Anda di halaman 1dari 14

Dibuat untuk Memenuhi Tugas AIK

Disusun Oleh :

1. Siti Aminah Cendrakasih NIM 2A219030


2. Dian Nike Wijayanti NIM 2A219048
3. Evita Hendrasari NIM 2A219056

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis,sehingga penulis berhasil menyelesaikan
makalah AIK yang berjudul “Islam dan Masalah Harta dan Jabatan”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Al Islam
Kemuhammadiyahan di Universitas Muhammadiyah Semarang.

Terima kasih saya ucapkan kepada :

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan mohon
maaf apabila terdapat kesalahan.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
Kata Penghantar........................................................................................................ i

Daftar isi..................................................................................................................... ii

BAB I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2

1.3 Tujuan................................................................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Harta................................................................................................ 3

2.2 Pandangan Islam Mengenai Harta.................................................................... 3

2.3 Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah................................... 4

2.4 Kewajiban Mencari Nafkah................................................................................ 5

2.5 Sikap Terhadap Harta dan Jabatan................................................................... 6

2.6 Pendayagunaan Harta dan jabatan di Jalan Allah............................................. 7

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 8

Daftar Pustaka......................................................................................................... 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Adalah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara


lahiriyah maupun batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk senantiasa berupaya
memperoleh segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan
lahiriyah identik dengan terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs) berupa sandang,
pangan dan papan.Tapi manusia tidak berhenti sampai disitu, bahkan cenderung terus
berkembang kebutuhan-kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala kebutuhan itu
seolah-olah bisa terselesaikan dengan dikumpulkannya Harta sebanyak-
banyaknya.Istilah harta, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi
dalam ruang lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan
selalu berkembang. Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas :
pertama,memiliki unsur nilai ekonomis.Kedua, unsur manfaat atau jasa yang
diperoleh dari suatu barang.

Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan
urf (kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat
bahwa istilah Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat
diperjualbelikan, dan dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau
melenyapkannya.Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pda
nilai ekonomis (al-qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah
dalam harta tergantung pada besar ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat
menjadi patokan dalam menetapkan nilai ekonomis suatu barang. Maka manfaat
suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pengertian harta dan jabatan?


Bagimanakah pandangan islam terhadap harta?

Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah?

Bagaimanakah sikap terhadap Harta dan Jabatan?

Bagaimanakah pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah?

1.3 Tujuan

Memahami pengertian harta

Memahami pandangan islam terhadap harta

Memahami harta dan jabatan sebagai amanah dan karunia dari allah

Memahami sikap terhadap harta dan jabatan

Memahami pendayagunaan hata dan jabatan dijalan allah

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Harta

Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, yang menurut bahasa berarti
condong, cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala sesuatu yang
menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi, maupun
manfaat.Harta merupakan salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani
kehidupan didunia ini. Selain itu, harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia,
sebagai cobaan (fitnah), sarana untuk memenuhi kesenangan, dan sarana untuk
menghimpun bekal bagi kehidupan akhirat.Fungsi harta adalah untuk menopang
kehidupan manusia karena tanpa harta kehidupan manusia tidak akan tegak.Menurut
bahasa, jabatan artinya sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas yang diemban. Semua
orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu atau terhormat dalam setiap
lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya jabatan.

2.2 Pandangan Islam Mengenai Harta

Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah
Allah swt. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan
amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya (QS
al_Hadiid:Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:

‘‘Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya
untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana
didapatkan dan untuk apa dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dipergunakan’’.

Kedua, status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut :

Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah
karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
Harta sebagai perhiasan dunia.

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia ... (Q.S. Al-Kahfi:46).

Harta sebagai cobaan.

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi


Allah-lah pahala yang besar.(Q.S.At-Taghaabun:15).

Harta sebagai perhiasan hidup.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (Q.S.Ali-Imron:14)

Harta sebagai bekal ibadah.

dan infaqkanlah sebagian apa yang Allah telah memberi rezeki kepadamu sebelum
maut mendatangimu (Q.S. Al- Munafiqun:10).

2.3 Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan, baik


yang menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf maupun yang
menunjukkan keburukan seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan sebagainya.
Dalam surat Al-Haqqah Allah SWT menyatakan bahwa pejabat yang tidak beriman
itu di akhirat kelak akan mengatakan bahwa lepas sudah jabatannya (yang sewaktu di
dunia ia miliki).

Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah.
Disebut sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan
semata-mata karena kehebatan seseorang, tetapi karena berkah dan karunia dari
Allah, juga sejatinya bukan dimaksud untuk kesenangan pribadi pemiliknya, tetapi
juga buat kemaslahatan orang lain. Karena harta dan jabatan adalah amanah, maka
harus dijaga dan dijalankan atau dipelihara dan dilaksanakan dengan benar, sebab
satu saat akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT.Itu sebabnya maka
Al-Qur’an dan hadis selalu mengingatkan bahwa harta itu juga merupakan cobaan
atau fitnah, seperti Firman Allah pada Surat Al-Anfal.

