Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KONSEP KOMUNIKASI, KOMUNIKASI

TERAPEUTIK, DAN APLIKASI HUBUNGAN ANTARA


PERAWAT-KLIEN-KELUARGA-PROFESI LAIN

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah komunikasi keperawatan

Yang diampu oleh Bapak Nurulistyawan Tri P.,S.kep., Ns., M.N.S

Disusun oleh:

1. Mira sisilawati (18012329)


2. Muflikchatul azizah (18012330)
3. Niken kusuma wardani (18012331)
4. Nikkla takhani (18012332)
5. Ninik lestari (18012333)
6. Novi kurniasari (18012334)

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN

STIKES ANNUR PURWODADI

TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


karenaatasberkatrahmatnyalah kami dapatmenyelesaikanmakalah kami yang
berjudul “Makalah Konsep Komunikasi, Komunikasi Terapeutik, Dan
Aplikasi Hubungan Antara Perawat-Klien-Keluarga-Profesi Lain ” tepat
pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat banyak
tantangan dan hambatan tapi dengan bantuan berbagai pihak, masalah itu
dapat teratasi. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Purwodadi, 14 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .................................................................................. iv


B. Rumusan masalah .............................................................................v
C. Tujuan ...............................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Komunikasi ..........................................................................1


B. Komunikasi Terapeutik .....................................................................5
C. Aplikasi Hubungan Antara Perawat-Klien-Keluarga-Profesi Lain .12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................15
B. Saran ................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina
hubungan teraupetik antara perawat klien dan kualitas asuhan keperawatan
yang diberikan perawat kepada klien. Kelemahan dalam berkomunikasi
masih menjadi masalah bagi perawat maupun klien karena proses
keperawatan tidak berjalan secara maksimal dan menyebabkan
ketidaknyamanan pada pasien. Komunikasi perawat yang baik, akan
meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya. Sebaliknya, jika
komunikasi perawat kurang baik, kali ini akan berimbas pada penilaian
klien terhadap perawat. Karena dlam komunikasi khususnya komunikasi
teraupetik ada beberapa karakteristik seorang perawat yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan permasalahan dan memfasilitasu tumbuhnya
hubungan teraupetik. Kejujuran (trustworthy) yang dimiliki oleh seorang
perawat, ekspresi dalam menyampaikan pesan, bersifat positif sehingga
pasien merasa diperhatikan, memliliki sikap empati dan bukan simpati,
mampu melihat permasalahan pasien dari sudut pandang pasien, tidak
terpengaruh oleh masa lalu pasien maupun diri perawat.
Keperawatan merupakan salah satu komponen pembangunan bidang
kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan nasional.
Perawat juga ikut menentukan mutu pelayanan dari kesehatan.Tenaga
keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan
yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik terhadap
bentuk pelayanan kesehatan sebagai suatu kesatuan yang telatif,
berkelanjutan, koordinatif dan advokatif.Keperawatan sebagai suatu profesi
menekankan kepada bentuk pelayanan profesional yamh sesuai dengan
standar dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan
yang diberikan dapat diterima masyarakat.

iv
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep komunikasi keperawatan ?
2. Bagaimana komunikasi terapeutik ?
3. Bagaimana aplikasi hubungan antara perawat-klien-keluarga-profesi
lain ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep komunikasi keperawatan
2. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui aplikasi hubungan antara perawat-klien-keluarga-
profesi lain
4. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah etika keperawatan

v
BAB II

PEMBAHAAN

A. Konsep Komunikasi
1. Pengertian komunikasi
Menurut Potter dan Perry (1999), komunikasi adalah proses
interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari
informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga
pada perasaan dan emosi di mana individu menyampaikan hubungan.
Menurut Sarwono S.W. (2002), komunikasi adalah sebagian dari hubungan
atau hal yang membentuk hubungan antar pribadi. Dalam hal komunikasi,
salah satu pihak menjadi pengirim pesan, transmitter, atau juga disebut
komunikator yang berfungsi menyampaikan pesan kepada orang lain yang
biasa disebut sebagai penerima pesan (receiver atau komunikan).
Menurut Effendi O.U. (2006), kata komunikasi berasal dari bahasa latin
communication, yang berarti pemberitahuan. Communicatio berasal pada
kata communis yang berarti sama (sama arti/sama makna). Suatu
pemberitahuan akan membuat seseorang menjadi tahu jika terdapat
kesamaan arti antara penyampai pesan dengan orang yang menerima pesan.
2. Tingkat komunikasi
a. Komunikasi intrapersonal
Merupakan komunikasi yang terjadi pada diri sendiri, disebut juga
sebagai dialog batin yang terjadi secara konstan dan tanpa
disadari.Komunikasi ini bertujuan untuk menggali kesadaran diri yang
mempengaruhi konsep diri serta perasaan untuk dihargai. Konsep diri
positif dan kesadaran diri yang datang melalui dialog internal dapat
membantu perawat mengekspresikan diri secara tepat kepada orang
lain. Contoh, pengalaman perawat Ani yang akan menolong ibu Wati
(klien stroke dengan berat badan 80 kg) untuk menukar posisi tidur dari
miring ke kiri ke arah miring kanan. Perawat Ani berjalan kea rah

