TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat
otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hyal inilah yang
menyebabkan nyeri dada (Soeharto dalam Haslindah, 2015).
American Heart Assosiation (AHA), mendefinisikan penyakit jantung
koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak diarteri jantung yang
dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung. Penumpukan plak pada arteri
koroner ini disebut dengan ateroklerosis (AHA, 2012)
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana
penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner
menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai
darah otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak (Nurhasimah, 2010).
Pengertian diatas dapat disimpulkan penyakit jantung koroner atau PJK
adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena
adanya penyempitan pembuluh darah di artri koroner sehingga menyebabkan
dapat terjadinya serangan jantung.
B. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah
kemampuan jantung untuk mememompa darah dapat hilang. Hal ini dapat
merusak system pengontrol irama jantung dan berakhir dengan kematian
(Hermawatirisa, 2014).
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebebkan zat lemak
kolestrol dan trigliserida yang semekin lama semakin banyak dan menumpuk
dibawah lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ii
dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun
berhenti, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek
dominan dari jantung korner adalah kehilangan oksigen dan nutrient ke jantung
karena aliran dara jantung berkurang. Pembentukan plak lemak dalam arteri
memengaruhi pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong
terjadinya serangan jantung. Proses pembentukan plak yang menyebabkan
pergeseran arteri tersebut dinamakan arterioklerosis (Hermawatirisa, 2014).
Menurut Wijaya & Putri (2013) dibagi menjadi dua faktor risiko
penyakit jantung koroner yaitu :
1. Faktor- Faktor Risiko Besar (major risk factor)
a. Usia
Usia adalah faktor risiko terpenting dari 80% dari kematian akibat
penyakit jantung koroner koroner (PJK) terjadi pada orang dengan usia
65 tahun atau lebih. Meningkatnya usia seseorang akan semakin tinggi
kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner. Peningkatan usia
berkaitan dengan penambahan waktu yang digunakanan untuk proses
pengendapan lemak pada dinding pembuluh nadi. Proses kerapuhan
didnding pembuluh nadi semakin panjang sehingga semakin tua
seseorang maka semakin besar kemungkinan terserang penyakit jantung
kororner.
b. Jenis kelamin
Pria mempunyai risiko yang lebih untuk menderita penyakit jantung
koroner, wanita biasanya tidak terserang oleh penyakit ini samapai
setelah menopause. Peningkatan setelah menopause terjadi akibat
peurunan kadar estrogen dan peningkatan lipid didalam darah. Pria usia
< 65 tahun kira-kira mempunyai kemungkinan meninggal akibat terjadi
penyakit jantung 4 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita.
c. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Hubungan tekanan darah tinggi dengan penyakit jantung koroner adalah
atribut yang mempercepat timbulnya acterosclerosis. Peningkatan
resisten vascular perifer meningkatkan afterload (pasca pengisian) dan
kebutuhan ventrikel akibatnya adalah peningkatan kebutuhan oksigen
yang myocardial untuk menghadapi suplai yang berkurang. Pengaruh
hipertensi dapat dimodifikasi melalui kepatuhan terhadap regimen
medis untuk pengendalian sistolik dan diastolic tekanan darah.
d. Hiperkalemia
Hiperkalemia merujuk pada terjadinya peningkatan kadar kolestrol dan
triliserida di dalam darah.
e. Merokok
Merokok merupakan faktor besar yang memberi konstribusi pada
penyakit jantung koroner. Nikotin yang terkandung dalam rokok
meningkatkan beban kerja miokardium dan terjadi dampak peningkatan
kebutuhan oksigen.
2. Faktor-Faktor Risiko Kecil (Minor Risk Factor)
a. Obesitas
Obesitas atau berat badan yang berlebih yang berhubungan dengan
beban kerja jantung yang meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk
jantung.
b. Kurang gerak
Gerak dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan mengurangi
kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak fisiologis yang lain dari
kegiatan gerakan adalah menurunkan kadar kepakatan rendah dari lipid
protein, menurunkan kadar glukosa darah, dan memperbaiki cardiac
output dapat mengurangi kemungkinan penyakit jantng koroner.
c. Diabetes Melitus
Atherosklerosis koroner diketahui 2-3 kali lebih banyak pada orang
dengan diabetes mellitus, tanpa memandang kadar lipid dalam darah.
Predisposisi degenerasi vascular diketahui terjadi pada diabetes mellitus
dan metabolism lipid yang tidak normal memegang peran juga dalam
pertumbuhan atheroma.
C. Manifestasi Klinis
Menurut, Hermawatirisa 2014 gejala penyakit jantung koroner yaitu :
1. Timbulnya rasa nyeri dada
2. Sesak nafas (dyspnea)
3. Ireguler irama jantung
4. Pusing
5. Rasa lelah yang berkepanjangan
6. Sakit perut, mual, muntah
Menurut Wijaya dan Putri (2013) gejala penyakit jantung koroner yang sering
sesak nafas
muncul yaitu :
1. Iskemia
Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara
dan reversible. Iskemia yang lama akan menyebabkan kematian otot
necrosis. Secara klinis nekrosis miokardium dikenal dengan nama infark
miokardium.
2. Palpitasi
Palpitasi merupakan manifestasi PJK meskipun tidak spesifik ia bisa timbul
spontan ataupun atas faktor pencetus yang menambah iskemia seperti
aktivitas fisik.
3. Sesak Nafas
Sesak nafas mulai dengan nafas yang terasa pendek sewaktu melakukan
aktivitas yang cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan
semakin lama sesak semakin bertambah, sekalipun melakukan aktivitas
ringan, seperti naik tangga 1-2 lantai ataupun berjalan terburu-buru atau
berjalan datar agak jauh.
4. Angina Pektoris
Angina pectoris adalah jeritan otot jantung yang merupakan sakit dada
kekurangan oksigen, suatu gejala klinik yang disebabkan oleh iskemia
miokard yang sementara. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan antara
kebutuhan oksigen miokard dan kemampuan pembuluh darah koroner
menyediakan darah secukupnya untuk kontraksi miokard.
5. Infark Miokard
Infark miokard biasanya disebabkan oleh thrombus arteri koroner.
Terjadinya thrombus disebabkan oleh terjadinya rupture plak yang
kemudian diikuti oleh pembentukan thrombus oleh trombosit. Keluhan
khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditususk,
panas atau ditindih barang berat.
D. Anatomi dan Fisiologi Jantung
1. Anatomi
a. Sirkulasi koroner
Walaupun jantung memompa darah keseluruh tubuh, jantung tidak
menerima nutrisi dari darah yang dipompanya. Nutrisi tidak dapat menyebar
cukup cepat dari darah yang ada dalam bilik jantung untuk memberi nutrisi
semua lapisan sel yang membentuk dinding jantung. Untuk alasan ini,
miokardium memiliki jaringan pembuluh darah sendiri, yaitu sirkulasi koroner
(Tortora, 2012).
Jantung kaya akan pasokan darah, yang berasal dari arteri koronaria kiri
dan kanan. Arteri-arteri ini muncul secara terpisah dari sinus aorta pada dasar
aorta, dibelakang tonjolan katup aorta. Arteri ini tidak di blockade oleh
tonjolan katup selama sistol karena adanya aliran sirkular dan tetap sepanjang
siklus jantung.
Arteri koronaria kanan berjalan diantara trunkus pulmonalis dan atrium
kanan, menuju sulkus AV. Saat arteri tersebut menuruni tepi bawah jantung,
arteri terbagi menjadi cabang descendens posterior dan cabang marginal
kanan. Arteri koronaria kiri berjalan dibelakang trunkus pulmonalis dan
kemudian berjalan diantara trunkus pulmonalis dan atrium kiri. Arteri ini
terbagi menjadi cabang sirkumfleksa, marginal kiri, dan descendens anterior.
Terdapat anastomosis antara cabang marginal kanan dan kiri, serta arteri
descendens anterior dan posterior, meskipun anastomosis ini tidak cukup
untuk mempertahankan perfusi jika salah satu sisi sirkulasi koroner tersumbat.
Sebagian besar darah kembali ke atrium kanan melalui sinus koronarius
dan vena jantung anterior. Vena koronaria besar dan kecil secara berturut-turut
terletak paralel terhadap arteri koronaria kiri dan kanan, dan berakhir di dalam
sinus. Banyak pembuluh-pembuluh kecil lainnya yang langsung berakhir di
dalam ruang jantung, termasuk vena thebesian dan pembuluh arterisinusoidal.
Sirkulasi koroner mampu membentuk sirkulasi tambahan yang baik pada
penyakit jantung iskemik , misalnya oleh plak ateromatosa. Sebagian besar
ventrikel kiri disuplai oleh arteri koronaria kiri, dan oleh sebab itu adanya
sumbatan pada arteri tersebut sangat berbahaya. AVN dan nodus sinus disuplai
oleh arteri koronaria kanan pada sebagian besar orang, penyakit pada arteri ini
dapat menyebabkan lambatnya denyut jantung dan blockade AV (Aaronson,
2010).
Gambar 2.2 Arteri dan vena koroner di bagian anterior (Tortora, 2012)
b. Histologi pembuluh darah
2. Fisiologis Jantung
Semua jaringan tubuh selalu bergantung pada aliran darah yang
disalurkan oleh kontraksi dan denyut jantung. Jantung mendorong darah
melintasi pembuluh darah untuk disampaikan dalam jumlah yang cukup.
Jantung berfungsi untuk menjalankan sistem sirkulasi dan transportasi dalam
tubuh. Pada dasarnya sistem sirkulasi terdiri dari 3 komponen dasar yaitu :
a. Jantung berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap
darah untuk menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar
darah mengalir ke jaringan
b. Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan dan
mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan
kemudian mengembalikannya ke jantung.
c. Darah berfungsi sebagai medium transportasi tempat bahan-bahan
yang akan disalurkan dilarutkan, diendapkan (Sherwood, 2001).
Siklus jantung adalah urutan kejadian mekanik yang terjadi selama satu
denyut jantung tunggal. Saat menuju akhir diastole (G) semua rongga
jantung berelaksasi. Katup antara atrium dan ventrikel terbuka (katup AV:
kanan, trikuspid ; kiri, mitral), karena tekanan atrium tetap sedikit lebih besar
daripada tekanan ventrikel sampai ventrikel benar-benar mengembang.
Katup aliran keluar pulmonal dan aorta (semilunar) menutup, saat arteri
pulmonalis dan tekanan aorta lebih besar daripada tekanan ventrikel. Siklus
dimulai ketika nodus sinoatrial menginisiasi denyut jantung.
a. Sistol atrium (A)
Kontraksi atrium melengkapi pengisian ventrikel. Saat istirahat, atrium
member konstibusi kurang dari 20% volume ventrikel, namun proporsi ini
meningkat sesuai denyut jantung, karena diastol memendek dan terdapat
lebih sedikit waktu untuk pengisian ventrikel. Tidak terdapat katup antara
vena dan atrium dan sejumlah darah mengalami regurgitasi ke dalam vena.
Gelombang dari tekanan atrium dan vena merefleksiakan sistol atrium.
Volume ventrikel setelah pengisian dikenal sebagai volume akhir diastolik,
dan besarnya 120-140 ml. Tekanan equivalen adalah kurang dari 10mmHg,
dan lebih besar ada ventrikel kiri daripada ventrikel karena lebih muskular
dan oleh sebab itu dinding ventrikel kiri lebih kaku. EDV (end diastolic
volume) merupakan suatu penentu penting dalam kekuatan kontraksi
selanjutnya.depolarisasi atrium menyebabkan gelombang P pada EKG.
b. Sistol Ventrikel
Kontraksi ventrikel menyebabkan peningkatan tajam tekanan ventrikel
dan katup AV menutup begitu tekanan ini melampaui tekanan atrium.
Penutupan katup AV menyebabkan bunyi jantung pertama (S1).
Depolarisasi ventrikel berkaitan dengan kompleks QRS dan EKG. Selama
fase awal kontraksi ventrikel, tekanan ventrikel lebih kecil daripada tekanan
arteri pulmonal dan aorta, sehingga katup aliran keluar tetap menutup. Ini
merupakan kontraksi isovolumetrik (B), karena volume ventrikel tidak
berubah. Tekanan yang meningkat menyebabkan katup AV menonjol ke
dalam atrium, sehingga ,menyebabkan gelombang tekanan atrium yang
kecil (gelombang c), yang diikuti oleh suatu penurunan (penurunan x).
c. Ejeksi
Katup-katup aliran keluar terbuka saat tekanan dalam ventrikel
melampaui tekanan pada arteri masing-masing.n perhatikan bahwa tekanan
arteri pulmonal 1-5 mmHg diperkirakan lebih kecil daripada tekanan aorta
80 mmHg. Aliran kedalam arteri pada awalnya sangat cepat (fase ejeksi
cepat c), namun saat kontraksi semakin menghilang, ejeksi menjadi
berkurang (fase ejeksi menurun d). Ejeksi cepat kadang-kadang terdengar
sebagai murmur. Kontraksi aktif menghilang selama paruh kedua ejeksi,
dan otot berpolarisasi, ini berkaitan dengan gelombang T pada EKG.
Tekanan ventrikel selama vase ejeksi menurun adalah sedikit lebih kecil
daripada tekanan arteri, namun darah terus mengalir keluar ventrikel karena
adannya momentum. Pada akhirnya aliran secara cepat berbalik sehingga
menyebabkan penutupan katup aliran keluar dan suatu peningkatan kecil
tekanan aorta, takik dikrotik. Penutupan katup semilunaris berkaitan dengan
bunyi jantung kedua (S2).
Jumlah darah yang diejeksikan ventrikel dalam satu denyut disebut isi
sekuncup yaitu 70ml. oleh sebab itu, sekitar 50ml darah tertinggal dalam
ventrikel pada akhir sistol(volume akhir sistolik). Proporsi EDV yang
diejeksikan adalah fraksin ejeksi. Selama dua pertiga akhir sistol, tekanan
atrium meningkat akibat pengisian vena (gelombang v).
d. Diastol-relaksasi dan pengisian kembali.
Setelah penutupan katup aliran keluar, ventrikel secara cepat
berelaksasi. Namun demikian, tekanan ventrikel tetap lebih besar daripada
tekanan atrium dan katup AV tetap menutup. Ini disebut relaksasi
isovolumetrik (E). Saat tekanan ventrikel menurun dibawah tekanan atrium,
maka katup AV terbuka dan tekanan atrium menurun (penurunan y) saat
ventrikel terisi kembali (pengisian kembali ventrikel sangat cepat F). ini
dibantu oleh recoil elastic dinding ventrikel, yang sebenarnya menyedot
darah. Bunyi jantung ketiga (S3) dapat terdengar pada orang muda, atau
saat EDP tinggi. Saat ventrikel benar-benar berelaksasi, pengisian kembali
melambat. Ini berlanjut selama dua pertiga akhir diastole akibat aliran vena.
Saat istirahat, diastole dua kali lebih panjang dari sistol, namun menurun
secara proporsional selam altihan dan saat laju denyut jantung akan
meningkat.
e. Nadi
Nadi disebabkan oleh gelombang tekanan yang bergerak menuruni
cabang vascular. Bentuk dari nadi arterial dimodifikasi oleh kompliansi dan
ukuran arteri. Suatu arteri yang kaku, seperti pada usia yang menua atau
aterosklerosis, menyebabkan nadi teraba lebih jelas. Nadi juga lebih tajam
saat ukuran arteri berkurang. Pantulan yang mencerminkan arteri dari titik-
titik dimana resistensi terhadap aliran meningkat, misalnya saat arteri
bercabang, dan dapat menyebabkan peningkatan puncak selanjutnya. Nadi
vena jugularis mencerminkan atrium kanan, dan berkaitan dengan
gelombang a,c,v, dan penurunan x dan y (Aaronson, 2010).
E. Patofisiologi
Faktor resiko
Penyempitan PD
arteri koroner
Penurunan aliran
darah ke jantung
Penurunan cardiac
output
B1 B2 B6
MK. Ketidakse
imbangan nutrisi
MK. Retensi kurang dari keb.
urin tubuh
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiogram (EKG)
EKG mencatat ritme dan aktivitas listrik jantung . Sejumlah elektroda (patch
lengket) diletakkan pada lengan, kaki dan dada. Elektroda dihubungkan ke
mesin yang mencatat sinyal listrik dari setiap detak jantung. Meskipun EKG
dapat mendeteksi masalah dengan irama jantung, pembacaan abnormal tidak
selalu berarti ada sesuatu yang salah, juga bukan berarti jika pembacaan normal,
jantung baik-baik saja. Dalam beberapa kasus, akan mungkin memiliki EKG
latihan tes atau 'stress test'. Ini adalah ketika rekaman EKG diambil saat
berolahraga (biasanya pada treadmill atau olahraga sepeda). Jika mengalami
sakit saat berolahraga, tes dapat membantu mengidentifikasi apakah gejala
disebabkan oleh angina, yang biasanya disebabkan oleh PJK.
2. Sinar-X
X-ray dapat digunakan untuk melihat jantung, paru-paru dan dinding dada.
Hal ini dapat membantu menyingkirkan kondisi lain yang dapat menyebabkan
gejala pasien.
3. Echocardiogram(echo)
Ekokardiogram ini mirip dengan USG digunakan dalam kehamilan. Ini
menghasilkan gambar jantung pasien menggunakan gelombang suara. Tes ini
dapat mengidentifikasi struktur, ketebalan dan pergerakan setiap katup jantung
dan dapat digunakan untuk membuat gambaran yang rinci dari jantung. Selama
ekokardiogram pasien akan diminta untuk melepaskan baju dan perangkat
genggam kecil, disebut transduser, akan melewati dada pasien. Pelumas gel
dimasukkan ke kulit pasien untuk memungkinkan transduser untuk bergerak
dengan lancar dan pastikan ada kontak terus-menerus antara sensor dan kulit.
4. Tes darah
Selain pengujian kolesterol, pasien mungkin harus memiliki sejumlah tes darah
untuk memantau aktivitas jantung. Ini mungkin termasuk pemeriksaan enzim
jantung, yang dapat menunjukkan apakah telah terjadi kerusakanbaru ke otot
jantung.
5. Angiografikoroner
Angiografi koroner, juga dikenal sebagai tes kateter jantung, dapat
mengidentifikasi apakah arteri koroner yang menyempit dan seberapa parah
penyumbatan berada. Hal ini juga memberikan informasi tentang tekanan di
dalam bilik jantung pasien dan seberapa baik hati pasien berfungsi. Dalam
angiogram, kateter (tabung fleksibel) dimasukkan ke dalam arteri di pangkal
paha atau lengan dan dipandu ke dalam arteri koroner dengan menggunakan
sinar-X. Sebuah dye disuntikkan ke dalam kateter arteri yang menyuplai darah
ke jantung. Sejumlah gambar X-ray diambil, yang akan mempelihatkan
penyumbatan. Hal ini biasanya dilakukan di bawah anestesi lokal. Angiogram
koroner relatif aman dan komplikasi serius jarang terjadi. Risiko terkena
serangan, stroke jantung atau meninggal selama prosedur diperkirakan sekitar
satu atau dua dari setiap 1.000. Namun, setelah angiogram koroner, pasien
mungkin mengalami beberapa efek samping ringan termasuk:
e. β-Blockers
Penyekat beta secara kompetitif menghambat efek katekolamin
pada reseptor adrenergik- . Efek ini meliputi efek anti aritmik, anti
angina, dan simpatolitik dengan mengurangi stimulasi kronotropik dan
inotropik. Penyekat beta harus digunakan dalam pencegahan PKV
sekunder pada pasien dengan IM, gagal jantung, disfungsi sistolik
ventrikel kiri dan hipertensi(Freemantle N et al, 1999). Efek samping
utama antara lain eksaserbasi jangka pendek gejala-gejala gagal
jantung, kelelahan (1,8 %), dan disfungsi seksual.
