Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Socrates, Negara dengan para pemimpin atau para penguasa yang

dipilih secara seksama oleh rakyat, bertugas untuk menciptakan hukum. Pikiran

ini menggambarkan pentingnya demokrasi dalam suatu negara. Pikiran Socrates

ini dikembangkan lebih lanjut oleh Plato, muridnya yang banyak menulis buku

tentang Negara. Menurut Plato, Negara sebenarnya bertujuan untuk mengetahui

atau mencapai atau mengenal ide yang sesungguhnya. Negara muncul atau ada

karena adanya macam-macam kebutuhan dan keinginan manusia, yang

menyebabkan mereka harus bekerja sama, untuk memenuhinya. Masing-masing

dari mereka tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya sendirian. Maka sesuai

dengan kecakapannya masing-masing, tiap-tiap orang mempunyai tugasnya

sendiri dan bekerja sama untuk memenuhi kepentingan bersama. Kesatuan inilah

yang kemudian disebut masyarakat atau Negara. Maka dari itu, Negara harus

memenuhi 3 syarat untuk keberadaan suatu Negara, yaitu :

a. adanya wilayah tertentu;

b. adanya rakyat; dan

c. adanya pemerintah yang berdaulat.

(Chazali, 2016)

Indonesia, dilihat dari ketiga pilar syarat negara tersebut, sesungguhnya

sangat kokoh dan luar biasa di antara negaranegara dunia. Dari sisi pemerintahan,

konstitusi Indonesia sangat berdaulat, dengan sistem demokrasi yang dikagumi


2

dunia. Dalam kerangka Negara yang berdaulat dengan konstitusi UUD 1945 yang

kuat, salah satu ketentuan kita miliki adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi

seluruh rakyat. Tapi, didalam masyarakat saat ini masih banyak penduduk yang

hidup dibawah garis kemiskinan yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang

lebih baik, di kota maupun di daerah pedalaman yang jauh dari jangkauan

perkotaan (Novita, 2016).

Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

kepada masyarakat, salah satu cara pemerintah adalah melalui Dapartemen

Kesehatan RI melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK

Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005, sebagai

penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin. Setelah beberapa

tahun berjalan, pada tahun 2014 mulai tanggal 1 Januari PT Askes berubah nama

manjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan sesuai dengan Undang-

undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS Kesehatan (Novita, 2016).

Sejauh pengamatan lapangan selama ini di sejumlah puskesmas dan rumah

sakit, pelaksanaan BPJS masih amburadul. Seluruh tempat pelayanan kesehatan

menjadi kebanjiran pasien dan membuat antrean panjang. Hal yang lebih

memprihatinkan, didapati sejumlah peserta BPJS, yang sebelumnya merupakan

pindahan dari Askes PNS mendapatkan pelayanan yang kurang maksimal. Fakta

lain yang perlu disoroti yaitu tentang ketersediaan obat di rumah sakit

penyelenggara BPJS. Sempat terjadi kasus dimana pihak rumah sakit hanya

memberikan sebagian obat dari resep yang dibuat dokter, sementara obat sisanya

harus dibeli di apotek swasta. Beberapa fenomena diatas secara tidak langsung
3

menggambarkan bahwa pelaksanaan BPJS belum sepenuhnya bagus dan masih

menuai beberapa permasalahan (Filu, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian manajemen kesehatan masyarakat?

2. Apa prinsip manajemen kesehatan masyarakat?

3. Bagaimana sistem pelayanan kesehatan masyarakat?

4. Bagaimana evaluasi program kerja?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian manajemen kesehatan masyarakat.

2. Mengetahui prinsip manajemen kesehatan masyarakat.

3. Untuk memahami sistem pelayanan kesehatan masyarakat.

4. Untuk mengetahui evaluasi program kerja.

5. Mahasiswa mampu memecahkan skenario yang berhubungan dengan

fungsi manajemen dengan teori George R. Terry

6. Dapat menentukan prioritas masalah dengan cara skoring yaitu denga

PAHO
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen

John D. Millet, dalam buku Management In The Public Service

menyatakan Management Is The Process Oif Directing And Facilitating The Work

Of People In Formal Group To Achieve A Desired End. (Manajemen adalah

proses pembimbingan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan orang-orang

yang terorganisir dalam kelompok formil untuk mencapai suatu tujuan yang

dikehendaki) (Sukarna, 2011).

Manajemen menurut Hasibuan, 2000 adalah ilmu dan seni untuk mengatur

proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara

efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat

diatas, Miller (Torang, 2013:166) menyatakan bahwa manajemen adalah proses

memimpin dan melancarkan pekerjaan bagi orang-orang yang terorganisir secara

formal sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan (Torang,

2013).

Selain itu, George R. Terry dalam buku Principles of Management, juga

menyatakan bahwa management is the accomplishing of a predetemined

obejectives through the efforts of other people atau manajemen adalah pencapaian

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan melalui atau bersama-sama usaha orang lain

(Sukarna, 2011).

Manajemen sangat penting bagi setiap aktivitas individu atau kelompok

dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen berorientasi


5

pada proses (process oriented) yang berarti bahwa manajemen membutuhkan

sumber daya manusia, pengetahuan, dan keterampilan agar aktivitas menjadi lebih

efektif atau dapat menghasilkan tindakan dalam mencapai kesuksesan. Oleh sebab

itu, tidak akan ada organisasi yang akan sukses apabila tidak menggunakan

manajemen yang baik. Berdasarkan pengertian diatas, menurut pendapat penulis

yang dimaksud dengan Manajemen adalah ilmu mengatur proses untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya guna mencapai hasil yang sesuai

(Torang, 2013).

2.2 Fungsi Manajemen

George R. Terry,1958 dalam bukunya Principles of Management

membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu Planning (Perencanaan),

Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan) dan Controlling

(Pengawasan). Keempat fungsi manajemen ini disingkat dengan POAC (Sukarna,

2011).

a. Planning (Perencanaan)

George R. Terry dalam bukunya Principles of Management

mengemukakan tentang Planning sebagai berikut, yaitu :

“Planning is the selecting and relating of facts and the making and

using of assumptions regarding the future in the visualization and

formulation to proposed of proposed activation believed necesarry to

accieve desired result”.

“....Perencanaan adalah pemilih fakta dan penghubungan fakta-

fakta serta pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-

asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan
6

merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil

yang diinginkan.”

(Sukarna, 2011)

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian tidak dapat diwujudkan tanpa ada hubungan dengan

yang lain dan tanpa menetapkan tugas-tugas tertentu untuk masing-masing unit.

George R. Terry dalam bukunya Principles of Management mengemukakan

tentang organizing sebagai berikut, yaitu :

“Organizing is the determining, grouping and arranging of the

various activities needed necessary forthe attainment of the objectives, the

assigning of the people to thesen activities, the providing of suitable

physical factors of enviroment and the indicating of the relative authority

delegated to each respectives activity.

“...Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan

penyusunan macam-macam kegiatan yang dipeelukan untuk mencapai

tujuan, penempatan orang-orang (pegawai), terhadap kegiatan-kegiatan ini,

penyediaan faktor-faktor physik yang cocok bagi keperluan kerja dan

penunjukkan hubungan wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap

orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang

diharapkan.

(Sukarna, 2011)

Terry (Sukarna, 2011) juga mengemukakan tentang azas-azas organizing, sebagai

berikut, yaitu :

1. The objective atau tujuan.


7

2. Departementation atau pembagian kerja.

3. Assign the personel atau penempatan tenaga kerja.

4. Authority and Responsibility atau wewenang dan tanggung jawab.

5. Delegation of authority atau pelimpahan wewenang.

c. Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan)

Menurut George R. Terry dalam bukunya Principles of Management

mengatakan bahwa :

Actuating is setting all members of the group to want to achieve

and to strike to achieve the objective willingly and keeping with the

managerial planning and organizing efforts.

“....Penggerakan adalah membangkitkan dan mendorong semua

anggota kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras

untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan

usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.

(Sukarna, 2011)

Definisi diatas terlihat bahwa tercapai atau tidaknya tujuan tergantung

kepada bergerak atau tidaknya seluruh anggota kelompok manajemen, mulai dari

tingkat atas, menengah sampai kebawah. Segala kegiatan harus terarah kepada

sasarannya, mengingat kegiatan yang tidak terarah kepada sasarannya hanyalah

merupakan pemborosan terhadap tenaga kerja, uang, waktu dan materi atau

dengan kata lain merupakan pemborosan terhadap tools of management. Hal ini

sudah barang tentu merupakan mis-management. (Sukarna, 2011)

Tercapainya tujuan bukan hanya tergantung kepada planning dan

organizing yang baik, melainkan juga tergantung pada penggerakan dan


8

pengawasan. Perencanaan dan pengorganisasian hanyalah merupakan landasan

yang kuat untuk adanya penggerakan yang terarah kepada sasaran yang dituju.

