Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

ISLAM SEBUAH SISTEM KEHIDUPAN BERNEGARA

Rudiana

e-mail: rudiana1974@gmail.com

ABSTRAK

Pada umumnya sistem kehidupan bernegara merupakan hasil persesuaian-diri


dengan ajaran filsafat yang dianut dan yang terbentuk dari akibat perubahan-
perubahan yang terjadi dalam bidang sosial-politik dan sosial-ekonomi. Hal ini
berbeda dengan sistem Islam, sebab ia berasal dari suatu sumber yang bersifat tetap,
yaitu yang berpatok pada wahyu Tuhan.

Hasil kajian menunjukan bahwa Islam adalah sistem sosial, tatanan kehidupan
yang lengkap dan utuh, yang berhubungan dengan urusan-urusan pemerintahan,
politik, ekonomi, sosial, dan seterusnya. Artinya, Islam sebagai agama tidak hanya
mengandung hal-hal yang berdimensi teologis-ritualistik tetapi juga memberikan
pedoman tentang kehidupan sosial pragmatis; Islam mempunyai dimensi
pemerintahan, politik, dan kenegaraan yang mengisyaratkan kedekatan negara
dengan agama.
Kata-kunci: sistem kehidupan bernegara, sistem Islam, dimensi pemerintahan.

ABSTRACT

Generally life system of state is a result of meeting of the minds and formed of
the canges of socio-political and socio-economical happen. This is different of the
system of Islam because of the permanent source from divine revelation.

Result of the study showed that Islam is a social system, a complete and a
whole order of life related to govermental, political, economical, social, and so on,
affairs. That is, Islam as a religion, not only contain a theological-ritualistic but
also give a guidance of a pragmatical social life dimensions. Islam contain
govermental and political dimensions as a signal propinquity between the state and
the religion.
Keywords: life system of state, system of Islam, governmental dimension.

188 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

PENDAHULUAN Namun apakah ini berlaku secara


umum?
Sistem sosial merupakan suatu
Islam berbeda dari sistem sosial
sinergi antara berbagai subsistem
lainnya seperti yang telah dijelaskan di
sosial yang saling mengalami keter­
atas. Jika sistem sosial lain berasal dari
gantungan dan keterkaitan (Teori
bentukan sistem sosial ciptaan manu­
Sibenertika Parson). Sistem sosial
sia, sistem Islam tidak demikian.
yang diciptakan oleh masyarakat
Sistem Islam berasal dari suatu sumber
dipelopori oleh filsafat tertentu dari
yang tetap adanya, tidak berubah-
pemikir-pemikir yang menonjol, lalu
rubah sepanjang masa. Yaitu, sistem
dianut oleh orang banyak. Mereka
Islam berpatokan pada wahyu Tuhan.
menyesuaikan diri dengan ajaran
filsafat itu, dan dalam kehidupan Baik dari segi asas yang menda­
sehari-hari nampak tercermin tentang sarinya, segi pemikiran dan pema­ham­
filsafat yang mereka anut. Ajaran an, segi standar dan hukum-hukumnya
Marxisme, misalnya, yang dilandaskan untuk mengatur berbagai urusan,
pada filsafat yang dikenal dengan maupun dari segi bentuknya yang
dialektika materialisme, maka sistem mencerminkan sebuah sistem Islam;
sosialnya akan disesuaikan dengan itu. sesungguhnya sistem Islam berbeda
Seperti yang terlihat sekarang dengan seluruh bentuk sistem selainnya
dipraktekkan oleh Rusia dan negara- yang dikenal di seluruh dunia.
negara lainnya.
Islam adalah sebuah sistem yang
Selain berdasar filsafat, maka bukan hanya sebatas agama. Islam
sistem sosial itu juga terbentuk akibat adalah sebuah tatanan luas yang
perubahan-perubahan sosial yang mengatur segala aspek kehidupan yang
dalam prakteknya menjurus kepada mencakup ilmu, pemerintahan, politik,
penyusunan sistem yang baru, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan,
menyangkut hal-hal yang bersifat keamanan, militer, dan hukum.
ekonomi, politik, dan sosialnya.
Pembicaraan tentang Islam adalah
Seperti dalam sejarah Eropa ketika
hal yang sangat menarik untuk dibahas
kondisi sosialnya beralih dari sistem
dikarenakan pemahaman yang ber­
perbudakan menjadi sistem feodal.
agam dalam kalangan umat Islam itu
Biasanya, perubahan itu terjadi
sendiri. Jika melihat secara empirik
berbarengan dengan munculnya filsafat
mengenai Islam, khususnya dalam
dan teori-teori kemasyarakatan yang
keta­tanegaraan Islam, Sirrajudin
baru sehingga suasana menjadi matang
(2007:20) mengelompokkan pemikiran
untuk meruntuhkan sistem yang lama.
para tokoh Islam kedalam tiga
Dengan melihat yang demikian maka
golongan.
dapat dikatakan bahwa sistem sosial
terbentuk atas ciptaan masyarakat. Yaitu, yang pertama, menjelaskan

