Anda di halaman 1dari 31

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Histologi dan Fisiologi Ginjal

a. Histologi Ginjal

Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus,

tempat masuknya saraf, masuk dan keluarnya pembuluh darah

dan pembuluh limfe, serta keluarnya ureter dan memiliki

permukaan lateral yang cembung. Pelvis renalis, yakni ujung

atas ureter yang melebar, terbagi menjadi dua atau tiga kaliks

mayor. Beberapa cabang yang lebih kecil, yaitu kaliks minor,

muncul dari setiap kaliks mayor (Junqueira, 2007).

Ginjal dapat dibagi menjadi korteks di luar dan medula di

dalam. Pada manusia, medula ginjal terdiri atas 10-18 struktur

berbentuk kerucut atau piramid, yaitu piramid medula. Dari

dasar setiap piramid medula, terjulur berkas-berkas tubulus

yang pararel, yaitu berkas medula, yang menyusup ke dalam

korteks (Junqueira, 2007).

Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron

terdiri atas bagian yang melebar, yakni korpuskel renalis,

kontortus proksimal, segmen tipis dan tebal ansa henle, tubulus

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

kontortus distal dan tubulus dan duktus koligentes (Junqueira,

2007).

Fungsi bagian-bagian nefron:

1) Korpuskulum Renalis

Korpuskulum ginjal adalah segmen awal tiap

nefron. Darah disaring di korpuskulum ginjal melalui

kapiler-kapiler di glomerulus, dan filtrat masuk ke

spatium kapsulare (urinarium) yang terletak di antara

stratum parietale dan vicerale kapsul glomerulus.

Setiap korpuskulum ginjal mempunyai polus vascularis,

tempat masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol

eferen dari korpuskulum. Di ujung berlawanan dari

korpuskulum ginjal yaitu polus urinarius. Filtrat

dihasilkan oleh glomerulus yang masuk ke spatium

kapsulare meninggalkan korpuskulum ginjal di polus

urinarius, tempat tubulus kontortus proksimal berawal

(Eroschenko, 2010).

Korpuskulum ginjal terdiri atas suatu kumpulan

kapiler yang disebut glomerulus, dikelilingi oleh dua

lapis sel epitel, yaitu kapsul glomerulus (Bowman).

Stratum vicerale atau lapisan dalam (paries internus)

kapsul terdiri atas sel epitel khusus bercabang, yaitu

podosit. Podosit berbatasan dan membungkus kapiler


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

glomerulus. Stratum parietale atau lapisan luar (paries

externus) kapsul glomerulus terdiri atas epitel selapis

gepeng (Eroschenko, 2010).

Filtrasi darah di korpuskulum ginjal difasilitasi

oleh endotel glomerulus. Endotel di kapiler glomerulus

adalah berpori (berfenestra) dan sangat permeabel

terhadap banyak substansi di dalam darah, kecuali

elemen darah yang terbentuk atau protein plasma.

Karena itu, filtrat glomerulus yang masuk ke spatium

kapsulare bukanlah urine, melainkan ultrafiltrat yang

mirip dengan plasma, kecuali tidak mengandung

protein (Eroschenko, 2010).

2) Tubulus Kontortus Proksimal

Semua nefron berperan dalam pembentukan

urine. Sel-sel di tubulus kontortus proksimal

memperlihatkan banyak lipatan membran sel basal

yang dalam, yang banyak terdapat mitokondria

memanjang, dan interdigitasi lateral dengan sel di

sekitarnya. Ciri-ciri ini memberi gambaran khas sel

yang berperan dalam transpor aktif molekul dan

elektrolit dari filtrat menembus membran sel ke dalam

interstisium. Mitokondria menyalurkan ATP yang

dibutuhkan untuk transpor aktif Na+. Oleh Na+/K+


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

ATPase (pompa natrium) yang terletak di regio

basolateral membran sel (Eroschenko, 2010).

Reabsorpsi sebagian besar bahan dari filtrat

glomerlus berlangsung di tubulus kontortus proksimal.

Sewaktu filtrat glomerulus masuk ke tubulus kontortus

proksimal, semua glukosa, protein, dan asam amino,

hampir semua karbohidrat, dan sekitar 75-85% air dan

ion natrium dan klorida di absorpsi dari filtrat

glomerulus ke dalam kapiler peritubular. Adanya

mikrovili (limbus mikrovillious) di sel tubulus

kontortus proksimal meningkatkan luas permukaan dan

mempermudah absorpsi bahan yang terfiltrasi. Selain

itu, tubulus kontortus proksimal menyekresi metabolit

tertentu, hidrogen, amonia, pewarna, dan obat dari

tubuh ke dalam filtrat glomerulus. Produk sisa

metabolik urea dan asam urat tetap berada di dalam

tubulus kontortus proksimal dan dikeluarkan dari tubuh

bersama urine (Eroschenko, 2010).

