Di susun oleh :
Nim : 1961406001
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat hidayah dan taufiqnya
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, serta masih banyak
kekurangan dan kesalahannya. oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
mudah-mudahan makalah ini dapat mendorong kita untuk lebih giat dalam proses
MAROS, 08-Nov-2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
Bab I Pendahuluan :
1. Latar Belakang.........................................................................................................
2. Rumusan
Masalah....................................................................................................
3. Tujuan
Penulisan......................................................................................................
Bab II Pembahasan:
Approach)...............................................................
Approach)...............................................................
Kesimpulan.........................................................................................................................
.
Daftar
Pustaka.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas. Atau dengan kata lain, problema dasar dari Ekonomi adalah
bagaimana menggunakan semua sumber daya yang terbatas, untuk selanjutnya dapat
kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk
total yang dikeluarkan perusahaan. Jika laba dinotasikan , pendapatan total sebagai
= TR - TC
Ada tiga pendekatan penghitungan laba maksimum yang akan dibahas dalam
bab ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Memaksimumkan Laba
dipelajari bahwa dalam teori ekonomi mikro tujuan perusahaan adalah mencari laba (profit).
Secara teoritis laba adalah kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh perusahaan. Makin
besar risiko, laba yang diperoleh harus semakin besar. Laba atau keuntungan adalah nilai
penerimaan total perusahaan dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan. Jika laba
dinotasikan , pendapatan total sebagai TR, dan biaya total adalah TC, maka
= TR - TC ..........................................................................................................................(7.1)
Perusahaan dikatakan memperoleh laba kalau nilai 1t positif (1t > 0) di mana TR > TC
Laba maksimum (maximum profit) tercapai bila nilai 1t mencapai maksimum. Yang menjadi
Ada tiga pendekatan penghitungan laba maksimum yang akan dibahas dalam bab ini.
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC).
Pendapatan total adalah sarna dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan harga
output per unit. Jika harga jual per unit output adalah P, maka TR = P.Q. Pad a saat membahas
teori biaya, kita telah mengetahui bahwa biaya total (TC) adalah sama dengan biaya tetap (FC)
ditambah biaya variabel (VC), atau TC = FC + Vc. Dalam pendekatan totalitas, biaya variabel
per unit output dianggap konstan, sehingga biaya variabel adalah jumlah unit output (Q)
dikalikan biaya variabel per unit. Jika biaya variabel per unit adalah v, maka VC = v.Q.
Dengan demikian,
tersebut kita melihat bahwa pad a awalnya perusahaan mengalami kerugian, terlihat dari kurva
TR yang masih di bawah kurva TC Tetapi jika output ditambah, kerugian makin kecil, terlihat
dari makin mengecilnya jarak kurva TR dengan kurva TC Pada saat jumlah output mencapai
Q*, kurva TR berpotongan dengan kurva TC yang artinya pendapatan total sama dengan biaya
total. Titik perpotongan ini disebut titik impas (break event point, disingkat BEP). Setelah titik
BEP, perusahaan terus mengalami laba yang makin membesar, dilihat dari posisi kurva TR
maksimum (maximum selling). Sebab makin besar penjualan makin besar laba yang diperoleh.
Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output
harus diproduksi (Q*) untuk meneapai titik impas. Kemudian besarnya Q* dibandingkan dengan
potensi permintaan efektif. Jika persentasenya 80%, maka untuk meneapai BEP perusahaan
harus menjangkau 80% potensi perrnintaan efektif. Makin kecil Q* dan atau makin kecil
persentase Q* terhadap potensi permintaan efektif dianggap makin baik, sebab risiko yang
Diagram 7.1
0 = P.Q*- FC - v.Q*
= P.Q* - v.Q* - FC
= (P-v).Q* - FC
FC
Q* = (7.4)
(P V )
Contoh Kasus:
Emilia adalah seorang dosen di kata Jambi. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang
kreatH, dia merencanakan menambah penghasilan keluarga dengan menjual jajanan anak-
anak berupa permen coklat hasil olahannya sendiri. Produknya dipasarkan ke beberapa
sekolah dasar yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Jumlah permintaan potensial (dilihat dari
jumlah murid yang diberi uang jajan) adalah 1.000 orang per hari. Untuk mewujudkan
rencananya, dia hams membeli alat-alat produksi dan mesin cetak sederhana seharga Rp5 juta.
Biaya produksi per biji permen coklat Rp250,00. Harga jual per biji Rp500,00.