Penggerakan tanpa planning tidak akan berjalan efektif karena dalam perencanaan

itulah ditentukan tujuan, budget, standard, metode kerja, prosedur dan program.

(Sukarna, 2011).

Faktor-faktor yang dierlukan untuk penggerakan yaitu:

1. Leadership (Kepemimpinan)

2. Attitude and morale (Sikap dan moril)

3. Communication (Tatahubungan)

4. Incentive (Perangsang)

5. Supervision (Supervisi)

6. Discipline (Disiplin).

d. Controlling (Pengawasan)

Control mempunyai perananan atau kedudukan yang penting sekali dalam

manajemen, mengingat mempunyai fungsi untuk menguji apakah pelaksanaan

kerja teratur tertib, terarah atau tidak. Walaupun planning, organizing, actuating

baik, tetapi apabila pelaksanaan kerja tidak teratur, tertib dan terarah, maka tujuan

yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan demikian control mempunyai

fungsi untuk mengawasi segala kegaiatan agara tertuju kepada sasarannya,

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai (Sukarna, 2011).

Untuk melengkapi pengertian diatas, menurut George R. Terry

mengemukakan bahwa Controlling, yaitu:

Controlling can be defined as the process of determining what is to

accomplished, that is the standard, what is being accomplished. That is the


9

performance, evaluating the performance, and if the necessary applying

corrective measure so that performance takes place according to plans,

that is conformity with the standard.

“...Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa

yang harus dicapai yaitu standard, apa yang sedang dilakukan yaitu

pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilaman perlu melakukan

perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu

selaras dengan standard (ukuran).

(Sukarna, 2011)

Terry (Sukarna, 2011: 116), mengemukakan proses pengawasan sebagai berikut,

yaitu:

1. Determining the standard or basis for control (menentukan standard atau

dasar bagi pengawasan)

2. Measuring the performance (ukuran pelaksanaan)

3. Comparing performance with the standard and ascerting the difference, it

any (bandingkan pelaksanaan dengan standard dan temukan jika ada

perbedaan)

4. Correcting the deviation by means of remedial action (perbaiki

penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat).

2.3 Menetapkan prioritas masalah

Seberapa pentingkah masalah yang dihadapi, memerlukan analisis

tersendiri. Ivancevich,Konopaske and Mattesson (2008) menyatakan beberapa

faktor berikut menentukan penting-tidaknya sebuah masalah. Faktor urgency

(lebih terkait waktu, segera ditangani) , faktor dampak (impact factor – seberapa
10

besar dampak dari masalah tersebut) dan faktor kecenderungan tumbuh (growth

tendency-trend masa yang akan datang) (Nur, 2007).

Beberapa metode berikut ini digunakan dalam memprioritaskan masalah.

Metode scoring yang sering digunakan adalah metode PAHO, Hanlon, CARL dan

Pareto. Disamping metode scoring, juga dapat digunakan metode non scoring

seperti Delphi, Delbeque dan NGT. Metode lain dalam membuat prioritas masalah

adalah kecenderungan/trend (Nur, 2007).

a. PAHO(Pan America Health Organization)

PAHO menitik beratkan masalah kesehatan berdasarkan prevalensi

penyakit yang menunjukkan besarnya masalah , kenaikan/meningkatnya

prevalensi (rate of increase), keinginan masyarakat mengatasi masalah(degree of

unmeet need), keuntungan sosial(social benefit)yang diperoleh jika masalah

tersebut teratasi, teknologi yang tersedia(technical feasibility), dan sumber daya

yang tersedia(resource availibility) . Penentuan bobot masing-masing komponen

ditentukan oleh tim ahli(5-8 orang). Formulanya adalah :

(Nur, 2007)

b. Hanlon

Metode Hanlon memiliki kemiripan kriteria dengan metode PAHO hanya

berbeda dalam hal pembobotan. Kriteria pada metode Hanlon adalah, besar

masalah yang didapatkan dari data kuantitatif, misal prevalensi penyakit tertetu,
11

besar kerugian,dan sebagainya. Kriteria kedua adalah tingkat kegawatan yang

mengandung unsur subyektif, merupakan kecenderungan penyebaran dan tingkat

keganasan suatu penyakit/masalah kesehatan. Kriteria ketiga adalah kemudahan

penanggulangan yang juga bersifat subyektif. Kemudahan penanggulangan dilihat

dari ketersediaan sumber daya (tenaga,obat,alat kesehatan, biaya, fasilitas , dan

lain-lain) dan teknologi. Kriteria keempat adalah PEARL faktor yang merupakan

singkatan dari propriate (sesuai), economic (murah), acceptability (diterima),

resources (SD), legality (hukum/etika). Penentuan bobot masing-masing

komponen ditentukan oleh tim ahli (5-8 orang). Formula Hanlon adalah sebagai

berikut :

(Nur, 2007)

c. CARL

CARL merupakan sigkatan dari Capability, Assessibility, Readiness, dan

Leverage. Capability merupakan kemampuan sumber daya, dana, alat dan

sebagainya. Assessibility adalah kemudahan untuk diatasi mudah/ tidak. Readiness

merupakan kesiapan dari sumber daya manusia, motivasi, kompetensi, kesiapan

sasaran/masyarakat. Leverage merupakan pengaruh masalah yg satu terhadap yg

lain. Formula CARL adalah :


12

(Nur, 2007)

d. Delphi

Delphi merupakan teknik memprioritaskan masalah secara non scoring

yang melibatkan para ahli untuk dimintai ide dan solusi pemecahan masalah.

Langkah pertama adalah identifikasi masalah yang akan diselesaikan oleh tim,

kemudian kuisioner yang berisi daftar masalah tersebut dikirim ke beberapa ahli.

Setelah mendapat masukan dari para ahli, tim merangkum semua pendapat ahli

untuk kemudian dikirim kembali ke ahli. Tahap selanjutnya adalah ahli

meranking/ membuat skala prioritas penyelesaian masalah (Nur, 2007).

e. Delbeque

Delbeque merupakan teknik memprioritaskan masalah secara non scoring

yang meminta pendapat beberapa ahli secara voting. Sebuah forum (6 sd 8 orang)

yang berisikan tim ahli membuat peringkat masalah dari daftar masalah yang

disediakan di papan. Cara penentuan peringkat adalah secara voting tertutup

.Hasil voting tahap pertama dipaparkan di papan, kemudian dilakukan voting

kedua untuk menentukan prioritas masalah. Pada teknik delbeque tidak ada

diskusi. Kelemahan dari teknik ini adalah penentuan siapa yang berhak menjadi

anggota tim ahli, lebih bersifat subyektif, dan pengambilan keputusan lebih
13

berdasar pada konsesus dari interes/kepentingan yang ada, bukan fakta

permasalahan itu sendiri (Nur, 2007)

2.4 Sistem Pelayanan Kesehatan Masyarakat

2.4.1 Definisi Sistem Pelayanan Kesehatan

Defini dari sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep dimana

konsep ini memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan

kesehatan menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah

sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan

prefentif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran

masyarakat. Dan menurut Level dan Loomba pelayanan kesehatan adalah upaya

yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam waktu organisasi

dalam memelihara dan menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan (Notoatmodjo, 2007)

2.4.2 Teori Sistem Pelayanan Kesehatan

Teori sistem pelayanan kesehatan meliputi: (S Notoatmodjo, 2007)

1. Input

Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk

berfungsinya sebuah sistem, seperti system pelayanan kesehatan, maka

masukan dapat berupa potensi masyarakat, tenaga kesehatan, sarana

kesehatan dan lain-lain.

2. Proses

Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk

menjadikan sebuah hasil yang diharapkan dari system tersebut, sebahaimana


14

contoh dalam system pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud proses

adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan kasehatan.

3. Output

Hasil berupa layanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien

serta dapat di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien

sembuh dan sehat optimal.

4. Dampak

Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil bari sistem, yang terjadi

relatif lama waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam system

pelayanan kesehatan , maka dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat

dan mengurangi angka kesakitan dan kematian karena pelayanan terjangkau

oleh masyarakat.

5. Umpan Balik

Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini

terjadi dari sebuah system yang saling berhubungan dan saling

mempengaruhi. Umpan balik dalam system pelayanan kesehatan dapat berupa

kualitas tenaga kesehatanyang juga dapat menjadikan input yang selalu

meningkat.

6. Lingkungan

Lingkungan disini adalah semus keadaan diluar system tetati dapat

mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana dalam system pelayanan

kesehatan, lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan strategis, atau

situasi kondisi social yang ada di masyarakat seperti institusi di luar

pelayanan masyarakat.
15

2.4.3 Tingkatan Pelayanan Kesehatan

Menurut (leavel & clark, 1958) tingkat pelayanan kesehatan dalam

sistem pelayanan kesehatan adalah :

1. Health promotion ( promosi kesehatan )

Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam

memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan dan bertujuan

untuk meningkatkan status kesehatan agar masyarakat tidak terjadi

gangguan kesehatan.