1
kamar ibu wati sambil berpikir “Apakah saya kuat untuk membalikkan
tubuh ibu wati… sepertinya saya harus mencari bantuan”.
b. Komunikasi interpersonal
Merupakan komunikasi antara dua orang atau di dalam kelompok kecil.
Sering saling berhadapan dan merupakan tipe yang paling sering
digunakan dalam keperawatan.Komunikasi ini memiliki beberapa
aspek.Pertama tatap muka, yang membedakan dari komunikasi jarak
jauh atau komunikasi menggunakan alat. Komunikasi tatap muka
memiliki peran yang harus dijalankan masing-masing pihak dalam
proses komunikasi yang diperlukan saling terbuka, suka dan
menghargai dari kedua pihak sehingga komunikasi dapat dilakukan
dengan baik. Kedua, adanya hubungan dua arah sehingga terjadi
pertukaran informasiuntuk terjadi saling pengertian akan makna dari
suatu pesan. Ketiga adalah niat, kehendak, atau intensi dari kedua pihak
yang mempercepat proses komunikasi untuk mencapai saling
pengertian secara kognitif dalam komunikasi antar pribadi. Proses
komunikasi juga berkaitan dengan waktu, karena pencapaian saling
pengertian, misalnya, membutuhkan waktu yang berbeda antara satu
orang dengan yang lain.
c. Komunikasi publik
Merupakan komunikasi berupa interaksi dengan sekumpulan orang
dalam jumlah yang besar.Contoh, kuliah mimbar pada sebuah ruangan
yang diikuti oleh banyak orang.
3. Bentuk komunikasi
a. Komunikasi verbal
Merupakan komunikasi yang harus dimiliki perawat, dilakukan
dengan menggunakan kata-kata yang dapat diterima dan dipahami oleh
lawan bicaranya. Perawat dalam melaksanakan proses komunikasi
harus memahami kualitas berbicara terkait dengan vocal meliputi nada,

2
naik turunnya suara, pitch (tinggi rendahnya suara), ukuran (banyak
kata permenit) dan volume (berat lembutnya suara).
Penguasaan bahasa sangat penting dalam komunikasi sehingga
seseorang dapat memengaruhi orang lain untuk mengubah sikap,
pendapat, dan perilakunya dalam bentuk kegiatan mengajak,
membujuk, menghimbau, dan memberi nasihat. Bagi perawat
penguasaan bahasa melancarkan tugas untuk menggali informasi atau
wawancara dalam pengkajian dan pemberian asuhan keperawatan.
b. Komunikasi nonverbal
Changara H. (2006) menyatakan bahwa komunikasi nonverbal
biasa disebut juga sebagai bahasa isyarat atau bahasa diam (silent
language). Menurut Potter dan Perry (1999), komunikasi nonverbal
adalah transmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata dan merupakan
salah satu cara terkuat bagi seseorang untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain, oleh karena itu perawat secara bersamaan harus
melakukan pengamatan pesan verbal dan nonverbal dari klien.
Menurut Mehrabian (1981), dalam Sieh A. dan Bretin L.K. (1997),
dikatakan komunikasi nonverbal meliputi:
1) Suara yaitu nada, kecepatan, pengorganisasian kata-kata, dan
volume saat berbicara dapat mempengaruhi sehingga dapat
menunjukkan antusiasme, perhatian, permusuhan, atau pengabaian.
2) Diam, dapat menunjukkan seseorang mengurangi interaksi dengan
sikap mengurangi ketidaknyamanan atau timbulnya salah
pengertian yang dapat menunjukkan respek, mengerti, atau
memberi dorongan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya.
3) Kontak mata, merupakan ekspresi wajah yang dapat menimbulkan
kesan bagi yang melihatnya. Kontak mata merupakan langkah awal
dalam komunikasi.