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 189


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

bahwa Islam merupakan yang serba tidak ditugaskan untuk membentuk


lengkap. Di dalamnya juga terdapat pemerintahan. Pemikir yang termasuk
ketentuan yang mengatur masalah baik dalam kelompok ini adalah Ali Abd
tentang sistem politik maupun kene­ Raziq, Thaha Husen, dan Qamaruddin
garaan. Karenanya, menurut golongan Khan.
ini, dalam bernegara, umat Islam harus
Artikel ini membahas bahwa
menerapkan sistem kenegaraan Islam
Islam adalah sistem sosial, sebuah
yang mengacu pada keteladanan Nabi
tatanan kehidupan yang lengkap dan
Muhammad dan para khalifah sesu­
utuh, terdapat berbagai sistem kehi­
dahnya, juga tidak perlu meniru sistem
dupan seperti yang berhubungan
kenegaraan Barat. Dalam golongan ini
dengan pemerintahan, politik, eko­
termasuk Hasan Al Banna, Sayyid
nomi, sosial, dan sebagainya. Artinya,
Quthb, Abul Ala Al Mawdudi, dan
Islam sebagai agama tidak hanya
Rasyid Ridha.
mengandung hal-hal yang berdimensi
Golongan kedua, mereka yang teologis-ritualistik saja tetapi juga
beranggapan bahwa Islam memang memberikan pedoman tentang kehi­
mengatur soal-soal kenegaraan, tetapi dupan sosial pragmatis. Dalam hal
tidak menentukan secara lengkap dan inilah Islam mempunyai dimensi
tegas. Artinya, dalam Islam tidak ter­ politik dan kenegaraan yang dikenal
dapat sistem kenegaraan, tetapi ter­ dengan “Al-Islam Din wa al-Dawlah”,
dapat seperangkat tata nilai dan etika yang mengisyaratkan kedekatan antara
bagi kehidupan bernegara. Aliran negara dan agama.
dalam golongan ini menolak pandangan
bahwa Islam sudah menyediakan
SISTEM KEHIDUPAN NEGARA
aturan kehidupan yang lengkap dan
MENURUT ISLAM
sempurna. Al Quran hanyalah meng­
andung petunjuk-petunjuk moral bagi
kehidupan bernegara. Husen Haikal, Kata agama dalam bahasa
Munawir Sjadzali, Nurcholish Madjid, Indonesia berasal dari bahasa
Harun Nasution, dan K.H. Ahmad Sansekerta yang berarti “a=tidak’
Siddiqy berada dalam golongan ini. gama=kacau”, dengan pengertian
terdapat ketentraman dalam berpikir
Yang terakhir, golongan ketiga, sesuai dengan pengetahuan dan
mereka yang berpendapat bahwa Islam kepercayaan yang mendasari kelakuan
adalah agama dalam pengertian Barat, “tidak kacau” itu. Dalam bahasa
yaitu yang tidak ada kaitannya sama Inggris disebut religion atau religi.
sekali dengan aturan atau sistem Berasal dari bahasa Latin religio atau
kenegaraan. Nabi Muhammad, menu­ relegere yang berarti “mengumpulkan”
rut anggapan mereka, hanya ditugaskan atau “membaca” (Thaba, 1996:32).
berdakwah dan mewujudkan kebajikan;

190 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

Agama diperlukan sebagai sistem Dari penelitian Tahir Azary,


keyakinan, sistem makna yang muncul ditemukan sembilan prinsip Negara
dan terwujud dalam kehidupan sosial, hukum menurut Al-Quran dan Sunnah
melalui interaksi yang responsif Rasulullah (Thaba, 1996:43-44):
terhadap situasi-situasi yang dihadapi (1) Prinsip kekuasaan sebagai amanah
oleh para penganutnya. Agama mem­ (4:58);
bantu mendorong terciptanya perse­ (2) Prinsip musyawarah (42:38,
tujuan mengenai isi dan kewajiban- 3:159);
kewajiban sosial dengan memberikan (3) Prinsip keadilan (4:135, 5:8,
nilai-nilai yang berfungsi menyalurkan 16:90, 6:160);
sikap-sikap para anggota masyarakat
(4) Prinsip persamaan (9:13);
dan menetapkan isi kewajiban-
(5)
Prinsip pengakuan dan
kewajiban sosial mereka. Agama dapat
perlindungan terhadap hak-hak
membantu menciptakan sistem-sistem
asasi manusia (17:70, 17:33, 5:32,
nilai sosial yang terpadu dan utuh.
88:21, 88:22, 50:45, 4:32);
Jika melihat penjelasan agama di (6) Prinsip pengadilan bebas (dialog
atas, sesungguhnya Islam melebihi Mu’adz dengan Rasulullah saw
dari itu. Islam adalah sebuah Din. ketika akan diangkat menjadi
Sebuah sistem sosial yang mencakup hakim di Yaman);
segala aspek kehidupan manusia. Islam (7) Prinsip perdamaian (2:194, 2:190,
tidak hanya membawa akidah ke­ 8:61-62);
agamaan yang benar semata-mata atau (8) Prinsip kesejahteraan (34:15);
ketentuan akhlak utama yang menjadi serta
dasar masyarakat semata-mata, tetapi (9) Prinsip ketaatan rakyat (4:59).
juga Islam membawa-serta syariat
yang jelas lagi adil. Syariat inilah yang Sayyid Quthb salah seorang tokoh
mengatur manusia, perilakunya dan aliran yang berpendapat bahwa Islam
hubungan-hubungannya satu sama lain adalah agama yang sempurna dan amat
di dalam segala aspek, baik bersifat lengkap sebagai suatu sistem kehidupan
individu, keluarga, hubungan individu yang tidak saja meliputi tuntunan
dan masyarakat, maupun hubungan moral dan peribadatan, tetapi juga
Negara Islam dengan negara-negara sistem politik termasuk bentuk dan
lain. Semua hubungan yang berbagai ciri-cirinya, sistem pemerintahan,
macam ini—dan prinsip-prinsip umum sistem ekonomi, dan sebagainya.
yang menjadi landasannya sekalipun—
kadang-kadang bersifat garis besar Ungkapan senada dilontarkan
telah meletakkan syariat-syariat yang Hasan Al Banna bahwa Islam
digunakan untuk mengatur persoalan merupakan tatanan lengkap bagi semua
tersebut. kehidupan. Islam adalah negara dan
bangsa atau pemerintahan dan

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 191


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

masyarakat, serta moral dan kekuasaan. Sebagai sebuah ideologi bagi


Menurutnya, sungguh keliru orang Negara, masyarakat, serta kehidupan;
yang mengatakan bahwa Islam hanya Islam telah menjadikan Negara beserta
terdiri dari aspek rohaniah dan ibadah kekuasaannya sebagai bagian yang
saja. tidak dapat dipisahkan dari eksistensi
Islam. Islam telah memerintahkan agar
Abul A’la Mawdudi menge­
mendirikan Negara dan pemerintahan
mukakan gagasan-gagasannya tentang
yang berdasarkan hukum-hukum
konsep negara Islam; ia berangkat dari
Islam. Seperti yang dijelaskan Abdul
pemahamannya terhadap hakikat Islam
Qadim Zallum, dalam bukunya yang
itu sendiri. Menurut Abul A’la
berjudul Sistem Pemerintahan Islam,
Mawdudi, Islam adalah agama yang
menyebutkan ada berpuluh-puluh ayat
paripurna, lengkap dengan petunjuk
Quran yang menyangkut masalah
yang mengatur semua aspek kehidupan
pemerintahan dan kekuasaan. Yaitu, di
manusia, termasuk dalam lapangan
antaranya, 5:48, 5:49, 5:44, 5:45, 5:47,
pemerintahan.
4:65, 4:59, dan 4:58. Bahkan masih
Rasyid Ridha cenderung men­ banyak ayat yang menyangkut masalah
dukung pendapat al-Mawardi yang pemerintahan. Di samping itu, masih
meng­atakan bahwa Imam itu ditegak­ banyak ayat lain yang menunjukkan
kan sebagai pengganti Nabi Muham­ pembahasan pemerintahan secara
mad dalam memelihara urusan keaga­ detail, bahkan ada ayat-ayat yang
maan dan keduniaan. Sejalan dengan membahas tentang hukum perang,
pandangannya yang mengatakan politik, pidana, sosial, muamalah, dan
bahwa Islam adalah agama untuk lain-lain: 9:123, 8:57-58, 8:61, 5:1,
kedaulatan, politik, dan pemerintahan. 2:188, 2:179, 3:38, 65:6, 65:7, dan
Namun, sistem pemerintahan yang 9:103 (Zallum, 2002:3-6).
diinginkan adalah khalifah.
Demikianlah kita dapati garis-
Para tokoh ini memandang bahwa garis besar undang-undang menyangkut
kepemimpinan Nabi Muhammad di aspek berbeda-beda: militer, pidana,
Madinah bukan hanya sebagai politik, dan muamalah dengan jelas
pemimpin agama atau rasul yang serta adanya beratus-ratus ayat Quran
bertugas untuk menyampaikan risalah di samping banyak hadits sahih yang
kenabian, tetapi juga bertindak sebagai menjelaskan hal-hal serupa. Semuanya
pemimpin masyarakat dan Negara; itu berhasil diterapkan secara riil dalam
karena itu mempunyai kekuasaan di kehidupan pada masa Rasulullah,
bidang pemerintahan. Antara agama Khulafaur Rasyi­din, serta penguasa-
dan negara dijalankan secara integral penguasa Islam sepeninggal beliau.
tanpa memisahkan kedua urusan Kenyataan ini menunjukkan dengan
tersebut. jelas, bahwa Islam adalah sistem bagi
pemerintahan, negara, masyarakat,

