Anda di halaman 1dari 20

BioskopIndra.

PROFILE
SEJARAH
BIOSKOP INDRA

Ÿ Pada tahun 1916 bioskop Al Hambra merupakan sebutan untuk bisokop


Indra dan Permata.

Ÿ Sejak Indonesia merdeka mengubah namanya menjadi Indonesia Raya


atau lebih populer dengan nama Indra.

Ÿ Terdiri dari dua gedung bioskop yaitu l Hambra dan Mascot.

Ÿ Al Hambra diperuntukkan untuk kelas sosial tinggi, sementara Mascot untuk


kelas sosial rendah.

Ÿ Terakhir beroperasi akhir tahun 2010

Al Hambra diperuntukkan untuk kelas sosial tinggi (Eropa, pengusaha, Tionghoa, bangsawan Kraton) sementara
Mascot untuk kelas sosial rendah (pribumi).
LOKASI

Pada bagian Utara Bioskop Indra


terdapat Angkringan Margo Mulyo
dan Tempat pemberhentian Becak

Pada bagian Timur bioskop Indra


terdapat pasar Bering Harjo dan
wilayah pedestrian yang terdapat PKL

Pada bagian Selatan terdapat Kios-


kios dan Toko. Pada bagian
pedestrian, terdapat PKL yang
berjualan.
TAPAK
EKSISTING
BANGUNAN
KARAKTERISTIK
BANGUNAN

1. Penggunaan Gawel (gable) merupakan bentuk segitiga pada bangunan.


2. Dormer merupakan lingkaran pada gawel bangunan.
3. Penerapan sumbu simetris terdapat pada denah bangunan dan kolom bangunan.
4. Bangunan menggunakan gaya kolonial yang terkesan kaku.
USULAN FUNGSI
GALERI DOKUMENTER FILM LAMA
Sebuah galeri yang menampilkan berkas-berkas dan film-film terkenal Alasan :
yang pernah tayang di bioskop Indra. Ÿ Terdapat di kawasan sejarah atau monumentalis (Malioboro)
Ÿ Sebagai pengingat film-film terkanal dari dalam maupun luar yang di
bioskop Indra
KOMPARASI
NILAI
AESTHETIC 5,5 8

ADAPTASI REKONSTRUKSI

BIOSKOP MUSEUM

R. Servis & Kontrol Toilet


+100 +100 Back Stage
+ 7.00 R. Pemutaran Film
+ 6.00

R. Display
+ 1.00 R. Display
+ 6.00

Kantor
+ 1.00
+ 1.00

R. Tiket EXIT
+ 1.00 R. Tunggu + 6.00
Entrance

Lobby
+ 1.05 Perubahan fungsi bangunan dari
Bioskop menjadi Museum Merenovasi bangunan yang saat ini terlihat tidak terawat menjadi lebih
Dokumenter lm lama sehingga estetik dengan cara mengebalikan kesan bangunan hampir seperti
mengubah bentuk denah bangunan. semula. Memepertahankan karakteristik bangunan kolonial sehingga
masih selaras dengan bangunan-bangunan yang ada di kawasan
Malioboro.
7 8
HISTORICAL

ADAPTASI REKONSTRUKSI

Back Stage
+ 7.00 R. Pemutaran Film
+ 6.00

R. Display
+ 6.00

R. Tunggu + 6.00

Penambahan ruang pemutaran lm di lantai 2. Ruang Pengolahan fasade dengan cara menggembalikan seperti semula dan dengan
pemutaran lm dijadikan sebagai tempat yang dapat menggunakan material yang diperbaharui. Pada beberapa sisi fasade bangunan di ubah
menciptakan suasana menonton lm dapa jaman dulu. sesuai dengan fungsi bangunan pada saat ini yaitu Museum. Namun tidak merubah citra
Ruangan dibuat lebih kecil dan eksibel. bangunan yang lama.
ECONOMIC 7 9

ADAPTASI

BANGUNAN
MUSEUM
MANGKRAK

Mengoperasikan bangunan yang saat ini sudah tidak difungsikan menjadi


bangunan yang bernilai lebih dari segi ekonomi berupa salah satu tempat wisata di
kawasan Malioboro.
Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata dengan kunjungan yang
meningkat setiap tahunnya. Salah satu destinasi favorit para wisatawan adalah
kawasan Malioboro. Malioboro merupakan kawasan wisata yang didominasi oleh
perdagangan dan jasa. Musuem Dokumenter Film Lama ini dapat menjadi salah
satu destinasi tujuan wiata baru di Kawasan Malioboro, sehingga dapat menambah
jumlah wisatawan yangberkunjung ke Yogyakarta khususnya di Kawaan
Malioboro.
8 9
EDUKASI
ADAPTASI