Tubulus kontortus proksimal lebih panjang dari

pada tubulus kontortus distal. Akibatnya, potongan

tubulus ini lebih sering terlihat di korteks dekat

korpuskulum ginjal dibandingkan tubulus kontortus

distal (Eroschenko, 2010).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

3) Ansa Henle

Ansa henle (ansa nephroni) jukstaglomerular

menghasilkan urin hipertonik dengan menciptakan

gradien osmotik di interstisium dari korteks ginjal ke

ujung papila renalis. Natrium klorida dan urea diangkut

dan dipekatkan di jaringan interstisial medula ginjal

melalui complex countercurrent multiplier system yang

menyebabkan peningkatan osmolaritas interstisial di

medula bagian dalam. Di nefron jukstamedularis, ansa

henle sangat panjang, terbentang jauh ke dalam medula,

dan membantu mempertahankan gradien osmotik yang

tinggi yang diperlukan untuk memindahkan air dari

filtrat ke dalam interstisium. Hipertonitas (tekanan

osmotik yang tinggi) cairan ekstraselular di medula

menarik air dari filtrat glomerulus saat filtrat mengalir

melalui tubulus ini, dengan vasa rekta membantu

mempertahankan gradien konsentrasi osmotik di

medula. Lengkung kapiler ini permeabel terhadap air

dan menyerap air dari interstisum medula untuk

kembali ke sirkulasi sistemik (Eroschenko, 2010).

4) Tubulus Kontortus Distal

Tubulus kontortus distal (tubulus distalis pars

convulata) lebih pendek dan kurang berkelok


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

dibandingkan dengan tubulus proksimal. Oleh karena

itu, tubulus ini lebih jarang ditemui di korteks dan di

dekat korpuskulum ginjal. Berbeda dengan tubulus

kontortus proksimal, tubulus kontortus distal tidak

memperlihatkan limbus mikrovilius (brush border),

selnya lebih kecil, dan lebih banyak nukleus ditemukan

per tubulus. Membran basolateral sel tubulus kontortus

distal menunjukkan banyaknya interdigitasi dan

keberadaan mitokondria memanjang di dalam lipatan

ini. Fungsi utama tubulus kontortus distal adalah secara

aktif mengabsorpsi ion natrium dari filtrat tubulus.

Aktifitas ini berkaitan langsung dengan ekskresi ion

hidrogen dan kalium ke dalam cairan tubulus

(Eroschenko, 2010).

Reabsorpsi natrium di tubulus distal dikontrol

oleh hormon aldosteron, yang disekresi oleh korteks

adrenal. Sebagai repons terhadap hormon aldosteron,

sel-sel tubulus kontortus distal secara aktif

mengabsorpsi ion natrium dan klorida dari filtrat dan

mengangkutnya melewati membran sel ke dalam

interstisium. Di sini, ion-ion ini diabsorpsi oleh kapiler

peritubular dan dikembalikan ke sirkulasi sistemik

sehingga pengeluaran natrium melalui urine berkurang.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Fungsi tubulus kontortus distal ini penting untuk

mempertahankan keseimbangan asam-basa dalam

cairan tubuh dan darah (Eroschenko, 2010).

5) Tubulus dan Duktus Koligentes

Filtrat glomerulus mengalir dari tubulus kontortus

distal ke tubulus koligens dan duktus koligens (ductus

colligens). Pada keadaan normal, tubulus ini tidak

permeabel terhadap air. Namun, pada keadaan

pengeluaran air yang berlebihan dari tubuh atau

dehidrasi, hormon anti deuretik (ADH) dilepaskan dari

lobus posterior (neuro hipofisi) kelenjar hipofisis

sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah

(berkurangnya air). ADH menyebabkan epitel tubulus

dan duktus koligens menjadi sangat permeabel terhadap

air. Akibatnya, air meninggalkan duktus dan masuk ke

interstisium yang hipertonik. Air terkumpul di

interstisium dan dikembalikan ke sirkulasi umum

melalui kapiler peritubular dan vasa rekta, dan filtrat

glomerulus di dalam duktus koligens menjadi urin

hipertonik (sangat pekat) (Eroschenko, 2010).

Bila tidak ada ADH, sel-sel tubulus koligens tetap

impermeabel terhadap air, dan volume air di duktus

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

koligens tetap banyak. Akibatnya, urine yang

dihasilkan akan encer (Eroschenko, 2010).

2. Fungsi Ginjal

Salah satu fungsi ginjal yang penting adalah untuk

membersihkan tubuh dari bahan–bahan sisa hasil pencernaan atau

yang diproduksi oleh metabolisme. Fungsi kedua merupakan fungsi

yang sangat penting, yaitu untuk mengatur volume dan komposisi

cairan tubuh. Untuk air dan semua elektrolit dalam tubuh,

keseimbangan antara asupan (hasil dari pencernaan atau produksi

metabolik) dan keluaran (hasil dari ekskresi atau konsumsi

metabolik) sebagian besar dipertahankan oleh ginjal. Fungsi

pengaturan oleh ginjal ini memelihara kestabilan lingkungan sel

yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktifitasnya (Guyton

dan Hall, 2007).