3
4) Gaya fisik, merupakan refleksi gerakan tubuh, emosi, konsep diri,
dan kesehatan. Hendaknya perawat sedikit mencondongkan badan
kedepan atau kea rah klien untuk menunjukkan perhatian.
5) Sentuhan, merupakan komunikasi nonverbal yang banyak
digunakan perawat. Namun, terdapat batas norma sosial di
masyarakat yang harus dipahami perawat dalam penggunaan
sentuhan agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
a. Persepsi, merupakan pendapat individu atas apa yang terjadi. Setiap
orang akan merasakan, menginterpretasikan, dan memahami kejadian
secara berbeda, tergantung dari latar belakang individu. Perbedaan
persepsi antara perawat dan klien akan menjadi kendala dalam proses
asuhan keperawatan.
b. Nilai, Setiap individu memiliki nilai yang akan mempengaruhi
penerimaan pesan. Perawat harus dapat menempatkan diri sehingga
nilai pribadi prawat tidak mempengaruhi hubungan professional yang
akan atau sedang dilakukan.
c. Latar belakang budaya, budaya membentuk individu yang unik,
sehingga pola komunikasi akan berbeda antara individu dengan
individu lainnya. Perbedaan muncul ketika individu menunjukkan
emosi dan psikologis kepada perawat. Contoh, Individu menahan sakit
dengan menangis secara diam-diam dan tidak mengungkapkan
perasaannya pada orang lain dengan individu yang lebih terbuka dalam
mengekspresikan sakit dengan menangis dan banyak mengeluh.
d. Pengetahuan, komunikasi lebih sulit jika terdapat perbedaan
pengetahuan antar individu. Perawat harus mempelajari keadaan klien
dulu sebelum melakukan interaksi. Hendaknya perawat menggunakan
bahasa yang dapat dipahami dengan mudah oleh klien.
e. Lingkungan, Komunikasi efektif akan mudah terlaksana dalam ruangan
yang kondusif. Perawat harus pandai memilih tempat nyaman sehingga

4
komunikasi tidak terganggu, biasanya dilakukan di kantor atau ruang
duduk yang telah disiapkan oleh rumah sakit sebagai ruang konsultasi.

B. Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian Komunikasi terapeutik
Merupakan proses yang dikembangkan oleh perawat untuk
mempelajari klien, di mana perawat menggunakan pendekatan terencana
dan melakukan hubungan interpersonal terarah dan focus pada klien. Potter
dan Perry (1999) mengatakan bahwa setiap klien adalah unik, sehingga
membutuhkan pendekatan yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya,
terutama terkait dengan latar belakang budaya.
Menurut As Homby (1974) yang dikutip oleh Nurjannah, I (2001)
mengatakan bahwa terapeutik merupakan kata yang dihubungkan dengan
seni dari penyembuhan. Dalam menjalani proses terapeutik, seorang perawat
melakukan kegiatan dari pengkajian, menentukan masalah keperawatan,
menentukan rencana tindakan, melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan yang telah direncanakan sampai pada evaluasi yang semuanya dapat
dicapai dengan maksimal apabila terjadi proses komunikasi yang efektif dan
intensif.
2. Teknik komunikasi terapeutik
a. Menyimak dengan penuh perhatian
Merupakan metode nonverbal yang menunjukkan minat pada
kebutuhan, pandangan, dan masalah klien. Hal-hal yang perlu dilakukan
perawat untuk menunjukkan bahwa mendengarkan dengan baik yaitu:
menghadap klien ketika berbicara; mempertahankan kontak mata;
mengambil postur tubuh yang menunjukkan perawat menyimak berupa
mencondongkan tobuh ke pembicara untuk menunjukkan keterlibatan
dan tidak menyilangkan kaki dan tangan yang dipersepsikan sebagai
postur tubuh defensif; menghindari gerakan yang mengganggu seperti
meremas tangan, mengetuk kaki, atau memainkan sesuatu pada tangan;