Bangunan sebelumnya merupakan sebuah bioskop favorit warga Yogyakarta


dari biosko-bioskop yang lain.
Perubahan fungsi dari Bioskop menjadi Museum memberikan
nilai edukasi yang lebih tinggi karena setiap pengunjung dapat
melihat perkembangan lm yang ada di Indonesia.
REKREASI 9 9

ADAPTASI

Museum Dokumenter Film Lama akan menjadi salah satu tujuan rekreasi yang baru di kawasan Malioboro. Malioboro sendiri merupakan kawasan rekreasi yang selalu
ramai dikunjungi oleh wisatawan. Sehingga perencanaan museum tersebut dapat menjadikan salah satu tujuanr ekreasi baru yang dapat menambah pengetahuan bagi
para wisatawan.
6 7
KOMEMORATIF
ADAPTASI

Bioskop Indra memiliki kenangangan yang bersejarah yaitu merupakan suatu tempat yang dimana dahulu menjadi pusat bioskop favorit yang memiliki jumlah
penonton terbanyak di antar bioskop-bioskop yang lain di Yogyakarta. Selain itu juga meruapakan Bioskop yang mempunyai pelanggan dari kalangan atas, seperti
para penajajah Belanda dan kaum menengah keatas. Sehingga perlu adanya simbol yang dapat menunjukkan bahwa Bioskop Indra merupakan bioskop yang
legendaris.
TRIAL, EROR and SOLUTIONS

AESTHETIC
&
RECREATIONAL
TRIAL, EROR and SOLUTIONS

AESTHETIC

RUANG
Back Stage AUDIOVISUAL
+ 7.00 R. Pemutaran Film + 7.00

+ 6.00

RUANG PEMUTARAN FILM


+ 6.00

R. Display RUANG TUNGGU


+ 6.00 + 6.00

RUANG DISPLAY
+ 6.00
RUANG DISPLAY
+ 6.00

RUANG DISPLAY
+ 6.00
R. Tunggu + 6.00

SEBELUM SESUDAH INTERIOR

Pada denah bangunan awal ruang pemutaran lm tidak diberi Ruang pemutaran lm tetap pada fungsi awal yaitu menampilkan lm-lm dokumenter
dinding sehingga tidak ada keprivasian. Sehingga solusi desain yang terkenal pada masanya. Ruang interior didesain dengan menggunakan kursi
pada denah yang kedua ruang, pemutaran lm diberikan dinding penonton agar dapat menikmati l lebih lama. Namun karena besar ruangan yang
sebagai pembatas anatara ruang pemutaran lm dan ruang diberikan tidak cukup besar maka jumlah kursi penonton hanya sedikit. Ruangan ini di
tunggu. desain sama dengan ruang display. Dimana ruang display lm tidak ada batasan waktu
, sehingga penonton dapat keluar masuk tanpa harus menunggu waktu pemutaran.
TRIAL, EROR and SOLUTIONS

AESTHETIC

SEBELUM SESUDAH

Pada desain awal fasade bangunan dipertahankan dengan Pada bangunan kedua fasade depan diisi dengan material kaca
tetap menggunakan dinding batu bata. agar pengunjung bisa sedikit melihat bagian dalam bangunan
untuk sarana promosi secara tidak langsung.

Kolom bangunan pada desain pertama mempertahankan Kolom bangunan pada desain kedua menghilangkan material kayu
material yang digunakan. Yaitu material kayu yang dipotong pada bagian sisi kolom. Penghilangan material tambahn tersebut
dan ditempelkan pada kolom secara acak. dimaksudkan untuk memberi citra bangunan kolonial agar kolom
terlihat seragam.

Desain bangunan pertama akses yang ada belum memadai Desain bangunan kedua disempurnakan dengan penggunaan
untuk penyandang disabilitas. ramp pada sisi sebelah kanan untuk akses penyandang disabilitas.
TRIAL, EROR and SOLUTIONS
SESUDAH
RECREATIONAL

SEBELUM

Pada trial pertama belum ada inovasi berupa sarana penunjang pada
bagian depan bangunan.

Pada trial kedua, penambahan inovasi berupa kolam yang di


fungsikan sebagai sarana rekreasi untuk pengunjung bersantai
dan mengabadikan momen.
TRIAL, EROR and SOLUTIONS

AESTHETIC
Kekurangan pada trial yang pertaman adalah pada bagian fasade
yang kurang menarik pengunjung karena bangunan terkesan
tertutup, sehingga pada trial yang kedua diberikan penambahan
material kaca pada bagian fasade depan agar pengunjung bisa
melihat interior bangunan dan mengetahui bangunan sebagai
sebagai Museum.

RECREATIONAL
Kekurangan pada trial yang pertama adalah kurangnya inovasi
pada depan bangunan, sehingga pada trial kedua diberikan inovasi
berupa kolam yang dapat menarik pengunjung dan meningkatkan
interaksi sosial.

Anda mungkin juga menyukai