Ginjal melakukan fungsinya yang paling penting dengan cara

menyaring plasma dan memisahkan zat dari filtrat dengan

kecepatan yang bervariasi, tergantung pada kebutuhan tubuh.

Akhirnya, ginjal mengekskresikan zat-zat yang tidak diinginkan

dari filtrat dengan cara mengekskresikannya ke dalam urin,

sementara zat yang dibutuhkan dikembalikan ke dalam darah

(Guyton dan Hall, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Ginjal melaksanakan tiga proses dasar dalam menjalankan

fungsi regulatorik dan ekskretoriknya, yaitu (Sherwood, 2001) :

a. Filtrasi glomerulus, perpindahan non-diskriminatif plasma

bebas-protein dari darah ke dalam tubulus.

b. Reabsorpsi tubulus, perpindahan selektif zat-zat tertentu dalam

filtrat kembali ke darah kapiler peritubulus.

c. Sekresi tubulus, perpindahan yang sangat spesifik zat-zat

tertentu dari darah kapiler peritubulus ke dalam cairan tubulus.

Segala sesuatu yang difiltrasi atau disekresikan tetapi tidak di

reabsorpsi akan diekskresikan sebagai urin. Secara umum, fungsi

ginjal yaitu (Sherwood, 2001):

a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.

b. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES,

termasuk Na+, Cl-, K+, HCO3 -, Ca++, Mg++, SO4, PO4, dan H+.

Bahkan fluktuasi minor pada konsentrasi sebagian elektrolit ini

dalam CES dapat menimbulkan pengaruh besar. Sebagai

contoh, perubahan konsentrasi K+ di CES dapat menimbulkan

disfungsi jantung yang fatal.

c. Memelihara volume plasma yang sesuai, sehingga sangat

berperan dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah

arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran ginjal sebagai

pengatur keseimbangan garam dan H2O.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

d. Membantu memelihara keseimbangan asam-basa tubuh dengan

menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3 - melalui urin.

e. Memelihara osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) berbagai

cairan tubuh, terutama melalui pengaturan keseimbangan H2O.

f. Mengekskresikan (eleminasi) produk-produk sisa (buangan)

dari metabolisme tubuh, misalnya urea, asam urat, dan

kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk, zat-zat sisa tersebut

bersifat toksik, terutama bagi otak.

g. Mengekskresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, zat

penambah pada makanan, pestisida, dan bahan-bahan eksogen

non-nutrisi lainnya yang berhasil masuk ke dalam tubuh.

h. Mengekskresikan eritroprotein, suatu hormon yang dapat

merangsang produksi sel darah merah.

i. Mensekresikan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu

reaksi berantai yang penting dalam proses konservasi garam

oleh ginjal.

j. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

3. Penyakit pada Ginjal

Penyakit pada ginjal sama kompleksnya dengan strukturnya,

tetapi penelitian tentang penyakit tersebut dipermudah dengan

membagi penyakit menjadi golongan yang mengenai empat

komponen morfologik dasar, yaitu: glomerulus, tubulus,

interstisium dan pembuluh darah (Kumar et al., 2007).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Pendekatan tradisional ini bermanfaat karena manifestasi awal

penyakit yang mengenai setiap komponen cenderung khas. Selain

itu, saling ketergantungan anatomik struktur di ginjal

mengisyaratkan bahwa kerusakan pada salah satu komponen

hampir selalu kemudian mengenai komponen lain. Sebagai contoh,

kerusakan glomerulus yang parah mengganggu aliran melalui

sistem vaskular peritubulus. Sebaliknya, kerusakan tubulus dengan

meningkatkan tekanan intraglomerulus, dapat menyebabkan atrofi

glomerulus. Apapun sebabnya, terdapat kecendrungan bahwa

semua bentuk penyakit ginjal kronis akhirnya merusak keempat

komponen ginjal tersebut sehingga terjadi gagal ginjal kronis dan

apa yang disebut sebagai end stage contracted kidney (Kumar et

al., 2007).

Cadangan fungsional ginjal cukup besar, dan gangguan fungsi

baru muncul setelah terjadi kerusakan yang cukup luas. Oleh

karena itu, gejala dan tanda awal sangat penting bagi para dokter

(Kumar et al., 2007).