192 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

kehidupan umat, dan individu- bentuk yang terlukis dari sana, maupun
individu. Begitu pula Islam telah undang-undang dasar serta perundang-
menunjukkan bahwa negara tidak akan undangan yang diberlakukannya
begitu saja menjalankan roda peme­ (Zallum, 2002:3-7).
rintahan, melainkan dengan sistem
Hasan Al Banna meyakini bahwa
Islam, sehingga Islam tidak akan
Islam merupakan dakwah, harakah,
pernah terlihat kecuali kalau Islam
dan sistem hidup yang integral. Islam
tersebut hidup dalam sebuah Negara
adalah satu-satunya sistem terakhir
yang menerapkan hukum-hukumnya.
bagi kehidupan dunia ini dan sekaligus
Karena itu, Islam adalah agama
sebagai vonis final bagi setiap peradilan
sekaligus ideologi. Pemerintahan dan
sejarah. Maka pola perjuangan
negara adalah bagian yang tidak dapat
Rasulullah Muhammad merupakan
dipisahkan eksistensinya. Negara
jalan yang harus dituju. Prinsip awal
adalah metode operasional satu-
yang diyakini dan digelorakan dalam
satunya yang secara syar’i dijadikan
jiwa berupa kalimat ‘Allahu
oleh Islam untuk menerapkan dan
Ghayatuna’ (Allah tujuan kami).
memberlakukan hukum–hukumnya
Intisari dari dakwah adalah berorientasi
dalam kehidupan secara menyeluruh.
Rabbaniyah (Assisi, 2006:76). Al
Islam tidak akan tampak hidup jika
Quran Al Karim kitab penyempurna
tidak ada sebuah negara yang mene­
dan terakhir dari Allah sebagai aturan
rapkannya dalam segala aspek.
dan undang-undang dasar. Itulah
Sistem pemerintahan Islam adalah penyelamat dalam ujian, musibah, dan
sistem yang menjelaskan bentuk, sifat, bencana yang datang bertubi-tubi.
dasar, pilar, struktur, asas yang menjadi Solusi dari berbagai belenggu ke­
landasan, pemikiran, konsep, serta hinaan, kesesatan, dan fitnah serta
standar-standar yang dipergunakan aturan yang paling layak dan terbaik
untuk melayani kepentingan umat, untuk sepanjang masa.
serta undang-undang dasar dan per­
Sayid Qutb (1983:117) menjelas­
undang-undangan yang diberlakukan.
kan ciri utama sistem masyarakat Islam
Inilah sistem yang khas dan unik itu adalah suatu sistem ketuhanan.
bagi sebuah negara yang berbeda Masyarakat Islam lahir dari sistem
dengan semua sistem pemerintahan yang direncanakan oleh Allah sendiri,
mana pun yang ada di dunia dengan berlandaskan aqidah islamiyah dan
perbedaan yang mendasar; baik dari syariat Islam yang berpangkal dari
segi asas yang dipergunakan sebagai aqidah itu. Dari kedua landasan inilah
landasan sistem tersebut ataupun dari terbitnya masyarakat Islam itu. Itulah
segi pemikiran, konsep, serta standar sebabnya disebut dengan ‘Sistem
yang dipergunakan untuk melayani Ketuhanan’ atau ‘Sistem Rabbani’,
kepentingan umat, atau dari segi yakni karena dia terbit sebagai buah

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 193


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

dari aqidah dan syariat yang bersifat berarti bahwa Islam melarang
ketuhanan. pengambilan manfaat dari hasil-hasil
pengalaman manusia. Selama
Sistem masyarakat Islam itu
pengalaman itu tidak menyinggung
bersumber dari aqidah Islam yang
suatu pokok dari syariat, selama dapat
ditentukan polanya oleh syariat Islam,
pula diterima dan dimanfaatkan. Sebab
maka dalam penyelenggaraan dan
menghadapi persoalan masyarakat
pertumbuhannya sistem itu haruslah
yang selalu berubah diperlukan cara
tunduk kepada sumbernya dan kepada
penelitian modern. Juga tidak ada
syariat Islam yang menentukan
salahnya memanfaatkan eksperimen
bentuknya. Syariat Islam lah yang
itu untuk melaksanakan prinsip-prinsip
menguasai segala perkembangan di
Islam. Sebab prinsip-prinsip Islam itu
dalam sistem masyarakat yang ber­
tetap dan tidak akan berubah, tetapi
corak Islam itu. Dalam pengarahannya,
cara pelaksanaannya selalu dapat
sistem itu tidak memberi kelonggaran
diperbaharui. Yang perlu dijaga hanya­
untuk menundukkan diri kepada
lah satu, yakni jangan sampai cara-cara
sesuatu konsepsi asing yang menyim­
itu bertabrakan dengan prinsip-prinsip
pang dari karakteristiknya, baik yang
Islam dan jangan sampai menyimpang
bersifat menyeluruh maupun parsial.
dari tujuan pokok.
Sistem ini mempunyai perlengkapan
sendiri untuk menampung seluruh Aqidah tauhid merupakan prinsip
keperluan yang senantiasa berubah- Islam dengan segala sesuatu yang
ubah didalam lingkungan batas memancar daripadanya, menguasai
perundang-undangannya sendiri dan dan mempengaruhi sendi-sendi su­
selaras dengan pengarahannya yang sunan masyarakat Islam. Mentauhidkan
ditentukan sejak semula. Karakternya Allah adalah untuk menegaskan
akan timpang apabila dimasukkan pendirian bahwa hanya Allah yang
kedalamnya sesuatu yang asing. Sebab wajib disembah tanpa sekutu apapun.
aqidah dan ibadat, kelakuan dan Aqidah itu memancarkan pengertian:
muamalah, masing-masingnya saling (1) Kesatuan iradat Allah dalam
berkaitan, berjalin, dan saling mem­ mencipta, memelihara, meneliti,
pengaruhi. Semua bersumber dari satu dan memperbuat perhitungan.
aqidah dan mempunyai tujuan-tujuan (2) Kesatuan eksistensi dari segala
tertentu. Aqidah mempengaruhi kehi­ benda yang ada, yakni sama-sama
dupan sosial menurut susunannya yang ciptaan Allah yang terbit dari
asli. Ia akan rusak apabila dipengaruhi iradat-Nya yang satu.
sistem sosial lain yang terbit dari (3) Kesatuan hidup, sumbernya,
filsafat-filsafat atau teori asing (Qutb, wataknya, dan sendi-sendinya.
1983:178). (4) Kesatuan manusia, sumbernya,
Namun demikian, ini tidaklah asal-usulnya, pertumbuhannya,