2. Spesific protection ( perlindungan khusus )

Dilakukan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yg akan

menyebabkan penurunan status kesehatan. Contohnya pemberian

imunisasi.

3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini danpengobatan

segera)

Dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang lebih

lanjut serta dampak dari tibulnya penyakit sehingga tidak terjadi

penyebaran.

4. Disability Limitation (Pembatasan Cacat)

Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami

dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan

5. Rehabilitation

Dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Tahap ini dijumpai

pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan ini

diberikan pada pasien.


16

2.4.4 Lembaga Pelayanan Kesehatan

Lembaga Pelayanan Kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan

kesehatan pada masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat

pelayanan kesehatan sangat bervariasi berdasarkan tujuan pelayanan kesehatan

dapat berupa rawat jalan, institusi kesehatan, comunity based agency dan hospice.

( Aziz Alimul, 2008)

1. Rawat Jalan

Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada

tingkat pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau

mendadak dan kronis yang memungkinkan tidak terjadi rawat inap.

2. Institusi

Lembaga ini merupakan pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup

dalam memberikan berbagai tingkat kesehatan seperti rumah sakit, pusat

rehabilitasi, dan lain lain.

3. Community Based Agency

Bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien

sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek rawat keluarga

dan lain lain.

4. Hospice

Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

di fokuskan pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan biasanya

digunakan dalam home care.

2.4.5 Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan

1. Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)


17

Pelayanan Kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada

masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang ringan.

2. Secondary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)

Diperlukan bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan di rumah

sakit atau rawat inap dan dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.

3. Tertiary Health Service (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)

Pelayanan kesehatan merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi.

Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli.

2.4.6 Pelayan Perawatan dalam Pelayanan Kesehatan

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam menigkatkan

derajat kesehatan. Contoh pelayanan kesehatan dalam tingkat dasar yang

dilakukan di lingkup puskesmas dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga

diantaranya mengenal masalah kesehatan secara dini, mengambil keputusan,

menanggulangi keadaan secara darurat bila terjadi kecelakaan, memberikan

pelayanan keperawatan dasar ( Aziz Alimul, 2008).

2.4.7 Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan

1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru

Perkembangan Iptek akan diikuti dengan pelayanan kesehatan,

seperti dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-

penyakit yang sulit. Dapat menggunakan alat seperti laser, terapi

perubahan gen, dan lain lain ( Aziz Alimul, 2008).

2. Pergeseran Nilai Masyarakat


18

Masyarakat yang sudah maju dalam pengetahuan yang tinggi maka

akan memiliki kesadaran yang lebih dalam pemanfaatan kesehatan

sebaliknya masyarakat yang memiliki pengetahuan yang murang akan

memiliki kesadaran yang rendah terhadap layanan kesehatan sehingga

kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan (

Aziz Alimul, 2008).

3. Aspek Legal dan Etika

Tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan pelayanan

kesehatan, maka diimbangi pula tingginya tuntutan hukum dan etik

sehingga pelayanan kesehatan dituntut untuk profesional dengan

memperhatikan nilai-nilai hukum dan etika yang ada di masyarakat ( Aziz

Alimul, 2008).

4. Ekonomi

Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi

masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan

lebih di perhatikan begitu juga sebaliknya maka sangat sulit menjangkau

pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan

membutuhkan biaya yang cukup mahal ( Aziz Alimul, 2008).

5. Politik

Kebijakan pemerintah akan sangat berpengaruh dalam sisitem pemberian

pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan

pola dalam sistem pelayanan ( Aziz Alimul, 2008).


19

2.5 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia BPJS (Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial) Kesehatan merupakan Badan Usaha Milik Negara yang

ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemelihara

jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri

Sipil, penerima pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan

beserta keluarganya dan badan usaha lainya maupun rakyat biasa (Novita, 2016).

Definisi konsepsional yang dimaksud dengan Pelayanan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang

menjalankan suatu proses pemenuhan kebutuhan orang lain atau masyarakat

melalui bentuk jasa dalam bidang kesehatan dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat sesuai dengan Keputusan Mentri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 58 Tahun 2002 (Novita, 2016).

Undang- Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial

Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan

BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari

2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan

Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101

Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12

Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan

Kesehatan Nasional) (Filu, 2014).

Guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk masyarakat

miskin, maka beberapa rumah sakit yang telah bekerjasama dengan BPJS bersedia
20

melayani pasien BPJS sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam UU

Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Nasional. Sejauh pengamatan

lapangan selama ini di sejumlah puskesmas dan rumah sakit, pelaksanaan BPJS

masih amburadul. Seluruh tempat pelayanan kesehatan menjadi kebanjiran pasien

dan membuat antrean panjang. Hal yang lebih memprihatinkan, didapati sejumlah

peserta BPJS, yang sebelumnya merupakan pindahan dari Askes PNS

mendapatkan pelayanan yang kurang maksimal. Fakta lain yang perlu disoroti

yaitu tentang ketersediaan obat di rumah sakit penyelenggara BPJS. Sempat

terjadi kasus dimana pihak rumah sakit hanya memberikan sebagian obat dari

resep yang dibuat dokter, sementara obat sisanya harus dibeli di apotek swasta.

Beberapa fenomena diatas secara tidak langsung menggambarkan bahwa

pelaksanaan BPJS belum sepenuhnya bagus dan masih menuai beberapa

permasalahan ( Filu, 2014).

2.5.1 Pelayanan oleh BPJS

1. Jenis Pelayanan

Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN,

yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan

ambulans (manfaat non medis). Ambulanshanya diberikan untuk pasien

rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan

oleh BPJS Kesehatan (Putri, 2013).

2. Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus

memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat

pertama. Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,


21

maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan

tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis (Putri,

2013).

3. Kompensasi Pelayanan

Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang

memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta,

BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa:

penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan

Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan

untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi (Putri, 2013).

4. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas

Kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas

kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang

memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan rekredensialing

(Putri, 2013).
22

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Terminologi

a) Definisi konsepsional yang dimaksud dengan Pelayanan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum

yang menjalankan suatu proses pemenuhan kebutuhan orang lain atau

masyarakat melalui bentuk jasa dalam bidang kesehatan dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat sesuai dengan

Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 58 Tahun

2002.

b) Definisi dari sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep dimana

konsep ini memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi

pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan

kesehatan adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan

utamanya adalah pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif

(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.

3.2 Pembahasan kasus

Kriteria M S V C MxSxVxC

permasalahan

Kurangnya tenaga 8 9 5 9 3240

medis

Pasien yang banyak 7 8 4 6 1344


23

Lambatnya 9 7 6 6 2268

penanganan

Jadi, prioritas masalah dari skenario adalah “Kurangnya Tenaga Medis”

1. Bagaimana planning untuk mengatasi masalah itu ?

Perencanaan (planning) adalah proses menentukan tujuan dan apa yang

harus dilakukan untuk mencapainya, fungsi ini perlu dilakukan untuk mengurangi

resiko ketidakpastian, memusatkan perhatian pada sasaran, serta sebagai dasar

bagi fungsi-fungsi manajemen lainnya (Kosterman, 2011).

Menurut sifatnya, perencanaan dibagi menjadi :

1. Perencanaan stategis

2. Perencanaan operasional

Menurut jangka waktunya, dibagi menjadi :

1. Jangka pendek (tidak lebih dari satu tahun)

2. Jangka panjang (5 tahun atau lebih)

Menurut sifatnya, perencanaan dibagi menjadi :

1. Perencanaan starategis ialah bersifat menyeluruh dan menentukan kinerja

rumah sakit dalam jangka panjang. Dalam kasus ini perencanaan

stategisnya adalah untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarkat (Kosterman, 2011).

2. Perencanaan operasional ialah rencana teknis tentang apa yang akan

dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, rencana ini merupakan turunan

dari rencana strategis sehingga sifatnya lebih detil, teknis, dan dalam ruang

lingkup yang lebih kecil (Kosterman, 2011).


24

Dari kasus ini untuk menyusun rencana kerja operasional kita gunakan

format penyusunan 5W1H :

a. Why : karena kurangnya tenaga medis

b. What : untuk melayani pasien dengan baik

c. How : menambah tenang medis sebanyak 100orang dengan meliputi :

- Dokter : 20orang

- Perawat : 40 orang

- Petugas Administrasi : 20orang

- Petugas Laboratorium : 5 orang

- Bidan : 15 orang

Perluasan gedung rumah sakit untuk rawat jalan.

d. Who : pelaksana : direktur rumah sakit.