Hampir semua penyakit pada ginjal akan memberikan

gambaran yang khas terhadap morfologik ginjal tersebut. Oleh

karena itu, untuk dapat mengamati dan mendiagnosis suatu

kelainan di ginjal, sangat diperlukan pemeriksaan histopatologi

(Kumar et al., 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

4. Biopsi Ginjal

Salah satu teknik dalam pendiagnosaan pada penyakit ginjal

adalah dengan biopsi ginjal yang bertujuan untuk melakukan

pengamatan histopatologi terhadap ginjal yang sudah rusak tersebut

(Price dan Wilson, 2005). Pemeriksaan ini sangat penting karena

dapat memberikan gambaran detail secara mikroskopis dan

bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis,

dan mengevaluasi hasil terapi (Suwitra, 2009).

Biopsi ginjal merupakan suatu teknik diagnostik terpenting

yang telah berkembang selama beberapa abad terakhir dan telah

menghasilkan kemajuan yang sangat pesat dalam pengetahuan

riwayat penyakit ginjal. Indikasi utama biopsi ginjal adalah untuk

mendiagnosis penyakit ginjal dan mengikuti perkembangan lebih

lanjut (Price dan Wilson, 2005).

Biopsi ginjal dapat memberikan gambaran dasar klasifikasi

dan pengertian penyakit ginjal baik primer maupun sekunder.

Tindakan ini cukup aman bila dilakukan secara tepat, apalagi

memakai panduan agar lebih terarah misal dengan USG (Efendi,

2009).

Manfaat biopsi ginjal (Efendi, 2009):

a. Menegakkan diagnosis baik kelainan primer atau

sistemik

b. Menentukan prognosis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

c. Menentukan opsi pengobatan

d. Mengetahui patofisiologi penyakit ginjal

Indikasi Utama Biopsi Ginjal (Efendi, 2009):

a. Sindrom nefrotik

b. Penyakit ginjal akibat penyakit sistemik

c. Gagal ginjal akut

d. Transplantasi ginjal

5. Gentamisin

a. Deskripsi

Gentamisin merupakan suatu kompleks amoniglikosida

yang diisolasi dari Micromonosporapururea. Obat ini efektif

terhadap organisme gram positif dan gram negatif, serta

banyak sifat-sifatnya mirip dengan aminoglikosid lain.

Aminoglikosida bersifat bakterisid untuk organisme yang peka

dengan cara penghambatan irreversible sintesis protein

(Katzung, 1997).

Gentamisin adalah antibiotik bakterisidal yang dikenal

toksik terhadap saraf otak VIII komponen vestibular maupun

akustik (ototoksik) dan terhadap ginjal (nefrotoksik).

Antibiotik ini merupakan produk berbagai spesies

streptomyces atau fungus lainnya. Aktivitas gentamisin

terutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobik

(Istiantoro dan Gan, 2007).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

b. Farmakodinamik

Aminoglikosid berdifusi lewat kanal air yang dibentuk

oleh porin proteins pada membran luar dari bakteri gram-

negatif lalu masuk ke ruang periplasmid. Sedangkan transpor

melalui membran dalam sitoplasma membutuhkan energi. Fase

transpor yang tergantung energi ini bersifat rate limiting, dapat

diblok oleh Ca++ dan Mg++, hiperosmolaritas, penurunan pH

dan anerobiosis. Hal ini menerangkan penurunan aktivitas

aminoglikosid pada lingkungan anaerobik. Setelah masuk sel,

aminoglikosid terikat pada ribosom 30S dan menghambat

sintesis protein. Terikatnya aminoglikosid pada ribosom ini

mempercepat transpor aminoglikosid ke dalam sel, diikuti

dengan kerusakan membran sitoplasma, dan disusul kematian

sel (Istiantoro dan Gan, 2007).

Sintesis protein ribosom dihambat oleh amoniglikosida

paling sedikit melalui 3 cara: (1) Dengan menggangu

”kompleks awal” pembentukan peptida; (2) dengan

menginduksi kesalahan membaca kode mRNA template, yang

menyebabkan penggabungan asam amino yang salah ke dalam

pepida; (3) menyebabkan suatu pemecahan polisom menjadi

monosom yang tak berfungsi (Katzung, 1997).

Aminoglikosid bersifat bakterisidal cepat. Pengaruh

aminoglikosid menghambat sintesis protein dan menyebabkan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

salah baca dalam penerjemahan mRNA. Berdasarkan kenyataan

tersebut, diperkirakan aminoglikosid menimbulkan pula

berbagai efek sekunder lain terhadap fungsi sel mikroba, yaitu

terhadap respirasi, adaptasi enzim, keutuhan membran dan

keutuhan RNA (Istiantoro dan Gan, 2007).

c. Farmakokinetik

Gentamisin sebagai polikation bersifat sangat polar,

sehingga sangat sukar diabsorpsi melalui saluran cerna.

Gentamisin dalam bentuk garam sulfat yang diberikan IM baik

sekali absorpsinya. Kadar puncak dalam darah dicapai dalam

t½ sampai 2 jam. Pengikatan oleh protein plasma darah hanya

jelas terlihat pada streptomisin, yaitu ½ dari seluruh gentamisin

dalam darah (Katzung, 1997).

