Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUTORIAL

BLOK MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN


SKENARIO 2 : ERGONOMI PRAKTEK DOKTER GIGI

KELOMPOK 10/J

NAMA ANGGOTA :
1. Faridah Risnawati (161610101091)
2. Saraswita Gabrillah Saetikho (161610101092)
3. Favinas Octa Nuri Tsalats (161610101093)
4. Nur Fitriyana (161610101094)
5. Syifa Qurratu'ain (161610101096)
6. Yenny Afiv R. (161610101097)
7. Salsabila Reza S. (161610101098)
8. Nadiah Pujiati (161610101099)
9. Raquel Ananda (161610101100)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2019
SKENARIO 2
ERGONOMI PRAKTEK DOKTER GIGI

Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun


mempunyai pasien yang banyak. Tiap hari rata-rata jumlah pasien yang
berkunjung sekitar 15 orang. Semua kegiatan perawatan gigi pasien ditangani
sendiri. Beberapa hari yang lalu dokter gigi tersebut mengeluhkan adanya
kelainan di daerah punggung, leher dan pergelangan tangan. Dokter gigi tersebut
merasakan sakit yang luar biasa, bahkan dokter gigi tersebut tidak bisa beraktifitas
secara normal. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa beliau mengalami
musculoskeletal disorders karena dokter gigi bekerja tidak secara ergonomi. Saran
dari dokter yang merawatnya agar dalam bekerja merawat pasien dibantu oleh
asisten sehingga dokter gigi bekerja secara four handed dentistry dan menjaga
keselamatan kerja.
STEP 1: Identifikasi Kata Sulit

1. Four handed dentistry: Konsep praktek dokter gigi. Menggunakan 4


tangan. 2 tangan dokgi 2 tangan asisten. Haruspunya tim yang baik untuk
melakukan perawatan danmenguntunhkan semua pihak. Terdiri dari dokgi,
perawat gigi dan lingkungan yang ergonomis. Pembagian kerjanya
menggunakan zona kerja menggunakan clock concept.
2. Musculoskeletal disorders: Gangguan yang mengenai musculo skeletal
berupa nyeri yang berkepanjangan. Akibat menerima beban statis terlalu
lama dan terus menerus. Sekumpulan gangguan mengenai jaringan otot,
awalnya akan merasa nyeri, kaku, mati rasa pada akhirnya akan tidak
efisien dalam bekerja.
3. Ergonomi: dari bahasa latin. Ergon: kerja nomos: hukum alam.
Mempelajari tentang aspek manusia berdasarkan lingkungan kerja
manusianya. Memperhatikan manusia, mesin, dan lingkungan kerja. Ilmu
multi disiplin antara teknik (merancang pekerjaan dan sistemnya) dan
kesehatan (keterbatasan manusia). Usaha menyederhanakan jenis
pekerjaan agar lingkungan pekerjaan mendukung suatu pekerjaan.
4. Keselamatan kerja: Suatu upaya untuk mengurangi resiko dalam
pekerjaan seperti kematian dan hal-hal yang merugikan bagi pekerja
STEP 2 dan 3: Identifikasi Masalah dan Brain Storming