Biaya pembelian alat produksi dan mesin cetak sederhana adalah biaya tetap (FC),
karena besarnya tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel per unit (v) adalah Rp250,00
sedangkan harga jual per unit (P) adalah Rp500,00 Untuk mencapai titik impas, jumlah output
Untuk mencapai titik impas, permen coklat yang harus terjual 20.000 biji. Apakah target
ini terlalu berat? Sangat tergantung dari optimisme Ibu Emilia. Jika dia bersikap pesimis,
misalnya dengan mengatakan hanya sekitar 10% dari permintaan potensial yang terjangkau,
berarti setiap hari hanya dapat menjual 100 permen. Sehingga 20.000 biji permen akan terjual
dalam waktu 200 hari. Tetapi bila dia yakin minimal 50% potensi pasar terjangkau atau 500 biji
permen coklat per hari, 20.000 biji permen akan terjual hanya dalam waktu 40 hari. Setelah
20.000 biji permen, penjualan selanjutnya memberi keuntungan Rp250,00 per biji, karena itu
makin banyak permen yang dapat dijual, makin besar laba yang diperoleh.
yang digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat menjadi biaya variabel); ada
yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap). Atau seorang pegawai dalam perusahaan,
terutama perusahaan keluarga, sering bekerja rangkap untuk kegiatan administratif (biaya
menyebabkan baik kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk garis lurus (lihat
kembali Bab 5 dan Bab 6. Karena itu pendekatan totalitas hanya dapat dipakai bila usaha
yang dianalisis relatif sederhana, dengan skala produksi tidak besar (massal).
Dalam pendekatan ini, perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan
antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P). Laba total adalah laba per
= (P - AC).Q .......................................................................................................................(7.5)
Dari persamaan ini perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P)
lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P sarna
dengan AC.
AC. Bila P lebih kedl atau sarna dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi
pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya
Contoh Kasus:
PT Tani Makmur ingin menanam singkong di Lampung. Produk singkong akan dibeli di
lahan oleh produsen tapioka seharga Rp150,00 per kilogram. Setiap hektar diperkirakan
menghasilkan singkong minimal 25 ton. Berdasarkan studi pendahuluan, biaya produksi seperti
di bawah ini:
Biaya penanaman dan perawatan (termasuk pupuk dan obat-obatan) serta tenaga kerja:
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung biaya rata-rata per kilogram
singkong, sampai siap dijual di lahan. Karena yang sudah ketahui hanya biaya panen per kg,
kita harus menghitung biaya rata-rata : kilogram persiapan lahan dan penanaman. Dari data-
data di atas diketahui bahwa biaya persiapan lahan, penanaman dan perawatan adalah Rp.
1.500.000,00 per hektar. Jika per hektar lahan menghasilkan 25 ton singkong, maka biaya rata-
rata persiapan, penanaman dan perawatan adalah Rp.60,00 per kilogram. Sehingga biaya rata-
rata per kilogram (AC) adalah Rp.60,00 + Rpl0,00 sama dengan Rp70,00.
Karena harga jual singkong (P) adalah Rp150,00 per kilogram, maka
= (P - AC ).Q ......................................................................................................................(7.6)
Q = (1.000.000.000: 80) kg
= 12.500.000 kg
= 12.500 ton
Jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rpl miliar adalah 12.500
ton. Karena per hektar menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang harus ditanam adalah 500
hektar.
Sama halnya dengan pendekatan totalitas, pendekatan rata-rata juga banyak dipakai
karena sederhana. Namun pendekatan ini pun mengabaikan gejala penurunan pertambahan
hasil (LDR). Contoh di atas, menunjukkan bahwa perhitungan AC berdasarkan skala produksi
satu hektar. Padahal banyak perbedaan mendasar antara memproduksi satu hektar dengan
500 hektar. Pada skala produksi satu hektar atau barangkali sampai sepuluh hektar,
teknologi produksi maupun manajemen. Dalam arti kualitas SDM yang dibutuhkan tidak perlu
tinggi, lahan bisa dikelola dengan eknologi sederhana dan pengelolaan usaha cukup dengan
manajemen keluarga.
Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai 500 hektar, pengolahan tanah hams
yang mampu mengelola usaha bernilai ratusan juta atau miliaran rupiah. Jika perusahaan harus
menggunakan kredit sebagai sumber pendanaan, maka organisasi perusahaan harus bersifat
formal. Dengan kata lain jenis dan kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan makin banyak
dan meningkat, jika skala produksi ditambah. Karena itu perhitungan AC yang akurat
seharusnya dalam skala produksi 500 hektar. Angka biaya rata-rata (AC) pada skala produksi
500 hektar bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada skala produksi satu hektar. Jika
perusahaan menikmati skala produksi ekonomis (economies of scale), maka biaya rata-rata
( AC ) akan lebih kedl dari Rp70,00 per kg (AC pada skala produksi satu hektar). Begitu juga
sebaliknya.
3. Pendekatan Marjinal (Marginal Approach)
marjinal (MC) dan pendapatan marjinal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada saat MR =
Me. Kondisi tersebut bisa dijelaskan secara matematis, gratis dan verbal.