194 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

generasinya, tujuannya, dan PEMIKIRAN POLITIK/


tempat kembalinya. PEMERINTAHAN ISLAM
(5) Kesatuan Agama di tangan orang
yang menjadi umat para Rasul, Sepeninggal Rasullullah Muham­
sedang mereka sebenarnya umat mad saw, pertumbuhan pemikiran
yang satu. politik Islam, dalam periode awal
(6) Kesatuan orang-orang mukmin banyak dipengaruhi oleh pergulatan
yang mencakup sekalian orang kepentingan keagamaan dan politik/
yang percaya kepada salah seorang pemerintahan.
Rasul Allah sebelumnya diutus
Di masa Syayidina Abubakar
seorang Rasul penggantinya,
terhitung dari Nabi Adam sampai Ashshidiq ra, kontribusi diskusi politik
dengan Penutup semua Rasul, sangat marak, bahkan ten­ tang per­
Nabi Muhammad s.a.w. bincangan apakah Abubakar seba­
gai  seorang  kepala pe­me­rin­tah­an saja
(7)
Kesatuan watak manusia
atau sekaligus pemimpin aga­
sebagai manusia dan kesatuan
pengarahannya. ma.   Terjadi per­se­­te­ruan  anta­
ra  kalangan Muhajirin yang beretnis
(8) Kesatuan keyakinan, amal ibadat,
Quraisy yang merasa sebagai pembela
dan perikelakuan.
Islam yang pertama  dan  kalangan
(9) Kesatuan pandangan tentang
Anshor yang merasa memiliki tanah
dunia dan akhirat, yakni sama-
air Islam yang pertama. Begitu juga,
sama menghadapkan jiwa dan
perbincangan tentang keputusan
raga kepada Allah.
Abubakar untuk memerangi  orang
(Qutb, 1983:122-123). yang tidak membayar  pajak; padahal
selama Rasulullah Muhammad s.a.w
Aqidah tauhid ini dengan segala
hidup, tidak pernah menjatuhkan
pancarannya, menguasai dengan
hukum perang kepada orang  yang
sepenuh-penuhnya segala aspek sistem
tidak mau membayar zakat. Se­
sosial Islam, memberikan patokan
hingga  terdapat  ahli  sejarah, yang
segala persendiannya dan segala
meng­kritisinya secara politis, bahwasa­
cirinya yang lain dan menafsirkan
nya Abubakar memeranginya lebih
sebagian besar dari perasaan budi,
karena kepentingan  politik, berupa
akhlak dan muamalat, hak dan
loyalitas kepada pemimpin, daripada
kewajiban, serta hubungan dan ikatan
persoalan agama semata (ansich).
yang terdapat di dalam sistemnya pada
segala bentuk dan rupanya. Pergulatan   pemikiran politik Is­
lam  juga   terjadi  dalam mensi­kapi
pemerintahan Syayidina
Umar  bin  Khattab ra yang  sangat te­
gas tetapi demokratis.  Banyak kebi­

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 195


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

jakan  politik Umar bin Khattab yang menjadi  pemimpin suatu kaum. Dalam
berbeda dengan kebijakan Nabi, masa inilah kemudian, perbedaan ke­
semisal dalam persoalan pemba­ pentingan aqidah dipolitisir lebih jauh
gian  harta rampasan perang. Apakah menjadi sebuah kepen­tingan politik.
ini ijtihad politik Umar sendiri atau
Dinamika politik itulah yang
bukan? Umar bin Khattab juga seorang
kemudian melahirkan mazhab politik
pemimpin yang ingin meletakkan
Islam klasik yang terbagi dalam tiga
politik dalam panggung keadilan. Hal
mazhab besar; yakni Sunni, Syi’ah,
ini tercemin dalam  sikapnya ketika
dan Khawarij. Dari tiga maz­
dilantik menjadi Khalifah. Ia meng­
hab  politik  ini,  di kemudian hari me­
angkat pedang tinggi, untuk membela
la­hirkan derivasi (baca: turunan atau
Islam,  jika  ia tidak  selaras dengan
perkembangan) pemikiran politik/
Islam, maka ia menyuruh masyarakat
pemerintahan yang sangat kompleks
mengingatkannya dengan pedang
dan  berkelanjutan. Dari generasi ke­
pula.
em­ pat Khilafah Rasyidah inilah,
Di  masa  pemerintahan Syayidina ide pemikiran politik Klasik banyak
Utsman bin Affan ra, pemikiran dibangun.
politik  tentang koalisi dan aliansi
tam­pak­nya  sangat menonjol. Posisi
Pemikiran Politik/Pemerintahan
usia Utsman yang sudah cukup  tua,
Islam Klasik
yang kemudian dimanfaatkan oleh
kerabat dekat Utsman untuk mem­
pengaruhi roda pemerintahan, yang Dalam konteks Pemikiran Politik/
kemudian ditandai dengan kondisi ne­ Pemerintahan Islam Klasik, diwarnai
potisme dalam pemerintahan Utsman. dengan beberapa corak pemikiran
yang khas, seperti:
Situasi  yang  sangat kondusif 1. Terdapatnya  pengaruh yang
memunculkan  variasi pemikiran po­ signifikan  dari  pemikiran-
litik adalah  di masa  Syayidina Ali  bin pemikiran  Yunani Kuno, terutama
Abu Thalib ra diangkat menjadi Plato.  Interaksi  dengan pemikiran
Khalifah. Konflik politik berkepan­ Yunani Kuno ini tampak menonjol
jangan berkaitan dengan pembunuhan dalam masa-masa pemerintahan
Utsman, menjadikan sebab timbul­ kekhilafahan Abbasiyah.
nya  perang  saudara di antara sesama 2. Pemikiran politik sebagian besar
Muslim.  Bahkan isteri Rasulullah memberikan legitimasi terhadap
sendiri, Siti Aisyah ra, ikut memimpin status quo. Baik dalam formulasi
perang melawan Ali dalam perang teoretik yang memberikan du­­
Jamal (Onta), yang di kemudian hari kungan  sampai  hanya mem­
menjadi  diskursus (wacana) panjang berikan saran-saran.
tentang boleh tidak wanita 3. Pemikiran politik Islam lebih