5
serta mengangguk ketika klien berbicara hal penting atau mencari
persetujuan.
b. Menunjukkan penerimaan, merupakan teknik komunikasi perawat
untuk menunjukkan keinginan mendengar tanpa menunjukkan keraguan
atau persetujuan. Sebaiknya perawat menyimak pembicaraan klien
tanpa interupsi, menunjukkan respon verbal yang menunjukkan
pemahaman dan menghindari perselisihan dengan menunjukkan
kesangsian untuk mengubah pikiran klien.
c. Mengajukan pertanyaan yang berhubungan, merupakan metode untuk
menggali informasi spesifik dari klien. Pertanyaan menggunakan kata-
kata dan pola-pola dalam konteks sosiokultural klien yang normal.
Pertanyaan hendaknya dirangakai dalam satu kalimat ringkas dan
mudah dipahami klien dan hanya membutuhkan satu jawaban untuk
satu pertanyaan.
d. Parafrasa, merupakan pengulangan kata-kata klien dengan kata-kata
perawat sendiri untuk mengirim respon yang membuat klien tahu,
apakah pesan mkereka dipahami dan mengacu pada komunikasi lebih
lanjut. Contoh:
 Tuan Adi: “Saya sudah muak, dokter saya tidak mau mengatakan
kepada saya apa yang terjadi. Dia tampak tidak peduli apa yang
saya pikirkan”.
 Perawat budi :”Anda frustasi karena Anda dan dokter Anda tidak
membicarakan diagnosis?”.
e. Menjelaskan, merupakan teknik yang digunakan perawat agar lebih
spesifik dan kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar sehingga
klien mudah memahami yang disampaikan perawat.
f. Fokus, merupakan metode yang digunakan agar ketidakjelasan dalam
komunikasi dapat ditarik ke dalam satu area diskusi. Contoh:

6
 Tn. Bimo: “Saya merasa aneh dan tidak nyaman akhir-akhir ini,
sebenarnya tidak terlalu mengganggu, namun saya hanya merasa
sedikit gangguan pada kepala saya”
 Perawat dedi: “Coba gambarkan perasaan bapak terhadap
gangguan pada kepala bapak”.
g. Menetapkan observasi, yaitu perawat mendeskripsikan kesan yang
ditimbulkan oleh petunjuk nonverbal klien. Contoh:
 Ibu mina duduk dengan lemas di kursinya, gerakan tubuh lambat
dan berkali-kali menguap pada waktu diajak berbicara.
 Perawat Rita: “Sepertinya Ibu Mina sangat lelah”.
h. Memberikan informasi, yaitu perawat memberi informasi kepada klien
sebagai data tambahan atau suatu masukan. Contoh:
 Tn. Wisnu: “Dokter saya memberi tahu bahwa saya dijadwalkan
operasi pertama besok pagi”
 Perawat Yuli: “Ya betul, besok kami akan membangunkan Bapak
pada jam 6 pagi”
 Tn. Wisnu: “Kleuarga saya ingin berada disini”
 Perawat Yuli: “Tidak masalah, Mereka dapat dating pukul 6 dan
kami akan menunjukkan di mana mereka dapat menunggu setelah
Bapak masuk ke kamar operasi”.
i. Mempertahankan ketenangan, ketenangan akan membuat perawat dan
klien berpikir secara efektif. Ketenangan perawat dapat membuat klien
memiliki kesempatan berkomunikasi secara interpersonal, menyusun
strategi, berpikir, mengolah informasi, dan dapat mengutarakan pesan
dengan baik.
j. Menerapkan perilaku asertif, yaitu mempertahankan hak seseorang
tanpa menyinggung perasaan orang lain yang tidak sependapat. Contoh:
mengatakan tidak pada apa yang tidak dikehendaki dengan sopan
kepada orang lain.

7
3. Tahap komunikasi terapeutik
a. Tahap pra interaksi
Tahap ini disebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali
terlebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum kontak atau
berhubungan dengan klien termasuk kondisi kecemasan yang
menyelimuti diri perawat sehingga terdapat dua unsur yang perlu
dipersiapkan dan dipelajari pada tahap pra interaksi yaitu unsur diri
sendiri dan unsur dari klien.
Hal hal yang dipelajari dari diri sendiri adalah sebagai berikut :
1) Pengetahuan yang dimiliki yang terkait dengan penyakit dan
masalah klien.
Pengetahuan yang dimiliki perawat akan kondisi klien dipakai
sebagai bekal dalam berinteraksi sehingga ketika perawat belum
menguasai penyakit dan keluhan klien, maka perawat perlu belajar
dulu atau diskusi dengan teman sejawat, atasan, maupun dengan
yang lainnya sehingga ketika perawat hadir secara fisik dihadapan
klien, perawat sudah siap berinteraksi.
2) Kecemasan dan kekalutan diri
Kecemasan yang dialami seseorang dapat mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain (Ellis, Gates, dan Kenworthy dalam
suryani, 2006).Kecemasan perawat mengakibatkan perawat tidak
mampu mendengarkan keluhan yang diutarakan klien dengan baik.
3) Analisis kekuatan diri
Perawat perlu menganalisis kelemahannya dan menggunakan
kekuatannya untuk berinteraksi dengan klien dalam rangka mencari
solusi terbaik sebelum berinteraksi dengan klien.
4) Waktu pertemuan baik saat pertemuaan maupun lama pertemuan
Perawat perlu menentukan kapan waktu yang tepat untuk
melakukan pertemuan atau berkomunikasi dengan klien, dengan

8
tahu kebiasaan dan jadwal istirahat klien. Lama pertemuan juga
perlu dipertimbangkan agar klien tidak jenuh dalam diskusi.
Sedangkan, hal-hal yang perlu dipelajari dari unsur klien adalah sebagai
berikut:
1) Perilaku klien dalam menghadapi penyakitnya
Perilaku destruktif pada klien saat menghadapi penyakitnya akan
menyulitkan perawat dalam berkomunikasi dengan klien, oleh
karena itu teknik komunikasi presenting reality yaitu menghadirkan
kondisi realita digunakan untuk menghadapi klien.

2) Adat istiadat
Kebiasaan yang dibawa klien ke rumah sakit saat menjalani
perawatan terkadang membawa pengaruh dalam hubungan perawat-
klien, sehingga kebiasaan tersebut seharusnya diakomodasi tanpa
mengurangi prinsip-prinsip pelayanan keperawatan.
3) Tingkat pengetahuan
Penguasaan tentang penyakit yang diderita akan membantu dalam
penerimaan diri, sehingga klien menjadi kooperatif dan asertif serta
berperilaku yang konstruktif dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan.
b. Tahap perkenalan
Pada tahap ini perawat memulai kegiatan, dimana perawat bertemu
pertama kali dengan klien.Perawat memperkenalkan dirinya yang
berarti kesiapan perawat untuk memberikan pelayanan keperawatan
pada klien.
Pentingnya memperkenalkan diri adalah menghindari kecurigaan klien
dan keluarga terhadap tugas yang merawat, memecahkan kebuntuan
hubungan serta membangun hubungan saling percaya.
Tugas perawat pada tahap perkenalan adalah pertama, membina
hubungan rasa saling percaya dengan menunjukkan penerimaan dan

9
komunikasi terbuka.Kedua, memodifikasi lingkungan yang kondusif
dengan peka terhadap respon klien dan menunjukkan penerimaan serta
membantu klien mengekspresikan perasaan danpikirannya.
c. Tahap orientasi
Pada tahap ini perawat menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh
klien dan divalidasi dengan tanda dan gejala yang lain untuk
memperkuat perumusan diagnosis keperawatan. Perawat dituntut
memiliki keahlian tinggi dalam menstimulasi klien maupun keluaraga
agar mampu mengungkapkan keluhan yang dirasakan secara langka dan
sistematis serta objektif.
Tugas perawat pada tahap orientasi yaitu :
1) Membuat kontrak dengan klien
Isi kontrak yang akan dirumuskan terdiri atas topik, tempat, dan
waktu. Perumusan sebuah kontrak harus ada kesepakatan bersama
antara perawat dan klien.
2) Eksplorasi pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah
keperawatan klien
Penting sekali menggali pikiran dan perasaan klien saat di tempat
pelayanan kesehatan terutama mengenai tingkat kecemasan akibat
masalah yang mengganggu dalam pikirannya seiring adanya
penyakit yang dideritanya.Untuk mendapat data yang
faktual.Demikian dengan mengidentifikasi masalah keperawatan
pada klien yang merupakan rangaka pemberian jaminan pelayanan
keperawatan.
3) Menetapkan tujuan yang akan dicapai
Adanya tujuan yang akan dicapai, memberi semangat bagi klien
untuk selalu kooperatif dan berkomitmen dalam berinteraksi. Dalam
menentukan tujuan yang akan dicapai harus spesifik, realistis, bisa
dicapai, dapat diukur dengan jelas, sederhana, dan ada waktunya.
Adanya tujuan yang akan dicapai memberi kejelasan arah dalam