1. Apa saja yang menyebabkan terjadinya Musculoskeletal disorders?


- Dokter gigi lupa akan kenyamanan dirinya sendiri.
- Pekerjaan yang dilakukan tanpa bantuan asisten secara terus menerus
dan dalam jangka waktu yang lama
- Kelelahan otot bisa menimbulkan nyeri
- Tubuh dirancang bisa mengerjakan hal secara maksimal. Timbul
tekanan dan menurunkan suplai darah bisa menyebabkan gangguan
pada jaringan lunak dan menyebabkan MSDs. Perlu penyeimbangan
antara otot yang bekerja
- Adanya getaran dari alat yang digunakan
- Duduk terlalu lama menekan diskus spinalis
- Menerima pasien tanpa jeda. Harusnya ada waktu bagi otot untuk
relaksasi
- Membungkuk saat mengangkat badan, menyebabkan skeletal dan
muskulus terbiasa
- Suhu optimal 24-26derajat celsius. Jika terlalu panas tubuh operator
akan menyesuaikan dengan suhu lingkungan dan energi operator akan
habis untuk hal tersebut
2. Bagaimana bekerja secara ergonomi?
- Prinsip ergonomis
- Menggunakan alat yang bisa memberi rasa nyaman pada operatornya
- Tidak bergerak secara berlebihan
- Tinggi dokter dan dental chair harus sesuai
- Kursi dokter yang berkaki lima
- Dental chair bisa ditegakkan dan diterlentangkan, pasien rileks
- Tempat alat mudah dicapai oleh dokgi dan pasien
- Layout ergonomis: jangkauan dokter dan perawat
- Instrumen cara pegangnya beda-beda, harus sesuai
- Kursi dokter mampu menyangga dalam lengkung yang benar
- Duduk dokginya harus benar. Posisi paha abduksi, telapak tangan rata
pada lantai.
- Dental chair disesuaikan dengan posisi regio yang dikerjakan
- Dehumidifire
- Posisi aneh, menyebabkan operator tegang
- Tempat alat tidak boleh melebihi dari bahu operator
- Desain tempat, alat diletakkan dekat dengan operator, peletakkan
mendukung melakukan pekerjaan secara efisien
3. Bagaimana sistem kerja dari four handed dentistry?
- Transfer alat: single handle, two handle. Meminimalisir pergerakan
tangan dokter gigi.
- Six handed
- Di amerika: dentist, dental hyginist, dental assistant, dental technician
- Di indonesia: dentist, perawat, tekniker
- Prisip: antara asisten dan operator harus ada team work yang baik.
Asisten harus ngerti prosedur kerjanya
- Clock concept
- Desain dental unit
4. Apa manfaat dari manajemen praktek?
- Menimbulkan kerja yang lebih efisien
- Perawatan yang minimal, hasil maksimal
- Pekerjaan dirancang agar tidak menimbulkan kelelahan agar resiko bisa
diminimalisir
- Meningkatkan kenyamanan baik pasien maupun dokter. Bisa
menurunkan human error. Dapat meningkatkan kepercayaan dari
pasien.
- Menghindari kelelahan dari otot dan mata
- Mencegah pergerakan otot yang berlebihan
- Mempersingkat waktu
- Meningkatkan kualitas pelayanan
- Meningktkan keprofesionalan operator
- Meningkatkan faktor keselamatan kerja
- Menambah kecepatan dan keakuratan kerja
- Mengurangi penggunaan energi berlebih dari operator
5. Bagaimana ergonomi menjadi upaya untuk menjaga keselamatan
kerja?
- Tujuan akhir untuk memelihara kesehatan pekerja dan lingkungan
dengan mengurangi resiko yang diakibatkan oleh karena pekerjaan yang
dilakukan
- Meminimalisir kelelahan
- Meminimalisir kesalahan kerja
- Sistem kerja yang sehat aman dan nyaman
- Bekerja dalam waktu yang maksimal
- Untuk mencegah kecelakaan akibat pekerjaan