Gentamisin di dalam darah, hampir seluruhnya terdapat di

dalam plasma dan hanya sedikit sekali yang masuk ke dalam

eritrosit maupun makrofag. Sifat polarnya menyebabkan

aminoglikosid sukar masuk sel. Kadar dalam sekret dan

jaringan rendah, kadar tinggi dalam korteks ginjal, endolimfa

dan perilimfa telinga, menerangkan toksisitasnya terhadap alat

tersebut. Penetrasi ke sekret saluran napas buruk. Difusi ke

cairan pleura dan sinovium lambat tetapi mencapai

keseimbangan dengan kadar plasma setelah pemberian

berulang. Distribusi gentamisin ke dalam cairan otak pada


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

meningen normal sangat terbatas. Berdasarkan hal tersebut

gentamisin dianggap tidak berguna untuk mengatasi meningitis

(Katzung, 1997).

Ekskresi gentamisin berlangsung melalui ginjal terutama

dengan filtrasi glomerulus. Gentamisin diberikan dalam dosis

tunggal menunjukkan jumlah ekskresi renal yang kurang dari

dosis yang diberikan. Karena ekskresi hampir seluruhnya

berlangsung melalui ginjal, maka keadaan ini menunjukkan

adanya sekuestrasi ke dalam jaringan. Sebagian besar ekskresi

terjadi dalam 12 jam setelah obat diberikan. Gangguan fungsi

ginjal akan menghambat ekskresi gentamisin, menyebabkan

terjadinya akumulasi dan kadar dalam darah lebih cepat

mencapai kadar toksik. Keadaan ini tidak saja menimbulkan

masalah pada penyakit ginjal, tetapi perlu diperhatikan pula

pada bayi terutama yang baru lahir atau prematur, pada pasien

yang usia lanjut dan pada berbagai keadaan yang disertai

dengan kurang sempurnanya fungsi ginjal. Pada gangguan faal

ginjal t½ gentamisin cepat meningkat. Karena kekerapannya

terjadi nefrotoksisitas dan ototoksitas akibat akumulasi

gentamisin, maka perlu penyesuaian dosis pada pasien

gangguan ginjal (Katzung, 1997).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

d. Efek Samping

Menurut Francescato et al. (2012), penelitian

eksperimental dan klinis telah membuktikan bahwa

pengobatan dengan gentamisin dapat menimbulkan nekrosis

tubular dengan gagal ginjal yang bersifat akut.

Prinsip efek samping gentamisin adalah tubular nekrosis

dengan gagal ginjal akut. Penyembuhan fungsi ginjal karena

gentamisin berlangsung lambat dan mungkin tidak komplit

karena kemungkinan terjadi kerusakan nefron yang permanen

(irreversible). Nefrotoksisitas akibat gentamisin pada hewan

coba tikus menunjukkan gambaran nekrosis tubular akut akibat

inflamasi korteks renal (Francescato et al., 2012).

Efek samping Gentamisin salah satunya adalah potensinya

untuk merusak ginjal karena obat ini berakumulasi pada sel-sel

ginjal terutama pada sel-sel tubulus proksimal ginjal yang

dapat menyebabkan kematian sel-sel tubuler (Quiros et al.,

2010). Manifestasi klinis yang timbul akibat gentamisin adalah

oligouria atau bahkan poliuria akibat disfungsi eskresi, dengan

peningkatan kreatinin plasma, urea dan produk-produk

metabolit lainnya, proteinuria, enzimuria, aminoaciduria,

glikosuria, dan perubahan pembuangan kadar elektrolit

(hiperkalsiuria, hipokalsemia, dan hipomagnesemia) (Lopez-

novoa et al., 2011). Selain itu, ditandai dengan adanya nekrosis


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

pada tubulus ginjal, terutama pada tubulus proksimal ginjal

(Souza et al., 2009). Nefrotoksisitas Gentamisin menyebabkan

tubulopati akibat terjadinya kerusakan dan disfungsi sehingga

dapat menyebabkan insufisiensi ginjal (Lopez-novoa et al.,

2011).

Gentamisin dalam sel-sel ginjal mengakibatkan gangguan

fungsi dari ginjal adanya kerusakan sel-sel tubuler ginjal baik

karena nekrosis maupun apoptosis, gangguan pemindahan

elektrolit untuk kelangsungan hidup sel, penurunan fungsi

glomerulus, gangguan vaskuler, dan adanya stress oksidatif

dan proses inflamasi (Lopez-novoa et al., 2011).

1) Kematian Sel tubuler

Faktor terpenting penyebab terjadinya kematian sel-

sel tubuler ginjal akibat gentamisin adalah bercampurnya

obat dengan sitosol sel, karena gentamisin dapat masuk ke

dalam nukleus setelah obat masuk ke dalam sel (Quiros et

al., 2010). Gentamisin dapat menyebabkan apoptosis dan

nekrosis pada sel tubuler ginjal yang disebabkan karena

akumulasi obat yang dapat dipicu oleh beberapa faktor

seperti derajat iskemi pada beberapa parenkim ginjal.

