Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DIRI DAN SELF DISCLOSURE DALAM KOMUNIKASI

ANTARPRIBADI

Dosen : Rifqi Muflih, S.Sos

DEFINISI KONSEP DIRI

Menurut William D Brooks,


Konsep Diri adalah persepsi tentang diri kita yg bersifat fisik, psikologis, dan sosial yg
datang dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain.

Persepsi Fisik: Rupa cantik atau jelek, penampilan fisik menarik atau tidak, kekuatan tubuh,
dst
Persepsi Psikologis: Watak, yg membuat senang atau sedih, yang membuat benci, dst
Persepsi Sosial: Pandangan orang lain terhadap saya, disukai atau tidak, dihargai atau tidak,
dst

JENIS – JENIS KONSEP DIRI MENURUT JOHARI WINDOW’S

Wilayah Terbuka (My Public Self/Open Area)


berisikan informasi yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain.

Wilayah Buta (My Blind Spot)


berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain tetapi kita sendiri tidak
mengetahuinya.

Wilayah Tak Dikenal (My Unconscious Self/Unknown Self)


bagian dari diri kita yang tidak diketahui baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain.

Wilayah Tersembunyi (My Hidden Self)


semua hal yang kita ketahui tentang diri sendiri dan orang lain tetapi hanya disimpan untuk
sendiri.
JENIS – JENIS KONSEP DIRI MENURUT WEAVER

Konsep diri Weaver:

Self Awareness / Kesadaran diri


proses menyadari diri tentang siapakah aku, di mana aku berada, dan bagaimana orang lain
memandang diriku.

Self Acceptance / Penerimaan diri


jika orang sadar pada dirinya, maka apa yang terjadi akan diterimanya sebagai kenyataan.

Self Actualization / Aktualisasi diri


dengan menerima kenyataan itu, orang baru dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.

Self Disclosure / pengungkapan diri


apabila kita memiliki keinginan untuk maju, maka keinginan itu perlu diungkapkan atau
dikomunikasikan agar orang lain dapat mengetahuinya.

Pembentukan Konsep-diri

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita hanya bisa diperoleh melalui
informasi yang diberikan oleh orang lain kepada kita.
Konsep diri yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang-orang dekat
lainnya di sekitar kita, termasuk kerabat.

KOMPONEN KONSEP DIRI

Konsep diri memiliki 2 komponen :

kognitif disebut self image (citra diri), ex : saya pintar


afektif disebut self esteem (harga diri)/ persepsi evaluatif seseorang thd diri sendiri, ex: saya
senang bahwa saya pintar

PENYINGKAPAN DIRI (SELF DISCLOSURE)

Teori Penyingkapan Diri:

 Membeberkan Informasi tentang diri sendiri secara sengaja


 Membiarkan orang lain mengetahui kehidupan kita
 Setiap Individu memiliki konsep diri
 Konsep diri lebih dapat terungkap jika menggunakan KAP (Komunikator –
Komunikan, sebaliknya)
ASUMSI SELF DISCLOSURE

KAP akan lebih efektif jika antara komunikator dan komunikan memiliki konsep diri yang
positif.
KAP akan lebih efektif jika komunikator dan komunikan dapat menyingkap masing – masing
konsep diri.

DEFINISI SELF DISCLOSURE

Definisi Self Disclosure: Joseph A. Devito


self disclosure: suatu bentuk k’si dimana informasi ttg diri yang biasanya disimpan atau
disembunyikan, dikomunikasikan kepada orang lain.

Definisi Self Disclosure: Culbert


Culbert menyebutkan bahwa informasi yg diungkapkan dalam self disclosure bersifat sangat
pribadi (personally private)

Dimensi Self Disclosure

1. Ukuran self disclosure


dpt dilihat dari frekuensi seseorang melakukan nya dan berapa lama durasi/ waktu untuk
menyatakan pengungkapan diri tsb.

2. Valensi self disclosure


kualitas positif dan negatif dari self disclosure (baik dan menyenangkan atau tdk
menyenangkan. Ini akan menimbulkan dampak yg berbeda baik bagi yg mengungkapkan
maupun pendengarnya.

3. Kecermatan dan Kejujuran


kecermatan dan ketepatan dibatasi oleh sejauhmana kita mengenal diri kita sendiri. self
disclosure juga tergantung kejujuran

4. Tujuan / maksud
kita dpt menyingkapkan sesuatu yg kita maksudkan shg dpt mengontrol self disclosure

5. Keintiman
kita dpt menyingkapkan hal2 yg paling intim atau sbg periferal atau hal2 yg terletak diantara
keduanya.
Faktor2 yang Mempengaruhi Self Disclosure :

1. Besar kelompok
Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil ketimbang kelompok besar.
Diad (kel. Yg terdiri atas 2 orang) merupakan lingkup kelompok yang dirasa cocok karena
pelaku komunikasi nya tidak banyak. Jika pendengar lebih dari 1 maka tanggapan pun akan
semakin beragam sehigga sulit meresapi tanggapan dg cermat.
2. Perasaan menyukai
kita membuka diri kpd orang2 yg kita sukai / cintai, orang yg kita sukai / menyukai kita
cenderung bersikap mendukung positif, kita juga lebih banyak membuka diri pd orang yg kita
percayai.

