OLEH
NAMA : EKA FUKUN HASAN
PENDAHULUAN
1
Menyusui atau pemberian air susu ibu (ASI) telah lama diyakini dengan
baik sebagai cara untuk melindungi terhadap infeksi pada bayi, meningkatkan
dan mendukung kesehatan bayi dan anak usia dini. Proteksi terhadap infeksi
melalui ASI, terutama untuk infeksi saluran pernapasan, walaupun belum
secara uniform (seragam) dibuktikan dalam studi di negara berkembang.
Faktor risiko terjadinya ISPA di negara sedang berkembang adalah pemberian
Air Susu Ibu (ASI) yang tidak memadai, bayi dengan berat lahir rendah, gizi
buruk, ketidaktepatan usia pada saat imunisasi. Risiko mortalitas berasosiasi
dengan not breastfeeding, adalah lebih besar untuk bayi low birth weight
(berat lahir rendah) dan bayi yang ibunya memiliki pendidikan formal yang
rendah. Jumlah keluarga besar, kepadatan hunian, pencemaran udara dalam
rumah seperti bahan bakar memasak dapat meningkatkan risiko terjadinya
infeksi saluran pernapasan pada anak balita. (Nur, 2015)
ASI yang keluar pada hari pertama setelah bayi lahir terdiri dari cairan
yang berwarna kuning yang disebut kolostrum sangat baik untuk bayi karena
di dalamnya terdapat zat-zat penolak penyakit infeksi antara lain zat
kekebalan tubuh yaitu immunoglobulin yang melindungi tubuh terhadap
infeksi saluran pencernaan dan saluran pernapasan. ASI mampu memberi
perlindungan baik secara aktif maupun pasif, karena ASI tidak saja
menyediakan perlindungan terhadap infeksi, tetapi juga merangsang
perkembangan sistim kekebalan bayi. Dengan adanya zat anti infeksi dari
ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindung dari berbagai macam infeksi.
(Sulistiyoningsih, 2011)
Berdasarkan latar belakang diatas tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan analisis jurmal tentang “ Pengaruh ASI Eksklisif Terhadap
Kejadian ISPA Anak”
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui Pengaruh Pengaruh ASI Eksklisif Terhadap Kejadian
ISPA Anak.
2
1.3 Manfaat
a. Bagi program studi profesi ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi dan bahan
bacaan pengaruh ASI Eksklusif terhadap kejadian ISPA anak
b. Bagi perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perawat dalam melakukan intervensi.
c. Bagi rumah sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit
dalam melaksanakn penatalaksanan pada pasien ISPA pada anak
d. Bagi pasien
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi referensi bagi pasien dan
keluarga agar dapat mengetahui apakah ada pengaruh ASI Eksklusif
terhadap kejadian ISPA anak
3
BAB II
4
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran
pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernapasan.
3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas
14 hari ini untuk menunjukkan proses akut.
b. Penyebab
ISPA diantaranya disebaban oleh bakteri, tetapu paling sering juga
disebabkan oleh patogen yang paling sering menyebabkan ISPA adalah
virus atau infeksi gabungan virus-bakteri. Penyebab utama adalah bakter
patogen Haemophilusinfluenza tipeb (Hib). Bakteri penyebab ISPA antara
lain adalah dari genus Streptococcus, Stafilacoccus, Pneumococcus,
Heamofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus penyebab ISPA
antara lain, golongan Paramyksovirus yang termasuk didalamnya adalah
virus Influenza. Parainfluesa, dan virus campak, adenovirus, coronavirus,
picornavirus, herpesvirus dan sebagainya.
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa
batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit
kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat
ringan seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam
dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun
sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi paru
ini tidak diobati dengan anti biotik akan menyebabkan kematian
d. Patofisiologi
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas.
Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi
bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi
udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis,
pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan
tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem
5
pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran
pernafasan atas maupun bawah.
e. Pencegahan ISPA
1) Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika
merawat anak yang terinfeksi pernapasan.
2) Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya
untuk menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.
3) Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi
cangkir minuman, baju cuci atau handuk.
4) Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus
pernapasan, mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau
hidungmu.
5) Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi
isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah
dengan dengan anggota keluarga lainyang sedang sakit ISPA.
6) Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
7) Hindari anak dari paparan asap rokok
f. Penatalaksanaan ISPA
Kriteria yang digunakan untuk pola tatalaksana panderita ISPA
pada anak adalah anak dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas
yaitu:
1) Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi gejala yang ada pada
penderita.
2) Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
Tanda bahaya, pada bayi umur kurang dari 2 bulan adalah tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, Stridor, Wheezing, Demam atau
dingin. Tanda bahaya pada umur 2 bulan sampai < 5 tahun adalah
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, Stridor dan gizi buruk.
3) Tindakan dan Pengobatan
6
Pada penderita umur < 2 bulan yang terdiagnosa pneumonia berat,
harus segera dibawah ke sarana rujukan dan diberi antibiotik 1 dosis.
Pada penderita umur 2 bulan sampai < 5 tahun yang terdiagnosa
pneumonia dapat dilakukan perawatan rumah, pemberian antibiotik
selama 5 hari, pengontrolan dalam 2 hari atau lebih cepat bila
penderita memburuk, serta pengobatan demam dan yang ada.
2.2.2 Asi Eksklusif
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja sampai usia enam
bulan, tanpa diberi tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, dan air putih serta tanpa makanan tambahan seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim. ASI merupakan makanan
pertama dan utama bagi bayi. ASI mengandung karbohidrat yang berupa
laktosa. Lemak ASI banyak mengandung polyunsaturated fatty acid
(asam lemak tak jenuh ganda). Protein utamanya jenis lactalbumin yang
mudah dicerna. ASI banyak mengandung vitamin dan mineral. ASI juga
mengandung zat anti infeksi.
Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar
payudara dari hari ke sampai hari ke-3. Kolostrum berwarna kekuning-
kuningan, kental dan agak lengket. Kolustrum mengandung kadar protein
yang tinggi terutama globulin dan zat antibodi sehingga dapat
mmemberikan perlindungan pada bayi terhadap infeksi sampai usia 6
bulan. Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat banyak
diantaranya komposisi dan volume ASI cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan sampai dengan usia 6 bulan. ASI mudah dicerna karena
mengandung zat-zat gizi yang tinggi yang diperlukan oleh bayi usia 0 – 6
bulan. Pemberian ASI menjadi sarana menjalin hubungan kasih sayang
ibu dengan anak. Pemberian ASI eksklusif akan meningkatkan daya
tahan tubuh sehingga bayi tidak mudah terserang penyakit. Bayi yang
diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
7
BAB III
1.1 Hasil
Author Judul Tahun Metode Hasil Source
Pengaruh 2017 Simple Pengaruh pemberian Google
Sri
Pemberian Asi Random ASI eksklusif dengan Sholar
Hernawati
Eksklusif Sampling kejadian ISPA pada
Sirait
Dengan anak batita diperoleh
Kejadian Ispa bahwa dari 19 anak
Pada Anak (24.1%) yang
Batita Di mendapat ASI
Puskesmas eksklusif ada 8 anak
Singosari Kota (10.1%) yang terkena
Pematangsiantar ISPA. Dan dari 60
2 orang (75.9%) anak
yang tidak mendapat
ASI eksklusif ada 49
orang (62.0%) anak
yang terkena ISPA.
Hasil uji statistik chi-
square didapat nilai p
= 0,002 artinya ada
hubungan pemberian
ASI eksklusif dengan
kejadian ISPA.
8
Terhadap Cross ISPA sebanyak 14 bayi
Kejadian Sectional (66,7%) sedangkan
Infeksisaluran yang tidak terkena
Pernafasan Akut ISPA sebanyak 7 bayi
(Ispa) Pada Bayi (33,3%). Pada
Usia 6-12 Bulan kelompok bayi tanpa
Di Rab Rsu Dr. ASI eksklusif yang
Soekardjo Kota terkena ISPA sebanyak
Tasikmalaya 52 bayi (61,2%)
sedangkan yang tidak
terkena ISPA sebanyak
33 bayi (38,8%)
Ada pengaruh
pemberian ASI
eksklusif terhadap
kejadian ISPA pada
bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas
Wedarijaksa II
Kabupaten Pati (p
value = 0,025; rasio
prevalen = 0,317).
Hubungan 2015 Jenis Hasil analisis bivariat Google
Abd.
Pemberian Asi Penelitian menunjukkan bahwa scholar
Rahman,
Eksklusif Analitik ada hubungan yang
Dengan Study bermakna antara
A. Fahira
Kejadian Dengan pemberian ASI
Nur
Penyakit Infeksi Rancangan Eksklusif dengan
9
Balita (Potong ISPA lebih besar pada
Di Wilayah Lintang) anak yang diberi ASI
Kerja tidak eksklusif
Puskesmas dibandingkan pada anak
10
Adha Kejadian Ispa control sebesar 0,000. Dengan
Dina Pada Bayi Usia taraf signifikan 5%
Rahmayati 6-12 Bulan nilai α adalah 0,05,
Di Puskesmas sehingga dapat
Purwokerto disimpulakan bahwa þ-
Barat value < α (0,000 <
0,05) maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Dapat
disimpulkan ada
hubungan pemberian
ASI Eksklusif dengan
kejadian ISPA pada
bayi usia 6-12 bulan.