196 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

berkecenderungan menampilkan tidaklah tercapai kalau dunianya tidak


bentuk-bentuk yang idealis beres, sedangkan keberesan dunia
daripada yang lebih operasional. tergantung kepada  khalifah yang
ditaati. Yang kedua, ketentram­
Pemikiran Islam klasik dalam an   dunia dan keselamatan jiwa dan
kaitannya dengan pengelolaan (mana­ harta  hanyalah   dapat diatur dengan
jemen)  kenegaraan terdapat tiga va­ adanya khalifah yang ditaati.
riasi pendekatan: Sentralisme Kha­ Dengan  alasan  ini, Ghazali seca­
lifah, Institusionalisme, dan Orga­ ra  tegas menyatakan syarat menjadi
nisme. seorang khalifah adalah mewakili
pribadi para shahabat utama,  yang
Politik/pemerintahan tentang
telah memenuhi syarat ilmiah dan
kenegaraan dengan pendekatan sentra­
amaliah. Syarat ilmiah yang berkaitan
lisme khalifah banyak dikemukakan
dengan kepribadian yang baik, sedang
oleh para filsuf baik dari Al-Farabi,
amaliah yang berkait­ an dengan
Ibnu Sina maupun Al-Ghazali.
perasaan empati kepada lingkungan
Pandangan Al-Farabi dan Ibnu Sina
dengan baik.
dalam batas tertentu terasa sangat
idealis dimana khalifah harus dipegang Menurut Al-Ghazali, ada empat
oleh seorang filsuf sebagai bentuk syarat untuk seorang khalifah, yaitu
pengaruh pemikiran Yunani (baca: (1)  najah (kemampuan bertindak), (2)
Plato). kewibawaan, (3) wara’ (jujur), dan (4)
ilmuwan (cerdas). Jika keempat syarat
Pandangan Al-Ghazali menjadi
ini tidak terpenuhi, maka ia akan
lebih realistis dibandingkan dengan
ditempatkan ke  dalam  level yang
mereka karena  Al-Ghazali pernah
lebih  rendah  wewenangnya dalam
terlibat-serta dalam politik/peme­rin­
ke­pe­mimpinan sesuai dengan ge­
tahan  dinasti Abbasiyah, sekaligus
larnya.
teman karib dari Perdana Menteri
Nizhamul Mulk. Pandangan  kaum Pendekatan institusionalisme ban­
filsuf menempatkan bahwa negara yak dipelopori oleh Imam Ma­war­di,
akan baik dan tidak sangat tergantung yang karya  terbesarnya da­lam   politik/
kepada sang Khalifah;  jika khalifah pemerintahan terang­kum  dalam “Al-
baik, maka negara akan baik. Ahkam As-Sulthaniy­yah”. Bagi
Khalifah  merupakan implementasi Mawardi, yang paling penting dalam
bayangan Tuhan di bumi. pengelolaan negara adalah pemantapan
struktur dan fungsi kelembagaan,
Sentralnya peran Khalifah
terutama sekali kelembagaan kepala
tercermin dalam pernyataan Al-
negara (khalifah) dan yang memilih
Ghazali  dalam  Mukadimmah  buku
kepala negara (ahl-ikhtiar).  Orang-
“Al-Muhtazhir”: Yang pertama,
orang yang tergabung  dalam
sesungguhnya  keberesan  agama

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 197


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

kelembagaan ini adalah  orang- pemikirannya bahwa baik-buruk­


orang  yang terpercaya, ahlul hal nya  suatu pemerintahan tidak hanya
walaqdi {orang yang faham akan satu ditentukan oleh kualitas  yang baik
hal (profesional) sekaligus orang yang dari kepala negara akan tetapi oleh
adil}.  Pandangan Mawardi tidak organ kenegaraan  secara luas Pan­
banyak berbeda dalam memandang dangan Ibnu Taimiyyah banyak  dirujuk
peran kepala negara (khalifah) sebagai dari bukunya Minhajul Sunnah  dan
bagian yang sentral. Siyasah Asy Syar’iyyah.  Fungsi
organisme yang ditamsilkan  oleh
Pandangan seperti ini memancing
hadis  tentang hubungan antarmukmin
kritik  bahwa Mawardi dalam me­ru­
‘sebagai saudara dan bangunan yang
mus­kan  tulisannya  atas dasar  apologi
saling melengkapi’ disadurnya dalam
dan legitimasi kekuasaan kekha­
bentuk pemerintahan.  
lifahan,  terutama dalam  hal pembe­
naran  pergantian khalifah secara Dengan pandangan ini Taimiyyah
turun-temurun  jika keadaan  terpaksa.  melakukan reformasi sekaligus mela­
kukan kritik sosial terhadap sistem
Pandangan Mawardi tidak bisa
kekhalifahan. Runtuh dan hancurnya
dilepaskan dari kedudukan Mawardi
sistem kekhilafahan pada  satu sisi
sebagai  seorang Wazir (Penasehat)
disebabkan karena masalah akhlaq
dalam  masa khalifah Al-Qadir  dan
pemimpin yang  merosot, yang kemu­
Al-Qasim pada pemerintahan
dian mengarah pada dekadensi moral.
Abbasiyah. Mawardi mendapatkan
Runtuhnya  kekhalifahan Abba­
perintah dari kha­ lifah bagaimana
siyyah  sebagai   akibat serangan ten­
secara teoritis bisa mempertahankan
tara Mongol secara mendadak ka­rena
ke­langsungan kekha­lifahan Sunni
terjadinya pengkhianatan  Wazir ter­
yang sedang dalam kemunduran
hadap kekhalifahan, sementara Kha­
Nasehat-nasehat Mawardi ini di
lifah sendiri tidak menyadarinya. 
kemudian hari disa­dur oleh Machiavelli
dalam “Sang  Pangeran” sebagai Dari pijakan ini, Taimiyyah
nasehat kepada raja bagaimana melakukan reformasi baik terhadap
menjalankan pemerin­ta­han yang gejala pengagungan Khalifah pada
diambang kemunduran. mazhab Sunni maupun Imam Ma’shum
pada mazhab Syi’ah sekaligus
Dalam  pandangan Mawardi, raja
melakukan kritikan kepada mazhab
yang  baik  demi mempertahankan
Khawarij. Pandangan ini sebagai
kekuasa­an adalah raja yang
upaya  untuk  mengkatrol peran
lebih  dicintai rakyatnya dan tidak
ummah untuk  turut menentukan
menimbulkan perasaan takut.
kehidupan bernegara dan posisi kepala
Pandangan yang ketiga, yaitu dengan
negara yang terwakili dalam lembaga
pendekatan organisme, dikemukakan
legistatif. Pandangan  Ibnu Taimiyah
oleh Ibnu Taimiyyah yang melandaskan