Sasaran : dokter GP maupun spesialis, perawat, petugas adminitrasi,

petugas laboratorium, bidan.

e. What : sumber daya pendukung :dokter GP maupun spesialis, perawat,

petugas adminitrasi, petugas laboratorium, bidan.

f. Where : RSUP M.jamil kota padang

g. When : untuk penambahan tenaga medis : 4 bulan dari sekarang

Untuk perluasan gedung : 3 bulan dari sekarang

Solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, :

Dengan ditambahnya tenaga medis seperti : dokter, perawat dan bidan

pada rumah sakit. Karena, minimnya tenaga medis akan berdampak negatif pada

pelayanan kepada masyarakat. Biasanya kalau untuk satu ruangan, perawatan

hanya 3 sampai 4 orang. Padahal mereka harus menaggani puluhan pasien. Ini
25

sangat mempengeruhi pelayanan pada pasien. Jangan sampai nantinya pasien

membutuhkan tetapi pelayan kesehatannya tidak ada.

2. Bagaimana organizing untuk mengatasi masalah itu ?

A. DESAIN STRUKTUR ORGANISIASI


26

B. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI

1) Direktur

Sebagai pimpinan bertugas memimpin, mengatur, merumuskan,

membina, mengendalikan, mengkoordinasikan, mengawasi dan

mempertanggungawabkan pelaksanaan tugas Rumah Sakitsesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

2) Sub Bagian Tata Usaha

Bertugas memimpin, merumuskan, mengatur, membina,

mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggung jawabkan

tugas-tugas di bidang pengelolaan pelayanan ketatausahaan yang

meliputi koordinator umum, koordinator kepegawaian dan koordinator

perencanaan. Sub Bagian ini dipimpin oleh seorang kepala sub bagian

yang berada di bawah dan mempertanggung jawabkan tugas – tugas

pokok kepada Direktur. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh

beberapa kordinator terdiri dari :

 Koordinator bagian umum Koordinator Bagian Umum bertugas

untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi da

melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan administrasi umum dan

kerumahtanggaan serta pengelolaan dan administrasi perlengkapan

 Koordinator urusan kepegawaian Koordinator Urusan

Kepegawaian bertugas untuk merencanakan, melaksanakan,

mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan

administrasi kepegawaian dan pengembangan SDM pelayanan

kesehatan RS
27

 Koordinator perencanaan Koordinator Perencanaan bertugas

untuk melaksanakan pengkoodinasian penyusunan rencana dan

program serta pelayanan kehumasan RS

3) Seksi Keperawatan

Bertugas memimpin, merumuskan, mengatur, membina,

mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggung jawabkan

tugas – tugas di bidang pelayanan keperawatan yang meliputi asuhan

keperawatan rawat inap, rawat jalan dan rawat khusus serta

mempertanggung jawabkannya kepada Direktur. Seksi keperawatan

dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Keperawatan ini membawahi tiga

Koordinator yaitu :

 Koordinator Asuhan Keperawatan yang bertugas dalam bidang

kegiatan kelancaran pembinaan dan pengembangan asuhan

keperawatan RS.

 Koordinator Logistik Keperawatan yang bertugas untuk

membantu kepala seksi keparawatan dalam hal logistik dan

sarana keperawatan di semua Instalasi Rawat Inap dan Unit

Gawat Darurat serta melaporkannya secara rutin kepada Seksi

keperawatan.

 Koordinator SDM Keperawatan bertugas dalam bidang kegiatan

peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat, etika dan mutu

perawat.
28

4) Seksi Pelayanan Medis

Bertugas mengatur dan mengkoordinasikan semua kebutuhan

pelayanan medis dan penunjang medis, melaksanakan pemantauan,

pengawasan penggunaan fasilitas serta kegiatan pelayanan medis dan

penunjang medis, melakukan pengawasan dan pengendalian penerimaan

serta pemulangan pasien. Seksi pelayanan dipimpin oleh seorang

kepala seksi yang bertanggung jawab kepada Direktur. Seksi pelayanan

membawahi tiga Koordinator yaitu :

 Koordinator Penunjang Medis yang bertugas untuk melayani dan

mengkoordinasikan segala kebutuhan Instalasi rawat inap, IGD,

Instalasi Pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit, Instalasi

Rehabilitasi Medik, Instalasi Farmasi dan Instalasi Gizi.

 Koordinator Pelayanan Medis bertugas untuk melayani dan

mengkoordinasikan segala kebutuhan Instalasi rawat jalan,

instalasi bedah sentral, instalasi perawatan intensif dan VIP,

Instalasi Radiologi dan Laboratorium.

 Koordinator P5 (Pengawasan, Pengendalian, Penerimaan dan

Pemulangan Pasien) bertugas melakukan pengawasan,

pengendalian, penerimaan dan pemulangan pasien serta tugas-

tugas lain yang berhubungan dengan pelayanan terhadap pasien.

5) Seksi Rekam Medis

Bertugas merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan

pelaksanaan tugas pelayanan rekam medik. Seksi rekam medis dipimpin


29

oleh seorang kepala seksi dan bertanggung jawab kepada direktur dan

membawahi :

 Koordinator Rawat Inap yang bertugas untuk

mengkoordinasikan pengumpulan dan penyajian data dari

informasi pelayanan rawat inap.

 Koordinator Rawat jalan Pelayanan Medis bertugas untuk

mengkoordinasikan pengumpulan dan penyajian data dari

informasi pelayanan rawat jalan.

 Koordinator Pengumpulan pengelolaan dan Penyajian Informasi

Statistik RS bertugas mengumpulkan, mengolah dan menilai

kebenaran data medis serta memberikan data informasi medis

yang dibutuhkan.

6) Instalasi Pelayanan Medis dan Non Medis

Bertugas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan

bertanggung jawab kepada Direktur. Yang terdiri dari Instalasi Rawat

Inap ( IRNA ) Bedah, Instalasi Rawat Inap ( IRNA ) Interna atau

Penyakit Dalam, Instalasi Rawat Inap ( IRNA ) Anak, Instalasi Rawat

Inap ( IRNA ) Kebidanan, Intensive Care Unit ( ICU ), Unit Gawat

Darurat, Kamar Operasi, Instalasi Farmasi, Instalasi Penunjang Medis

yang terdiri dari Instalasi Radiologi dan Instalasi Laboratorium, dan

Instalasi Gizi.
30

C. PENDELEGASIAN WEWENANG

Kelompok Jabatan Fungsional memiliki wewenang untuk mengambil

keputusan dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Keperawatan, Seksi Pelayanan

Medis, dan Seksi Rekam Medis.

D. RENTANG KENDALI

1. Direktur membawahi langsung Kelompok Jabatan fungsional, Sub

Bagian Tata Usaha, dan Instalasi Pelayanan Medis dan Non Medis.

2. Sub Bagian Tata Usaha membawahi Koordinator umum,Kepegawaian

dan Perencanaan.

3. Seksi Keperawatan membawahi Koordinator Asuhan Keperawatan,

Logistik Keperawatan, dan SDM Keperawatan

4. Seksi Pelayanan Medis membawahi Koordinator Pelayanan Medik,

Penunjang medik, dan P5

5. Seksi Rekam Medis membawahi koordinator Rawat Jalan, Rawat Inap,

dan koordinator Pengumpulan, Pengelolaan dan Penyajian Informasi

Statistik RS

E. DEPARTEMENTASI

1. Koordinator umum,Koordinator Kepegawaian dan Koordinator

Perencanaan bertanggungjawab kepada Sub Bagian Tata Usaha

2. Seksi Keperawatan, Seksi Pelayanan Medis, dan Seksi Rekam Medis

bertanggungjawab langsung kepada Direktur RS, akan kinerja 3

koordinator tiap unit yang dibawahnya.

3. Instalasi Pelayanan Medis dan Non Medis bertanggungjawab langsung

kepada Direktur RS.


31

3. Bagaimana actuating untuk mengatasi masalah itu ?

Merupakan kegiatan menggerakan anggota-anggota kelompok untuk

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya masing-masing , yang meliputu :

a. Melakukan kegiatan berpatisipasi dengan senang hati terhadap semua

keputusan , tindakan atau perbuatan.

b. Mengarahkan orang lain agar bekerja sebaik mungkin

c. Memotivasi anggota

d. Berkomunikasi secara efektif

e. Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh

f. Berupaya memperbaiki pengarahan sesuai dengan petunjuk hasil

pengawasan

Pada Kasus Tersebut Planning yang di dapatkan yaitu penerimaan dokter

dan dokter spesialis pada rumah sakit tersebut, jika hal tersebut telah terlaksana

maka pemimpin yang bertanggung jawab dalam penerimaan dokter pada rumah

sakit tersebut memberikan bimbingan berupa pengenalan atas apa yang akan

dilakukannya nanti di rumah sakit itu. Pemimpin rumah sakit juga memberikan

motivasi dengan memberikannya berupa seminar kecil-kecilan yang nantinya

bertujuan untuk membangkitkan semangat dari semua staf dan dokter-dokter yang

akan bekerja nantinya . Jika, diperlukan Pemimpin yang dibantu dengan staffnya

mengadakan pertemuan setiap 1 bulan sekali untuk mengevaluasi apa yang akan

dilakukan untuk kedepannya terhadap rumah sakit tersebut,dan juga untuk

membina kelancaran komunikasi antar staff,pemimpin,dan dokter.