3. Efek diadik
Kita melakukan pengungkapan diri bila orang yg bersama kita juga melakukan
pengungkapan diri Hal ini membuat kita merasa lebih aman.
Berg&Archer melaporkan pengungkapan diri menjadi lebih akrab bila dilakukan sebagai
tanggapan atas pengungkapan diri orang lain.

4. Kompetensi
Orang yg kompeten biasanya lebih percaya diri dan lebih mempunyai banyak hal positif ttg
diri mereka sendiri untuk diungkapkan ketimbang orang2 yg tdk kompeten.

5. Kepribadian
Orang2 yg pandai bergaul dan ekstrovert melakukam pengungkapan diri lebih banyak
ketimbang mereka yg kurang pandai bergaul dan introvert. Orang yg kurang berani bicara pd
umumnya juga kurang bisamengungkapkan dirinya.

6. Topik
sejumlah topik lebih memungkinkan orang untuk membuka diri daripada topik lain
-ex: kita cenderung membuka diri ttg pekerjaan/hobi daripada kehidupan seks /keuangan

7. Jenis Kelamin
banyak riset menunjukan bahwa wanita lebih membuka dirinya dibandingkan pria,wanita
lebih banyak mengungkapkan diri pd yg ia sukai sedangkan pria lebih banyak pd orang yg ia
percayai.

8. Ras, kebangsaan dan usia


kulit putih lebih terbuka daripada kulit hitam,orang Amerika lebih terbuka daripada orang
Puerto Rico, Jerman, Inggris dan Timur Tengah. self disclosure lebih banyak terjadi pd
pasangan usia 17-50 thn, setelah usia tsb kecenderungan self disclosure menurun.
Definisi , Hakikat, Ciri-ciri dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Dosen : Rifqi Muflih, S.Sos

DEFINISI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI.

Definisi Komunikasi Antarpribadi


Tiga ancangan utama definisi komunikasi antar pribadi:
1. Definisi berdasarkan komponen (componential)
2. Definisi berdasarkan hubungan diadik (relational [dyadik])
3. Definisi berdasarkan pengembangan (developmental)

1. Definisi berdasarkan komponen (componential)

Penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan
balik segera (lihat komponen2 komunikasi)

2. Definisi berdasarkan hubungan dyadik (relational [dyadik])

Komunikasi yang berlangsung diantara 2 orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan
jelas. Mis : pramuniaga-pelanggan, orang tua-anak, wawancara 2 orang, dsb.
Hampir tidak mungkin k’si dydic bukan KAP bahkan orang asing yg menanyakan alamat
termasuk kap
Diperluas sampai sekelompok kecil orang ( 3 atau 4 orang).

Ciri2 komunikasi dyadik:


a. Peserta komunikasi berada dlm jarak yg dekat
b. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan (verbal,
non
c. verbal)
d. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi
e. Kedekatan hubungan peserta komunikasi tercermin pd jenis – jenis pesan atau respon
nonverbal
f. mereka seperti sentuhan, tatapan yg ekspresif, dan jarak fisik yg dekat
g. Komunikasi antarpribadi mungkin didominasi oleh satu pihak

3. Definisi berdasarkan pengembangan

Komunikasi antar pribadi dimulai dari komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal)
menjadi komunikasi pribadi atau intim (mrpk akhir k’si tak pribadi/impersonal)

Menurut Deddy Mulyana:


Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang2x secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain scr langsung baik verbal
maupun non verbal.
HAKIKAT KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

Diantara semua pengetahuan & keterampilan yg dimiliki manusia komunikasi termasuk yg


paling penting dan berguna.

Komunikasi intrapribadi :
Anda berbicara dgn diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri,
meyakinkan diri sendiri tentang ini dan itu, mempertimbangkan keputusan2x yg akan
diambil, dan menyiapkan pesan2x yg akan Anda sampaikan kpd orang lain.
Misal: berpikir, melamun, dll.
Komunikasi antarpribadi :
Anda berinteraksi dgn orang lain, mengenal mereka dan diri Anda sendiri, dan
mengungkapkan diri sendiri kpd orang lain.
Misal: dgn kenalan baru, kawan lama, kekasih, anggota keluarga, dll.

Komunikasi kelompok kecil & organisasi :


Anda berinteraksi dengan orang lain, memecahkan masalah, mengembangkan gagasan baru,
dan berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Misal: Wawancara kerja, rapat dewan eksekutif, pertemuan minum kopi informasl s/d
pertemuan formal yg membahas masalah2x internasional.

Komunikasi publik/terbuka :
orang lain memberi anda informasi, dan membujuk anda, untuk membeli, berpikir dgn cara
tertentu, untuk mengubah sikap, pendapat, atau nilai.
Komunikasi massa : Anda dihibur, diberi informasi, dibujuk oleh media (TV, radio, koran,
dan buku). Melalui kebiasaan Anda membaca dan pola belanja anda, anda akan
mempengaruhi bentuk dan format media.

