Aritha Sjs
Aritha Sjs
OLEH :
2018611017
MALANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN SINDROM STEVEN JOHNSON (SJS)
No Penyebab Keterangan
1. • Infeksivirus jamur • Herpes simpleks, Mycoplasma pneumoniae,
• Bakteri vaksinia koksidioidomikosis, histoplasma.
• Parasit • streptokokus, Staphylococcs haemolyticus,
Mycobacterium tuberculosis, salmonella
• Malaria
2. Obat salisilat, sulfat, penisilin, etambutol, tegretol,
tetrasiklin, digitalis, kontraseptif, klorpromazin,
karbamazepin, kinin, analgetikatauantipiretik
3. Makanan Cokelat
4. Fisik udara dingin, sinar matahari, sinar X
5. Lain – lain penyakit kolagen, keganasan, kehamilan
Terdapat 3 derajat klasifikasi yang diajukan :
1. Derajat 1 : erosi mukosa SJS dan pelepasan epidermis kurang dari 10%
2. Derajat 2 : lepasnya lapisan epidermis antara 10-30%
3. Derajat 3 : lepasnya lapisan epidermis lebih dari 30%
Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi yang
membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komplemen. Akibatnya
terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan
kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi
akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama
kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Djuanda, 2000) .
Steven Johnson
Syndrome
Sel Mast
Akumulasi neutrofil
Reaksi Radang
Kesulitan menelan
Nyeri G3 Persepsi sensori
Kelainan penglihatan
Intake tidak adekuat
Intoleraksi aktivitas
A. TINJAUAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian Keperawatan
1. Data Subyktif
Klien mengeluh demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan nyeri
tenggorokan / sulit menelan.
2. Data Obyektif
a. Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi erosi
yang luas, sering didapatkan purpura.
b. Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan
pseudomembran di faring
c. Konjungtiva, perdarahan sembefalon ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
3. Pemeriksaan fisik
Lakukan pengkajian fisik dengan penekanan khusus:
a. Adanya eritema yaitu area kemerahan yang disebabkan oleh peningkatan
jumlah darah yang teroksigenisasi pada vaskularisasi dermal.
b. Vesikel, bula dan purpura.
c. Ekimosis yaitu kemerahan yang terlokalisir atau perubahan warna
keunguan yang disebabkan oleh ekstravasasi darah ke dalam jaringan kulit
dan subkutan.
d. Ptekie yaitu bercak kecil dan berbatas tajam pada lapisan epidermis
superficial
e. Lesi sekunder yaitu perubahan kulit yang terjadi karena perubahan pada
lesi primer, yang disebabkan oleh obat, involusi dan pemulihan.
f. Kelainan selaput lender di mukosa mulut, genetalia, hidung atau anus
g. Konjungtivitis, ulkus kornea, iritis dan iridoksiklitis
4. Data Penunjang
a. Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
b. Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah
merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan
edema intrasel di epidermis.
c. Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang
mengandung IgG, IgM, IgA.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d. inflamasi pada kulit.
2. Gangguan integritas kulit b.d. inflamasi dermal dan epidermal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan sistem
gastrointestinal
4. intoleransi aktivitas b.d. suplai nutrisi berkurang
5. Gangguan persepsi sensori: kurang penglihatan b.d konjungtifitis
c. intervensi
2. Orientasikan 2. Meningkatkan
klien tehadap keamanan
lingkungan. mobilitas
dalam
lingkungan.
3. Perhatikan
tentang suram 3. Cahaya yang
atau penglihatan kuat
kabur dan iritasi menyebabkan
mata, dimana rasa tak
dapat terjadi nyaman
bila setelah
menggunakan penggunaan
tetes mata. tetes mata
4. Letakkan dilator
barang yang 4. Komunikasi
dibutuhkan/posi yang
si bel pemanggil disampaikan
dalam dapat lebih
jangkauan/posis mudah
i yang tidak diterima
dioperasi. dengan jelas.
5. berikan
lingkungan
yang aman bagi 5. mencegah
pasien cedera pada
pasien
DAFTAR PUSTAKA