Anda di halaman 1dari 12

1.

Melalui diskusi kelompok dan penemuan (discovery), peserta didik


menemukan konsep kekongruenan menggunakan konsep translasi, rotasi dan
refleksi dengan baik dan benar.

Kondisi (conditions) merupakan pernyataan yang menunjukkan kondisi saat siswa


menunjukkan kemampuan yang dinilai.
2. indicator pencapaian kompetensi dikembangkan guru berdasarkan KD KI
3. kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap pengetahuan
dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat untuk mata pelajaran tertentu adalah
Standar Kompetensi Mata Pelajaran
4. prosedur pada pembelajaran SPLDV adalah
5. karakter baik yang perlu ditumbuhkan guru dalam diri peserta didik termasuk pada ranah afektif
6. upaya guru untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajran dapat
dilakukan melalui evaluasi(tes)
7. kualitas instrument penilaian berdasarkan aspek ketepatan hasil pengukuran yang diperoleh adalah
Kesahihan (validity)
8. kemampuan matematis yang paling utama dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran model PBL
adalah pemecahan masalah
9. kemampuan menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan dengan berbagai strategi
termasuk salah satu kemampuan matematis adalah pemecahan masalah
10. Upaya guru dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan pengalaman
belajar yang telah dialami yang paling optimal adalah dengan cara Guru menggunakan
pertanyaan terarah maupun pertanyaan bersifat penelusuran saat pembelajaran berlangsung

Kemampuan matematis terdiri dari : Penalaran matematis, komunikasi matematis, pemecahan masalah
matematis, pemahaman konsep, pemahaman matematis, berpikir kreatif dan berpikir kritis.

Berikut ini dipaparkan syarat-syarat alat penilaian yang baik.


1. Kesahihan (validity)
Kesahihan (validity) adalah ketepatan alat penilaian dalam mengukur tingkat keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran. Kesahihan suatu alat penilaian dapat ditinjau dari empat sisi,
yaitu (a) kesahihan isi (content validation), (b) kesahihan konstruksi (construction validity), (c)
kesahihan yang ada sekarang (concurrent validity), dan (d) kesahihan prediksi (prediction
validity) (Arikunto, 1990). Penentuan kesahihan suatu alat penilaian juga dipengaruhi oleh faktor
penskoran, faktor respon siswa, dan faktor pengadministrasiannya.
2. Keterandalan (reliability)
Keterandalan (reliability) biasanya disebut juga dengan keajegan atau konsistensi. Keterandalan
suatu alat penilaian penting untuk diperhatikan. Faktor yang mempengaruhi tingkat reliabilitas
suatu alat penilaian: (1) jika alat penilaian yang diberikan kepada siswa terlalu mudah, terlalu
sukar, atau tidak jelas, maka akan berpeluang memberikan skor yang tidak handal, (2) jika siswa
peserta penilaian tersebut memiliki karakteristik yang terlalu beragam, maka hal ini juga
berpeluang memberikan skor yang tidak handal, (3) jika standar penilaian yang digunakan guru
pada masing-masing pelaksanaan kegiatan penilaian tidak seragam, maka skor yang dihasilkan pun
tidak handal, (4) jika jumlah soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terlalu
sedikit, maka hal ini berpeluang memberikan skor yang tidak handal. Alasannya, jumlah soal yang
tersedia tidak mampu menjaring secara lengkap pengetahuan siswa.
3. Kepraktisan
Kepraktisan dalam menyusun suatu alat penilaian penting untuk diperhatikan. Alat penilaian yang
praktis dapat membantu guru dalam menyiapkan, menggunakan, dan menginterpretasikan hasil
penilaian. Kepraktisan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu penskoran, kemudahan dalam
mengadministrasikan, waktu, dan bentuk alat penilaian.