CIRI – CIRI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

Menurut Deddy Mulyana :

1. Anggota dlm proses komunikasi tatap muka


2. Pembicaraan berlangsung scr terpotong2 karena peserta bebas berbicara, ini disebabkan
kedudukannya relatif sama (tidak ada yg mendominasi pembicaraan/pembicara tunggal)
3. Sumber dan penerima sulit dibedakan dan diidentifikasi, antar anggota saling
mempengaruhi satu sama lain.

Ciri- ciri KAP menurut Judy. C. Pearson) :

1. KAP bersifat transaksional


2. KAP mencakup aspek isi pesan dan hubungan antar pribadi
3. KAP dimulai dg diri pribadi (self)
4. KAP mensyaratkan adanya kedekatan fisik antar pihak2 yg berkomunikasi
5. KAP melibatkan pihak2 yg saling bergantung satu sama lain
6. KAP tidak dapat diubah maupun diulang

TUJUAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

1.Mengenal diri sendiri dan orang lain


KAP memberikan kita kesempatan untuk memperbincangkan diri kita sendiri, belajar
bagaimana dan sejauhmana terbuka pd orang lain serta mengetahui nilai, sikap dan perilaku
orang lain shg kita dpt menanggapi dan memprediksi tindakan orang lain.

2. Mengetahui dunia luar

KAP memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita baik objek, kejadian dan orang
lain. Nilai, sikap keyakinan dan perilaku kita banyak dipengaruhi oleh KAP.

3.Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

KAP yg kita lakukan banyak bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yg
baik dg orang lain. Hubungan tsb membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta
membuat kita lebih positif ttg diri kita sendiri.

4.Mengubah sikap dan perilaku

Banyak waktu yg kita pergunakan untuk mengubah/ mempersuasi orang lain melalui KAP

5.Bermain dan mencari hiburan, kejadian lucu mrpk kegiatan untuk memperoleh hiburan.

Hal ini bisa memberi suasana yg lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dsb.

6. Membantu orang lain

Psikiater, psikologi klinik dan ahli terapi adl contoh2 profesi yg menggunakan KAP untuk
menolong orang lain. Memberikan nasihat dan saran kpd teman juga mrpk contoh tujuan
proses KAP untuk membantu orang lain.

Definisi ,Tujuan Komunikasi, Konteks Komunikasi dan Prinsip-Prinsip


Komunikasi

Dosen : Rifqi Muflih, S.Sos

A. Definisi Komunikasi

1. Istilah “komunikasi” berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.

2. “Komunikasi” juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya
membagi (Cherry dalam Stuart dalam Cangara, 1998).

3. Harold D. Lasswell (dalam Cangara, 1998) “Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect”
4. Berdasarkan studi komunikasi antarmanusia (human communication) (Book, 1980 dalam
Cangara 1998): Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan:
a. Membangun hubungan antar sesama manusia
b. Melalui pertukaran informasi
c. Untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain
d. Serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu

5. Everett M. Rogers (1986, dalam Cangara, 1998): “Komunikasi adalah proses di mana
suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka”

6. Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981, dalam Cangara, 1998): “Komunikasi adalah
suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam”

7. Shannon and Weaver (1949): “Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada
bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka,
lukisan, seni dan teknologi.”

B. Tujuan Komunikasi

1. Komunikasi merupakan kebutuhan dasar dalam hidup kita:

• Wawancara lamaran kerja


• Berkirim e-mail dan “chatting” dengan teman yang lokasinya berjauhan.
• Konsultasi dokter dengan pasien.
• Penyesuaian budaya antar teman.
• Komunikasi dalam keluarga.
• Kampanye politik.
• Melihat film, mendengarkan musik.
• “Dating” makan malam dengan teman/pacar, dll.

2. Komunikasi penting bagi efektivitas pekerjaan. Contoh:

• Mendengarkan instruksi atasan atau keluhan pelanggan.


• Membaca instruksi kerja atau prosedur kerja.
• Komunikasi lisan dengan tim kerja.
• Menulis proposal atau laporan.
• Rapat dan diskusi pemecahan masalah.dll

C. Konteks Komunikasi (Pola Komunikasi, Tataran Komunikasi)

Komunikasi intrapribadi (berpikir&pengambilan keputusan)


Komunikasi antarpribadi(dyadic&kelompok kecil)
Komunikasi publik
Komunikasi Masa (Hafied Changara,1998)

1. Komunikasi Dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication)

Merupakan proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu.


Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap
sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya bisa dalam bentuk benda,
kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang
terjadi di luar maupun dalam diri seseorang.

2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

R. Wayne Pace (1979, dalam Cangara, 1998) “Interpersonal communication is


communication involving two or more people in a face to face setting”

Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam (Cangara, 1998):

Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) proses komunikasi yang berlangsung antara


dua orang dalam situasi tatap muka

Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication) proses komunikasi yang


berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, di mana anggota-anggotanya
saling berinteraksi satu sama lain.