4. Bagaimana controling untuk mengatasi masalah itu ?

Controlling (Pengawasan)
32

Control mempunyai perananan atau kedudukan yang penting sekali dalam

manajemen, mengingat mempunyai fungsi untuk menguji apakah pelaksanaan

kerja teratur tertib, terarah atau tidak. Walaupun planning, organizing, actuating

baik, tetapi apabila pelaksanaan kerja tidak teratur, tertib dan terarah, maka tujuan

yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan demikian control mempunyai

fungsi untuk mengawasi segala kegaiatan agara tertuju kepada sasarannya,

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Untuk melengkapi pengertian diatas, menurut George R. Terry (Sukarna,

2011: 110) mengemukakan bahwa Controlling, yaitu:

Controlling can be defined as the process of determining what is to

accomplished, that is the standard, what is being accomplished.

That is the performance, evaluating the performance, and if the

necessary applying corrective measure so that performance takes

place according to plans, that is conformity with the standard.

“...Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa

yang harus dicapai yaitu standard, apa yang sedang dilakukan

yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilaman perlu

melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai

dengan rencana, yaitu selaras dengan standard (ukuran).

Terry (Sukarna, 2011: 116), mengemukakan proses pengawasan sebagai berikut,

yaitu:

1. Determining the standard or basis for control (menentukan standard

atau dasar bagi pengawasan)

2. Measuring the performance (ukuran pelaksanaan)


33

3. Comparing performance with the standard and ascerting the difference,

it any (bandingkan pelaksanaan dengan standard dan temukan jika ada

perbedaan)

4. Correcting the deviation by means of remedial action (perbaiki

penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat).

Pembahasan dari skenario

Rumah sakit merupakan salah satu institusi penting dalam rangka

mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial

dan ekonomis. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

menyediakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, mengemban 4

fungsi, yaitu:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit;

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan;

3. Penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia; dan

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, serta penapisan teknologi

bidang kesehatan.

Agar keempat fungsi tersebut dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan standar pelayanan rumah sakit yang

ditetapkan, perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap rumah sakit.

Arah Pembinaan dan Pengawas

Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menentukan

bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan


34

pengawasan terhadap rumah sakit dengan melibatkan organisasi profesi, asosiasi

perumahsakitan, dan organisasi kemasyarakatan lainnya sesuai dengan tugas dan

fungsi masing-masing.

Pembinaan dan pengawasan tersebut diarahkan untuk:

1. Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh

masyarakat;

2. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan;

3. Keselamatan pasien;

4. Pengembangan jangkauan pelayanan; dan

5. Peningkatan kemampuan kemandirian rumah sakit.

Dalam melaksanakan tugas pengawasan, Pemerintah dan Pemerintah

Daerah, menurut Pasal 54 ayat (3) UU Rumah Sakit, mengangkat tenaga

pengawas sesuai dengan kompetensi dan keahliannya. Tenaga pengawas tersebut

menurut Pasal 54 ayat (4), melaksanakan pengawasan yang bersifat teknis medis

dan teknis perumahsakitan.

Yang dimaksud dengan pengawasan teknis medis adalah audit medis.

Yang dimaksud dengan pengawasan teknis pemumahsakitan adalah audit kinerja

rumah sakit. Audit medis dan audit kinerja menurut Pasal 39 ayat (1) UU Rumah

Sakit, harus dilakukan dalam penyelenggaraan rumah sakit.

Menurut Pasal 39 ayat (3) audit kinerja dan audit medis sebagaimana

dimaksud di atas dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Berbeda dengan

ketentuan Pasal 54 ayat (4), Pasal 39 ayat (4) UU Rumah Sakit menentukan audit

kinerja eksternal dapat dilakukan oleh tenaga pengawas. Menurut Pasal 39 ayat

(4) audit kinerja rumah sakit secara eksternal oleh tenaga pengawas bersifat
35

opsional, karena digunakan kata “dapat” sebelum kata “dilakukan. ”Sedangkan

menurut Pasal 54 ayat (4), tenaga pengawas memang diangkat untuk

melaksanakan audit medis dan audit kinerja rumah sakit.

Tindakan Administratif

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Pemerintah dan Pemerintah

Daerah dapat mengambil tindakan administratif berupa:

1. Teguran;

2. Teguran tertulis; dan/atau

3. Denda dan pencabutan izin.

Tindakan administratif yang dapat diambil oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah bersifat alternatif akumulatif. Artinya Pemerintah dan

Pemerintah Daerah dapat mengambil salah satu di antara tindakan yang dapat

diambil, atau kombinasi di antara tindakan-tindakan yang dapat diambil.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1), (2), (3), (4) dan ayat (5) diatur dengan

Peraturan Menteri.

Pembinaan dan Pengawasan Non Teknis

Pembinaan dan pengawasan non teknis perumahsakitan yang melibatkan

unsur masyarakat dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Pembinaan dan

pengawasan secara internal dilakukan oleh Dewan Pengawas Rumah Sakit.

Sedangkan pembinaan dan pengawasan secara eksternal dilakukan oleh Badan

Pengawas Rumah Sakit Indonesia. Dewan Pengawas Rumah Sakit yang

merupakan suatu unit non struktural yang bersifat independen dan bertanggung

jawab kepada pemilik rumah sakit dan dapat dibentuk oleh pemilik rumah sakit.
36

Keanggotaan Dewan Pengawas Rumah sakit terdiri dari unsur pemilik rumah

sakit, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh masyarakat.

Keanggotaan dewan Pengawas Rumah sakit berjumlah maksimal 5 orang, terdiri

dari 1 orang ketua merangkap anggota, dan 4 orang anggota (Sukarna, 2011).

Tugas Dewan Pengawas Rumah Sakit adalah:

1. Menentukan arah kebijakan rumah sakit;

2. Menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana strategis;

3. Menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran;

4. Mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya;

5. Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien;

6. Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban rumah sakit; dan

7. Mengawasi kepatuhan penerapan etika rumah sakit, etika profesi, dan

peraturan perundang-undangan.

Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia (BPRSI) melakukan pembinaan

dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 UU Rumah Sakit. BPRSI

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan bertanggung jawab kepada Menteri

Kesehatan. BPRSI merupakan unit organisasi non struktural pada Kementerian

Kesehatan dan dalam menjalankan tugasnya bersifat independen. Keanggotaan

BPRSI berjumlah maksimal 5 orang, terdiri dari satu orang ketua merangkap

anggota dan 4 orang anggota. Keanggotaan BPRSI terdiri dari unsure pemerintah,

organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh masyarakat. BPRSI dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh sekretariat yang dipimpin oleh seorang

sekretaris. Biaya untuk pelaksanaan tugas BPRSI dibebankan kepada APBN.

BPRSI bertugas:
37

1. membuat pedoman tentang pengawasan rumah sakit untuk digunakan oleh

Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi (BPRSP);

2. membentuk sistem pelaporan dan sistem informasi yang merupakan

jejaring dari BPRSI dan BPRSP; dan

3. melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi

kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk digunakan sebagai

bahan pembinaan.

Di Tingkat Provinsi Dapat Dibentuk BPRSP

BPRSP dapat dibentuk di tingkat Provinsi oleh Gubernur dan bertanggung

jawab kepada Gubernur. BPRSP merupakan unit organisasi non struktural pada

Dinas Kesehatan Provinsi dan dalam menjalankan tugasnya bersifat independen.

Keanggotaan BPRSP berjumlah maksimal 5 orang, terdiri dari satu orang ketua

merangkap anggota dan 4 orang anggota. Keanggotaan BPRSP terdiri dari unsur

pemerintah, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh masyarakat.

Biaya untuk pelaksanaan tugas tugas BPRSP dibebankan kepada APBD (Sukarna,

2011).

BPRSP bertugas:

1. Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien di wilayahnya;

2. Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban rumah sakit di wilayahnya;

3. Mengawasi penerapan etika rumah sakit, etika profesi, dan peraturan

perundang-undangan;

4. Melakukan pelaporan hasil pengawasan kepada BPRSI;


38

5. Melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi

kepada Pemerintah Daerah untuk digunakan sebagai bahan pembinaan;

dan

6. Menerima pengaduan dan melakukan upaya penyelesaian sengketa

derngan cara mediasi.