10
berinteraksi, komunikasi lebih fleksibel, kredibel, akuntabel, dan
variatif.
d. Tahap kerja
Merupakan tahap untuk mengimplementasikan rencana keperawatan
yang telah dibuat pada tahap orientasi. Perawat menolong klien untuk
mengatasi cemas, meningkatkan kemandirian, dan tanggung jawab
terhadap diri serta mengembangkan mekanisme koping konstruktif
(Nurjannah, I, 2001).
e. Tahap terminasi
Merupakan tahap dimana perawat mengakhiri pertemuan dalam
menjalankan tindakan keperawatan seta mengakhiri interaksinya
dengan klien. Kegiatan yang dilakukan perawat adalah mengevaluasi
seputar hasil kegiatan yang telah dilakukan sebagai dasar untuk tindak
lanjut yang akan datang.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap terminasi yaitu:
1) Evaluasi subjektif
Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi dengan
suasana hati setelah terjadi interaksi dengan klien untuk mengetahui
kondisi psikologis klien dalam rangka menghindarkan sikap
defensif maupun menarik diri.
2) Evaluasi objektif
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi respon
objektif terhadap hasil yang diharapkan dari keluhan yang
dirasakan, apakah ada kemajuan atapun sebaliknya dengan cukup
berpedoman pada Nursing Outcome Clasification dari tujuan yang
ingin dicapai agar tidak terjadi bias dan tepat sasaran.
3) Tindak lanjut
Merupakan kegiatan dengan menyampaikan pesan kepada klien
mengenai lanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan. Pada
terminasi sementara tindak lanjut biasanya tidak tertulis atau cukup

11
dipesankan, contoh : “Bu, infus sudah terpasang, tolong lokasi
tusukan infus jangan dipegang-pegang agar tidak infeksi. Bila infus
tidak menetes atau menetesnya tidak lancar atau lokasi tusukan
terasa nyeri harap ibu lapor ke perawat untuk saya tindak lanjuti”.
Sedangkan terminasi akhir perlu dipesankan mengenai seluruh
kegiatan yang akan dilakukan setelah klien pulang atau pindah ke
rumah sakit lainnya. Biasanya berisikan tindakan keperawatan
lanjutan, obat-obatan yang perlu dilanjutkan atau dihentikan, jadwal
kontrol selanjutnya, kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
di rumah, kegiatan rehabilitasi yang dilanjutkan serta menentukan
kontrak yang akan datang.
C. Aplikasi Hubungan Antara Perawat-Klien-Keluarga-Profesi Lain
1. Hubungan kerja perawat dengan pasien atau klien
Pasien atau klien adalah fokus dari upaya asuhan keperawatan yang
diberikan oleh perawat, sebagai salah satu komponen tenaga kesehatan.
Perawat mempunyai hak dan kewajiban untuk melaksanakan asuhan
keperawatan seoptimal mungkin dengan pendekatan bio, psiko, sosial
spiritual sesuai dengan kebutuhan pasien. Hubungan yang baik antara
perawat dengan pasien atau klien akan terjadi bila :
a. Terdapat rasa saling percaya antara perawat dengan pasien
b. Perawat benar-benar memahami tentang hak-hak pasien dan harus
melindungi hak tersebut, salah satunya adalah hak untuk menjga prifasi
pasien atau klien
c. Perawat harus sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi pada pribadi pasien yang disebabkan oleh penyakit yang
dideritanya, antara lain kelmahan fisik dan ketidak berdayaan dalam
mementukan sikap atau pilihan sehingga tidak dapat menggunakan hak
dan kewajibannya dengan baik.
d. Perawat harus memahami keberadaan pasien atau klien sehingga dapat
bersikap sabar dan teteap memperhatikan pertimbangan etis dan moral

