sebagai percakapan, sebagai dialog. Untuk “mengerti”, manusia harus mempunyai pra
pengertian. Inilah yang disebut sebagai lingkaran hermeneutis.
Bagi Gadamer, arti suatu teks tetap terbuka dan tidak terbatas pada maksud si pengarang.
Maka dari itu interpretasi tidak bersifat reproduktif belaka, tetapi juga produktif.
Interpretasi dapat memperkaya arti suatu teks. Karena arti suatu teks tidak terbatas untuk
masa lampau, tetapi mempunyai keterbukaan juga terhadap masa depan. Oleh karenanya
setiap jaman harus mengusahakan interpretasinya sendiri sesuai jamannya. Seorang
interpertator tidak dapat melepaskan diri dari situasi historisnya.
Tafsir sejarah dan ilmu budaya dalam hermeneutika Gadamer bersifat sinkronis. Yang
hendak dicapai dari hermeneutika Gadamer adalah fusion of horizons, penyatuan pengarang
dan pembaca.