Akumulasi di dalam sel terjadi karena di dalam sel tubulus

proksimal terdapat reseptor endositik yang membawa

kation-kation seperti protein, xenobiotik, contohnya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

aminoglikosid ke dalam sel-sel tubuler. Gentamisin dalam

endosit melewati kompartemen endosom dan

berakumulasi terutama di lisosom, badan golgi, dan

retikulum endoplasma (Lopez-novoa et al., 2011).

Dalam lisosom, gentamisin menyebabkan ruptur

membran lisosom, mengakibatkan pelepasan protease-

protease seperti katepsin ke dalam sel yang mengkatalisasi

proses apoptosis dan nekrosis sel ketika dalam keadaan

tidak ada sediaan ATP (Quiros et al., 2010). Akumulasi

obat dalam Retikulum Endoplasma (RE) menyebabkan

hambatan proses sintesis protein yang akan menghentikan

siklus sel. Hal ini akan memicu stress RE dan akan

mengaktivasi apoptosis sel lewat kalpain dan kaspase 12.

Konsentrasi gentamisin yang meningkat dan melewati

ambang batas di dalam struktur endosom akan

menyebabkan gangguan membran sehingga gentamisin

akan merembes dari membran bercampur dengan sitosol.

Kadar obat yang tinggi dalam sel memicu mitokondria

untuk merangsang apoptosis, mengalami stress oksidatif,

penurunan kadar cadangan ATP dalam mitokondria

(Lopez-novoa, et al., 2011). Secara tidak langsung

gentamisin akan menyebabkan peningkatan kadar bax

dalam mitokondria karena gentamisin akan berikatan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

dengan proteosom yang mungkin menurunkan degradasi

bax dalam sel dan mengakibatkan apoptosis (Quiros et al.,

2010).

Gambar 2.1. Skema Toksisitas Gentamisin terhadap Sel

Tubulus

6. Manggis (Garcinia mangostana L.)

a. Klasifikasi Tanaman

Secara taksonomi, manggis diklasifikasikan sebagai berikut

(Verheij, 1997):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonaceae

Ordo commit to user


: Guttiferales
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Famili : Guttiferae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L.

Gambar 2.2. Garcinia mangostana L.

b. Nama Lokal

Manggis merupakan tanaman buah yang berasal dari

hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara. Di

Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal

seperti Manggu (Jawa Barat), Manggis (Jawa), Manggusto

(Sulawesi Utara), Mangustang (Maluku), Manggih (Sumatera

Barat), Manggoita (Nanggoe Aceh Darusalam), Manggus

(Lampung) (Prihatman, 2000; Mardiana, 2011).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

c. Habitat

Manggis mampu tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-

600 dpl, suhu udara 20-30 oC dan pH tanah berkisar 5-7. Pada

lahan yang asam seperti di lahan gambut, manggis tetap

tumbuh dengan baik. Ukuran pohon dapat mencapai tinggi 25

m dengan diameter batang mencapai 45 cm. Curah hujan yang

sesuai untuk pertumbuhan manggis berkisar sekitar 1.500-

3.000 mm/tahun yang merata sepanjang tahun (Mardiana,

2011).

Secara fisiologis, manggis memiliki cabang yang teratur,

berkulit cokelat, dan bergetah. Bentuk buahnya khas. Kulitnya

berwarna merah keunguan ketika matang (Mardiana, 2011).

d. Deskripsi Tanaman

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang

banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan Asia

Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Dari

negara-negara di kawasan Asia Tenggara itu, secara

biogeografi anggota famili Clusiaceae ini menyebar ke

berbagai pelosok daerah tropis lain, seperti Sri Langka,

Malagasi, Karibia, Hawaii, Australia Utara, hingga ke Amerika

Tengah (Mardiana, 2011).

Produksi buah manggis cenderung stabil karena buah

terbentuk secara apomiksis, yaitu terbentuk tanpa penyerbukan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

bunga betina oleh jantan. Andai pun terdapat perbedaan

antarmanggis dalam satu pohon, biasanya tidak tampak

mencolok, seperti kulit buah yang lebih tebal. Secara

organoleptik, rasa manggis cenderung seragam, yaitu manis,

asam, dan sedikit sepat (Mardiana, 2011).

e. Khasiat

Manggis sudah lama dipakai sebagai obat tradisional

sejak abad ke-13 pada zaman dinasti Ming di China. Dalam

ilmu pengobatan tradisional China, kulit buah manggis dibuat

menjadi salep untuk mengobati penyakit eksim. Sementara di

Indonesia, air rebusan kulit manggis sering digunakan sebagai

ramuan untuk mengobati luka, demam, sariawan, dan sembelit.