33. Dalam kaitannya dengan upaya untuk memotivasi belajar siswa dan agar proses pembelajaran
berlangsung efektif, maka guru perlu mengacu pada....Strategi pembelajaran
30) Serangkaian kegiatan yang sistematik untuk dapat menentukan manfaat atau kegunaan suatu
obyek atau program adalah ….Evaluaasi
28) Penilaian yang didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur ,hal
tersebut merupakan prinsip penilaian yang ……Sistematis
26) Beberapa siswa memiliki kecenderungan belajar berupa mengerjakan soal atau tugas dengan
cepat tetapi hasilnya banyak kesalahan .Gaya belajar para siswa tersebut adalah…….implusive
24) Upaya guru menggunakan hasil analisis untuk menentukanketuntasan belajar antara lain
sebagai berikut ………merencanakan pengajaran remidi
16) Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi penilaian diri, penilaian
“teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik. Adapun instrumen yang di gunakan dalam
penilaian tersebut adalah : Skala penilaian (rating scole)
15) Bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap menggunakan
pengetahuan yang di peroleh dalam pembelajaran dalam melaksanakan tugas di sebut penilaian
Autentik
14) Yang di maksud dengan penilaian adalah
Pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
13) Upaya merancang pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar optimal
tampak dalam kegiatan guru sebagai berikut ……………Memberikan tambahan sumber baaan
tambahan yang lebih mendalam dan tingkat variasi yang tinggi berikut instrument tesnya yang sesuai
7) Yang ditekankan di dalam strategi pembelajaran interaktif adalah...diskusi dan sharing diantara
peserta didik

Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup


sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetisi lulusan meliputi kompetensi
untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata pelajaran.
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran adalah kualaifikasi kemampuan
minimal peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran yang mencakup kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewrga negaraan dan kepribadian, ilmu
pengetahuan dan teknologi, estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan.

Standar Kompetensi Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemapuan minimal peserta


didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diharapka dicapai pada setiap tingkat dan atau semester untuk mata pelajaran tertentu.

Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang


menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap tingkat dan atau semester. Standar kompetensi terdiri atas
sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara
nasional.

Kompetensi Dasar adalah merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki


peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator
kompetensi.

Beban Belajar adalah dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh
peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka.
Penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstrukter untuk mencapai standar
kompetensi lulusan serta kemampuan lainnya dengan memerhatikan tingkat
perkembangan peserta didik.
Kegiatan Tatap Muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi
antara peserta didik, materi pembelajaran, pendidik dan lingkungan.

Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman


materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang
pencapaian tingkat kompetensi dan atau kemampuan lainnya pada kegiatan tatap
muka. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Penugasan
terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan dan percepatan.

Kegiatan Mandiri Tak Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa


pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk
menunjang pencapaian tingkat kompetensi mata pelajaran atau lintas mata pelajaran
atau kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.

1. Penalaran Matematis
Istilah penalaran (jalan pikiran atau reasoning) dijelaskan oleh Keraf (1982 : 5) sebagai : “Proses
berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju suatu
kesimpulan”. Pada intinya, penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas
berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada
beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Penalaran matematis (mathematical reasoning) merupakan penalaran yang diperlukan untuk
menentukan apakah sebuah argumen matematika benar atau salah dan juga dipakai untuk membangun
suatu argumen matematika. Penalaran matematis tidak hanya penting untuk melakukan pembuktian
(proof) atau pemeriksaan program (program verification), tetapi juga untuk melakukan inferensi dalam
suatu sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Penalaran matematis berupa kemampuan
menarik kesimpulan logik, baik kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan dua kasus
(analogi) maupun kemampuan menarik kesimpulan umum berdasarkan data atau fakta yang diberikan
(generalisasi).

B. Komunikasi Matematis

Secara umum, komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses menyampaikan informasi dari
komunikator kepada komunikan dalam suatu komunitas. Dalam matematika, berkomunikasi mencakup
keterampilan atau kemampuan untuk membaca, menulis, menelaah dan merespon suatu informasi.

Komunikasi matematis (mathematical communication) merupakan kesanggupan atau kecakapan siswa


untuk menyatakan dan menafsirkan gagasan matematis secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikan
apa yang ada dalam persoalan matematika dan juga kemampuan untuk mendemonstrasikan dan
manafsirkan gagasan atau ide matematika dari suatu uraian ke dalam model matematika (grafik,
diagram, tabel dan persamaan).

C. Pemecahan Masalah Matematis

Masalah merupakan pertanyaan yang menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang
tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui oleh
pelaku. [1]

Sujono (1988) melukiskan masalah matematika sebagai tantangan bila pemecahannya


memerlukan kreativitas, pengertian dan pemikiran yang asli atau imajinasi. Berdasarkan penjelasan
Sujono tersebut, maka sesuatu yang merupakan masalah bagi seseorang, mungkin tidak merupakan
masalah bagi orang lain (hal yang rutin saja)

Ruseffendi (1991 b) mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah bagi
seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya, tetapi pada saat ia
memperoleh soal itu, ia belum mengetahui cara menyelesaikannya. Dalam kesempatan lain, Ruseffendi
(1991 a) juga mengemukakan bahwa suatu persoalan merupakan masalah bagi seseorang jika
: Pertama, persoalan tersebut tidak dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya, baik
kesiapan mentalnya maupun pengetahuan siapnya ; terlepas dari apakah akhirnya ia sampai atau tidak
kepada jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bila ia ada niat untuk
menyelesaikannya.

