Anda di halaman 1dari 10

SISTEM DIGESTI PADA KELINCI

MONOGASTRIK

DI SUSUN OLEH

1. DANI AHMAD
2. I GEDE EKA BAYU SUARDIKA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya
atas limpahan dan rahmat Karunia-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Pakan Ternak Lebah Madu” ini dengan lancar tiada suatu aral yang berarti
selama proses penulisan.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas terstruktur matakuliah Higene
Madu serta menambah pengetahuan tentang peternakan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bpk/Ibu Dosen yang telah


membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini jauh
dari kesempurnaan oleh karena itu kami selaku penyusun makalah mengharap
kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya.
Akhir kata “tiada gading yang tak retak” ,maka atas kekurangan dalam tulisan
ini, kami mengharap saran-saran dari berbagai pihak. Untuk selanjutnya kami juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebaik-baiknya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Monogastrik ............................................................................................. 6


2.2 Sistem digesti pada kelinci .................................................................................... 7
2.3 Urutan system digesti pada kelinci ........................................................................ 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................10


BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Berdasarkan alat pencernaannya atau tipe lambung yang dimilikinya,
hewan dibagi dalam dua kelompok yakni : hewan monogastrik dan hewan
poligastrik. Hewan monogastrik adalah hewan-hewan yang memiliki lambung
sederhana atau lambung tunggal seringkali disebut hewan non-ruminansia.
Sedangkan hewan poligastrik adalah hewan-hewan yang mempunyai lambung
jamak atau banyak, yaitu mempunyai empat bagian lambung rumen,
retikulum, omasum, dan abomasum disebut juga hewan ruminansia.
Hewan monogastrik dapat pula dibedakan berdasarkan makanan
utamanya, atau kebiasaan makan dan jenis makanan yang dikonsumsinya,
yaitu karnivora (hewan pemakan daging) contohnya anjing dan kucing ;
hewan omnivora (hewan pemakan tumbuhan dan hewan) contohnya babi dan
ayam ; dan hewan herbivora (hewan pemakan tumbuhan) contonya kuda dan
kelinci.Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi,
kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia).
Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai
struktur lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses
fermentasi atau pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum
yang banvak mengandung bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak
seefektif fermentasi yang terjadi dilambung.
Akibatnya, kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena
pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yaitu pada sekum. Sedangkan pada
sapi, proses pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada lambung dan sekum
keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Kelinci dewasa menyerap protein (sampai 90%) di usus halus mereka,
namun tergantung pada sumbernya. Protein dari alfalfa, sebagai contohnya,
tidak dapat dicerna oleh kelinci. Kelinci sangat payah dalam hal mencerna
selulosa (Fraga 1990) hal ini merupakan paradoks bagi hewan pemakan
tumbuhan. Daya cerna yang lemah terhadap serat dan kecepatan pencernaan
kelinci untuk menyingkirkan semua partikel yang sulit dicerna menyebabkan
kelinci membutuhkan jumlah makanan yang besar (Sakaguchi 1992).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu sistem pencernaan monogastrik ?
2. Bagaimana sistem pencernaan pada hewan monogastrik ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu sistem pencernaan monogastrik.
2. Mengetahui bagaimana sistem pencernaan pada hewan monogastrik.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi sistem pencernaan monogastrik

Monogastrik merupakan organisme dengan perut yang sederhana dan


singgel bilik pada pencernaan mereka.Sistem pencernaan monogastrik menjadi
aktif selma proses pencernaan tetapi cenderung untuk beristirahat setelah itu.

Air liur di mulai segera setelah makanan di cerna dan pencernaan di


mulai,yang terutama dari dua aspek yang di kenal sebagai mekanik dan
kimia.Perut singgel bilik mengeluarkan enzim dan asam untuk memfasilitasi
diksi kimia,sementara limfa mengeluarkan basa untuk menjaga pH sistem.

2.2 Sistem pencernaan pada hewan monogastrik (kelinci )

Kelinci termasuk pseudoruminant yaitu herbivora yang tidak dapat


mencerna serat kasar dengan baik. Kelinci memfermentasikan pakan di
coecum yang kurang lebih 50% dari seluruh kapasitas saluran
pencernaannya.

Menurut Blakely dan Bade (1991), sistem pencernaan kelinci


merupakan sistem pencernaan yang sederhana dengan coecum dan usus
yang besar. Hal ini memungkinkan kelinci dapat memanfaatkan bahan-bahan
hijauan, rumput dan sejenisnya.

Bahan-bahan itu dicerna oleh bakteri di saluran cerna bagian bawah


seperti yang terjadi pada saluran cerna kuda. Kelinci mempunyai sifat
coprophagy yaitu memakan feses yang sudah dikeluarkan.

Feses ini berwarna hijau muda dan lembek. Hal ini terjadi karena
konstruksi saluran pencernaannnya sehingga memungkinkan kelinci untuk
memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di saluran bagian bawah
atau yaitu mengkonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri yang
berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecah selulose/serat
menjadi energi yang berguna.
Urutan sistem digesti kelinci adalah sebagai berikut:

a) Mulut

Di dalam mulut terjadi pencernaan secara mekanik yaitu


dengan jalan mastikasi bertujuan untuk memecah pakan agar menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil dan mencampurnya dengan saliva
yang mengandung enzim amilase yang mengubah pati menjadi
maltosa agar mudah ditelan.

b) Oesophagus

Merupakan lanjutan dari pharing dan masuk ke dalam cavum


abdominale dan bermuara pada bagian ventriculus.

c) Ventriculus

Lambung kelinci disebut juga ventrikulus yang terdiri dari tiga


bagian yaitu bagian awal (kardia), bagian tengah (fundus) dan bagian
akhir (pilorus). Ventrikulus berfungsi sebagai tempat penyimpanan
pakan dan tempat terjadinya proses pencernaan dimana dinding
lambung mensekresikan getah lambung yang terdiri dari air, garam
anorganik, mucus, HCl, pepsinogen dan faktor intrinsik yang penting
untuk efisiensi absorbsi vitamin B12. Keasaman getah lambung
bervariasi sesuai dengan macam makanannya. Pada umumnya sekitar
0,1N atau ber-pH lebih kurang dari 2.

d) Usus halus

Terdiri dari duodenum, jejenum dan illeum. Kelenjar branner


menghasilkan getah duodenum dan disekresikan ke dalam duodenum
melalui vili-vili dan getah ini bersifat basa. Getah pankreas yang
dihasilkan disekresikan ke dalam duodenum melalui ductus
pancreaticus. Jejenum merupakan kelanjutan dari duodenum dan
illeum di sebelah caudal ventriculus dan berfungsi sebagai tempat
absorbsi makanan.

e) Caecum

Berbentuk seperti kantung berwarna hijau tua keabu-abuan.


Dalam coecum makanan disimpan dalam waktu sementara.
Pencernaan selulosa dilakuakan oleh bakteri yang menghasilkan
asam asetat, propionat dan butirat

f) Intestinum crassum

Colon berjalan ke arah caudal diagonal menyilang coecum. Di


sini terdapat ascenden dan colon transverasum, colon descenden dan
colon sigmoideum yang belum jelas.

g) Rectum

Rectum merupakan kelanjutan dari colon dan membentuk


feses. Rektum berakhir sebagai anus.

h) Anus

Feses yang keluar lewat anus mengandung air. Feses


merupakan sisa makanan yang tidak tercerna. Cairan dari tractus
digestivus, sel-sel epitel usus, mikroorganisme, garam organik,
stearol dan hasil dekomposisi dari bakteri keluar melalui anus.
BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Pencernaan adalah proses lanjutan dari pengambilan pakan (feed intake)


oleh hewan dan merupakan salah satu parameter untuk mengevaluasi mutu pakan
secara biologis. Pencernaan juga dimaksudkan sebagai persiapan untuk proses
penyerapan zat makanan yang akan dimanfaatkan lebih lanjut oleh sel tubuh.

Pada dasarnya alat pencernaan hewan hampir sama yaitu terdiri dari mulut,
lambung (perut), usus halus dan usus besar. Namun pada perkembangan
selanjutnya terjadi modifikasi alat pencernaan yang disesuaikan dengan jenis
makanan yang mengakibatkan tipe, fungsi dan sistem pencernaannya menjadi
berbeda. Hubungan antara jenis makanan dengan alat pencernaan demikian
eratnya sehingga hewan dapat digolongkan menurut jenis makanannya atau tipe
alat pencernaannya serta proses pencernaannya.

Menurut tipe alat pencernaannya hewan digolongkan ke dalam


monogastrik dan poligastrik. Monogastrik adalah hewan berperut tunggal dan
sederhana. Alat pencernaannya terdiri dari mulut, esophagus, perut, usus halus,
usus besar dan rektum. Sistem pencernaannya disebut simple monogastric system.
Poligastrik adalah hewan berperut ganda (kompleks) seperti ruminansia sejati
(hewan yang mempunyai rumen) yaitu sapi kerbau, kambing, domba, rusa, anoa,
antelope dan pseudo-ruminant (onta, llama). Sistem pencernaannya disebut
pollygastric system.
DAFTAR PUSTAKA

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/23/sistem-pencernaan-pada-hewan/

http://netfarm.blogsome.com/2007/10/02/sistem-pencernaan-ruminansia/

http://www.dszoo.com/forum/showthread.php?t=95

St. Mainah, Henni. Ir, DAA ; Lovita ariani, Dr. Ir. M.S. ; dkk . 2009 . Penuntun Praktikum
Fisiologi Ternak . Jatinangor

Anda mungkin juga menyukai