12
e. Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas segala resiko
yang mungkin timbul selama pasien dalam perawatannya
f. Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik antara
nilai-nilai pribadinya dengan nilai-nilai pribadi pasien atau klien dengan
cara membina hubungan yang baik antara pasien, keluarga, dan teman
sejawat serta dokter untuk kepentingn pasiennya
2. Hubungan kerja perawat dengan keluarga
Sangat penting bagi perawat berinteraksi dengan keluarga pasien untuk
membina hubungan saling percaya antara perawat dan keluarga pasien agar
mempermudah pada pengkajian data dan mengidentifikasi masalah-masalah
kesehatan pasien. Selain itu perawat dapat melakukan edukasi dan promosi
kesehatan mengenai kesehatan kepada keluarga, sebagai upaya peningkatan
kesehatan pasien.
3. Hubungan kerja perawat dengan sejawat
Hubungan ini sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat
bekerja sama dengan teman sesama perawatan demi meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan terhadap pasien atau klien. Perawat dalam
menjalankan tugasnya, harus dapat membina hubungan baik dengan semua
perawat yang ada dilingkungan kerjanya. Dalam membina hubungan
tersebut sesama perawat harus terdapat rasa saling menghargai dan tenggang
rasa yang tinggi agar tidak terjebak dalam sikap saling curiga dan benci.
Tunjukan selalu sikap memupuk rasa persaudaraan dengan silih asuh, silih
asih, dan silih asah
a. Silih asuh dimaksut bahwa sesama perawat dapat saling membimbing,
menasehati, menghormati, dan mengingatkan bila sejawat melakukan
kesalahan atau kekliruan, sehingga terbina hubungan kerja yang serasi
b. Silih asih dimaksut bahwa setiap perawat dalam menjalankan tugasnya
dapat saling menghargai satu sama lain, saling kasih mengasihi sebagai
sesama angota profesi, saling bertenggang rasa dan bertoleransi yang

13
tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan yang dapat membuat
sikap saling curiga dan benci
c. Silih asah dimaksut bahwa perawat yang merasa lebih pandai atau tahu
dalam ilmu pengetahuan, dapat membagi ilmu yang dimilikinya kepada
rekan sesama perawat tanpa pamprih.
4. Hubungan kerja perawat dengan profesi lain yang terkait
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa
berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah
dokter, ahli gizi, tenaga laboratorium, tenaga rontegen dan sebagainya setiap
tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan
pasien, hanya saja pendekatannya berbeda disesuaikan dengan profesinya
masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk
mempertahankan kode etik profesi masing-masing.Kelancaran tugas
masing-masing profesi tergantung dari ketaatannya dalam menjalankan dan
mempertahankan kode etik profesinya. Bila setiap profesi telah dapat saling
menghargai, maka hubungan kerjasama akan dapat terjalin dengan baik
walaupun pada pelaksanaannya sering juga terjadi konflik-konflik etis.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep komunikasi
a. Pengertian komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan
perubahan verbal dan nonverbal dari informasi dan ide. Komunikasi
mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi di
mana individu menyampaikan hubungan (Potter dan Perry ,1999).
b. Tingkat komunikasi dibagi menjadi komunikasi intrapersonal
(komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal
(komunikasi antara dua orang atau lebih dalam kelompok kecil), dan
komunikasi publik (komunikasi sekumpulan orang dalam jumlah
besar).
c. Bentuk komunikasi dibagi menjadi komunikasi verbal (menggunakan
kata-kata) dan komunikasi nonverbal (isyarat).
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi yaitu persepsi, nilai,
latar belakang, budaya dan pengetahuan.
2. Komunikasi terapeutik
a. Pengertian komunikasi terapeutik adalah proses yang dikembangkan
oleh perawat untuk mempelajari klien, di mana perawat menggunakan
pendekatan terencana dan melakukan hubungan interpersonal terarah
dan fokus pada klien.
b. Teknik komunikasi terapeutik yaitu menyimak dengan penuh perhatian,
menunjukkan penerimaan, mengajukan pertanyaan yang berhubungan,
parafrasa, menjelaskan, focus, menerapkan observasi, memberikan
informasi, mempertahankan ketenangan, dan menerapkan perilaku
asertif.
c. Tahap komunikasi terapeutik yaitu tahap pra interaksi, tahap
perkenalan, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi.

15
5. Aplikasi hubungan antara perawat-klien-keluarga-profesi lain yaitu berupa
hubungan kerja perawat dengan pasien atau klien, hubungan kerja perawat
dengan keluarga, hubungan kerja perawat dengan sejawat, dan hubungan
kerja perawat dengan profesi lain yang terkait.

B. Saran
Sebagai perawat sangat penting untuk memahami konsep komunikasi
keperawatan, komunikasi terapeutik, dan aplikasi hubungan antara perawat-
klien-keluarga-profesi lain. Hal ini untuk mencapai asuhan keperawatan
yang optimal bagi klien.

16
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A. Membudayakan Etika Dalam Prakti Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
Nasir, Abdul dkk. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan Teori Dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai