Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

‘’PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI’’

Dosen Pengampu :
Nawafila Februyani, M.Si

Disusun oleh :
Narita Wahyuningtyas (1120170063)

Prodi Farmasi

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua untuk tetap berada dalam keiman dan keislaman. Shalawat dan salam semoga tetap
kita sanjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Syukur alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi kami
kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam makalah ini
saya akan membahas tentang “Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi”.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita semua tentang Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya karya ilmiah ini . Saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi saya khususnya .

Bojonegoro, 10 Februari 2019

(penyusun)

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 4
BAB II : KAJIAN TEORI ..................................................................................................... 5
2.1 Definisi Korupsi ................................................................................................ 5
2.2 Faktor Penyebab Korupsi ............................................................................... 5-6
2.3 Gerakan Anti Korupsi........................................................................................ 7
2.4 Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi ............................................ 7-8
2.5 Keterlibatan Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi ................................. 8-9
2.6 Upaya Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi ........................................ 9-11
BAB III : PENUTUP ........................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 12
3.2 Saran ................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah bersifat kolosal dan ibarat penyakit sudah
sulit untuk disembuhkan. Korupsi dalam berbagai tingkatan sudah terjadi pada hampir seluruh
sendi kehidupan dan dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat. Dengan kata lain
korupsi sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari yang sudah dianggap biasa.
Oleh karena itu sebagian masyarakat menganggap korupsi bukan lagi merupakan kejahatan
besar. Jika kondisi ini tetap dibiarkan seperti itu, maka hampir dapat dipastikan cepat atau
lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini. Oleh karena itu sudah semestinya kita
menempatkan korupsi sebagai musuh bersama (common enemy) yang harus kita perangi
bersama-sama dengan sungguh-sungguh.
Karena sifatnya yang sangat luar biasa, maka untuk memerangi atau memberantas
korupsi diperlukan upaya yang luar biasa pula. Upaya memberantas korupsi sama sekali
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Upaya memberantas korupsi tentu saja tidak bisa
hanya menjadi tanggungjawab institusi penegak hukum atau pemerintah saja, tetapi juga
merupakan tanggungjawab bersama seluruh komponen bangsa. Oleh karena itu upaya
memberantas korupsi harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang
terkait, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah mahasiswa, sebagai
salah satu bagian penting dari masyarakat, sangat diharapkan dapat berperan aktif (Khatimah,
2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu gerakan anti korupsi?
2. Apa peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi?
3. Bagaimana keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui apa itu gerakan anti korupsi.
2. Mengetahui apa peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi.
3. Mengetahui bagaimana keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Korupsi


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi
adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Korupsi menurut Huntington(1968) adalah
perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat,
dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka
dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan
masyarakat luas dengan berbagai macam modus.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur
bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna
yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari
kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara
dengan menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan
hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri (Ghofur, 2014).

2.2 Faktor Penyebab Korupsi


Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik, hukum,
ekonomi, sebagaimana dalam buku berjudul Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi
(ICW: 2000) yang mengidentifikasikan empat factor penyebab korupsi yaitu faktor politik,
faktor hukum, faktor ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional (Siregar, 2016).
1. Faktor Politik
Politik salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dilihat ketika terjadi
instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan bahkan ketika
meraih dan mempertahankan kekuasaan. Korupsi level pemerintahan adalah dari
sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-
barang publik untuk kepentingan pribadi, disebabkan suatu hal yang disebut
konstelasi politik.

5
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil,
rumusan yang tidak jelas-tegas sehingga menjadi multi tafsir, kontradiksi dan
overlapping dengan peraturan lain, sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan
yang dilarang, sehingga tidak tepat sasaran, dan sebagainya, memungkinkan
peraturan tidak kompatibel dengan realitas di masa mendatang akan mengalami
resistensi. Banyak produk hukum menjadi ajang perebutan legitimasi bagi
berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk tujuan mempertahankan dan
mengakumulasi kekuasaan.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat
dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat
ini tidak mutlak benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, korupsi seharusnya
dilakukan orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan hanya
dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang bertahan hidup.
4. Faktor Organisasi
Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi meliputi:
(a) kurang adanya teladan dari pimpinan, (b) tidak adanya kultur organisasi yang
benar, (c) system akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai, (d)
manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya. Melalui tujuan
organisasi para anggota dapat memiliki arah yang jelas tentang segala kegiatan dan
tentang apa saja yang tidak, serta apa yang dikerjakan dalam kerangka organisasi.
Tujuan organisasi dapat berfungsi menyediakan pedoman-pedoman praktis bagi
anggotanya. Tujuan organisasi menghubungkan anggota dengan berbagai tata cara
dalam kelompok. Standar tindakan anggota organisasi akan menjadi tolok ukur
dalam menilai bobot tindakan. Sebuah organisasi berfungsi baik, bila anggotanya
bersedia mengintegrasikan diri di bawah sebuah pola tingkah laku (yang normatif),
sehingga dapat dikatakan kehidupan bersama mungkin apabila anggota-anggota
bersedia memenuhi aturan yang telah ditentukan.

6
2.3 Gerakan Anti Korupsi
Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan selama ini belum dapat menunjukkan
hasil maksimal. Hal ini antara lain terlihat dari masih rendahnya angka Indeks Persepsi
Korupsi (IPK) Indonesia. Berdasarkan UU No.30 Tahun 2002, Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dirumuskan sebagai rangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak
pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian dalam strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga) unsur utama,
yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta masyarakat. Salah satu upaya pemberantasan
korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu Gerakan Anti-Korupsi di masyarakat. Dengan
tumbuhnya budaya anti-korupsi di masyarakat diharapkan dapat mencegah munculnya
perilaku koruptip. Gerakan anti-korupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang harus
melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Pada dasarnya korupsi yang terjadi jika ada pertemuan antara tiga factor utama,
yaitu: niat, kesempatan, dan kewenangan. Sehingga upaya memerangi korupsi pada dasarnya
adalah upaya untuk menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga faktor tersebut.
Karena, gerakan anti korupsi adalah suatu gerakan yang memperbaiki perilaku individu dan
sistem untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif, sehingga dapat memperkecil peluang
berkembang luasnya korupsi di negeri ini. Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain
dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-
koruptif. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kerja keras,
kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab, kesederhanaan, keberanian dan keadilan.
Penanaman nilai-nilai ini kepada masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan kepada
mahasiswa (Ghofur, 2014).

2.4 Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi


Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahwa mahasiswa mempunyai
peranan yang sangat penting. Peranan tersebut tercatat dalam peristiwa-peristiwa besar yang
dimulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi
Kemerdekaan NKRI tahun 1945, lahirnya Orde Baru tahun 1996, dan Reformasi tahun 1998.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil di

7
depan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang
mereka miliki.
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang
mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme. Dengan kemampuan
intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni telah
terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa
ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah terbukti bahwa mahasiswa
berperan sangat penting sebagai agen perubahan (agent of change).
Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di
depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka
miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan
kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu
menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi
kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara
dan penegak hukum (Manijeni, 2016).

2.5 Keterlibatan Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi


Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan kampus, di masyarakat
sekitar, dan di tingkat lokal/nasional. Lingkungan keluarga dipercaya dapat menjadi tolok
ukur yang pertama dan utama bagi mahasiswa untuk menguji apakah proses internalisasi anti
korupsi di dalam diri mereka sudah terjadi. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti
korupsi di lingkungan kampus tidak bisa dilepaskan dari status mahasiswa sebagai peserta
didik yang mempunyai kewajiban ikut menjalankan visi dan misi kampusnya. Sedangkan
keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di masyarakat dan di tingkat
lokal/nasional terkait dengan status mahasiswa sebagai seorang warga negara yang
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat lainnya (Khatimah, 2016).
1. Di Lingkungan Keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini
adalah tingkat ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi
dari dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya
terampas.

8
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa
yang diawali dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru karena
anggota keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan
berkumpul, maka pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan di
dalam keluarga seringkali menjadi biasa (Ghofur, 2014).
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus
dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan
untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seseorang mahasiswa
diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak akan berperilaku koruptif dan
tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas seorang mahasiswa diharapkan
dapat mencegah rekan-rekannya sesame mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan
kampus untuk tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi (Ghofur, 2014).
3. Di Lingkungan Masyarakat
Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa
untuk mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar, misalnya: apakah
kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakatnya
dengan sewajarnya: pembuatan KTP, SIM, KK, laporan kehilangan, pelayanan
pajak? Adakah biaya yang diperlukan untuk pembuatan surat-surat atau dokumen
tersebut? Wajarkah jumlah biaya dan apakah jumlah biaya tersebut resmi
diumumkan secara transparan sehingga masyarakat umum tahu? (Manijeni, 2016).
4. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin
(leader) dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional.
Kegiatan-kegiatan anti korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama dan
berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi akan mampu
membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu
Negara (Ghofur, 2014).

2.6 Upaya Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi


Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa menurut (Alimka, 2013)
adalah:

9
a. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.
Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu
menanamkan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan
tindakan korupsi walaupun itu hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang
ke kampus, menitipkan absen kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang
suap kepada para pihak pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya.
Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola pikir dan
dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih parah adalah
menjadisebuahkarakter.
Selain kesadaran pada masing-masing mahasiswa maka mereka juga harus
memperhatikan kebijakan internal kampus agar dikritisi sehingga tidak memberikan
peluang kepada pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan melalui korupsi.
Misalnya ketika penerimaan mahasiswa baru mengenai biaya yang diestimasikan dari
pihak kampus kepada calon mahasiswa maka perlu bagi mahasiswa untuk
mempertanyakan dan menuntut sebuah transparasi dan jaminan yang jelas dan hal
lainnya. Jadi posisi mahasiswa di sini adalah sebagai pengontrol kebijakan internal
universitas.
Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan sebagai pihak
pengontrol kebijakaninternal kampus maka bisa menekan jumlah pelaku korupsi.
Upaya lain untuk menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus
adalah mahasiswa bisa membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini diharapkan
agar lebih mengetahui secara jelas signifikansi resiko korupsi di lingkungan
kampus.Mahasiswa juga bisa berinisiatif membentuk organisasi atau komunitas intra
kampus yang berprinsip pada upaya memberantas tindakan korupsi. Organisasi atau
komunitas tersebut diharapkan bisa menjadi wadah mengadakan diskusi atau seminar
mengenai bahaya korupsi. Selain itu organisasi atau komunitas ini mampu menjadi
alat pengontrol terhadap kebijakan internal kampus.
b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi
Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan mengancam
dan merugikan kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut
serta dalam menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi
yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis
terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa kurang relevan. Maka masyarakat sadar

10
bahwa korupsi memang harus dilawan dan dimusnahkan dengan mengerahkan
kekuatan secara massif, artinya bukan hanya pemerintah saja melainakan seluruh
lapisan masyarakat.
c. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol
dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi
jika dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan
kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya
dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat
untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.
d. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait
dengan kepentingan publik.
e. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
f. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga
ke tingkat pusat/nasional.
g. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-
rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
h. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Gerakan Anti Korupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang harus melibatkan
seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.
Dalam konteks inilah peran mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari
masyarakat sangat diharapkan.
2. Mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di depan menjadi motor penggerak gerakan
anti korupsi yang didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, diharapkan
mampu menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog
lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.
3. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan kampus, di
masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional.

3.2 Saran
Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan Tinggi
sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, Mahasiswa sebagai salah satu bagian dari
generasi penerus bangsa memiliki kompetensi intelektual, ide-ide inovatif, kebijakan, dan
pola pikir yang lebih diplomatis menjadikan mereka agen perubahan pembelajaran kehidupan
kebangsaan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alimka, Muhammad. 2013. Makalah Peran Mahasiswa Dalam Upaya Pemberantasan


Korupsi. Diakses pada tanggal 10 Februari 2019.
http://pelajarlog.blogspot.com/2013/10/makalah-peran-mahasiswa-dalam-upaya.html

Ghofur, Abdul. 2014. Makalah Peran Mahasiswa Dalam Upaya Memerangi Budaya Korupsi
di Indonesia. Diakses pada tanggal 10 Februari 2019.
http://tugaskuliahghofur.blogspot.com/2014/11/makalah-peran-mahasiswa-dalam-
upaya.html

Khatimah, Khusnul. 2016. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi. Diakses pada
tanggal 10 Februari 2019. http://imahaquarius.blogspot.com/2016/01/makalah-peran-
mahasiswa-dalam-gerakan.html

Manijeni, Domi. 2016. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-Korupsi. Diakses ada tanggal
10 Februari 2019. http://pemberantasankorupsima.blogspot.com/2016/11/peran-
mahasiswa-dalam-gerakan-anti.html

Siregar, Sukendri. 2016. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi Dengan Tatanan
Pendidikan Anti Korupsi. Diakses pada tanggal 10 Februari 2019.
http://sukendrysiregar.blogspot.com/2016/03/peran-mahasiswa-dalam-gerakan-
anti.html

13

Anda mungkin juga menyukai