Step 4: Mapping

Manajemen Praktek

Four handed dentistry

Ergonomis Tidak ergonomis

Keselamatan kerja Musculoskeletal


disorder
STEP 5 dan 7: Learning Objective dan Reporting

1. Mahasiswa mampu menjelaskan four handed dentistry


- Pengertian
Four Handed Dentistry merupakan salah satu aplikasi ergonomi
dalam dunia kedokteran gigi yang diterapkan saat dokter gigi
bekerjasama dengan asisten dalam melakukan perawatan pada pasien.
Teknik ini membutuhkan ergonomi instrumen, peralatan, dan tata letak
peralatan yang tepat. Prosedur perawatan gigi akan berjalan lancar
apabila semua anggota tim memiliki pengetahuan tentang
pengaplikasian four handed dentistry karena teknik ini akan
meningkatkan kualitas kerja dan mengurangi kelelahan dengan
meminimalkan gerakan tubuh dan menghemat waktu selama prosedur
perawatan gigi (Kenali et al., 2017).
Glene Robinsonin pada tahun 1968 merangkum konsep dari four
handed dentistry yaitu, four handed dentistry adalah pekerjaan yang
terkoordinasi yang melibatkan dokter gigi, asisten dokter yang bekerja
pada suatu tim untuk melakukan tindakan perawatan gigi secara hati-
hati dan direncanakan. Istilah "four handed dentistry" dipaparkan
pertama kali pada konferensi tahun 1960, Sejak saat itu, istilah four
handed dentistry telah banyak digunakan. Hal ini juga melibatkan
penggunaan chair side asisten untuk asisten gigi agar dapat selalu
bekerja dengan dokter gigi dan melakukan prosedur selama perawatan
kepada pasien (Dalai, 2014).
- Prinsip
Menurut Dalai (2014) ada 4 prinsip dasar yag digunakan dalam
four handed dentistry:
a. Meminimalisir pergerakan yang tidak diperlukan
b. Pasien dan operator harus duduk dalam keadaan yang nyaman
c. Menggunakan motion economy yang tepat
d. Operator memperikan pada asisten yang kompeten sehingga dapat
menjalin kerjasama yang baik
e. Rencana perawatan yang dibuat oleh operator dapat diperkirakan
secara wajar
- Cara kerja
Menurut Singh N., dkk. (2014) cara kerja dari four handed
dentistry yaitu:
1. Single handed transfer
a. Transfer instrument yang biasa digunakan pada operator yang
menggunakan tangan kanan.
b. Transfer dilakukan dengan menggunakan tangan kiri.
c. Tangan kanan digunakan untuk memegang water syringe.
d. Instrument yang tidak tajam diletakkan didekat pasien.
e. Inatrument yang tajam diletakkan jauh dari pandangan pasien.
2. Two handed transfer
a. Digunakan untuk instrument yang besar atau berat seperti tang
cabut dll.
b. Instrument diberikan dengan tangan kanan.
c. Tangan kiri digunakan untuk menerima instrument yang sudah
tidak dipakai.
3. Transfer kaca mulut dan sonde
a. Digunakan saat memulai prosedur perawatan.
b. Kaca mulut diberikan dengan tangan kanan.
c. Sonde diberikan dengan tangan kiri.
d. Kaca mulut dan sonde dipegang pada 1/3 handle.
4. Non locking tissue forcep
a. Instrument dipegang dengan cara menghindari beak.
b. Inatrument dipegang dengan menggunakan telapak tangan.
c. Forcep yang diberikan disejajarkan dengan alat yang digunakan
operator.
5. Transfer benda kecil (small item)
a. Cara penggunaan seperti alat lainnya.
b. Pemegangan di 1/3 handle.
6. Transfer gunting
a. Beak dihadapkan ke asisten.
b. Posisi telunjuk, jari tengah, dan jempol masuk ke dalam lingkaran
handle.
7. Six handed dentistry
a. Digunakan pada bedah endo atau lainnya.
Menurut Singh tahun 2014, pada dasarnya pembagian kerja
berada di sekeliling pasien. Dental tim harus mengetahui fungsi
bagian kursi dental, sebelum memulih alat. Area kerja dibagi
menjadi 4 zona yang biasa disebut “zone of activiy”. Keempat zona
tersebut meliputi: zona operator, zona asisten, zona transfer alat, dan
zona statis.

Gambar 1 untuk operator yang menggunakan tangan kanan

Gambar 2 untuk operator yang menggunakan tangan kiri.