Menurut Everett M. Rogers (1986), proses komunikasi yang menggunakan telepon kurang
kena apabila digolongkan sebagai komunikasi antarpribadi; “..machine-assisted interpersonal
communication is the telephone, it does not fit into either category of mass media or
interpersonal channels because it is neither face-to-face nor one-to-many.”

McCroskey (1971) memasukkan peralatan komunikasi yang menggunakan gelombang udara


dan cahaya seperti halnya telepon dan telex sebagai saluran komunikasi antarpribadi; “The
channel is the means of Conveyance of the stimulate the source creates to the receiver.
Channels include airwaves, light waves and the like.”

Timbul kelompok yang lebih senang memakai istilah:


Komunikasi antarpribadi yang beralat (memakai media mekanik); dan
Komunikasi antarpribadi yang tidak beralat (berlangsung secara tatap muka)

3. Komunikasi Publik (Public Communication)

Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi


retorika, public speaking, dan komunikasi khalayak (audience communication)  komunikasi
publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh
pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.

Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal, karena berlangsung secara tatap
muka, namun terdapat beberapa perbedaan mendasar, yaitu:
Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara kontinyu.
Pesan yang disampaiakn itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terencana dan
dipersiapkan lebih awal.
4. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Komunikasi massa dapat diidentifikasikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di


mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada klahayak yang sifatnya massal
melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film.

Komunikasi massa memiliki ciri-ciri:

a. Pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku,
pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.
b. Sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik.
c. Sumber merupakan suatu lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak orang.
d. Proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit.
e. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan umpan baliknya tertunda dan sangat
terbatas.
f. Sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan
luas.
g. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan
dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolanya.

Friday, April 27, 2012


MORAL, SOSIAL, DAN BUDAYA KOMUNIKASI

Dosen : Khaerul Azmi, S.Sos.I, M.Sos.I

Dimensi moral, Sosial dan Budaya Ilmu Komunikasi dalam Pembangunan

Komunikasi dan Perkembangannya

Menurut Jujun S. Suriasumantri, Komunikasi sebagai ilmu merupakan hasil karya


perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat.
Pengkomunikasian itu sendiri biasanya diwujudkan dalam penerapan ilmu komunikasi di
masyarakat. Misalnya kala ditemukannya telephone oleh alexander graham bell. Dari
telephone yang sangat sederhana ia terus berkembang menjadi berbagai model dan bentuk
serta berbagai macam fitue sesuai dengan kebutuhan pemakai.Dalam hal inilah penerapan
ilmu komunikasi sangat terkait dengan aksiologinya.

Aksiologi Ilmu Komunikasi

Jujun menyatakan bahwa Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Menurut Suciati aksiologi ilmu komunikasi itu meliputi logika, etika dan estetika.
Lebih jauh disini akan dipaparkan bagaimana ilmu komunikasi dapat diterapkan dalam
masyarakat sehubungan dengan pembangunan dilihat dari sisi moral, sosial dan budaya.
Dimensi Moral Ilmu Komunikasi

Jujun menyatakan, bahwa netralitas ilmu terhdap nilai-nilai hanya terletak pada metafisik
keilmuan, sedangkan dalam penggunaan, bahkan pemilihan obyek keilmuan, harus
berdasarkan asas-asas moral.
Sehingga pertanyaan besarnya adalah apakah ilmu komunikasi telah memberikan sumbangan
yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan? Karena perkembangan ilmu komunikasi yang
begitu pesat ini tidak saja menimbulkan efek positif semata, melainkan juga efek negatif.

Menurut Becker, ada beberapa fungsi komunikasi massa bagi individu, diantaranya:

1. Pengawasan atau pencarian informasi


2. Pengawasan diri
3. Fasilitas dalam hubungan sosial
4. Subtitusi dalam hubungan sosial
5. Membantu melegakan emosi
6. Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan
7. Bagian dari kehidupan rutin (ritualisasi)

Sehingga menurut Bakhtiar, Melalui fungsi-fungsi tersebut diharapkan ilmuwan komunikasi


sebagai individu memiliki hakikat moral, sebab ilmu komunikasi berkaitan erat dengan
persoalan nilai-nilai moral.

Dalam kondisi ini ilmu tidak lagi bebas nilai, dikarenakan ilmu tersebut sudah diterapkan dan
sudah berada di tengah-tengah masyarakat luas. Menurut Bakhtiar, penerapan ilmu
pengetahuan yang telah dihasilkan oleh ilmuwan, baik itu berwujud teknologi ataupun teori-
teori emansipasi masyarakat dan sebagainya semestinya memperhatikan nilai adat, nilai
keagamaan, nilai kemanusiaan dan lain-lain.

Dimensi Sosial Ilmu Komunikasi

“Sosial” dalam KBBI berarti, berkenaan dengan masyarakat.


Dalam dimensi sosial, ilmu komunikasi berhubungan erat dengan etika. Makna etika dipakai
dalam 2 bentuk arti:
1. Etika sebagai suatu kumpulan pengetahuan tentang penilaian terhadap perbuatan
manusia.
2. Etika sebagai suatu predikat yang dipakai guna membedakan perbuatan-perbuatan, hal-
hal, atau manusia yang lain.