198 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

ini sebagai pembenahan kenegaraan produksi pemikiran dalam mensikapi


menurut pedoman Qur’an dan Sunnah dan menggalang umat Islam dalam
sekaligus dengan menggunakan menghadapi Barat.
kekuatan akal.
Beberapa corak pemikiran yang
Dari ketiga perspektif pemi­kiran khas dan mendasar dari Pemikiran
politik/pemerintahan terse­but tampak­ Politik/Pemerintahan Islam Modern
nya mempunyai elan vital di masa­ adalah sebagai berikut:
nya.  Pemikiran sentralisme khalifah
a. Formulasi  pemikiran  sedikit
dan institusionalisme melihat bahwa
banyak  sebagai  respon
hanya  elemen pemimpin negaralah
kekalahan  Dunia  Islam atas Barat
yang  mampu  mempertahankan negara
daripada karena sistem internal
ter­
hadap ancaman kehancuran dari
masyarakat Islam sendiri.
luar. Artinya, pemikiran ini sebenar­
b. Formulasi pemikiran sedikit
nya  tidak mena­fikan akan arti kelem­
banyak ingin  mengembalikan
bagaan yang lain.  Sedangkan,
pelaksanaan ajaran Islam secara
pemikiran or­ga­nisme muncul sebagai
murni (salafi).
bentuk terapi  untuk  membangun
c. Dalam sifat kenegaraan, politik/
kembali sistem  kenegaraan Islam yang
pemerintahan lebih terpusatkan
sudah ter­cabik-cabik, dengan menem­
pada usaha pembebasan negara.
patkan ke­ kuatan organisasi negara
sebagai penyangganya.
Formulasi pemikiran terpilah
dalam dua kelompok besar; yang per­
Pemikiran Politik/Pemerintahan tama, kalangan yang  ingin mele­
Islam Modern takkan  usaha  permurnian ajar­
an  Islam  (purifikasi) sebagai jalan
Pemikiran tentang Politik/ satu-satunya usaha menghadapi Barat.
Pemerintahan Islam Modern mulai Ada kecenderungan kalangan ini
tampak arusnya ketika Dunia Islam bersikap selektif bahkan sampai
dalam kondisi terjajah oleh kekuatan menolak pemikiran Barat dalam
Barat.  Selama  ini pemikiran politik kerang­ka  pembangunan masyarakat.
Islam merespon persoalan internal Pemikiran ini sedikit  banyak menda­
bergeser kepada persoalan eksternal. patkan pengaruh dari pemikiran Imam
Kondisi keterpurukan  Dunia  Islam Hambali dan Ibnu Taimiyyah di masa
menjadikan   pengaruh ajaran   Islam klasik. Gerakan purifikasi tam­
dalam  keseharian  menjadi  pudar pak  difahami  sebagai sarana mengem­
bahkan terancam  punah. Hal ini balikan kejayaan Islam di masa
yang  mengilhami  para tokoh sebelumnya.
pembaharu Islam seperti Jamaludin al-
Afghani untuk mengumandang-kan Sedangkan kalangan yang kedua,
yakni kalangan yang sebelumnya

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 199


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

melakukan kritik terhadap pemahaman Barat. Format  yang  digunakan oleh


Islam yang cenderung  konservatif. organisasi  sosial  ini setidaknya
Kalangan ini menjadi tercerahkan terpilahkan dalam 2 pola besar, yakni
atau  dalam penilaian kelompok puri­ pertama, pola ishlah [pembaharuan
fikasi telah terbarat­kan.  Setidaknya atau memperbaiki sistem  (evolusi)].
pandangan ini berawal dari bersikap Kedua, pola inqilabiah (perombakan
akomodatif kepada Barat, di mana total atau revolusi).  
tercermin dengan sikap untuk mem­
Sedangkan  diskursus tentang
bangkitkan Islam setidak­nya dengan
kebesaran  pemikiran  Islam tentang
cara meniru model Barat dan
pengelolaan kenegaraan dalam masa
membangun per­adaban  Renaisance.
modern ditunjukkan oleh peristiwa
Hal inilah yang kemudian mengilhami
keruntuhan khilafah Turki Utsmani di
konsep se­kulerisasi pemikiran politik
tahun 1924. Hancurnya  model
Islam yang selama ini difahami
kekhilafahan  klasik ini memungkinkan
digunakan secara sepihak oleh
munculnya pemikiran-pemikiran baru.
penguasa demi kelangsungan status
Respon terhadap fenomena  ini muncul
quo. Pandangan ini menemukan
dua model pengelolaan  negara, yaitu
titik  sentralnya dalam tulisan politik
subtansialisme dan formalisme.
Islam sekuler pertama  yang  dilakukan
oleh Ali Abdul  Raziq, seorang  hakim Aliran subtansialisme berke­cen­­
syari’ah  dan  dosen  di  Al-Azhar derungan melihat negara seba­
dalam Kitabnya Al-Islam Al-Ushul Wa gai  sesuatu yang otonom. Ne­
Al-Hukmi. Dengan gerakan ini gara  tidak  bisa dipengaruhi   oleh
maka  pengadopsian  pemikiran Barat keya­kinan  ataupun  agama tertentu.
menjadi  salah  satu kebutuhan yang Kalau­pun ada pengaruh, itu hanya
mendasar untuk membangun masyara­ sebatas pada tataran semangat tetapi
kat Islam. tidak sampai menyentuh pada seluruh
aspek.  Pandangan substansialisme
Dalam  dinamika berikutnya, pe­
tercerah­kan dengan semangat sekulari­
mi­kiran politik  Islam tidak hanya
sasi di dunia Islam. Faham  ini
merespon intervensi eksternal, yang
dilontarkan pertama kali oleh  seorang
selama ini dituduh sebagai sum­ ber
Hakim sekaligus dosen Universitas
malapetaka di dunia Islam; tetapi
Al-Azhar dalam karyanya Al-Islam
juga  dengan membentuk se­perangkat
Ushul Wa Al-Hukmi,  Ali  Abdur
sistem kemasyarakatan yang cukup
Raziq.   Dalam pemikiran  Ali Abdur
kokoh dalam menyebar­kan pengaruh­
Raziq, managemen negara Islam selama
nya. Dari persoalan inilah muncul
ini hanya  terpaku pada  ijtihad ulama.
pemikiran Islam, yang lebih spesifik
Kekhilafahan selama  lebih dari 8 abad
yang lahir dari gerakan-gerakan sosial
tidak lebih dari  produk  ulama.  Dan
(harakah Islamiyyah), yang berusaha
sejarah masyarakat Islam adalah tidak
melakukan kritik terhadap regim pro-