Tanggungjawab tim selama transfer alat yaitu:
a. Operator
Untuk memaksimalkan prosedur transfer alat maka operator
harus menunjukkan tempat finger rest dari working hand pada oral
cavity sehingga asisten dapat mengenali dimana letak terbaik untuk
transfer alat. Adanya sinyal non-verbal ataupun verbal harus
disepakati untuk mempermudah pekerjaan (Singh dkk, 2014).
b. Asisten
Untuk mempermudah transfer alat, maka asisten harus
menata alat sesuai dengan urutan penggunaan pada tindakan. Asisten
harus mengantisipasi kebutuhan instrumen secara berurutan ataupun
tetap cermat sekalipun terjadi perubahan pada prosedur (Singh dkk,
2014).
c. Tim
Operator dan asisten harus mengamati pergerakan dari
pasien, terutama pada pertukaran alat seperti syringe atau instrumen
tajam lainnya. Tim harus mengikuti standar prosedur pada setiap
tindakan (Singh dkk, 2014).
- Hasil observasi
a. Operator melakukan perawatan dalam posisi berdiri
b. Ada asisten tapi tidak membantu
c. Asisten berada zona yang tepat dan melakukan pekerjaan
dengan baik
d. Asisten tidak menetap pada daerah kerja, sehingga operator
bisa fokus pada pasien
e. Asisten masih bingung mengenai penempatan alat-alat yang
dibutuhkan
f. Instrumen berada dekat dengan operator
2. Mahasiswa mampu menjelaskan ergonomis
- Pengertian
Menurut Gupta et al (2014) hasil pekerjaan yang baik sangat
dipengaruhi oleh keadaan ergonomis. Selain hasil pekerjaan, posisi
ergonomis saat bekerja juga mempengaruhi kapasitas pekerjaan sang
pekerja, efisiensi pekerjaan, dan produktivitas pekerja.
- Prinsip
Prinsip ergonomi adalah bekerja dengan menghindari posisi
yang overexertion yang menyebabkan otot dan sendi dalam
keadaan tegang dan menimbulkan nyeri otot. Pada
pengaplikasiannya banyak aktivitas dokter gigi selama perawatan
beradapada posisi berdiri dan beberapa otot extremitas dalam
keadaan tegang sehingga menimbulkan keluhan Musculus &
Skeleton Disorders (MSDs) (Suwandi, 2010).
- Cara kerja
a. Pencahayaan
Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang merata
dan bebas bayangan. Sumber cahaya harus berada pada bidang
mid-sagital pasien, tepat diatas dan sedikit ke belakang rongga
mulut pasien. Sumber cahaya berada diatas kepala operator dan
asisten, karena posisi yang benar tidak akan memerlukan
penyesuaian selama prosedur perawatan (Gupta et al., 2014).
b. Handscoon
Setiap petugas layanan kesehatan gigi harus menyediakan
dan memakai handsoon sesuai dengan ukuran tangan masing-
masing. Meskipun pengaruh handscoon terhadap ketidaknyamanan
belum diteliti lebih lanjut, tetapi secara tidaklangsung handscoon
dapat menjadi kontributor potensial untuk sindrom carpal tunnel
(Gupta et al., 2014).
c. Posisi Pasien
Posisi pasien yang baik adalah posisi telentang karena
merupakan posisi yang efektif untuk membantu mempertahankan
posisi netral. Kursi pasien harus dinaikkan sehingga paha operator
dapat dengan bebas berputar dibawah kursi pasien (Gupta et al.,
2014).
d. Posisi Operator
1) Membuat sudut 110 derajat antara paha dan betis.
2) Pedal diletakkan di dekat kaki dari operator.
3) Operator duduk tegak, simetris.
4) Badan dapat condong ke depan maksimal 20 derajat, hindari
memutar maupun mencondongkan badan ke samping.
5) Lengan dapat diangkat 10 sampai 25 derajat saja dari bidang
horizontal.
6) Kepala maksimal dapat dimiringkan 25 derajat.
7) Menjaga jarak area kerja dengan mata operator sebanyak 30
sampai 45 cm.
8) Instrument diletakkan sejauh 20 sampai 25 cm.
(Windi dan Samad R. 2014).
3. Mahasiswa mampu menjelaskan musculoskeletaal disorder
Tanda dan gelaja terjadinya Musculoskeletal disorders adalah sebagai
berikut (Gupta et al., 2014):
a. Kelelahan berlebih pada bahu dan leher
b. Kesemutan dan nyeri pada lengan
c. Mati rasa pada jari dan tangan
d. Hipersensitif pada tangan dan jari
e. Berkurangnya rentang gerak
f. Kehilangan koordinasi otot
g. Kekuatan cengkram menurun
- Macam
a. Low back pain: MSD dapat terjadi akibat trauma ataupun
cidera yang berulang di sistem musculoskeletal yang belum
sembuh dengan sempurna. Salah satu contohnya adalah Low
Back Pain. Low Back Pain merupakan nyeri akut maupun
kronik biasanya terjadi di daerah punggung bagian bawah dan
berupa nyeri lokal mauoun nyeri yang radikular ataupun
keduanya pada bagian lumbrosacral (Mahadewa dan
Maliawan, 2009)
Menurut Bull dalam Septiawan tahun 2012, di Inggris
dilaporkan terdapat 17,3 juta kasus LBP dengan 1,1 juta
orang diantara mengalami kelumpuhan. LBP biasanya
dihubungkan dengan pekerjaan yang menyebabkan hilangnya
waktu kerja dan menurunkan efisiensi kerja dan
mengeluarkan dana untuk pengobatan (Sulaeman dkk, 2015)
b. Upper back pain
Upper back pain atau nyeri punggung bagian atas jarang
sekali terjadi karena gerakan yang dilakukan pada bagian ini
hanya sedikit dan memiliki stabilitas yang tinggi untuk
mempertahankan posisinya. Upper back pain biasanya
ditimbulkan karena nyeri pada otot scapular dan bisa
diperbutuk karena postur tubuh yang abnormal, penurunan
daya tahan, dan kondisi fisik yang lemah (Gupta et al., 2014).
c. Carpal tunnel syndrome
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan sebuah
gangguan yang umum yang melibatkan saraf medianus. Saraf
ini rentan terhadap adanya kompresi dan injuri pada
pergelangan tangan dan telapak tangan, yang dibatasi oleh
ligamentum karpal transversal dan tulang pergelangan tangan
(karpal). CTS ini merupakan kombinasi dari kelainan pada
tangan, jari, dan lengan dengan gejala yang mencerminkan
kompresi sensoris atau motoris, banyak terjadi pada orang
dengan umur di atas 30 tahun, lebih banyak terjadi pada
perempuan dari pada laki-laki (Salawati, 2014).
Gambar 3 Anatomi Terowongan Karpal

Disebutkan dalam Salawati (2014), etiologi dari CTS dapat


dihubungkan dengan pekerjaan. Perkerjaan ini meliputi
kegiatan yang membutuhkan adanya kekuatan, penggunaan
lama atau berulang yang terjadi pada pergelangan tangan dan
tangan, jika etiologi atau faktor resiko tersebut muncul secara
bersamaan maka dapat meningkatkan resiko terjaidnya CTS.
Contoh dari terjadinya faktor resiko secara bersamaan
(Salawati, 2014), antara lain:
1) Penggunaan tangan dengan kuat dan adanya
pengulangan,
2) Penggunaan tangan yang berulang dan dikombinasikan
dengan unsure-unsur kekuatan terutama jika digunakan
dalam waktu yang cukup lama,
3) Kegiatan konstan dalam memegang dan mencegkeram
benda,
4) Menggunakan atau memindahkan pergelangan tangan
dan tangan dengan kekuatan,
5) Menggunakan pergelangan tangan dan tangan dalam
derakan yang terdapat getaran teratur dan kuat,
6) Tekanan yang intermiten atau biasa yang terjadi di
pergelangan tangan.
d. Syndrome of canal of Guyon
Guyon’s canal syndrome merupakan neuropati yang terjadi
pada saraf ulnaris yang jarang terjadi di mana melibatkan
terjadinya injuri pada bagian distal dari saraf ulnaris yang
melalui saluran anatomis yang dangkal pada pergelangan
tangan. Injuri yang terjadi pada distal saraf ulnaris dapat
disebabkan oleh adanya inflamasi, trauma, tekanan, ataupun
insufiensi dari vascular (Aleksenko, 2019).
Gejala dapat terjadi adalah gangguan pada motorisnya saja,
sensorisnya saja, atau bahkan keduanya. Hal tersebut
tergantung dari daerah mana dari saraf ulnaris yang terkena.
Gangguan pada motoris seperti kelemahan atau paralisis dari
otot instrinsik pada tangan yang diinervasi oleh saraf ulnaris,
di mana hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
kelemahan dalam menggenggam tangan dan kelemahan dalam
menekuk dari jari manis dan kelingking (Aleksenko, 2019).
- Penyebab
a. Faktor non teknis: posisi kerja operator, operator posisi
duduknya tegang sehingga aktivitas otot berlebih
b. Faktor teknis: alat yang digunakan tidak mendukung
pergerakan yang ergonomis selama bekerja.
c. Gerak berlebihan: memegang alat terlalu kencang
d. Repetitif movement: scaling, rootplanning, penggunaan alat
bergetar
e. Pengaruhi oleh lama pajanan, usia, hormonal, artritis,
hipotiroidisme
f. Posisi tubuh yang tidak seimbang
g. Bergerak miring, dan berputar tiba-tiba
h. Ketidak seimbangan energi yang masuk dan keluar, sehingga
otot mengalami iskemik
i. Postur tubuh yang salah
Resiko terjadinya cidera akan meningkat saat bekerja
apabila menggunakan postur tubuh yang salah seperti terlalu
banyak tekanan pada diskus spinal ketika mengangkat atau
menurunkan instrumen dengan punggung yang bengkok.
Melalukan tindakan perawatan dengan membengkokan badan
atau memutar pergelangan tangan, lutut, pinggul atau bahu
yang berulang dalam waktu yang lama akan meningkatkan
penekanan pada sendi-sendi yang menyebabkan tubuh menjadi
tegang. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan dokter
gigi berada pada posisi canggung diantaranya adalah
1) Untuk mengkoordinasi posisi relatif antara dokter gigi dan
asisten
2) Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari perawatan
3) Untuk memberikan posisi yang nyaman kepada pasien
4) Melakukan pergerakan yang kompleks untuk
mendapatkan instrumen (Gupta, 2014).
4. Mahasiswa mampu menjelaskan keselamatan dan kesehatan kerja
- Keselamatan kerja: Upaya untuk mengurangi kecelakaan kerja.
Mencegah penyakit kerja yang bisa timbil dari lingkungan atau diri
operator itu sendiri
- Kesehatan kerja: usaha untuk menjaga kondisi tenaga kerja dari
kejadian merugikan baik secara fisik atau sosial yang dapat
mempengaruhi produktivitas dari operator
- Menurut Putera. R. I., dkk. (2017) keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu program yang dilakukan sebagai upaya untuk
mencegah maupun mengurangi resiko kejadian kecelakaan kerja
dan resiko penyakit. Program Keselamatan dan kesehatan kerja
dilakukan dengan cara meningkatkan lingkungan yang baik bagi
para pekerja, yang aman serta nyaman sehingga produktivitas
maupun efisiensi kerja akan meningkat.
DAFTAR ISI