Etika memiliki objek formal, yaitu norma-norma kesusilaan manusia.


Beberapa fungsi sosial komunikasi menurut Laswell & Wright adalah:

1. Pengawasan lingkungan
2. Korelasi sosial
3. Sosialisasi
4. hiburan
5. Sedangkan Lazarsfeld & Marton membaginya menjadi:
6. Mengukuhkan status sosial
7. Memperkokoh norma-norma sosial

Sehingga menurut Effendi, dari fungsi di atas terlihat, bahwa dengan ilmu komunikasi
diharapkan terjadi perubahan pendapat, sikap, maupun prilaku.

Dimensi Budaya Ilmu Komunikasi

Keterkaitan dimensi budaya dengan ilmu komunikasi tidak terlepas dari estetika.
Sedangkan menurut Bakhtiar, estetika itu sendiri berhubungan dengan nilai pengalaman
keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Sehingga ilmu komunikasi dari sudut pandang estetika adalah seni, seperti seni retorika, seni
film dan lain sebagainya.

Menurut Purwasito, Komunikasi adalah pertukaran simbol, jadi komunikasi antar budaya
adalah pertukaran pertukaran simbol dari dua orang atau lebih yang dilatar belakangi oleh
faktor perbedaan budaya, diantara perbedaan tersebut adalah:

1. Bahasa
2. Keyakinan
3. Adat Istiadat
4. Kepercayaan
5. Status sosial-ekonomi dan lain sebagainya

Maka, dengan adanya komunikasi antar budaya tersebut dapat terjadi pertukaran simbol,
yang mana simbol-simbol tersebut berhubungan erat dengan estetika. Apabila pertukaran
simbol terjadi, maka akan muncul interpretasi. Dari interpretasi akan muncul makna yang
berkaitan dengan simbol yang berkaitan dengan estetika.

Kesimpulan

Dari dimensi moral, ilmu komunikasi ditunjukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan
martabat atau mengubah hakikat manusia.
Dari dimensi sosial, ilmu komunikasi bertujuan untuk bisa mensosialisasikan ide-ide,
melakukan pengawasan, menjadi hiburan positif, memperkokoh norma-norma sosial, dan
sebagainya.
Dari dimensi budaya, ilmu komunikasi diharapkan mampu mengikis konflik antar budaya
serta memperkenalkan nilai-nilai budaya masyarakat kepada masyarakat lain.
BAHASA SEBAGAI MEDIUM KOMUNIKASI

Dosen : Khaerul Azmi, S.Sos.I, M.Sos.I

Bahasa sebagai medium komunikasi


Sebuah perspektif filsafat

Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan


terletak pada kemampuannya berbahasa. “Tanpa bahasa”, simpul Aldous Huxley, “manusia
tak berbeda dengan anjing atau monyet” (Jujun S. Suriasumantri)
Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka
manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak dalam kegiatan ilmiah.
Dalam pandangan Ernst Cassirer (1874-1945) ciri khas manusia ialah bahwa ia merupakan
animal symbolicum, makhluk yang mengerti serta membentuk simbol.
Dengan simbol, manusia dapat menciptakan suatu dunia kultural, dimana terdapat bahasa,
mitos dan agama, kesenian, ilmu pengetahuan (K. Bertens, 1983)
Sejak dulu, para ahli pikir menyebut manusia sebagai animal rationale, yang berpangkal pada
istilah Yunani logon ekhoon, yaitu makhluk yang dilengkapi tutur kata dan akal budi. Istilah
logos menunjukkan arti suatu perbuatan atupun isyarat, inti sesuatu hal, cerita, kata ataupun
susunan. Logos menunjukkan ke arah manusia yang mengatakan sesuatu mengenai dunia
yang mengitarinya. (Var Perseun dalam Alex Sobur, 2006: 273)

Aspek dan fungsi bahasa

Bahasa memiliki dua aspek, yakni aspek informatif dan emotif. Keduanya tercermin dalam
bahasa yang digunakan. Artinya, kalau seseorang berbicara maka pada hakikatnya informasi
yang disampaikan mengandung unsur emotif, demikian juga kalau seseorang
mengungkapkan ekspresi, maka eksresi itu mengandung unsur-unsur informatif (Jujun S.
Suriasumantri, 2005: 173)
Telaan lebih lanjut tentang bahasa menunjukkan bahwa bahasa mengkomunikasikan tiga hal,
yaitu buah pikiran, perasaan, dan sikap. Atau seperti dinyatakan oleh George F. Kneller
(1964), bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif dan afektif.
Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah, sedangkan fungsi emotif
menonjol dalam komunikasi estetik.
Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia, terutama sekali fungsi
komunikasi. H.A.K Haliday dalam exploration in the function of language (dalam Tarigan,
1993: 6-8) menemukan tujuh fungsi bahasa, yaitu:

1. The instrumental function (fungsi instrumental)


2. The regulatory function (fungsi regulasi)
3. The representational function (fungsi representatif)
4. The interactional function (fungsi interaksi)
5. The personal function (fungsi personal)
6. The heuristic function (fungsi heuristik)
7. The imaginative function (fungsi imajinatif)
Menurut apa yang disebut “Sapir-Whorf hypothesis”, bahasa menentukan bukan hanya
budaya, tetapi juga cara dan jalan pikiran manusia (Alex Sobur: 2006: 291)
Apakah sebenarnya bahasa

Bahasa pada dirinya mengandung dua hal:


• pertama, bahasa dapat dicirikan sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini manusia
mempergunakan bunyi sebagai alat utuk berkomunikasi.