= TR - TC ...........................................................................................................................(7.7)
Laba maksimum tercapai bila turunan pertama fungsi (∂n / ∂Q) sama dengan nol dan
nilainya sama dengan nilai turunan pertama TR (OTRI aQ atau MR) dikurangi nilai turunan
TR TC
0
Q Q Q
= MR – MC = 0
Di pembahasan teori biaya produksi, kita telah mengonstruksi kurva biaya total (TC)
yang bentuk kurvanya seperti huruf S terbalik. Kurva pendapatan total (TR) diperoleh dengan
cara mengalikan kurva produksi total (TP) dengan harga jual output per unit (P). Pada
pembahasan teori produksi, telah diketahui bahwa kurva TP berbentuk huruf S. Karena kurva
TR diperoleh dengan cara mengalikan kurva TP dengan sebuah bilangan sebesar nilai P, maka
kurva TR juga berbentuk huruf S. Kurva TR dikurangi kurva TC menghasilkan kurva laba ()
Diagram 7.2
Pada Diagram 7.2 kita melihat bahwa tingkat output yang memberikan laba adalah
interval Q1-Q5 Jika output di bawah jumlah Q1 perusahaan mengalami kerugian karena TR < TC
Begitu juga jika jumlah output melebihi Q 5 Interval Q1-Q5 dalam pembahasan teori produksi
disebut sebagai daerah produksi ekonomis (tahap II). Perusahaan akan mencapai laba
maksimum di salah satu titik antara Q1-Q5 Dalam Diagram 7.2 terlihat bahwa laba maksimum
tercapai jika tingkat produksinya adalah Q3 Secara grafis hal itu terlihat dari kurva yang
maksimum bila MR = MC Dalam grafis kondisi itu terbukti dengan membandingkan dua garis
singgung b1 dan b2. Garis singgung b1 adalah turunan pertama fungsi TR atau sarna dengan
MR. Garis singgung b2 adalah turunan pertama fungsi TC atau sama dengan MC Kita melihat
Apakah benar perusahaan akan mencapai laba maksimum bila memproduksi di Q3?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita mengonsentrasikan diri pada pergerakan kurva lab a
(n) sepanjang interval Q1-Q5' Pergerakan tersebut kita bagi menjadi tiga sub-interval: Q1-Q3' Q3'
dan Q3-Q5'
Ketika output ditambah dari Q1 ke Q2 kurva bergerak naik yang artinya laba bertambah
besar. Bila memperhatikan kurva TR dan TC, terlihat bahwa sudut kecuraman garis singgung a l
(MR) lebih besar dari sudut kecuraman garis singgung a 2 (MC). Ternyata jika output ditambah
satu unit, tambahan pendapatan (MR) yang dihasilkan lebih besar dari tambahan biaya (MC)
yang harus dikeluarkan. Karena itu akan lebih menguntungkan bila perusahaan terus
menambah output. Dengan cara penjelasan yang sama dapat dipahami mengapa kurva
bergerak naik sampai jumlah output Q3 Kalau kita melihat sudut kemiringan kurva makin
mendatar, hal itu menunjukkan terjadinya hukum pertambahan hasil yang makin menurun
(LDR).
singgung b2 (MC). Jika output ditambah satu unit, maka tambahan pendapatan (MR) yang
diperoleh sama persis dengan tambahan biaya (MC) yang harus dikeluarkan.
3) Interval Q3-05
Jika output ditambah dari Q3 ke Q4 terlihat bahwa sudut kemiringan garis singgung c1
(MR) sudah lebih kecil dari sudut kemiringan garis singgung c 2 (MC). Artinya jika output
ditambah satu unit, tambahan pendapatan (MR) yang diperoleh lebih kecil dibanding tambahan
biaya (MC). Dalam kondisi seperti itu perusahaan akan merugi bila terus menambah output.
Dengan demikian, tingkat output yang membuat perusahaan mencapai laba maksimum
adalah Q3'
Pada interval Q1-Q3 MR > MC. Karenanya penambahan output akan meningkatkan laba.
Pada interval Q3-Q5 MR < MC. Karenanya penambahan output akan menurunkan laba.
Pada saat output adalah Q3, MR = MC. Perusahaan mencapai laba maksimum.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua
transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali
yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total
(TC). Jika harga jual per unit output (P) dan jumlah unit output yang terjual (Q), maka
TR = P.Q. Biaya total adalah jumlah biaya tetap (FC) ditambah biaya variable per unit(v)
dikali biaya variable per unit, sehingga:
π = P.Q – (FC + v.Q)
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi penjualan
maksimum (maximum selling). Sebab semakin besar penjualan makin besar laba yang
diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus menghitung
berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas. Kemudian
besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan efektif .
DAFTAR PUSTAKA
http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/09/artikel-tentang-laba.html
http://harisahmad.blogspot.com/2011/01/pendekatan-perhitungan-laba-maksimum.html
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pendekatan%20perhitungan%20laba
%20maksimum&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDAQFjAB&url=http://kk.mercubuana.ac.id/files
/33002-13-
775147388759.doc&ei=wsNzUZOkE43IrQe4p4GIDQ&usg=AFQjCNHJ02S7rZU2UlzK2PK5X9ORd4
11hA&bvm=bv.45512109,d.bmk
2013)
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pendekatan%20perhitungan%20laba
%20maksimum&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDAQFjAB&url=http://kk.mercubuana.ac.id/files
/33002-13-
775147388759.doc&ei=wsNzUZOkE43IrQe4p4GIDQ&usg=AFQjCNHJ02S7rZU2UlzK2PK5X9ORd4