Tak hanya air rebusnya, bubuk atau serbuk dari kulit manggis

yang dikeringkan juga bermanfaat untuk mengobati disentri

seperti yang dilakukan penduduk di China dan India. Selain

kulit, daging buah manggis juga dipercaya untuk mengobati

diare, radang amandel, keputihan, wasir, peluruh dahak, dan

sakit gigi (Mardiana, 2011).

Bagian tanaman yang berkhasiat obat :

1) Kulit

Berbagai penelitian membuktikan kulit manggis

memiliki khasiat yang sangat baik untuk tubuh

sehingga dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Mulai dari yang ringan seperti sariawan, luka, wasir

dan keputihan, hingga penyakit berat seperti diabetes,

jantung koroner, kanker payudara, hingga HIV/AIDS

(Mardiana, 2011).

Percobaan sederhana tentang kandungan kulit

manggis yang berkhasiat obat ini dapat dengan mudah

dilakukan oleh setiap orang. Setiap orang mengetahui

bahwa buah manggis begitu lezat, nikmat, dan

menyegarkan. Setelah selesai dimakan buahnya,

cobalah buang kulitnya di tempat sampah. Kemudian

dibiarkan kurang lebih dalam jangka waktu satu bulan.

Ternyata, kulit buah manggis tidak mengalami

pembusukan seperti pada sampah organik lain. Hal itu

terjadi karena kulit manggis mengandung senyawa

xanthone yang bersifat sebagai antibakteri dan

antimikroba yang kuat. Dari situlah kemudian

terungkap khasiat kulit manggis (Mardiana, 2011).

2) Akar, Daun, Kulit Batang, dan Buah

Kandungan berupa beragam senyawa bermanfaat

membuat hampir semua bagian tanaman manggis

dimanfaatkan sebagai herbal. Hal tersebut sudah

dilakukan sejak lama. Selain buah dan kulitnya, akar

dan kulit batang manggis pun dapat dimanfaatkan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

untuk obat. Akar pohon manggis dapat digunakan

untuk mengatasi haid tidak teratur. Kulit batangnya

berkhasiat mengatasi nyeri perut (Mardiana, 2011).

Di Jepang, daun dan kulit bantang manggis sering

dipakai untuk mengobati hiperkeratosis, eksim, dan

penyakit kulit lain seperti psoriasis karena berefek

antiinflamasi. Sementara masyarakat Filipina merebus

daun dan kulit batang sebagai obat penurun panas,

diare, disentri, dan sulit berkemih (Mardiana, 2011).

f. Kandungan Kimia

Buah manggis merupakan spesies terbaik dari genus

Garcinia dan mengandung gula sakarosa, dekstrosa dan

levulosa. Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 g

meliputi 79.2 g air, 0.5 g protein, 19.8 g karbohidrat, 0.3 g

serat, 11 mg kalsium, 17 mg fosfor, 0.9 mg besi, 14 IU vitamin

A, 66 n\mg vitamin C, 0.09 mg vitamin B1 (Thiamin), 0.06 mg

vitamin B2 (Riboflavin), 0.1 mg vitamin B5 (Niasin)

(Mardawati et al., 2008).

g. Senyawa Xanthone

Xanthone ialah suatu bahan kimia aktif dengan struktur

cincin 6 karbon dan kerangka karbon rangkap. Oleh karena itu,

xanthone sangat stabil dan serbaguna ketika berada dalam

tubuh (Mardiana, 2011).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Setidaknya ada sekitar empat puluh jenis xanthone yang

terdapat di kulit buah manggis. Sebut saja mangostin,

mangostenol, mangostinon A, mangostenon B,

trapezipolixanthone, tovophyllin B, alpha mangostin, beta

mangostine, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin,

epikatekin, garciniafuran, mangoxanthone, dan gartanin. Nilai

kandungan xanthone-nya pun mencapai 17.000-20.000 ORAC

per 100 ons (sekitar 2.835 g kulit). Lebih besar dari wortel dan

jeruk yang kadarnya hanya 300 ORAC dan 2.400 ORAC.

ORAC merupakan kependekan dari Oxygen Radical

Absorbance Capasity adalah kemampuan antioxidan

menetralkan radikal bebas (Mardiana, 2011).

Di alam, senyawa xanthone hanya ditemukan pada famili

clusiceae gentianaceae. Dari sekitar 200 jenis xanthone yang

diisolasi dari alam, sebanyak 40 jenis ditemukan pada

manggis. Senyawa tersebut terdapat di hampir seluruh bagian

tanaman garcinia mangostana, tetapi yang paling banyak

adalah di bagian kulit buahnya. Dua jenis xanthone dalam kulit

manggis yang paling bermanfaat adalah alpha mangostin dan

gamma mangostin (Mardiana, 2011).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

h. Penelitian tentang Khasiat Manggis

1) Antihistamin

Menurut Chairungsrilerd et al. (1996a, 1996b, 1998)

ekstrak metanol kulit manggis mempunyai aktifitas

antihistamin. Hasil tersebut didapat dari pengujian

terhadap kontraksi aorta dada kelinci terisolasi yang

diinduksi oleh histamin dan serotonin. Alpha mangostin

mampu menghambat aktifitas kontraksi melalui

pengeblok-an reseptor histaminergik, khususnya H-1.