• kedua, bahasa merupakan lambang/simbol dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu
arti tertentu (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 175)

Dengan bahasa manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasi apa
yang sedang dipikirkan kepada orang lain.
Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dua dunia yakni dunia pengalaman yang
nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.
Lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang membuka rahasia alam dalam berbagai
teori seperti teori relativitas dan quantum. Oleh karenanya, “pengetahuan adalah kekuasaan”,
kata Francis Bacon.

Komunikasi estetik & komunikasi ilmiah


Seni merupakan kegiatan estetik yang banyak mempergunakan aspek emotif dari bahasa, baik
itu seni suara maupun seni sastra. Dalam hal ini bahasa bukan saja dipergunakan untuk
mengungkapkan perasaan itu sendiri, melainkan juga merupakan ramuan untuk menjelmakan
pengalaman yang ekspresif. Bahasa dipergunakan secara plastik, dimana komunikasi yang
terjadi mempunyai kecenderungan emotif.
Komunikasi ilmiah mensyaratkan bentuk komunikasi yang berbeda dengan komunikasi
estetik. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi berupa pengetahuan.
Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang dipergunakan harus
terbebas dari unsur-unsur emotif. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif.
Sebagai sarana komunikasi ilmiah, bahasa mempunyai beberapa kekurangan:
pertama, kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang
bersifat multifungsi, yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif dan simbolik.
Komunikasi ilmiah berupaya membatasi diri dengan aspek simbolik saja dari ketiga fungsi
bahasa.
KRITERIA & CARA MENEMUKAN KEBENARAN

Dosen : Khaerul Azmi, S.Sos.I, M.Sos.I

A. KRITERIA KEBENARAN

Apakah “benar” itu?

Randall & Bucher: “Persesuaian antara pikiran dan kenyataan”.

Jujun S. Suriasumantri: “Pernyataan tanpa ragu”.

Ketika kita mengakui kebenaran sebuah proposisi bahwa bumi bergerak mengelilingi
matahari, dasar kita, tidak lain adalah sesuai tidaknya proposisi tersebut dengan
kenyataannya.

B. TEORI PENENTUAN KEBENARAN

1. Teori Koherensi (Teori kebenaran saling berhubungan)

“Suatu proposisi (pernyataan) dianggap benar apabila pernyataan tersebut bersifat konheren
atau konsisten atau saling berhubungan dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar.

Contoh: jika kita menganggap bahwa, “semua makhluk hidup pasti akan mati” adalah
pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “pohon kelapa adalah makluk hidup dan
pasti akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan
yang pertama.
Teori koherensi dipergunakan pada proses penalaran teoritis yang didasarkan pada logika
deduktif.

2. Teori Korespondensi (Teori saling berkesesuaian)

Teori ini digagas oleh Bernard Russell (1872-1970). Menurutnya pernyataan dikatakan benar
bila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan tersebut saling berkesesuaian dengan
objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.

Contoh: jika seseorang mengatakan bahwa “tugu monas ada di kota Jakarta” maka
pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan tersebut sesuai dengan fakta bahwa tugu
monas berdiri di kota Jakarta.
Teori korespondensi digunakan untuk proses pembuktian secara empiris dalam bentuk
pengumpulan data-data yang mendukung suatu pernyataan yang telah dibuat sebelumnya.

3. Teori Pragmatisme (Teori konsekuensi kegunaan)

Teori yang dicetuskan oleh Peirce (1839-1914) ini disandarkan pada teori pragmatisme.
Penganut teori ini menyatakan bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria
“apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis?”. Artinya, suatu
pernyataan dikatakan benar jika konsekuensi dari pernyataan tersebut memiliki kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia.
Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang memiliki doktrin-doktrin falsafati, melainkan
teori dalam penentuan kriteria kebenaran.

C. CARA PENEMUAN KEBENARAN

Antara Pengetahuan dan Ilmu

Pengetahuan (knowledge) sudah puas dengan “menangkap tanpa ragu” kenyataan sesuatu,
sedangkan ilmu (science) menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut
oleh pengetahuan.

Contoh: Si Buyung mengetahui bahwa pelampung kailnya selalu terapung di air, ia akan
membantah jika dikatakan bahwa gabus pelampungnya itu tenggelam, sampai disini wilayah
pengetahuan. Namun, jika ia memahami bahwa berat jenis pelampung lebih kecil
dibandingkan berat jenis air sehingga mengakibatkan pelampung selalu terapung, maka ini
telah memasuki wilayah ilmu.

Untuk mencapai kebenaran pengetahuan dan ilmu tersebut ditempuh oleh manusia dengan
cara “ilmiah” dan “non-ilmiah”.

Cara penemuan kebenaran ilmiah

Penemuan kebenaran dengan cara ilmiah adalah berupa kegiatan penelitian ilmiah dan
dibangun atas teori-teori tertentu. kita dapat pahami bahwa teori-teori tersebut berkembang
melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol
berdasarkan data-data empiris yang ditemukan di lapangan.

Teori yang ditemukan harus dapat diuji keajekan dan kejituan internalnya. Artinya, jika
penelitian ulang dilakukan dengan langkah-langkah serupa pada kondisi yang sama maka
akan diperoleh hasil yang sama atau hampir sama.

Untuk sampai pada kebenaran ilmiah ini, maka harus melewati 3 tahapan berpikir ilmiah
yang harus dilewati, yaitu: 1) Skeptik; 2) Analitik; dan 3) Kritis.

1. Skeptik
Cara berfikir ilmiah pertama ini ditandai oleh cara orang di dalam menerima kebenaran
informasi atau pengetahuan tidak langsung di terima begitu saja, namun dia berusaha untuk
menanyakan fakta atau bukti terhadap tiap pernyataan yang diterimanya.

2. Analitik
Ciri ini ditandai oleh cara orang dalam melakukan setiap kegiatan, ia selalu berusaha
menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan dan mana
yang menjadi masalah utama dan sebagainya.Dengan cara ini maka jawaban terhadap
permasalahan yang dihadapi akan dapat diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.

3. Kritis
Ciri berfikir ilmiah ketiga adalah ditandai dengan orang yang selalu berupaya
mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang dihadapinya secara
objektif. Hal ini dilakukan agar semua data dan pola berpikir yang diterapkan selalu logis.
Cara penemuan kebenaran non-ilmiah

1. Akal sehat (common sence)


Akal sehat menurut Counaut adalah serangkaian konsep dan bagan yang memuaskan untuk
kegunaan praktis bagi manusia. Sedangkan bagan konsep adalah seperangkat konsep yang
dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teori.

2. Prasangka
Penemuan pengetahuan yang dilakukan melalui akal sehat kebanyakan diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya. Hal ini menyebabkan akal sehat mudah berubah
menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah perbuatan generalisasi yang
terlalu dipaksakan, sehingga hal tersebut menjadi prasangka.

3. Pendekatan intuitif
Dalam pendekatan ini orang memberikan pendapat tentang suatu hal yang berdasarkan atas
“pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari
atau tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intuitif orang memberi penilaian tanpa
didahului oleh suatu renungan.

4. Penemuan kebetulan dan coba-coba


Penemuan secara kebetulan dan coba-coba, banyak diantaranya yang sangat berguna.
Penemuan ini diperoleh tanpa rencana, dan tidak pasti. Misalnya, seorang anak yang terkunci
dalam kamar, dalam kebingungannya ia mencoba keluar lewat jendela dan berhasil.

5. Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran ilmiah


Otoritas ilmiah biasanya dapat diperoleh seseorang yang telah menempuh pendidikan formal
tertinggi, misalnya Doktor atau seseorang dengan pengalaman profesional atau kerja ilmiah
dalam suatu bidang yang cukup banyak (profesor). Pendapat mereka seringkali diterima
sebagai sebuah kebenaran tanpa diuji, karena apa yang mereka telah dipandang benar.
Padahal, pendapat otoritas ilmiah tidak selamanya benar, bila pendapat tersebut tidak
disandarkan pada hasil penelitian, namun hanya disandarkan pada pikiran logis semata.
HERMENEUTIKA

Dosen : Khaerul Azmi, S.Sos.I, M.Sos.I

HERMENEUTIKA : Bergumul dengan penafsiran

Makna kata Hermeneutika

Kata hermeneutika berasal dari nama Dewa Hermes. Hermes, dalam mitologi Yunani
bertugas menyampaikan dan menafsirkan pesan Tuhan kepada manusia. Untuk
menyampaikan pesan, Hermes harus membiasakan diri dengan bahasa Tuhan dan bahasa
orang lain dimana pesan itu disebarkan.
Dalam konteks komunikasi dapat dikatakan bahwa Hermes membawa pesan dari Tuhan
sebagai sender kepada manusia (receiver).
Oleh karenanya ada dua bagian besar tugas Hermes, yaitu:

1. Ia harus memahami dan menerjemahkan untuk dirinya apa yang Tuhan ingin sampaikan
ke dunia
2. Ia harus menerjemahkan dan mengartikulasikan pesan-pesan tersebut kepada makhluk
hidup (Gary Radford, on the philosophy of communication)

jadi dapat dikatakan bahwa hermeneutika adalah pergulatan dengan penafsiran. Oleh
karenanya wilayah hermeneutika mengandung tiga unsur utama:

1. Adanya tanda, pesan, berita atau yang sering disebut sebagai teks
2. Harus ada sekelompok orang yang merasa “asing” terhadap teks
3. Adanya pengantara yang dekat dengan kedua belah pihak (C. Verhaak dalam Mudji
Sutrisno, et. Al, 1994)

Hermeneutika masa klasik

Hermeneutika pada masa awalnya sub disiplin teologi, yaitu upaya mengeluarkan maksud
teks dari kitab suci (eksegesis). Tokoh pertama yang memberikan tonggak yang kukuh bagi
hermeneutika adalah Freidrich Daniel Ernst Schleiermacher (1768-1834). Bagi
Schleiermacher hermeneutika adalah mengalami kembali proses batin pengarang teks.
Hermeneutika berarti “rekonstruksi makna dengan menggunakan unsur kupasan bahasa dan
psikologis.

Bagi Schleiermacher, filologi tidak mampu mengungkap wawasan khusus pengarang, karena
tidak sampai pada tataran psikologi. Oleh karenanya memahami seorang penulis tidak sebatas
memahami kata-katanya, tetapi juga lingkungan ilmiah dan budaya dimana ia hidup ( Roy, J.
Howard, 2000).

Proses hermeneutika, adalah proses mengatasi “keasingan” suatu teks dengan masuk ke batin
pengarang. Jalannya lewat interpretasi psikologis. (K. Bertens, 1983).

Para filsuf hermeneutika


Ada dua pendekatan utama dalam hermeneutika, yaitu:

1. pendekatan yang bersumber pada linguistik


perumusnya adalah Ferdinand de Saussure. Pemikiran Saussure ini mempengaruhi Noam
Chomsky, Umberto Eco hingga Roland Barthes. Bentuk akhir dari pendekatan ini adalah
strukturalisme yang menegaskan “matinya” pengarang atau individu

2. Pendekatan eksplisit yang bersumber dari Hegel, Marx dan Fenemonologi. Pendekatan
kedua inilah yang menjadi fokus kajian sekarang ini.

Wilhelm Dilthey (1833-1911)

Filsafat Dilthey sering disebut sebagai Filsafat kehidupan (philosophie des Lebens)
Secara garis besar ada tiga pemikiran utama Dilthey yaitu:

a. filsafat kehidupan. Bagi Dilthey kehidupan tidak saja bermakna biologis, tetapi seluruh
kehidupan manusiawi dengan kompleksitasnya yang kaya. Dilthey menolak transendensi, dan
mengarahkan pemikirannya kepada pengalaman.

b. perbedaan antara ilmu alam dan humaniora. Dilthey membagi ilmu pengetahuan menjadi
dua yaitu Naturwissenschaften (ilmu pengetahuan alam) dan Geisteswissenschaften (ilmu
pengetahuan budaya). Menurut Dilthey, ilmu pengetahuan budaya mempunyai suatu metode
tersendiri yang tidak dapat diasalkan dari metode ilmu alam. Ilmu pengetahuan alam
mendasarkan metodenya kepada Eklaren (menjelaskan), sementara ilmu pengetahuan budaya
harusnya dipraktekkan dengan metode verstehen (mengerti).

c. Logika untuk menginterpretasikan (hermeneutika). Menurut Dilthey beberapa syarat


harus dipenuhi dulu supaya hermeneutika dapat berjalan, yaitu:

pertama, pembiasaan dengan proses-proses psikis yang memungkinkan suatu makna. Oleh
karenanya bagi Dilthey biografi dan psikologi menjadi penting

kedua, pengetahuan tentang konteks. Suatu kata hanya dapat dimengerti dalam kalimat
bahkan konteks yang lebih luas
ketiga, mempunyai pengetahuan sistem sosial dan kultural dari teks yang dipelajari (K.
Bertens, 1983).

Hans-Georg Gadamer

Dalam pemikiran Gadamer, “mengerti” tidak mungkin tanpa bahasa. Yang “Ada”
menampakkan diri dalam bahasa. Dengan kata lain dalam situasi hermeneutis “Ada” tampak
sebagai percakapan, sebagai dialog. Untuk “mengerti”, manusia harus mempunyai pra
pengertian. Inilah yang disebut sebagai lingkaran hermeneutis.

Bagi Gadamer, arti suatu teks tetap terbuka dan tidak terbatas pada maksud si pengarang.
Maka dari itu interpretasi tidak bersifat reproduktif belaka, tetapi juga produktif.

Interpretasi dapat memperkaya arti suatu teks. Karena arti suatu teks tidak terbatas untuk
masa lampau, tetapi mempunyai keterbukaan juga terhadap masa depan. Oleh karenanya
setiap jaman harus mengusahakan interpretasinya sendiri sesuai jamannya. Seorang
interpertator tidak dapat melepaskan diri dari situasi historisnya.

Tafsir sejarah dan ilmu budaya dalam hermeneutika Gadamer bersifat sinkronis. Yang
hendak dicapai dari hermeneutika Gadamer adalah fusion of horizons, penyatuan pengarang
dan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai