SKRIPSI
Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Yuni Widyastuti
NIM ST13085
1
2
3
SURAT PERNYATAAN
Yuni Widyastuti
NIM ST13085
iii
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan sujud syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
rahmat dan karuniaNya hingga penelitian ini yang berjudul “Hubungan Antara
dan rintangan yang penulis hadapi. Penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan
penelitian ini. Atas bantuan, arahan dan motivasi yang senantiasa diberikan
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1
3. Meri Oktariani, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Pembimbing I yang telah banyak
yang telah banyak meluangkan waktu dan begitu bijaksana dalam memberikan
5. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku penguji yang telah membantu dalam
7. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan karyawan STIKes Kusuma Husada yang
telah banyak memberikan wawasan dan segala bentuk bantuan kepada penulis.
9. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
Penulis
v
6
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
ABSTRAK ..................................................................................................... xi
ABSTRACT……………………………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN
vi
7
BAB V PEMBAHASAN
Hipertensi ............................................................................. 54
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
8
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia 18 Tahun atau Lebih
Berdasarkan Joint National Committe (JNC) VII 2003 15
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik Dhanang
Husada Sukoharjo ........................................................................ 47
viii
9
DAFTAR GAMBAR
ix
10
DAFTAR LAMPIRAN
5 Jadwal Penelitian
11 Kuesioner
14 Lembar Konsultasi
15 Dokumentasi
x
11
Yuni Widyastuti
Abstrak
xi
12
Yuni Widyastuti
ABSTRACT
xii
BAB I
PENDAHULUAN
mempengaruhi hampir satu miliar orang dewasa di seluruh dunia. Jika tidak
menjadi masalah kesehatan sangat serius saat ini. Hipertensi bisa kambuh,
resiko kekembuhan ulang dengan kombinasi modifikasi gaya hidup dan obat
yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5%
tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%, dan
hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara 17-21%.
Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita hipertensi
1
2
tahun di provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 26,4% (Depkes RI, 2013).
kembali dapat terjadi apabila dalam satu tahun tanpa minum obat atau juga
dapat disebabkan beberapa hal antara lain adalah tidak kontrol secara teratur,
tidak menjalankan pola hidup sehat, seperti diet yang tepat, olahraga,
merokok, alkohol dan kafein terutama pada orang yang mempuyai risiko
untuk melakukan kontrol tekanan darah masih jauh dari yang diharapkan
yang sangat erat dengan lansia. Hal ini terjadi akibat perubahan fisiologis
yang terjadi seperti penurunan respons imunitas tubuh, katup jantung menebal
terjadinya penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Salah satu dampak
dari perubahan fisik yang sering dialami lansia adalah terjadinya gangguan
tidur (Majid, 2014). Gangguan tidur menjadi lebih sering dialami dan sangat
tahun tubuh menjadi lebih rentan penyakit, jadi orang tua sering mengalami
tidur yang tidak berkualitas. Tidur adalah fenomena alami, tidur menjadi
manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh
yang rusak (Natural Healing Mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk
2013 – Oktober 2014 adalah sebanyak 1.220 lansia. Hasil wawancara dengan
kambuh karena banyak beban fikiran, merasa pusing, dan sering terbangun
bila tidur. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik
hipertensi.
5
berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Tidur yang cukup dapat
Perry, 2005)
yang normal terdiri atas komponen gerakan mata cepat REM (Rapid Eye
Movement) dan NREM (Non Rapid Eye Movement). Tidur NREM dibagi
menjadi empat tahap. Tahap I adalah jatuh tertidur, orang tersebut mudah
otot menandakan relaksasi selama tahap I. Tahap II dan III meliputi tidur
dalam yang progresif. Pada tahap IV, tingkat terdalam, sulit untuk
(Hidayat, 2008).
7
8
Tabel 2.1.
Kebutuhan Tidur Manusia
seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif, seperti tidur dalam
yang diakibatkan oleh karena faktor usia dan ditunjang oleh faktor-faktor
perubahan fisik dan mental yang diikuti dengan perubahan pola tidur yang
khas yang membedakan dari orang yang lebih muda (Hidayat, 2008).
mental yang diikuti dengan perubahan pola tidur yang khas yang
jumlah tidur siang. Kurang tidur berkepanjangan dan sering terjadi dapat
tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada malam hari, memiliki
waktu tidur kurang total, mengambil lebih lama tidur, dan mengambil tidur
bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur
dengan jumlah waktu yang dihabiskan ditempat tidur menurun sejam atau
yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4. Beberapa usia lanjut tidak
memiliki tahap 4 atau tidur dalam. Seorang usia lanjut yang terbangun
lebih sering pada malam hari, dan membutuhkan banyak waktu untuk
menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa
1. Tanda fisik
2. Tanda psikologis
adalah gejala paling umum dari awal depresi, cemas, neorosa dan
tidur.
2. Sakit fisik
nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang tidak teratur,
sindrom kaki tak berdaya yang terjadi pada saat sebelum tidur
3. Faktor lingkungan
jet, lintasan kereta api, pabrik atau TV tetangga dapat menjadi faktor
4. Gaya hidup
yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.
5. Usia
masalah.
6. Jenis Kelamin
untuk mendapatkan jumlah tidur yang tepat. Kualitas tidur yang baik akan
ditandai dengan tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari dan merasa
PSQI membedakan antara tidur yang baik dan tidur yang buruk dengan
2.1.2.1 Definisi
penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam faktor
sistolik lebih besar dari atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg dalam 2 kali pengukuran
14
disebabkan oleh beberapa hal yakni tidak kontrol secara teratur, tidak
menjalankan pola hidup sehat, seperti diet yang tepat, olahraga, berhenti
2007).
yang terjadi pada seseorang adalah apabila tekanan darahnya > 140/90
15
mmHg. Menurut JNC VII 2003 (The seventh report of the joint National
pressure) tekanan darah pada orang dewasa dengan usia di atas 18 tahun
tekanan sistoliknya lebih dari 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100
apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya
lebih dari 116 mmHg maka dinyatakan hipertensi stadium III dan apabila
tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi
serangan jantung, dan stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal dan
Tabel 2.2.
Klasifikasi Tekanan Darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan
Joint National Committee (JNC) VII 2003
dengan faktor risiko tinggi kolesterol sehingga baik pasien atau dokter
kelainan ginjal dan gagal menurunkan tekanan darahnya sampai pada <
vasodilatasi.
ini diketahui penyebabnya dan hal ini terjadi 10% dari kasus-kasus
hipertensi.
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik
Hipertensi yang sudah terjadi pada level yang berat atau menahun
dan tidak diobati, dapat menimbulkan beberapa gejala antara lain adalah
menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
(Ridwan, 2008).
penyebabnya, hal ini dikarenakan tekanan darah tinggi esensial atau primer
gangguan obat, stres yang akut, kerusakan yang terjadi pada vaskuler dan
dan keparahan dari faktor penyebab ataupun faktor risiko yang dapat
2009).
dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, usia, jenis kelamin, dan etnis
berikut :
1. Faktor genetik
2. Usia
3. Jenis kelamin
wanita, dan pada umumnya hal ini terjadi pada saat wanita berumur
4. Etnis
akan tetapi sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti,
dimana pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih
dkk, 2009).
5. Obesitas
tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 (obesitas)
untuk pria adalah 38% dan untuk wanita sebesar 32%, dibandingkan
dengan prevalensi untuk pria 18% dan untuk wanita 17% bagi yang
hipertensi yaitu tidak lebih dari 100 mmol atau sekitar 2,4 gram
iodium dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari atau sama dengan
satu sendok teh, akan tetapi karena budaya masak terkadang membuat
7. Merokok
rokok per hari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang per
hari. Subyek terus diteliti dalam median waktu selama 9,8 tahun
9. Tipe kepribadian
yang ambisius, suka bersaing, bekerja yang tidak pernah lelah, selalu
dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas. Sifat tersebut akan
riwayat keluarga, kebiasan hidup yang kurang baik, pola diit yang
kurang baik dan durasi atau kualitas tidur (Anggraini, dkk, 2009).
2.1.2.6 Penatalaksanaan
hipertensi antara lain yaitu target tekanan darah menjadi < 140/90 mmHg
dan untuk pasien yang berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal
target tekanan darah adalah < 130/80 mmHg, penurunan morbiditas dan
hipertensi.
2. Terapi Farmakologis
oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau
blocker (ARB).
26
2.1.3 Lansia
2.1.3.1 Pengertian
4 yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45 –59 tahun, lanjut usia
(elderly) adalah 60 –74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75 –90 tahun dan
egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki
2008).
kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas)
dan lansia resiko tinggi (lebih dari 70 tahun) (Widyasari dan Candrasari,
2010).
hubungan yang sangat erat dengan lansia. Hal ini terjadi akibat perubahan
atau kurang dari 90 mmHg yang memberi gejala yang berlanjut, seperti
Lansia
Kekambuhan
hipertensi
2.5 Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan
perubahan tambahan, atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada.
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini,
variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat,
jadi tidak ada tindak lanjut. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi atau
data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pada dasarnya,
32
33
3.2.1 Populasi
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
Husada Sukoharjo.
3.2.2 Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua pasien hipertensi
berikut :
3.3.1 Tempat
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
independen (bebas) yaitu kualitas tidur dan variabel dependen (terikat) yaitu
kekambuhan hipertensi.
2010).
35
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Sleep Quality Index (PSQI). PSQI membedakan antara tidur yang baik
dan tidur yang baik dan tidur yang buruk dengan pemeriksaan 7
36
bernilai 0 (untuk yang mudah) sampai 3 (untuk yang sulit). Dimana bila
tahun melakukan pemeriksaan hipertensi dan > 5 kali dalam satu tahun
1. Uji Validitas
Keterangan:
37
n : Jumlah responden
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel pada taraf signifikan 5%
(Ghozali, 2009).
2. Uji Reliabilitas
k b 2
r11 1
k 1 2t
Keterangan:
(Ghozali, 2009).
sebesar 0,83.
pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:
1. Data primer
dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2013). Data
primer dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang kualitas tidur dan
kekambuhan hipertensi.
2. Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh melalui literatur yang relevan dan sumber
hipertensi.
informed consent.
40
dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data
lengkap.
a. Kualitas Tidur
b. Kekambuhan Hipertensi
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
hipotesis ini berasal dari variabel kualitas tidur (X) dan variabel
sebagai berikut :
6∑
=1−
( − 1)
43
Keterangan :
a. Apabila rs hitung < rs tabel atau p value > 0,05 maka hipotesa
b. Apabila rs hitung > rs tabel atau p value < 0,05, maka hipotesa
Tabel 3.2
Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan
Kekuatan Korelasi, nilai p dan arah korelasi
Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.
Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara
lain.
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Sukoharjo
Tabel 4.1.
Karakteristik Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik Dhanang
Husada Sukoharjo Berdasarkan Umur
Umur f %
45 – 59 tahun 25 29.4
60 – 74 tahun 60 70.6
75 – 90 tahun 0 0,0
di atas 90 tahun 0 0,0
Total 85 100.0
(70,6%) dan tidak ada responden dengan usia 75 – 90 tahun dan di atas
Sukoharjo
46
47
Tabel 4.2.
Karakteristik Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik Dhanang
Husada Sukoharjo Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan f %
SD 39 45.9
SMP 21 24.7
SMA/SLTA 25 29.4
Total 85 100.0
4.1.3 Jenis kelamin pasien hipertensi yang berobat di klinik Dhanang Husada
Sukoharjo
Tabel 4.3.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Hipertensi
yang Berobat di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo
Jenis Kelamin f %
Perempuan 31 36.5
Laki-laki 54 63.5
Total 85 100.0
4.1.4 Kualitas tidur pasien hipertensi yang berobat di Klinik Dhanang Husada
Sukoharjo
Tabel 4.4.
Kualitas Tidur Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik Dhanang
Husada Sukoharjo
Kualitas tidur f %
Baik 27 31.8
Buruk 58 68.2
Total 85 100.0
Sukoharjo
Tabel 4.5.
Kekambuhan Hipertensi Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik
Dhanang Husada Sukoharjo
Kekambuhan hipertensi f %
Kadang-kadang 29 34.1
Sering 56 65.9
Total 85 100.0
49
sering.
Tabel 4.6.
Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Kekambuhan Hipertensi
dengan signifikansi 0,000 yang berarti (0,000 < 0,05) sehingga ada hubungan
Nilai koefisien korelasi bernilai positif sehingga semakin buruk kualitas tidur
BAB V
PEMBAHASAN
usia maka tekanan darah juga akan meningkat, dimana setelah usia 45
50
51
bahwa faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat
Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa tidur adalah suatu keadaan
atau susah tidur salah satunya disebabkan oleh usia. Usia merupakan jumlah
usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan dan berbagai
terjadi perubahan fisik dan mental yang diikuti dengan perubahan pola tidur
yang khas yang membedakan dari orang yang lebih muda. Perubahan-
perubahan itu mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan
setiap orang berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan waktu tidur 6-7 jam
tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada malam hari, memiliki
waktu tidur kurang total, mengambil lebih lama tidur, dan mengambil tidur
suatu penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam
dan perilaku hidup sehat pasien hipertensi (Muhlisin dan Laksono, 2011).
darah kembali disebabkan oleh beberapa hal yakni tidak kontrol secara
teratur, tidak menjalankan pola hidup sehat, seperti diet yang tepat, olahraga,
antara lain kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan olahan
meliputi genetik, ras, usia, jenis kelamin, merokok, obesitas, serta stres
pola makan yang tidak sehat dan tidak seimbang, merokok, dan stres.
tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah
pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih, obesitas, aktivitas fisik,
dan stres, faktor genetis dan usia, sistem saraf simpatis: tonus simpatis dan
sebesar 0,617 dengan p value (0,000 < 0,05). Hasil penelitian ini mendukung
penelitian dari Utami dan Priyanto (2013) bahwa ada hubungan kualitas tidur
55
dengan fungsi kognitif dan ada hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah
pada lansia.
bahwa hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor resiko yaitu riwayat
keluarga, kebiasan hidup yang kurang baik, pola diit yang kurang baik dan
menyatakan bahwa hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor resiko yaitu
riwayat keluarga, kebiasan hidup yang kurang baik, pola diit yang kurang
baik dan durasi atau kualitas tidur. Durasi dan kualitas tidur yang kurang
baik akan lebih banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan
yang sangat erat dengan lansia. Hal ini terjadi akibat perubahan fisiologis
yang terjadi seperti penurunan respons imunitas tubuh, katup jantung menebal
NREM 3 dan 4, lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur dalam.
secara fisiologis akan mengalami penurunan jumlah dan ukuran neuron pada
56
sistem saraf pusat. Hal ini mengakibatkan fungsi dari neurotransmiter pada
zat untuk merangsang tidur juga akan menurun. Lansia yang mengalami
(Khasanah, 2012).
tidur, berkurangnya efisiensi tidur dan terbangun lebih awal karena proses
tidur lansia pada fase NREM 3 dan 4. Sehingga lansia hampir tidak memiliki
kesulitan untuk tidur dan sering terbangun atau bangun lebih awal. Perubahan
pola tidur pada lansia banyak disebabkan oleh kemampuan fisik lansia yang
dalam tubuh yang menurun, seperti jantung, paru-paru, dan ginjal. Penurunan
turut terpengaruh (Prasadja, 2009). Hal ini sesuai penelitian dari Oliveira
(2010) bahwa lansia melaporkan sering tidur siang dan mengalami kesulitan
persentase yang besar lansia jika tidak diidentifikasi dan diobati dengan baik
57
dan psikiatris seperti hipertensi, penyakit pembuluh darah koroner atau otak,
obesitas, dan depresi (Asmarita, 2014). Hal ini sesuai dengan penelitian dari
Umami dan Priyanto bahwa lansia yang belum bisa menerima perubahan
menyebabkan lansia menjadi cemas atau stres yang dapat berakibat pada
darah (hipertensi).
58
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
6.1.4. Ada hubungan antara kualitas tidur lansia dengan tingkat kekambuhan
6.2. Saran
58
59
DAFTAR PUSTAKA
Angkat, DNS. (2009). Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah
Pada Remaja Usia 15-17 Tahun di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Medan
: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Depkes RI. (2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta :Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Lloyd-Jones, et al. (2010). Heart disease and stroke statistics update: a report
from the American Heart Association. Circulation.; Vol 2 No 1 : 121-146
Majid, YA. (2014). Pengaruh Akupresur Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Balai
Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay. Naskah Publikasi. Bandung :
Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran Bandung
Marliani, L., danTantan, HS. (2007). 100 Question & Answer Hipertensi. Jakarta:
ElexMedia Komputindo.
Maryam, RS; Mia, FE; Rosidawati; Ahmad, J; dan Irwan, B. (2008). Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
63
Muhlisin, Adan Laksono, RA. (2011). Analisis Pengaruh Faktor Stres Terhadap
Kekambuhan Penderita Hipertensi Di Puskesmas Bendosari Sukoharjo.
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan , ISSN : 2338-2694
Oliveira, A. (2010). Sleep Quality of Elders Living in Long-erm Care Institut. Rev
Esc Enferm USP. Vol 44 (3):615-22
Palmer A and William, B. (2007). Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Alih
bahasa dr Elizabeth Yasmine. Editor Rina Astikawati, Amalia Safitri.
Jakarta : Erlangga
Prasadja, A. (2009). Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar.
Jakarta : Penerbit Hikmah