200 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

layak digunakan sebagai pembenaran klarifikasi dari  Sayyid Abul A’la Al-
sebuah kebijakan  masa kini. Banyak Maududi. Al-Maududi melihat bahwa
sekali  kebijakan despotis negara organisasi kenegaraan adalah sesuatu
berlangsung  dan kebal kritik karena yang integral dengan kekuasaan
didukung ulama atas nama agama. Tuhan.  Suatu negara itu ada karena
Usulan  yang kontroversial dalam ada kedaulatan Tuhan atas negara,
usaha merespon dan sejajar dengan sehingga aturan-aturan dalam negara
pengelolaan kenegaraan Barat,  maka harus mencerminkan kedaulatan
dunia Islam harus meru­ bah pola Tuhan. Ungkapan ini kemudian diistil­
pengelolaan kenegaraan untuk ahi dengan istilah theo-demokrasi,
menjadi seperti Barat. Dengan sebagai bentuk pendefinisian kembali
semboyan, Serahkan Hak Tuhan pada demokrasi menurut pandangan Islam.
Tuhan, dan Serahkan Hak Kaisar pada Sekaligus Al-Maududi memberikan
Kaisar. klarifikasi tentang fenomena kerajaan
di dunia Islam, yang mengatakan
Aliran  formalisme berkecen­
bahwa Khilafah Bukan Kerajaan.
derungan melihat kesamaan pola
Khilafah dipandu oleh musyawarah
bahwa keberadaan negara tidak bisa
sedangkan kerajaan dipandu oleh
dipisahkan dari agama seperti halnya
kepentingan kaum tertentu, yang
tentangpemikiranpolitik/pemerintahan
akhirnya hanya akan mengembalikan
Islam Klasik. Agama  dalam
kekuasaan kedalam batas wilayah,  ras,
batas  tertentu harus terlibat  dalam
dan kepentingan tertentu.  Pandangan
urusan kenegaraan, simbol-simbol
formalisme kemudian banyak
agama dimungkinkan tercermin dalam
berdekatan dengan pemikiran funda­
aspek kelembagaan negara.  Pandangan
men­talisme Islam yang ingin
formalisme  ini tercerahkan dengan
meletakkan urusan agama dan negara
semangat Pan-Islamisme (Persatuan
adalah urusan yang satu (din
Islam). Kepeloporan Pan-Islamisme
wadaulah).
dikibarkan  baik oleh Al-Afghani
maupun Sayyid Rasyid Ridha. Sebelum
runtuhnya kekhilafahan Utsmani, Al- MANFAAT PEMIKIRAN
Afghani sering diundang ke Turki POLITIK/PEMERINTAHAN
untuk mempertahankan  secara teoretis ISLAM BAGI INDONESIA
dan konseptual tentang legitimasi
lembaga kekhilafahan yang sedang Jatuhnya politik dan pemerintahan
mengalami krisis kepercayaan. Pan- Orde Baru membawa harapan
Islamisme  dalam batas tertentu adalah munculnya pemerintahan pasca Orde
sebagai terapi terakhir untuk mencoba ini yang demokratis. Hal itu tercermin
menghidupkan kembali semangat dari kebebasan mendirikan partai
kekhilafahan di dunia Islam. Dalam politik (parpol). Tercatat puluhan
pemikiran formalisme ini mendapat parpol (Pemilu 1999, 2004, dan 2009)

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 201


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

serta belasan parpol (Pemilu 2014) dampaknya membingungkan rakyat,


yang mengikuti pemilihan umum sehingga akan bahkan sudah
(pemilu) legislatif. Termasuk di memperlemah kekuatan umat Islam
dalamnya Partai-partai Islam. Keadaan sendiri yang akhirnya sering
ini juga mempengaruhi ulama untuk dimanfaatkan oleh golongan/partai
kembali aktif di dunia politik dengan lain bahkan oleh negara lain yang
terjun langsung untuk memenangkan sekuler.
partai tertentu sesuai dengan
Di Indonesia, sejak dari dahulu
posisinya.
sampai dengan sekarang—apalagi di
Seperti kampanye pemilu Era Reformasi—hampir setiap parpol
1999  ada  banyak Ulama NU  yang memiliki ulama/ahli agamanya sendiri-
membela partai PKB. Banyak sendiri atau masing-masing. Sementara
Ulama Muhammadiyah dan generasi kita tahu, ikon parpol itu adalah karena
muda Masyumi turut andil dalam
perbedaan ideologinya, yang kemudian
pembentukan partai: ada yang
bergabung dengan PAN dan PBB. ini akan menentukan dasar, tujuan,
Pendukung PAN lebih banyak berasal kebijakan, dan strategi masing-masing
dari Muhammadiyah, sedangkan parpol yang bersangkutan untuk
PBB ingin membangkitkan kembali mewujudkannya. Tegasnya, adanya
perjuangan Masyumi. Para mahasiswa perbedaan parpol karena adanya
dan halqah kampus turut mendirikan perbedaan ideologi; adanya perbedaan
partai Islam, yaitu Partai Keadilan ideologi parpol karena adanya
(belakangan menjadi PKS) yang perbedaan pemikiran politiknya; yang
menarik sebagian ulama yang
akhirnya akan menentukan perbedaan
merupakan para alumnus Timur
Tengah. Belakangan, dua partai—PKB dalam pilihan, program, dan cara.
dan PAN—menyatakan diri sebagai Ketika kemenangan sebagai sasaran
partai yang berasaskan Pancasila dan untuk memperebutkan jabatan politik,
bersifat nasionalis, tetapi basisnya maka cara apapun kemungkinan akan
adalah massa Islam. ditempuh. Di sini jelas, konflik politik
Kehadiran ulama dalam politik/ antar-ulama, antar-tokoh politik, antar-
pemerintahan seharusnya berdampak pemimpin politik baik di Pusat maupun
positif, dalam pengertian memberikan di Daerah seringkali terjadi—terutama
sumbangan bagi terciptanya bangunan menjelang, ketika, dan pasca pemilu—
struktur politik yang bermoral, karena di Indonesia. Ini terjadi karena bangsa
ulama adalah simbol moral. Namun Indonesia sedang menerapkan pemi­
ketika Ulama sudah terpolarisasi kiran politik/pemerintahan Islam yang
sedemikian rupa, antar-ulama sering ada dalam pendekatan institu­ siona­
terjadi saling berhadapan dan membela lisme dalam pemikiran politik Islam
parpolnya masing masing. Kondisi ini Klasik serta yang beraliran substan­
akan menimbulkan perpecahan dan sialisme daripada formalisme dalam
pemikiran politik Islam modern.

202 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

Konflik politik di Indonesia hanya Dengan demikian tetaplah Allah


akan dapat dikelola, dikurangi, bahkan saja yang mempunyai kekuasaan
diarahkan untuk menjadi potensi tertinggi, sehingga masyarakat Islam
kekuatan bangsa Indonesia apabila senantiasa diperintah dan diatur
diterapkan model kepemimpinan menurut pola Syariat-Nya. Kalau
politik/pemerintahan Rasululllah mereka keluar dari ketentuan ini maka
Muhammad saw (berdasarkan Quran masyarakatnya tidak bisa dianggap
dan Sunnah) dalam konteks bangunan sebagai masyarakat Islam. Pendeknya
negara Pancasila. Para pemimpin tanda Ketuhanan itu tercermin dalam
politik/pemerintahan di Indonesia bulatnya kekuasaaan di tangan Allah
yang seperti ini adalah juga seorang sendiri pada perikehidupan masyarakat,
pemimpin yang mempunyai semangat sebagai buah dari aqidah tauhid yang
dan karakter ratu-adil waliyullah, yang diajarkan Islam.
beberapa di antaranya adalah pemimpin
Dengan ketuhanan seperti makna
yang—selain yang dilakukan oleh
di atas, terlihat jelas bahwa sistem
Sahabat Empat dan disyaratkan oleh
Islam jelas berbeda dari sistem-sistem
Al-Ghazali— yaitu yang kuat dan
yang pernah dikenal orang. Juga tidak
tegas (najah), jujur (wara’), penuh
dapat disamakan dengan sistem
kewenangan dan kewibawaan,
Theokrasi, karena menurut sistem
bijaksana, serta berpengalaman dan
Theokrasi seorang penguasa mendapat
berpengetahuan yang luas tentang
hak memerintah dari pemimpin-
dimensi-dimensi kenegaraan, politik,
pemimpin agama atau dari pelimpahan
ekonomi, hukum, dan pemerintahan.
Tuhan sendiri dalam kedudukannya
Pemimpin seperti ini adalah berkarakter
sebagai ‘bayangan Tuhan’ di atas bumi.
negarawan yang Islami tetapi juga
Tetapi dalam Islam, pengertian
Indonesiawi.
‘Ketuhanan’ itu dikaitkan dengan
sistemnya sendiri, bukan dengan
SIMPULAN penguasa dan bukan pula dengan
kekuasaan eksekutif. Pemerintah atau
Ahli-ahli hukum Islam sering penguasa menurut sistem Islam tidak
berbeda pendapat dalam memahami menerima pelimpahan kekuasaan dari
hukum Islam, membuat penafsiran orang yang disebut pemimpin-
atau interpretasinya, dan menarik pemimpin agama, dan tidak pula dari
kesimpulan dalam berbagai masalah apa yang dianggapnya sebagai ‘hak
hukum seperti halnya ahli hukum illahi’ yang melekat pada dirinya.
positif buatan manusia, tetapi Penguasa Islam mendapat hak
perbedaan pendapat para ahli hukum memerintah atas dasar bay’ah yang
Islam tidak boleh keluar dari batas bebas dari rakyat, sedang ketaatan
yang telah ditentukan atau keluar dari rakyat kepadanya terbit dari satu
prinsip-prinsip dasar syariat Islam.

CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015 | 203


Jurnal Ilmu Pemerintahan | ISSN 2442-5958

landasan bersama, yaitu karena hendak Noer, Deliar, 1980. Gerakan Modern
melaksanakan hukum Allah. Islam di Indonesia 1900-1942.
Inilah perbedaan yang nyata Jakarta: LP3ES.
antara prinsip Islam dengan sistem Pulungan, J. Suyuthi, 1996. Prinsip-
Theokrasi yang dikenal di Eropa. prinsip Pemerintahan dalam
Ketuhanan dalam sistem Islam melekat Piagam Madinah Ditinjau dari
pada Syariat dan Sistem, bukan Pandangan Al-Quran. Jakarta:
Ketuhanan Penguasa dan Pangeran. LSIK.
Syariat itu direncanakan oleh Allah
sendiri dengan ilmu yang sempurna Qutb, Sayid. 1983. Masyarakat Islam.
dan dengan keadilan yang menyeluruh. Bandung: PT Al-Ma’arif.
Dialah yang paling mengetahui tentang Sirajuddin. 2007. Politik
apa yang diciptakan-Nya, dan Dia Ketatanegaraan Islam: Studi
amat halus dan amat teliti. Pemikiran A. Hasjmy. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
DAFTAR PUSTAKA Suhelmi, Ahmad, 2007. Pemikiran
Politik Barat: Kajian Sejarah
Abbas, Siradjuddin, 1994. Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara,
dan Keagungan Majhab Syafi’i. Masyarakat, dan Kekuasaan.
Jakarta: Pustaka Tarbiah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Al-Mubarok, Muhammad, 1995. Utama.
Sistem Pemerintahan dalam Thaba, Abdul Azis. 1996. Islam dan
Perspektif Islam. Pustaka Negara dalam Politik Orde Baru.
Mantiq. Jakarta: Gema Insani Pers.
Assisi, Abbas. 2006. Biografi Dakwah
Hasan Al-Banna. Bandung:
Harakatuna Publishing.

204 | CosmoGov, Vol.1 No.1, April 2015

Anda mungkin juga menyukai