Meskipun tugas BPRSP begitu penting, namun pembentukannya

diserahkan kepada masing-masing Gubernur. Undang-undng tidak mewajibkan

pembentukan BPRSP, tetapi membuka peluang bagi Gubernur untuk

membentuknya.
39

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Manajemen memiliki ciri-ciri adanya tujuan yang ingin dicapai, adanya

sumber daya, upaya penggerakan sumber daya, adanya orang yang

menggerakan sumber daya (manajer), adanya proses; perencanaan –

pengorganisasian – penggerakan pelaksanaan – pengarahan dan

pengendalian

2. Ada 3 alasan penting, mengapa suatu organisasi perlu menerapkan

manajemen yaitu: untuk mencapai tujuan organisasi, untuk menjaga

keseimbangan tujuan-tujuan yang ada dalam organisasi, agar tercapai

tujuan organisasi secara efisien dan efektif.

3. Secara umum, pendapat para ahli manajemen tentang fungsi manajemen

memiliki kesamaan dan pendapat satu dengan lainnya yang saling

melengkapi. Pada dasarnya fungsi manajemen meliputi; perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.

4. Perubahan yang mendasar perlu dilakukan dalam manajemen pelayanan

kesehatan, baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas. Perubahan

tersebut mencakup, perubahan visi, misi dan strategi, mengembangkan

struktur organisasi sesuai kebutuhan, melakukan manajemen strategis,

pengembangan SDM (manajemen SDM), melakukan upaya-upaya yang

mendorong kemandirian
40

5. Semua upaya perubahan tersebut diarahkan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan.

4.2 Saran

Untuk meningkatkan pelayanan dan mengurangi terjadinya sengketa

dalam pelayanan BPJS di Rumah akibat kekrurangan tenaga medis maka, langkah

yang perlu diambil adalah dengan ditambahnya tenaga medis seperti dokter,

perawat dan bidan pada rumah sakit. Karena, minimnya tenaga medis akan

berdampak negatif pada pelayanan kepada masyarakat. Biasanya kalau untuk satu

ruangan, perawatan hanya 3 sampai 4 orang. Padahal mereka harus menaggani

puluhan pasien. Ini sangat mempengeruhi pelayanan pada pasien. Jangan sampai

nantinya pasien membutuhkan tetapi pelayan kesehatannya tidak ada.


41

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Nur Jamil. 2007. Pengambilan Keputusan. Yogyakarta : FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Alimul Aziz, H. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika.

Ayu Novita. 2016. Pelayanan BPJS KESEHATAN di Puskesmas Segiri

Kecamatan Samarinda Ulu. eJournal Administrasi Negara 4, (1) 2016 :

2577-2591.

Leavell and Clark, 1958. Preventive Medicine for Doctor in his Community.

Halaman 161-169

Marwati Filu S.P. 2014. Gambaran Model Penyelesaian Ketidakpuasan Pelayanan

Kesehatan BPJS. Surakarta : JURNAL PUBLIKASI.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta

Putri p, novana. 2013. Konsep pelayanan primer di era JKN. Direktorat bina

upaya kesehatan dasarDitjen bina upaya kesehatan Kemenkes RI :

Jakarta.

Putri, AE. 2014. Buku Saku Paham BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).

Edisi 2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jakarta: CV Komunitas

Pejaten Mediatama.

Situmorang, chazali H. 2016. Pengaruh Perkembangan Makro Ekonomi Indonesia

Terhadap Pertumbuhan Kepersertaan BPJS Ketenagakerjaan. Jakarta

Selatan : Jurnal Institut BPJS KETENAGAKERJAAN. Vol 1. No 1.


42

Sukarna. 2011. Dasar-Dasar Manajemen. CV. Mandar Maju. Bandung.

Torang, Syamsir. 2013. Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya

& Perubahan Organisasi). Alfabeta. Bandung.

Usri,Kosterman dan Emmyr Faizal Moeis. 2011. Manajemen Rumah Sakit,Teori

Dan Aplikasi. Bandung: Sono Offset


43

SOAL VINTAGE

Muhamad Jupriyanto (15-121)


1. Sejumlah para ahli melakukan penelitian berkaitan masalah yang berkaitan
tentang permasalahan BPJS, mereka melakukan penelitian dibeberapa
rumah sakit di kota Bengkulu dan mereka menemukan masih banyaknya
masalah yang terjadi di beberapa rumah sakit di kota Bengkulu seperti,
lambatnya sistem pelayanan, sarana dan prasana yang kurang, pasien yang
membeludak, obat-obatan yang banyak tidak tersedia dan kekurangan
tenaga medis. Dari hasil survey itu mereka menentukan prioritas masalah
yang terjadi di beberapa rumah sakit itu dengan metode diskusi kelompok
yang berisikan 6-8 orang tapi tidak sama keahliannya, hasil diskusi adalah
prioritas masalah yang disepakati bersama. Metode apa yang digunakan
oleh para ahli tersebut ?

a. PAHO,
b.Hanlon,
c.CARL
d. Delphi,
e. Delbeque

2. Beberapa para ahli melakukan penelitian berkaitan masalah yang berkaitan


tentang permasalahan sistem pelayanan kesehatan yang dilakukan
pemerintah terutama BPJS, mereka melakukan penelitian dibeberapa
rumah sakit di kota Padang dan dia menemukan masih banyaknya masalah
yang terjadi di beberapa rumah sakit di kota padang seperti, lambatnya
sistem pelayanan, sarana dan prasana yang kurang dan kekurangan tenaga
medis. Dari hasil survey itu mereka menentukan prioritas masalah yang
terjadi di beberapa rumah sakit itu dengan metode diskusi kelompok yang
berisikan 6-8 orang sama keahliannya, hasil diskusi adalah prioritas
masalah yang disepakati bersama. Metode apa yang digunakan oleh para
ahli tersebut ?

a. PAHO,
44

b.Hanlon,
c.CARL
d. Delphi,
e. Delbeque

3. Beberapa para ahli melakukan penelitian berkaitan masalah yang berkaitan


tentang permasalahan sistem pelayanan kesehatan yang dilakukan
pemerintah terutama BPJS, mereka melakukan penelitian dibeberapa
rumah sakit di kota Padang dan dia menemukan masih banyaknya masalah
yang terjadi di beberapa rumah sakit di kota padang seperti, lambatnya
sistem pelayanan, sarana dan prasana yang kurang dan kekurangan tenaga
medis. Dari hasil survey itu mereka menentukan prioritas masalah yang
terjadi di beberapa rumah sakit itu dengan metode PAHO, apa saja
kriteria/indeks untuk mengukur PAHO ?
a. capaility, assessibility, readiness, leverage
b. magnitude, severity, vulnerability, community
c. magnitude, severity, community
d. magnitude, severity, vulnerability, community, leverage
e. capaility, assessibility, leverage

Ihut Hamonangan (15-095)

1. Administrator pembangunan kesehatan sebagai manajer organisasi


pelayanan kesehatan harus mampu menemukan dan menciptakan sumber
daya manusia yang BAHAGIA BERKARYA dalam organisasi. Jelaskan
usaha-usaha apa yang harus dilakukan manajer untuk itu.
JAWAB
Usaha-usaha yang harus dilakukan oleh manajer untuk menemukan dan
menciptakan sumber daya manusia yang BAHAGIA BERKARYA adala:
1) Memotivasi karyawa
Seorang manajer harus mampu menjadi motivasi maupun memberikan
motivasi kepada bawahannya seperti memebrikan contoh yang baik
sehingga karyawannya merasa bahwa manajer tersebut adalah manajer
45

yang baik dan patut untuk dijasikan motivasi. Manajer juga harus
mampu memberikan motivasi kepada karyawannya saat karyawannya
mengalami kendala dalam pekerjaannya.
2) Menetukan tujuan
Maanjer sebagai pemimpin harus mampu menetukan tujuan apa yang
harus dicapai sehingga tidak terkesan seperti orang yang tidak mamapu
memimpin.
3) Mendelegasikan tanggung jawab
Seorang manajer harus mampu mendelegasikan tanggung jawab
dengan begitu seorang pemimpin menjadi pemimpin yang betul-betul
bertanggng jawab dan pekerjaannya dinilai selesai dengan bagus.
4) Berkomunikasi secara efektif
Komunikasi merupakan salah satu hal yang paling penting dilakukan
oleh manajer kepada karyawannya. Karena dengan komukasi yang
efektif manajer dapat mengetahui kendala-kendala apa yang sering
terjadi pada karyawannya dan apa saja masalah yang timbul saat
karyawannya engerjakan tugasnya.
5) Memegang prinsip kesetaraan
Seorang manajer harus mempunyai prinsip kesetaraan dengan begitu,
karyawan menjadi tidak merasa menjadi bahawan atau suruhan
melainkan menjadi teman sehingga karyawan dengan suka rela
melaksanakan tugas yang telah diberikan dan terciptalah sumberdaya
manusia yang BAHAGIA BERKARYA.

2. Sebuah kebijakan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah seperti BPJS,


KIS dan sebagainya tentulah ada latar belakang dan justifikasinya. Coba
jelaskan secara umum mengapa sebuah kebijakan kesehatan harus
diambil? Apa manfaat Evaluasi sebuah kebijakan? Bagaimana pelaksanaan
dari fungsi-fungsi Evaluasi? Apa tujuan Evaluasi? Dan bagaimna
kemungkinan keputusan-keputusan apa yang diambil dari Evaluasi?
46

JAWAB
Sebuah kebijakan kesehatan diambil bertujuan untuk mengatasi
permaslahan-permasalahan kesehatan yang muncul, agar permasalahan
kesehtan tersebut dpat terselesaikan dengan tepat dibutuhkanlah latar
belaknga dari permaslahan kesehtan tersebut. Oleh sebab itu, setiap
kebijakan pasti ada latar belakang dan jastifikasinya.
Manfaat Evaluasi sebuah kebijakan adalah untuk mengetahui apakah
kebijakan tersebut berjalan sesuai yang diinginkan sehingga dapat
mengatasi permaslahan yang ada atau kebijakan tersebut hanya dapat
diterapkan di beberapa tempat saja.
Pelaksanaan dari fungsi-fungsi Evaluasi adalah mengawasi
bagaimana berjalannya sebuah kebijakan, sehingga dapat diketahui
kendala-kendala apa saja yang timbul. Serta untuk membandingkan
dengan hasil evaluasi dari kebijakan-kebijakan yang telah dibuat
sebelumnya.
Tujuan Evaluasi adalah untuk menilai bagaimna keberhasilan
kebijakan yang telah dibuat, apakah sesuai dengan skala ukur yang telah
dibuat atau tidak serta untuk membandingkan dengan kebijakan yang lain
dan kebijakan sebelumnya agar dapat diketahui kebijakan mana yang lebih
efisien untuk diguanakan.
Kemungkinan-kemungkinan kepuputusan yang dapat diambil adalah
dengan melihat kebijakan mana yang lebih efisien untuk digunakan
dengan melihat keberhasilan dari kebijakan yang telah dibuat sehingga
kebijakan yang lebih baik dapat di peroleh unutk mengatasi suatu masalah.

Fiki Annisa Putri (15-117)

1. Dalam rangka memperingati bulan kesehtan gigi nasional sebuah rumah


sakit gigi dan mulut di kota padang mengadakan kegiatan yaitu melakukan
penambalan gigi gratis dan scalling garis untuk masyarakat yang ada di
kota padang,pimpinan dan staff rumah sakit tersebut bekerja keras agar
acra tersebut dapat berjalan dengan baik,namun ada beberapa hambatan
Karena kurang alat kedokteran gigi yang Tidak memadai.dari unsur atau
47

fungsi pokok manajemen tersebut manakah yang kurang dilakukan oleh


dokter di rumah sakit tersebut sebagai koordinator sebelum pelaksanaan ?

A.Planning
B.organizing
C.actuating
D.controlling
E.Budgetting

2. Seorang pasien bernama ayu di memilih rumah sakit D yang berada di


kota padang di karenakan pelayanan nya yang memadai,tenaga kesehatan
yang memadai mulai dari spesialis hingga sub spesialis,dan memiliki
perlatan dan fasilitas yang lengkap serta pelayan rumah sakit yang ramah,
dan dengan biaya yang Tidak mahal .dan setiap petugas rumah sakit dan
tenaga kesehtannya nya pun bekerja propesional susai tugas keahliannya
masing-masing .unaur atau fungsi manajemen manakah yang telah di
lakukan dengan baik oleh rumah sakit tersebut ?

A.planning
B.actuating
C.controlling
D.organizing
E.venerabillity

Nuryani Putri (15-092)


1. Seoranganakbernama indah umurnya 12 tahunbeberapahari ini badan
indah panasnyatinggiakhirnya ibu nyamembawa indah kerumah sakit
untuk di periksa ternyata setelah dokter memeriksanya indah di diagnose
terkena demam berdarah (DBD) ,dokter pun memberitahu kepada ibunya
bahwa harus di rawat inap dirumah sakit .pertanyaannya dalam kasus
tersebut lingkup system pelayanan kesehatan yang keberapkah ?
A. Primary health care (pelayanankesehatantingkatpertama)
B. Secondary health care (pelayanankesehatantingkatkedua)
C. Tertiary health service (pelayanankesehatantingkatketiga)
48

D. Fourthy health care (pelayankesehatantingkatkeempat)


2. Budi usia 25 tahun bekerja di rs. Siti rahmah ia bekerja dibagian seksi
pelayanan medias, pada saat bertugas budi sedang melayani pasien
instalasi beperawatan intesnsife dan VIP, dalam seksi pelayanan medias
membawahi 3 koordinator ,pertanyaannya termasuk manakah coordinator
budi dalam melayani pasien tersebut ?
A. Koordinatorpelayananmedis
B. Koordinatorpenunjangmedis
C. Koordinatorrawatinap
D. Koordinatorrawat jalan pelayananmedis

Nadya Shinta Kasih (15-097)

1. Seorang kepala bidang keperawatan, melaksanakan rapat dengan


mengundang seluruh kepala ruangan yang ada di rumah sakit. Pada rapat
tersebut Kabidang keperawatan menetapkan dan menyampaikan visi dan
misi keperawatan yang baru. Apakah Fungsi manajemen yang dilakukan
kepala bidang keperawatan tersebut?
a. Planning
b. Organizing
c. Pengaturan staf
d. Actuating
e. Controlling

2. Kepala ruang ICU sedang merencanakan pengembangan staf melalui


pendidikan dan pelatihan selama 6 bulan utnuk meningkatkan kemampuan
serta keterampilan staf yang berada di ICU tersebut.
Apakah fungsi manajemen keperawatan yang sedang dijalankan oleh
kepala ruang tersebut?
a. Controlling
b. Organizing
c. Pengaturan staf
d. Planning
49

e. Actuating

Stela Maysa prima (15-086)

1. Seorang perempuan berusia 50 tahun pergi ke rumah sakit dengan keadaan


pusing dan pucat . perempuan tersebut meminta dia didahulukan karna
sudah tidak tahan lagi menahan pusing sehingga pasien pingsan. apa
pergerakan ( actuating ) pelayanan kesehatan dirumah sakit tersebut
a. Membiarkan pasien
b. Mendahulukan pasien
c. Memasukan pasien langsung ke UGD
d. Memberikan pasien obat untuk sementara
e. Menyuruh pasien meenunggu sesuai antrian
2. seorang pasien kecelakaan membuat keributan dirumah sakit , karena
pelayanan dirumah sakit tidak ada yang melayani pasien tersebut . dengan
alasan kurangnya tenaga pelayanan sehingga tidak memadai untuk
menangani pasien yang membludak. Tahap awal apakah supaya kejadian
tersebut tidak terulang keembali ?
a. planning
b. actuating
c. controlling
d. organizing
e. membiarkan pasien

Surya Navisa Yunid (15-088)

1. Pasien dirumah sakit A , bingung akan pelayanan rumah sakitnya


dikarenakan setiap datang berobat ada saja yang menjadi kekurangan
rumah sakit ini, untuk berobat harus ngantri berjam-jam dikarenakan
kurang nya tenaga medis pada rumah sakit tersebut, untuk mengatasi hasl
tersebut maka pihak rumah sakit berencana untuk mengadangan
penerimaan tenaga kerja medis yang baru guna menanggulangi keluhan
dari pasien, dari kasus tersebut merupakan fungsi manajemen yaitu ?
50

A. Actuating
B. Planning
C. Organizing
D. Controling
E. Pengorganisasian
2. Berikut ini yang tidak termasuk unsur pokok manajemen adalah ?
A. Man,Money
B. Material,Money,Man,Method
C. Planning,controling,actuating
D. Man,Money,Material,Method,Machine,Market
E. Semua benar

Marlita Anggraini (15-118)


1. Seorang perawat X sedang bekerja di lapangan, setiap harinya perawat
tersebut menganalisis fakta sosial, dinamika sosial, dan kecenderungan
proses serta perubahan sosial. Peran sosiologi apakah yang sedang
dilakukan perawat X dalam kesehatan......

a. Ahli riset
b. Konsultan kebijakan
c. Teknisi perencanaan
d. Teknisi pelaksanaan
e. Pendidik kesehatan

2. Bapak W dirawat inap di RS. B sejak 2 hari lalu. Saat ditanya Bapak W
tidak mengetahui bagaimana keadaanya, jenis penyakit yang dideritanya.
Sesuai uraian diatas apa yang tidak dipenuhi oleh pihak kesehatan di RS.
B...

a. Kewajiban pasien
b. Hak pasien
c. Peran sakit
d. Peran sehat
e. Peran pasien
51

Intan Syafutri (15-106)

1. Direktur rumah sakit M.yunus sedang melakukan diskusi bersama para

dokter, dokter gigi, bidan, perawat. Guna untuk melakukan evaluasi

terhadap masalah yang akhir ini sering muncul pada rumah sakit M.yunus.

Kemudian para anggota diskusi diberikan kertas, masing masing orang

tersebut menuliskan peringkat urutan prioritas untuk setiap masalah yang

akan ditentukan prioritasnya secara tertutup. Kemudian kertas dan masing

masing orang dikumpulkan dan hasilnya dituliskan dibelakang setiap

masalah. Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan, Direktur rumah

sakit dan para stafnya melakukan diskusi dalam metode. Metode apa....

a. Delbeque

b. Bryant

c. Hanlon

d. Delphi

e. PAHO

2. Dalam menyelesaikan beberapa masalah yang terjadi akhir akhir ini pihak

rumah sakit melakukan diskusi untuk menentukan prioritas utama yang

terjadi pada rumah sakit tersebut. Kemudian para pihak rumah sakit

tersebut menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode PAHO .

berikut ini yang tdak termasuk kriteria dalam penilaian masalah yang akan

dijadikan sebagai prioritas masalah dalam metode PAHO adalah...

a. Magnitude

b. Severity

c. Affordability
52

d. Manageability

e. Vulnerability

3. Seorang anak berusia 5 tahun, meninggal di salah satu rumah sakit swasta

di bengkulu,kemungkinan dapat diduga telat mendapat penanganan dari

pihak Rumah Sakit. Rumah sakit itu sendiri menyatakan bahwa keluarga

pasien yang menolak dimasukkan ke ICU akibat kondisi keuangan.

Mereka kemudian menghubungi beberapa rumah sakit rujukan yang

merupakan mitra dari BPJS. Namun sayangnya pasien kesulitan

mendapatkan tempat sehingga pada saat akhirnya mendapatkan tempat,

kondisi pasien telah memburuk dan akhirnya meninggal dunia.Dari kasus

diatas dapat kita ketahui bahwa banyak Rumah Sakit swasta tidak bekerja

sama dengan bpjs, hal ini dikarenakan Rumah Sakit swasta menilai .....

a) Semua benar

b) Karena Biaya yang dibayarkan BPJS Kesehatan belum masuk harga

keekonomian standar rumah sakit sehingga margin keuntungannya

akan menurun.

c) Karena Sistem penghitungan biaya BPJS dianggap tidak dapat

menutupi beban rumah sakit

d) Karena pembayaran klaim dari BPJS dibawah standar keekonomian

e) Jangka waktu pembayarannya lama

Selvi Harvina (15-110)

1. Bagaimanapentahapan kepesertaan BPJS Kesehatan?

Pentahapannya sebagai berikut:


53

1. Tahap pertama mulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit meliputi :


a. PBI Jaminan Kesehatan
b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Pertahanan
dan anggota keluarganya
c. Anggota Polri /Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan anggota
keluarganya
d. Peserta asuransi kesehatan Perusahaan Persero (Persero) Asuransi
Kesehatan Indonesia (ASKES) dan anggota keluarganya
e. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan Persero (Persero)
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan anggota keluarganya

2. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta
BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

2. Apa itu BPJS ? dan Apa itu BPJS Kesehatan?


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan social.
BPJS terdiri dari:
- BPJS Kesehatan, dan
- BPJS Ketenagakerjaan.

3. Apa itu BPJS Kesehatan?


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.

Magfira Amina (15-101)

1. Ada seorang pasien datang ke rumah sakit, tetapi pada saat dirumah sakit,

pasien tersebut tidak mendapatkan pelayanan yang memuaskan seperti

lamanya tindakan, kekurangan tenaga medis dan kurangnya alat-alat

teknologi kesehatan seperti komputer atau sarana kesehatan lainnya,


54

sehingga para pasien menjadi lama menunggu antriandirumah sakit.

Sistem POAC manakah yang mempunyai fungsi untuk mengawasi segala

kegaiatandirumah sakit tersebut ?

A. .planning

B. organizing,

C. actuating

D. Controlling

E. Tidak ada yang benar

2. Ada seorang pasien datang ke rumah sakit, tetapi pada saat dirumah sakit,

pasien tersebut tidak mendapatkan pelayanan yang memuaskan seperti

lamanya tindakan, kekurangan tenaga medis dan kurangnyaalat-alat

teknologi kesehatan seperti komputer atau sarana kesehatan lainnya,

sehingga para pasien menjadi lama menunggu antriandirumah sakit.

Siapakah pihak yang melakukan controlling pada rumah sakit tersebut ?

A. Badan pengawas rumah sakit indonesia (BPRSI)

B. Badan administrasi rumah sakit

C. Semua dokter dirumah sakit

D. Masyarakat

E. Tidak ada yang benar

Mitha Novi Queentya (15-113)

1. Salah seorang pasien di rumah sakit ternama milik pemerintah tidak puas
dengan pelayanan di rumah sakit tersebut. Pasien mengeluhkan
diberlakukan buruk oleh dokter dan staf di rumah sakit itu, sehingga
pasien trauma untuk pergi ke rumah sakit.
55

Dari kasus tersebut kesalahan di fungsi manakah menurut metode POAC?


a. Planning
b. Organizing
c. Actuating
d. Controlling

2. Demi tercapainya kepuasan dalam pelayanan untuk konsumen suatu


rumah sakit menyediakan tempat dan sarana yang lengkap seperti
laboratorium dengan tenaga analis, radiologi dan tempat perawatan yang
serba lengkap. Rumah sakit tersebut juga mengambil dokter-dokter
spesialis yang terkenal dan untuk menjaga agar dokter spesialis itu tetap
menjadi customer mereka maka pihak rumah sakit melakukan strategi
sedemikian rupa. Diantaranya dengan menyediakan peralatan medis yang
dikehendaki oleh para dokter tersebut.

Dari kasus di atas langkah apa yang dilakukan rumah sakit tersebut?
a. Planning
b. Organizing
c. Actuating
d. Controlling

PUTRI AMALIA (15-124)


1. Planning merupakan suatu proses yang dimulai dari penetapan tujuan
organisasi, menentukan strategi pencapaian dan merumuskan sistem untuk
mengintregasikan dan mengkoordinasikan seluruh pekerjaan hingga
tercapainya tujuan. Dalam perencanaan bersarkan tingkat rencana titik
berat pada pedoman dalam pelaksaan program termasuk klasifikasi.......
a. Day to day planning
b. Month day operational
c. Operational planning
d. Master of planning
e. Repeat use planning
56

2. Yang terpenting dalam perencanaan adalah dalam hal proses


perencanaan. Dalam bidang kesehatan, kita harus mengikuti prinsip
problem solving cycle. Dibawah ini langkah-langkah yang benar
adalah.......
a. Identifikasi masalah-perencanaan-prioritas masalah-pelaksanaan-
evaluasi
b. Identifikasi masalah-prioritas masalah-perencanaan-pelaksanaan-
evaluasi
c. Identifikasi masalah-perencanaan-prioritas masalah-perencanaan ulang-
pelaksanaan-evaluasi
d. Identifikasi masalah-prioritas masalah-pedoman masalah-pelaksanaan-
evaluasi
e. Identifikasi masalah-perencanaan-pengalian informasi-pemecahan
masalah-pelaksanaan-evaluasi
57

PERTANYAAN DAN JAWABAN PLENO

Pertanyaan Ilman 15-096


Bagaimana cara atau prosedur untuk mengadu ketika dalam pengawasan
masyarakat pelayanan rumah sakit kurang baik?
Jawaban : Mitha Novi Queentya (15-113)
Setiap rumah sakit memiliki Direktur dimana direktur bertugas sebagai
pengendali dan pengawas staf-stafnya. Direktur itu sendiri juga akan diawasi lagi
oleh pemerintah. Jadi, saat terjadi ketidakpuasan pasien teehadap pelayanan suatu
rumah sakit, pasien tersebut dan mengadukannya langsung kepada pihak terkait
yaitu direktur rumah sakit itu sendiri atau kepala rumah sakitnya. Namun jika
pengaduan tersebut tidak ditanggapi dapat langsung mengadu ke badan badan
yang terkait yang telah dibentuk oleh pemerintah sebagai pengawas rumah sakit
seperti :
1. Pusat Tanggap dan Respon Cepat (PTRC) Kementrian Kesehatan
Sesuai namanya, badan ini dibawah naungan Kementrian Kesehatan,
dengan fungsi utama; sebagai sarana pelayanan informasi publik dibidang
kesehatan, menerima informasi/pengaduan dan saran/kritik dari masyarakat, serta
merespon secara cepat informasi dan pengaduan masyarakat.
2. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
Lembaga bentukan Pemerintah selanjutnya yang berwenang menentukan
ada atau tidaknya kesalahan yang dilakukan oleh dokter/dokter gigi dalam
penerapan disiplin ilmu kedokteran/kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi bagi
dokter/dokter gigi yang dinyatakan bersalah.

Anda mungkin juga menyukai