f. Penghambat HMG-CoA Reduktase (Statin)
Statin adalah inhibitor kompetitif 3-hydroxy-3-methylglutaryl
coenzyme A (HMG-CoA) reductase, suatu enzim yang berperan dalam
sintesis kolesterol. Statin merupakan golongan obat yang sangat kuat
dalam menurunkan kadar kolesterol LDL, dan juga untuk meningkatkan
kolesterol HDL dan menurunkan trigliserida. Statin seharusnya
dipertimbangkan menjadi obat utama penurunan lipid pada pasien PKV
atau DM. Efek samping utama antara lain mialgia (1%-6%),
peningkatan serum aimnotransferase sesuai dosisnya (0,1%-3,0%),
miopati (0.7%), dan rabdomiolisis fatal (<0,00002%)
g. Fibrat
Fibrat mengaktifkan peroxisome profilator-activated receptors (PPAR)
untuk merangsang lipoprotein lipase, dan menghasilkan kadar
trigliserida yang lebih rendah dan kadar kolesterol HDL yang lebih
tinggi (National Cholesterol Education Program, 2002). Fibrat
merupakan obat pilihan pertama yang cocok pada pasien dengan
hipertrigliseridemia (isolated). Terapi kombinasi dengan statin dapat
dioertimbankan pada pasien-pasien yang beresiko tinggi dengan
peningkatan kadar kolesterol LDL dan juga kadar kolesterol HDL
rendah atau kadar trigliserida yang tinggi. Efek samping utama adalah
miopati, yang meningkat seiring dengan penggunaan statin.
h. Asam nikotinat
Asam nikotinat (niasin) meningkatkan kadar kolesterol HDL dan
menghambat produksi kolesterol VLDL dan LDL didalam hati.
Niasin dapat digunakan pada terapi kombinasi dengan statin pada
pengobatan hiperlipidemia pasien-pasien dengan kadar kolesterol
HDL yang normal atau rendah (National Cholesterol Education
Program, 2002).
Efek samping utama antara lin muka menjadi merah, pruritus (20%),
parastesia (20%), nausea (20%), hepatotoksisitas, hiperglikemia dari
resistensi insulin, hiperurikemia, hipotensi, dan peningkaan kadar
serum homosistein.
J. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis. (Wantiyah, 2010
2. Keluhan utama
Pasien pjk biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan skala
nyeri 0-10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri palig tinggi. Pengakajian nyeri secara
mendalam menggunakan pendekatan PQRST, meliputi prepitasi dan
penyembuh, kualitas dan kuatitas, intensitas, durasi, lokasi,
radiasi/penyebaran,onset.(Wantiyah, 2010)
3. Riwayat kesehatan lalu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain
apakah klien pernah menderita hipertensi atau diabetes millitus, infark
miokard atau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta
ditanyakan apakah pernah MRS sebelumnya. (Wantiyah, 2010)
4. Riwayat kesehatan sekarang
Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk
membantu klien dalam mengutamakan masalah keluannya secara lengkap.
Pada klien PJK umumnya mengalami nyeri dada. (Wantiyah, 2010)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita
penyakit jantung koroner. Riwayat penderita PJK umumnya mewarisi juga
faktor-faktor risiko lainnya, seperti abnormal kadar kolestrol, dan
peningkatan tekanan darah. (A.Fauzi Yahya, 2010)
6. Riwayat psikososial
Pada klien PJK biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit jantung
koroner adalah menyangkal, takut, cemas, dan marah, ketergantungan,
depresi dan penerimaan realistis. (Wantiyah, 2010)
7. Pola aktivitas dan latihan
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit jantung
koroner untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan
aktivitas. Pasien penyakit jantung koroner mengalami penurunan
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.(Panthee & Kritpracha,
2011:hal 15)
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga diamati
apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau
koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau
tampak tidak sakit.
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah
180/110 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit,
suhu 36,2 C. (Gordon, 2015: hal 22)
c. Pemeriksaan fisik persistem
d. Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan
seluruh ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal maupun
non verbal. (Aziza, 2010: hal 13)