Sedangkan gamma mangostin mengeblok reseptor

serotonergik, khususnya 5-hidroksitriptamin 2A atau

5HT2A.

2) Antiinflamasi

Nakatani et al. (2002) melakukan penelitian aktifitas

antiinflamasi in vitro dari gamma mangostin terhadap

sintensa prostaglandin E2 dan siklooksigenase (COX)

dalam sel glioma tikus C6. Melalui percobaan enzimatik

in vitro, gamma mangostin mampu menghambat aktifitas

enzim COX-1 dan COX-2. Baik prostaglandin E2 dan

COX adalah mediator terpenting dalam terjadinya reaksi

inflamasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

3) Antioksidan

Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak

metanol kulit manggis mempunyai aktivitas antioksidan

terhadap sel kanker payudara manusia SKBR3.

4) Antikanker

Ho et al. (2002) meneliti efek beberapa senyawa

xanthone terhadap sitotoksisitas terhadap sel line kanker

hati. Berdasarkan penelitian tersebut, senyawa garcinon E

menunjukkan aktifitas sitotoksisitas yang paling tinggi.

Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak

metanol kulit manggis mempunyai aktivitas,

antiproliferasi, dan aktivitas apoptosis terhadap sel kanker

payudara manusia SKBR3. Matsumoto et al. (2004) juga

melakukan penelitian serupa terhadap aktivitas

antiproliferatif dan apoptosis pada pertumbuhan sel

leukimia manusia HL60.

5) Antimikroorganisme

Suksamrarn et al (2003) melakukan penelitian potensi

antituberkulosa dari senyawa xanthone terprenilasi yang

diisolasi dari kulit buah manggis. Hasilnya, alpha

mangostin, gamma mangostin, dan garcinon B paling kuat

menghambat aktifitas bakteri Micobakterium tuberkulosis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Mahaburasakam et al. (2006) melaporkan bahwa

mangostin mempunyai efek level menengah

antiplasmodial pada Plasmodium falciparum. Sedangkan

xanthone terprenilasi yang mempunyai gugus alkilamino

sangat poten menghambat aktifitas Plasmodium

falciparum.

6) Aktivitas lainnya

William et al. (1995) melaporkan bahwa alpha

mangostin mampu menghambat proses oksidasi LDL yang

sangat berperan dalam atherosklerosis. Penelitian serupa

juga dilakukan oleh Mahaburasakam et al. (2000).

Penelitian tersebut menguji bahwa xanthone terprenilasi

dapat menghambat proses oksidasi LDL.

Chen et al. (1996) melaporkan bahwa mangostin

berpotensi menghambat HIV-1 protease.

Gopalakrishnan et al. (1997) melaporkan bahwa

senyawa xanthone mangostin mampu menghambat

pertumbuhan jamur patogenik: Fusarium oxysporum

vasinfectum, Alternaria tenuis, dan Dreschlera oryzae.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran
Ginjal Ekstrak Kulit Manggis

Gentamisin

Gamma-mangostin
Luka di Membran Sel Ginjal

Mediator Inflamasi
Menghambat Manghambat
: Limfosit, Fosfolipid Sel Membran
Aktivitas Sintesis PGE 2
Makrofag, Sitokin,
COX-1 dan
Faktor Komplemen, Fosfolipase A2
COX-2
Oksida Nitrit

Asam Arakidonat PAF menyebabkan vasodilatasi,


peningkatan permeabiabilitas vaskular,
agregasi trombosit

5-lipoksigenase Siklo-oksigenase

5-HPETE Endoperoksida

LTA4 Tromboksan A2 menyebabkan Prostasiklin (PGI2)


vasokontriksi peningkatan menyebabkan vasodilatasi
agregasi trombosit menghambat agregasi
trombosit

LCT4LTD4LTE4Vaso LTB4Merangsan
konstriksi, g Adhesi
Brokokonstriksi, Leukosit ke
Peningkatan Permeabilitas Kemotaktik
Vaskular Endotel

PGD2, PGE2, PGF2 Meningkatan


Vasodilatasi dan Permeabilitas
Vaskular

Nekrosis Tubular Infiltrasi Sel


commitPelebaran
to user Lumen Atrofi Tubular
Inflamasi Tubular
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis

Ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dapat

memberikan pengaruh dalam mencegah kerusakan histopatologi ginjal

tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi gentamisin.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai