BAB IV Anatomi Dan Fisiologi Ternak Unggas PDF
BAB IV Anatomi Dan Fisiologi Ternak Unggas PDF
c. Materi Pembelajaran :
IV. Anatomi dan Fisiologi Ternak Unggas
4.1. Sistem Rangka
Kerangka unggas kompak, ringan dan sangat kuat
Tulang punggung, leher dan ekor dapat bergerak
Kerangka tubuh ayam cukup kuat untuk mendukung sayap
Tulang-tulang ternak unggas terlihat pada Ilustrasi 4.
Banyak tulang mengandung suatu tipe unik disebut medullary (mengandung sumsum),
ditemukan di tulang betis (tibia), tulang paha (femur), tulang panggul (pubic), tulang dada
(sternum), tulang rusuk (ribs), tulang hasta (ulna), tulang jari-jari kaki (toes) dan tulang
belikat (scapula).
Tulang medullary pada ayam betina dewasa mengandung 12% dari total tulang. Dalam
tulang rusuk sekitar 30%. Tulang tersebut tidak normal ditemukan dalam unggas jantan.
Pullet, sewaktu dewasa mulai mendepositkan tulang medullary, kurang lebih 10 hari
sebelum formasi telur pertama.
Ketersediaan kalsium untuk formasi kulit telur tersedia cukup pada unggas liar,
kendatipun pengambilam kalsium selama masa bertelur rendah, mengingat
kepentingannya untuk telur-telur yang relative sedikit.
Kurang lebih 40% dari total tulang kehilangan kalsium setelah ayam menelurkan 6 butir
ketika ternak bersangkutan menerima ransum mengandung kalsium terlalu rendah.
4.2. Kulit dan Bulu
Unggas memiliki kulit tipis hamper di sebagian besar tubuhnya dengan bebas dari adanya
kelenjar “secretory”. Suatu pengecualian adalah UROPYGIAL atau kelenjar minyak (OIL
GLAND = PREEN GLAND), yang ditemukan pada bagian lebih atas dari ekor (TAIL).
Beberapa struktur khusus atau spesial digabungkan dengan kulit, di antaranya jengger
(Comb). Pial (Wattles), lubang telinga (Ear lobes), “Scales of the legs and toes” (kaki-kaki
dan jari-jari), spurs (taji), cakar (claws) dan paruh (beak).
Ukuran dan warna jengger serta pial terutama bergabung dengan perkembangan GONAD
(kelenjar kelamin) dan sekresi hormone-hormon seks.
Warna kulit tergantung pada kombinasi-kombinasi pigmen dalam selaput atas dan
selaput bawah kulit.
Warna kuning kulit dan SHANKS berkaitan dengan pigmen-pigmen caratenoid dari
ransum pada epidermis, sehubungan dengan ketidak hadiran pigmen MELANIC.
Warna hitam dan variasinya tergantung kehadiran pigmen melanic pada epidermis.
Shank yang lebih gelap terjadi ketika pigmen melanic hadir baik pada dermis maupun
epidermis.
Warna kuning pada dermis tidak dikenal oleh warna hitam pada epidermis.
Warna biru atau “slaty blue” pada shanks terjadi ketika hanya pigmen hitam hadir di
bagian bawah dermis. Dengan warna hitam pada bagian dermis dan kuning menutupi
epidermis, muncul pada shanks warna “willow green in colour”.
Shanks warna putih hasil dari ketidak-hadiran kedua tipe pigmen (caratenoid dan melanic
pigmen)
Strain-strain ayam broiler modern biasanya diseleksi untuk shanks dan kulitnya berwarna
kuning, sejak masyarakat konsumen lebih menyenanginya.
Warna kuning diharapkan oleh banyak pasar, yang kehadirannya diperoleh melalui
ransum.
Unggas memiliki suatu keunikan tentang bulu-bulu yang menyelimuti tubuhnya. Bulu-
bulu berfungsi sebagai bahan proteksi bagi unggas, menjaga agar tubuh tetap hangat dan
penting untuk terbang.
Bulu menempati besaran 4-9 persen dari Berat Hidup Kosong (Empty Live Weight),
tergantung dari umur dan seks dari individual.
Kendati pun umumnya permukaan tubuh unggas selalu tertutup bulu-bulu, hanya ada
sangat sedikit secara aktual bulu-bulu tumbuh dari permukaan kulit. Pada umumnya
spesies, termasuk unggas, bulu-bulu disusun dalam area jelas atau luasnya daerah bulu.
Beberapa dari luasnya daerah atau pterylae, adalah berpasangan dan hal tersebut dapat
terlihat jelas setelah adanya pencabutan bulu karkas ayam.