2.4 Kewajiban Mencari Nafkah

Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal) ataua mata


pencaharian (Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-Baqarah:267)

‘’Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bekerja. Barangsiapa yang bekerja


keras mencari nafkah yang halal untk keluarganya maka sama dengan mujahid di
jalan Allah’’ (HR Ahmad).

‘’Mencari rezki yang halal adalah wajib setelah kewajiban yang lain’’(HR Thabrani)

‘’jika telah melakukan sholat subuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan
sempat mencari rezki’’ (HR Thabrani).

Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah...(Al-Jumuah:10)

...dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-nya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32)

Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dkehendaki-Nya, dan


Allah mempunyai karunia yang besar. (Al- Jumu’ah: 4)

Dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-Takatsur:1-
2), melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9), melupakan sholat dan
zakat (an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya
saja (al-Hasyr: 7)
Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-Baqarah:
273-281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91), mencuri
merampok (al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin: 1-
6), melalui cara-cara yang batil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui suap
menyuap (HR Imam Ahmad).

Dalam mencari dan memprolaeh harta, Amir Syarifudin.[4] menegaskan secara


perinci sebagai berikut :

Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harat
selama yang denikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang berlaku, yaitu halal
dan baik. Hal ini berarti Islam tidak melarang seseorang untuk mencari kekayaan
sebanyak mungkin. Karena bagaimanapun yang menentukan kekayaan yang dapat
diperoleh seseorang adalah Allah swt. sendiri. Di samping itu, dalam pandangan
Islam harta itu bukanlah tujuan, tetapi, merupakan alat untuk menyempurnakan
kehidupan dan untuk mencapai keridhaan Allah.

2.5 Sikap Terhadap Harta dan Jabatan

Disebabkan harta dan jabatan itu adalah merupakan Amanah dari allah SWT,
maka kita harus bersikap hati-hati terhadapnya. Bila terhadap harta kita wajib
berupaya dan berusaha mencarinya karena harta merupakan kebutuhan kita sebagai
bahagian dari modal hidup, namun bukan demikian halnya tentang jabatan. Jabatan
itu merupakan amanah, oleh karena itu kita tidak harus ambisus untuk
memperolehnya.

Allah menyuruh menikmati hasil usaha bagi kepentingan hidup didunia.


Namun, dalam memanfaatkan hasil usaha itu ada beberapa hal yang dilarang untuk
dilakukan oleh setiap muslim :

Israf, yaitu berlebih-lebihan dalam memanfaatkan harta meskipun untuk kepentingan


hidup sendiri.
Makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
senang kepada orang yang berlebih-lebihan. (Q.S.Al-A’raf:31).

Tabdzir (boros), dalam arti menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak diperlukan
dan menghambur-hamburkan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.

Janganlah kmau menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya


pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat
kafir (ingkar) terhadap Tuhannya. (Q.S.Al-Isra’:26 &27).

Khalifah itu wajib menjalankan hukum Allah dan Rasulnya, baik terhadap amal
dirinya sendiri maupun terhadap jalannya pemerintahan.Bagi yang mempunyai
kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi misi yang maslahat kelak dalam
jabatannya, maka boleh meminta jabatan, dengan ketentuan bahwa ia juga tidak boleh
terlalu percaya akan keahliannya, sebaliknya jabatan atau menjaga amanah bagi yabg
tidak punya kompetensi atau keahlian, oleh Allah disebut sebagai perilaku zhalim dan
bodoh, sebagaimana Firman allah pada Surat Yusuf ayat 54 dan 55 serta Surat Al-
Ahzab ayat 72 :Artinya:

54. dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai orang
yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia
berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami".

55. berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".

Artinya:

72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.

2.6 Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah

...dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya
Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang
saleh? (Al-Munafiqun:10)

Apabila harta telah dibelanjakan di jalan Allah, maka kebaikan/pahalanya akan


mengalir terus sehingga dapat dikatakan sebagai aset yang permanen, terutamabila
yang dibelanjakanitubertahan lama zatnyaatau yang disebutsebagaiwakaf, ini
sesuaidengansabdaNabiSAW yang berbunyi:

Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia telah
meninggal dunia maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal, yaitu: Ilmu
yang dimanfaatkan, sodakoh yang mengalir untuknya atau anak soleh yang
mendoakan untuk kebaikannya. HR Ad-Darimi dan tirmidzi. (SunanDarimi 1/462
dan sunan tirmidzi 3/53..Sanadnya sohih.)

Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di hari
akhirat kelak jabatan itu akan dipertanggung-jawabkan, sebagaimana firman Allah
SWT dalam Surat Al-Israk ayat 13 dan 34 yang berbunyi:

13. dan tiap-tiap manusia itutelah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat
sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.

34. Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa harta dan jabatan
adalah hal yang menjadi prioritas manusia didunia, namun kembali pada sebuah hadis
yang menjelaskan bahwa dunia adalah ladang akhirat. Bekerjalah untuk tetap dapat
hidup didunia menambah amalan diakhirat kelak. Karena harta dan jabatan adalah
amanah dari yang maha kuasa.

DAFTAR PUSTAKA

Ghazaly, dkk. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana

Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah


Rasjid, Sulaiman. 1990. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Biru

Syarifudin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh. Bogor:Kencana

Anda mungkin juga menyukai