Menurut Gagne et all (1992) menjelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu tipe
keterampilan intelektual yang lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe intelektual lainnya.
Keterampilan-keterampilan intelektual tersebut digolongkan berdasarkan tingkat kompleksitasnya dan
disusun dari operasi mental yang paling sederhana sampai pada tingkat yang paling kompleks.
Pemecahan masalah matematis (mathematical problem solving) merupakankemampuan
menyelesaokan masalah non rutin melalui tahap-tahap, memahami masalah, memilih strategi
penyelasaian, melaksanakan strategi dan memeriksa kebenaran hasil.

D. Pemahaman Konsep

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti
suatu materi yang dipelajari. Sedangkan konsep adalah suatu rancangan atau ide abstrak yang
memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi, pemahaman konsep
adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak

E. Pemahaman Matematis

Istilah pemahaman dapat ditemukan dalam beberapa tulisan. Sumarmo (1987 : 22)
menerjemahkan pemahaman sebagai understanding. Ansari (2003 : 33) menggunakan kata pemahaman
sebagai terjemahan dari istilah knowledge. Ruseffendi (2006 : 220) menyebutkan pemahaman sebagai
terjemahan dari comprehension.

Menurut Van Hille (1986) menyatakan bahwa pemahaman matematis adalah sebuah proses yang
dibangun dari skema sebelumnya yang memuat konsep-konsep jaringan hubungan antara konsep-
konsep tersebut dengan menggunakan multiple representasi dalam lima tahap berpikir individu, yaitu
pengenalan, analisis, pengurutan, deduktif dan keakuratan.

G. Berpikir Kreatif

Isaksen et al (Grieshober, 2004) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai proses konstruksi ide yang
menekankan pada aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan keterincian. Menurut McGregor
(2007),berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan
baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami sesuatu. Sementara menurut Martin (2009),
kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam
menghasilkan suatu produk. Pada umumnya, berpikir kreatif dipicu oleh masalah-masalah yang

menantang.

Secara umum, Berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan
(conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang benar. Asosiasi kreatif
terjadi melalui kemiripan-kemiripan sesuatu atau melalui pemikiran analogis. Asosasi ide- ide
membentuk ide-ide baru. Jadi, berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah mapan,
dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif
merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.
Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu
mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide
sebelumnya yang belum pernah diwujudkan.

H. Berpikir Kritis
Screven dan Paul (1999) serta Anggelo (1995) dalam Dennis 2008 memandang berpikir kritis
sebagai proses disiplin cerdas dari koneptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan
berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, observasi, pengalaman, refleksi,
penalaran atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi. Selain itu, berpikir
kritis juga telah didefinisikan sebagai berpikir yang memiliki maksud, masuk akal dan berorientasi tujuan
dan kecakapan untuk menganalisis sesuatu informasi dan ide-ide secara hati-hati dan logis dari berbagai
macam perspektif. (Silverman dan Smith, 2002) dalam (Dennis, 2008)

Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi
tersebut dapat didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Berpikir
kritis mencakup ketrampilan menafsirkan dan menilai pengamatan, informasi, dan argumentasi. Berpikir
kritis meliputi pemikiran dan penggunaan alasan yang logis, mencakup ketrampilan membandingkan,
mengklasifikasi, melakukan pengurutan (sekuensi), menghubung-kan sebab dan akibat, mendeskripsikan
pola, membuat analogi, menyusun rangkaian, memberi alasan secara deduktif dan induktif, peramalan,
perencanaan, perumusan hipotesis, dan penyam-paian kritik. Berpikir kritis mencakup penentuan
tentang makna dan kepentingan dari apa yang dilihat atau dinyatakan, penilaian argumen,
pertimbangan apakah kesimpulan ditarik berdasarkan bukti-bukti pendukung yang memadai.

KISI KISI

1. unsur unsur tujuan pembelajaran

Audience Karena tujuan pembelajaran terpusat pada apa yang harus diketahui dan mampu dilakukan
oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, bukan pada apa yang dilakukan oleh guru, maka
sangat penting untuk menyatakan secara jelas siswa yang menjadi sasaran—sebagai contoh, “Siswa
kelas V.” Anda juga boleh menggunakan frase, “Siswa dapat ….”