Aleksenko D, Varacallo M. 2019. Guyon Canal Syndrome. In: StatPearls.


Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431063/

Dalai, Deepak Ranjan, D. J. Bhaskar, C. A. R., V. Gupta, N. Singh, S. S. Bumb.


2017. Four Handed Dentistry: An Indispensable Part for Efficient Clinical
Practice. International Journal of Advanced Health Science. Vol. 1 Issue 1.

Gupta A, Bhat M, Mohammed T, Bansal N, Gupta G. 2014. Ergonomics in


Dentistry. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry. 7(1): 30-34.

Kenali, Norzaiti Mohd, S. Sukmasari, I. A. Taib, I. F. Ismail. 2017. Ethics at


Workplace: True-Four Handed Dentistry Vs Conventional Method.
Revelation and Science. 7(2): 10-17.

Putera R. I., Harini S. 2017. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Terhadap Jumlah Penyakit Kerja dan Jumlah Kecelakaan Kerja Karyawan
pada PT Hanei Indonesia. Jurnal Visionida. 3(1).

Salawati, L., & Syahrul, S. 2014. Carpal Tunel Syndrome. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala, 14(1), 29-37.

Septiawan, H. (2012) : Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri


Punggung Bawah Pada Pekerja Bangunan di PT. Mikroland Property
Development Semarang. Skripsi. FKM UNES. Semarang.

Singh N., Jain A., Sinha N., Chauhan A., Rehman R. 2014. Application of Four
Handed Dentistry in Clinical Practice: A Review. Int J Dent Med Res. 1(1):
8-13.

Suwandi, Tjipto. 2010. Dental Ergonomics. Stomatognatic (J.K.G Unej). 7(3): 2

Windi, Samad R. 2015. Penerapan Postur Tubuh yang Ergonomis oleh Mahasiswa
Tahap Profesi Fakultas Kefokteran Gigi Universitas Hasanuddin Selama
Prosedur Perawatan. Dentofasial. 14(1): 32-37.

Anda mungkin juga menyukai