Diketahui nilai
koefisien korelasi
berdasarkan tabel
diatas adalah 0,497
sehingga dapat
diketahui bahwa
kekuatan hubungan
keduanya adalah
sedang. Nilai OR =
0,074, hal ini berarti
OR < 1 yang artinya
mengurangi resiko
sehingga dapat
disimpulkan bayi yang
diberikan ASI
Eksklusif akan
mengurangi resiko
kejadian ISPA sebesar
11
0,074 kali
dibandingkan bayi
yang tidak diberikan
ASI Eksklusif
1.2 Pembahasan
ASI yang keluar pada hari pertama setelah bayi lahir terdiri dari cairan
yang berwarna kuning yang disebut kolostrum sangat baik untuk bayi karena
di dalamnya terdapat zat-zat penolak penyakit infeksi antara lain zat
kekebalan tubuh yaitu immunoglobulin yang melindungi tubuh terhadap
infeksi saluran pencernaan dan saluran pernapasan. ASI mampu memberi
perlindungan baik secara aktif maupun pasif, karena ASI tidak saja
menyediakan perlindungan terhadap infeksi, tetapi juga merangsang
perkembangan sistim kekebalan bayi. Dengan adanya zat anti infeksi dari
ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindung dari berbagai macam infeksi.
Beberapa penelitian seperti (Herson, 2015), (Sirait, 2017), (Nur, 2015)
(Prameswari, 2009), (Sumarni, 2010) mengatakan bahwa ada pengaruh
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak. Namun ada
beberap peneliti seperti (Nur, 2015) mengaitkan kejadian ISPA di pengaruhi
oleh status imunisasi hal ini disebabkan karena dengan pemberian imunisasi
dapat melindungi anak terhadap terjadinya infeksi saluran penapasan akut.
Menurut penelitian (Sirait, 2017) kejadian ISPA tidak hanya dipengarui oleh
faktor imunisasi tertapi masih ada faktor lain seperti status gizi hal ini di
karena anak dengan status gizi kurang, lebih besar resikonya untuk
mendapatkan penyakit ISPA. Tetapi menurut penelitian (Herson, 2015)
(Sirait, 2017)dan (Sumarni, 2010) penyakit ISPA disebabkan oleh berbagai
macam faktor seperti Imunisasi, status gizi, pengetahuan orang tua,
lingkungan. Namun berbeda dengan penelitian (Prameswari, 2009) dengan
judul penelitian hubungan lama pemberian ASI eksklisif dengan frekuesi
kejadian ISPA mengatakan bahwa semakin lama pemberian ASI secara
12
eksklusif maka frekuensi kejadian ISPA dalam 1 bulan terakhir akan semakin
kecil.
Oleh karena itu dapat disumpulakan bahwa pemberian ASI Eksklusif
selama 6 bulan atau lebih memeberikan efek protektif lebih besar pada sistem
imun anak.
13
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Pemberian ASI merupakan hal penting pada bayi terutama pemberian ASI
awal (kolostrum) karena kaya dengan antibodi yang mempunyai efek
terhadap penurunan risiko kematian. ASI berguna untuk perkembangan
sensorik dan kognitif, mencegah bayi terserang penyakit infeksi dan kronis.
ASI terutama ASI eksklusif menurunkan kematian bayi dan kejadian sakit
pada anak.
4.2 Saran
a. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan
bacaan tentang penatalaksanaan ISPA pada anak
b. Bagi perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi
perawat dalam memberikan edukasi kepada ibu untuk menyecah terjadinya
ISPA
c. Bagi rumah sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit
dalam melaksanakan edukasi dalam penanganan anak dengan kejadian ISP
d. Bagi pasien
Diharapkan analisis jurnl ini dapat menjadi referensi bagi ibu atau keluarga
pasien agar memberikan ASI eksklusif pada anak.
14
DAFTAR PUSTAKA
Herson, S. (2015). Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Terhadap
Kejadian Infeksi Saluran Pernapafan Akut (ISPA) pada BAyi Usia 6-12
Bulan di RAB RSU dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehata
Bakti Tunas Husada Volume 14 Nomor 1 Agustus 2015.
Sulistiyoningsih. (2011). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
15