Behaviour Inti dari tujuan pembelajaran adalah kata kerja yang menggambarkan kemampuan yang
harus dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran. Kata kerja yang digunakan haruslah komunikatif
dan menunjukkan perilaku yang teramati (observable).

Conditions Kondisi (conditions) merupakan pernyataan yang menunjukkan kondisi saat siswa
menunjukkan kemampuan yang dinilai.

Degree Unsur terakhir dari tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang menunjukkan standar atau
kriteria dari behaviour yang akan dinilai.

2. SKL Digunakan sebagai rujukan dalam mengembangkan UN

3. Fakta pada materi pola bilangan adalah Un, Sn, a , b, r

Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau
bukan. Contoh konsep abstrak misalnya Segitiga, Bil Asli, Bil Prima, dll. Contoh konsep
kongkrit misalnya Penggaris, Jangka, meja, kursi, dll.
Konsep dalam matematika dapat berupa istilah dan simbol, dimana dalam istilah ini ada yang dapat
didefinisikan dan ada pula yang tidak dapat didefinisikan:
1. Istilah tak terdefinisi
Istilah tak terdifinisi merupakan istilah dasar (primitif) yang digunakan untuk membangun istilah
lain, arti istilahnya sendiri tidak didefinisikan, tetapi dideskripsikan. Contohnya pada sistem
matematika tertentu, kita mengenal istilah tak terdefinisi seperti himpunan, grup, gelanggang,
ruang vektor, titik, garis, dan bidang.
2. Istilah terdefinisi
Istilah terdifinisi merupakan istilah yang digunakan dalam sistem, bukan istilah dasar, dan
dirumuskan dari istilah dasar sehingga mempunyai arti tertentu dan perumusannya menjadi suatu
pernyataan yang benar. Contohnya dalam matematika, kita bias mengenal istilah terdefinisi
seperti fungsi, matriks dan vector.
Berikut ini adalah deskripsi singkat tentang bukti pembelajaran konsep pada masing-
masing empat tingkatan:
1. Tingkat 1 (Konkret). Siswa mengenal contoh yang telah dialami sebelumnya. (Anak
mengatakan "trapesium" ketika ditunjukkan sebuah trapesium yang pernah dilihat sebelumnya).
2. Tingkat 2 (Identitas). Selain tingkat 1, siswa juga mengenal contoh yang ditemui sebelumnya
meskipun contoh "diamati dari perspektif ruang dan waktu yang berbeda atau dirasakan dalam
pengandaian yang berbeda" (klausmeier, 1976, hal.8). (Anak masih menyebut gambar trapesium,
bahkan ketika gambar tersebut berbalik ke samping).
3. Tingkat 3 (Klasifikatori). Selain tingkat 1 dan 2, siswa juga dapat membedakan antara contoh
dan bukan contoh. (Anak mengambil keluar semua trapesium dari koleksi gambar yang berbeda)
4. Tingkat 4 (Formal). Selain tingkat 1, 2, dan 3, siswa juga dapat menyatakan suatu
definisi konsep tersebut.
Membelajarkan Konsep (pustakahaura.wordpress.com)
1. Membandingkan objek Matematika yang termasuk konsep dan bukan konsep. Sebagai contoh
pada konsep balok, kardus merupakan contoh objek yang berbentuk “balok” sedangkan kaleng
susu bukan/ tidak termasuk kubus.
2. Pendekatan deduktif, artinya proses pembelajaran dimulai dari definisi dan diikuti contoh-contoh
dan yang bukan contoh. Misalnya pada konsep persamaan linear. Mula-mula paparkan definisi
persamaan linier yaitu persamaan yang derajat/ pangkat tertinggi variabelnya adalah satu.
Selanjutnya kita tuliskan beberapa bentuk persamaan dan meminta siswa mengklasifikasikannya,
apakah persamaan tersebut merupakan persamaan linier atau bukan.
3. Pendekatan induktif, artinya proses pembelajaran diawali dengan contoh-contoh dan diikuti
pemaparan definisi yang tepat berdasarkan contoh-contoh tersebut. Misalnya kita ingin
memahami konsep “pernyataan”. Awalnya kita paparkan beberapa bentuk kalimat dan siswa
diminta menentukan apakah kalimat-kalimat tersebut benar atau salah.
Misal:
 Jakarta adalah ibukota Negara Republik Indonesia (benar)
 Semua bilangan prima adalah ganjil (salah)
 Cantik sekali gadis itu (tidak bisa ditentukan benar atau salahnya sebab cantik itu relatif)
 x + 2 = 5 (tidak bisa ditentukan benar atau salahnya, karena masih bergantung pada nilai x)
Berdasarkan contoh-contoh tersebut, barulah kita definisikan bahwa yang dimaksud dengan
pernyataan adalah kalimat yang dapat ditentukan benar atau salahnya secara pasti. Sedangkan
kalimat yang tidak bisa ditentukan benar atau salahnya disebut kalimat terbuka.

B. Fakta
Fakta dalam matematika bisa berupa aksioma atau postulat. Aksioma adalah pernyataan yang
diandaikan benar pada suatu sistem dan diterima tanpa pembuktian, sebagai titik awal logika.
Aksioma hanya memuat istilah tak terdefinisi dan istilah terdefinisi, tidak berdiri sendiri, dan
tidak diuji kebenarannya. Sekelompok aksioma dalam suatu sistem harus konsisten, dapat
membangun sistem tersebut , dan tidak saling bertentangan.
Contoh:
Apabila a dan b adalah bilangan real, maka berlaku a > b, a = b, atau a < b, pernyataan ini
merupakan sebuah aksioma.

C. Prinsip
Prinsip dalam matematika dapat berupa teorema atau dalil. Teorema adalah suatu pernyataan
matematika yang dirumuskan secara logika dan dibuktikan. Suatu teorema terdiri dari beberapa
hipotesis dan kesimpulan, yang dapat dibuktikan dengan memanfaatkan istilah dasar, istilah
terdefinisi, aksioma, dan pernyataan benar lainnya.
Contoh Teorema: Jumlah sudut luar segitiga sama dengan 360o.

D. Prosedur
Prosedur dalam matematika adalah langkah atau urutan atau cara yang digunakan untuk
menyelesaikan tugas-tugas matematika yang mencakup langkah demi langkah dalam melakukan
tugas.
Contoh: Untuk menentukan vektor resultan (vektor pengganti) 2 buah vektor dapat dilakukan
dengan cara:
1. Cara Jajaran Genjang
2. Cara Segitiga Vektor
3. Cara Polygon

-salah satu sikap baik yang dapat ditumbuhkan dalam diri peserta didik melalui pe belajran matematika
dengan permasalahan non rutin adalah

Berfikir krtis kreatif percaya dili ulet

Relevansi konten soal dengan indicator untuk menyusun kualitas masing masing butir soal yaitu
Uji validitas konstruk = uji validitas yang tujuannya untuk menguji suatu instrumen sehingga bisa dikatakan valid
menurut konstruksinya, konstruksi disini artinya kaidah – kaidah penulisan instrumen yang benar sehingga instrumen
tidak ambigu atau multitafsir ketika diberikan kepada responden

Validitas isi bertujuan untuk menguji suatu instrumen sehingga instrumen bisa dikatakan valid menurut isinya, isi
disini berarti muatan / materinya

Kemampuan soal dala mengukur dan membedakan capaian siswa sebelum dan sesudah pembelajaran disebut
indeks sensitivitas butir soal

PAN adalah membandingkan skor yang diperoleh peserta didik dengan standar
atau norma relatif.[2] Karena apabila seorang siswa yang terjun ke kelompok A
termasuk “Hebat”, mungkin jika pindah ke kelompok lainnya hanya menduduki
kualitas “Sedang saja”.[3] PAN digunakan untuk menafsirkan hasil tes sumatif.
Dalam PAN, makna angka (skor) seorang peserta didik ditemukan dengan cara
membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar peserta didik lainnya
dalam satu kelompok/kelas. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan jenjang
hasil belajar sehingga dapat diketahui kedudukan relatif seorang peserta didik
dibandingkan dengan teman sekelasnya. Tujuan PAN adalah untuk
membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai
dari yang terendah sampai yang tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat
kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu kurva normal.
Pada umumnya, PAN dipergunakan untuk seleksi. Soal tes dalam pendekatan
ini dikembangkan dari bagian bahan yang dianggap oleh guru urgen sebagai
sampel dari bahan yang telah disampaikan. Guru berwenang untuk menentukan
bagian mana yang lebih urgen. Untuk itu, guru harus dapat membatasi jumlah
soal yang diperlukan, karena tidak semua materi yang disampaikan kepada
peserta didik dapat dimunculkan soal-soalnya secara lengkap. Soal-soal harus
dibuat dengan tingkat kesukaran yang bervariasi, mulai dari yang mudah sampai
dengan yang sukar sehingga memberikan kemungkinan jawaban peserta didik
bervariasi, soal dapat menyebar, dan dapat membandingkan peserta didik yang
satu dengan lainnya.

PAP adalah membandingkan skor yang diperoleh peserta didik dengan suatu
standar atau norma absolut.[5] PAP pada umumnya digunakan untuk
menafsirkan hasil tes formatif. Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada apa
yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Dengan kata lain, kemampuan-
kemampuan apa yang telah dicapai oleh peserta didik sesudah menyelesaikan
satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, PAP meneliti apa yang
dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan membandingkan seorang peserta
didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan
yang spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar
atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum
kegiatan belajar berlangsung. Misalnya, kriteria yang digunakan 75% atau 80%.
Bagi peserta didik yang kemampuannya dibawah kriteria yang telah ditetapkan
dinyatakan tidak berhasil dan harus mendapatkan remedial.
Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang
ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. PAP sangat bermanfaat dalam
upaya meningkatkan kualitas hasil belajar sebab peserta didik diusahakan untuk
mencapai standar yang telah ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat
diketahui derajat pencapaiannya. Untuk menentukan batas lulus (passing grade)
dengan pendekatan ini, setiap skor peserta didik dibandingkan dengan skor ideal
yang mungkin dicapai oleh peserta didik.[6]

Lintasan belajar dalam matematika terdiri atas

Kegiatan tindak lanjut pada akhir pembelajran dapat berupa Melaksanakan kegiatan tindak lanjut, dengan
alternatif kegiatan di antaranya: a) Memberikan tugas atau latihan-latihan. b) Menjelaskan kembali
bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. c) Menugaskan membaca materi pelajaran tertentu.
d) Memberikan motivasi/bimbingan belajar.

1. unsur dari tujuan pembelajran diantaranya yaitu audien, yaitu


Terdapat empat unsur pokok dalam perumusan tujuan pembelajaran, diantaranya :
a. Audience
Secara bahasa audience berarti pendengar. Dalam konteks pembelajaran yang
dimaksud audience adalah siswa. Audience merupakan subjek sekaligus objek dalam
pembelajaran. Maka, dalam tujuan pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai subjek
sekaligus objek dalam pembelajaran.
b. Behavior
Behavior adalah tingkah laku atau aktivitas suatu proses. Dalam konteks
pembelajaran, behavior nampak pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Oleh sebab itu,
pembelajaran tanpa adanya tingkah laku atau aktivitas dari siswa tidak mungkin dilakukan.
Dalam perumusan tujuan pembelajaran gambaran behavior aktivitas siswa ditulis
menggunakan kata kerja operasional seperti: menyimak, menyebutkan, membedakan,
menjelaskan, dan masih banyak lagi. Penggunaan kata kerja operasional dalam suatu tujuan
pembelajaran tidak boleh lebih dari satu. Artinya dalam sebuah aktivitas pembelajaran,
siswa tidak boleh melakukan lebih dari satu perbuatan. Maka, siswa harus fokus pada satu
perbuatan agar pembelajaran lebih optimal.
c. Condition
Condition atau kondisi diartikan sebagai suatu keadaan. Dalam konteks
pembelajaran, condition adalah keadaan siswa sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
pembelajaran, serta persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat
tercapai. Dalam perumusan tujuan pembelajaran, condition ditulis dalam bentuk kata kerja.
Kata kerja yang dimaksud adalah aktivitas yang harus dilakukan siswa agar tercapai suatu
perubahan perilaku yang diharapkan.
d. Degree
Dalam konteks ini degree berarti suatu perbandingan. Hal ini dimaksudkan untuk
membandingkan kondisi sebelum dan setelah belajar. Degree juga merupakan tingkat
penampilan yang dapat dilakukan oleh siswa setelah melalui suatu rangkaian proses
pembelajaran. Tingkat degree bergantung pada bobot materi yang akan disajikan, serta
sejauh mana siswa harus menguasai suatu materi atau menunjukan suatu tingkah laku.
Berikut merupakan contoh dari tujuan pembelajaran yang baik dan benar:
a. Dengan mengamati contoh, siswa dapat membaca teks deskriptif tentang benda
condition audience behavior
hidup dan tak hidup dengan lancar.
degree

b. Melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan ciri-ciri benda padat dan cair
condition audience behavior
minimal tiga.
degree

c. Siswa dapat menyebutkan bunyi sila ke-2 dengan benar, setelah membaca teks
audience behavior degree condition
pancasila.

Anda mungkin juga menyukai