Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang
Perdagangan atau aktivitas jual-beli telah dikenal umat manusia sejak
dahulu kala. Ajaran Islam secara tegas telah menghalalkan aktivitas jual-beli atau
perdagangan dan mengharamkan riba.
Jual beli (bisnis) dimasyarakat merupakan kegiatan rutinitas yang
dilakukan setiap waktu oleh semua manusia. Tetapi jual beli yang benar menurut
hukum Islam belum tentu semua orang muslim melaksanakannya. Bahkan ada
pula yang tidak tahu sama sekali tentang ketentutan-ketentuan yang di tetapkan
oleh hukum Islam dalam hal jual beli (bisnis).
Di dalam Al-Qur‟an dan Hadist yang merupakan sumber hukum Islam
banyak memberikan contoh atau mengatur bisnis yang benar menurut Islam.
Bukan hanya untuk penjual saja tetapi juga untuk pembeli. Sekarang ini lebih
banyak penjual yang lebih mengutamakan keuntungan individu tanpa berpedoman
pada ketentuan-ketentuan hukum Islam. Mereka cuma mencari keuntungan
duniawi saja tanpa mengharapkan barokah kerja dari apa yang sudah dikerjakan.
Para pelaku bisnis seharusnya mengetahui dan mengerti aspek-aspek
teologis dan filosofis serta batasan-batasan yang ada dalam ajaran agama Islam
sehingga terhindar dari praktek jual beli atau bisnis yang dapat merugikan pihak
lain, bahkan juga dapat merusak aqidah kita sebagai seorang muslim.
Pemahaman tersebut terdapat pada Al-Qur‟an dan Hadist yang oleh para
ulama lebih dalam dikaji dalam bab fiqih muamalah dengan mengkombinasikan
Ijma juga Qiyas dan fatwa-fatwa majelis ulama, sehingga dapat lebih mudah
dimengerti dan dipahami, yang kemudian para pelaku bisnis dapat terhindar dari
praktek-praktek bisnis yang dilarang oleh agama.
1
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Penafsir Al-Qur‟an, 1982), hal.75.
1
dikenal dengan istilah al-syira‟ yaitu mashdar dari kata syara yang artinya
membeli.2
Dalam istilah fiqih, jual beli disebut al-bay‟ yang berarti menjual,
mengganti, atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafadz al-bay‟ dalam
bahasa Arab kadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata a;-syira‟
(beli). Dengan demikian, kata al-bay‟ berarti jual, tetapi juga sekaligus berarti
beli.3 Kata jual menunjukkan adanya pebuatan menjual, sedangkan beli adanya
perbuatan membeli.4
Secara etimologi, jual beli diartikan sebagai pertikaran sesuatu dengan
yang lain.5 Atau memberikan sesuatu untuk menukarkan sesuatu yang lain. 6 Jual
beli juga diartikan dengan pertukaran harta dengan harta atau dengan gantinya
atau mengambil sesuatu yang digantikannya itu. 7
Adapun definisi jual beli secara istilah, menurut Taqi al-Din ibn Abi Bakr
ibn Muhammad al-Husayni, adalah pertukaran harta dengan harta yang diterima
dengan menggunakan ijab dan qabul dengan cara yang diizinkan oleh syara‟. 8
Menurut Sayyid Sabiq jual beli adalah pertukaran harta dengan harta atas dasar
saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.9
Menurut Abu Muhammad Mahmud al-Ayni, pada dasarnya jual beli merupakan
penukaran barang dengan barang yang dilakukan suka sama suka, sehingga
menurut syara‟, jual beli adalah tukar menukar barang atau harta secara suka sama
suka.10
2
Ibid, hal.197.
3
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000). hal. 111.
4
Rachmad Syafe‟I, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001). hal. 75.
5
Syekh Zain al-din, Fath Al-Mu‟in, (Beirut: daar al-Kutub al-Arabiyyah). hal.66
6
Taqi al-Din al-Nabhani al-Husayni, Transaksi Ekonomi Perspektif Hukum Islam,
(Surabaya: Risalah Gusti, 1999). hal.47.
7
Shalih Ibn Ghanim al-Sadlan, Risalah Fii al-Fiqh al-Muyassar, (Beirut: Daar el-Fikr,
2001). hal.88.
8
Taqi al-Din ibn Abi Bakr ibn Muhammad al-Husayni, Kifayah al-Akhyar fii Hill
Ghayah al-Ikhtishar, (Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2001). hal. 326
9
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid III (Beirut: Daar al Fikr, 2003). hal 149.
10
Abu Muhammad Mahmud al-Ayni, al-Bayyinah fii Syarh al-Hidayah, Juz VII. (Beirut:
Daar al-Fikr, 1990). hal.3
2
Dikalangan ulama terdapat perbedaan tentang definisi jual beli sekalipun
substansi dan tujuan masing-masing definisi adalah sama. Ulama Hanafiyah
mendefinisikan jual beli dengan dua definisi:
11
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Hal.111-112.
12
Ibnu Mas‟ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi‟i. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003), hal.22.
13
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjan Dalam Islam,
(Jakarta: Sinar Grafika, 1994), hal.33
3
C. Dasar Hukum Jual Beli
1. Al-Qur‟an14
Q.S. Al-Baqarah ayat 275
Penjelasan
a. Tafsir Al-Mukhtashar15
14
Al-Qur‟an Al-Karim
15
Jama‟ah min Ulama Tafsir, Al-Mukhtashar fii Tafsir Al-Qur‟an Al-Karim, (Riyadh:
Markaz Tafsir Lid Diraasatil Qur‟aniyyah, 2012), hal, 47
4
(Orang-orang yang makan (mengambil) riba) Mayoritas yang
dilakukan orang-orang pada masa Jahiliyah adalah apabila telah habis
batas waktu untuk melunasi hutang mereka berkata kepada pemilik
hutang: Apakah akan kamu lunasi atau kamu harus menambah? Dan
apabila tidak dibayar maka mereka akan menambah jumlah harta yang
menjadi hutang tersebut (bunga) dan memberi tenggang waktu untuk
melunasinya. Hal ini merupakan sesuatu yang haram sesuai kesepakatan
para ulama. Dalam ayat ini terdapat ancaman bagi orang yang memakan
bunga (riba) ini, dan bagi selain pemakan riba ini sebagaimana yang
disebutkan dalam hadist bahwa Rasulullah bersabda: Allah melaknat
pemakan riba, wakilnya, penulisnya, dan dua saksinya. Dan Rasulullah
bersabda: mereka semua sama.
orang yang kejang. Dan ( )املسadalah penyakit gila. Begitulah balasan atas
5
(sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba) Yakni mereka
menjadikan kegiatan jual beli dan riba adalah sama saja karena seseorang
mendapat untung dalam riba sebagaimana mendapat untung dalam jual
beli.
6
(maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan)) Yakni tidak dihukum atas riba yang telah lalu karena ia
melakukannya sebelum turun ayat yang mengharamkan riba.
b. Tafsir Al-Wajiz16
Setelah Allah menyebutkan tentang kondisi orang-orang yang
berinfak dan apa-apa yang akan mereka dapatkan di sisi Allah dari segala
kebaikan dan digugurkannya kesalahan dan dosa-dosa mereka, lalu Allah
menyebutkan tentang orang-orang yang zhalim; para pemakan riba dan
yang memiliki muamalah yang licik. Allah mengabarkan bahwa mereka
akan diberi balasan menurut perbuatan mereka. Untuk itu, sebagaimana
mereka saat masih di dunia dalam mencari penghidupan yang keji seperti
orang-orang gila, mereka disiksa di alam barzakh dan pada Hari Kiamat,
bahwa mereka tidak akan bangkit dari kubur mereka hingga Hari
Kebangkitan dan hari berkumpulnya makhluk, “melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.”
16
Wahbah Zuhaili, At-Tafsir Al-Wajiz, (Damaskus: Daar Al-Fikr, 1996), hal, 48.
7
Maksudnya, dari kegilaan dan kerasukan. Itu adalah siksaan, penghinaan,
dan dipamerkannya segala dosanya, sebagai balasan untuk mereka atas
segala bentuk riba mereka dan kelancangan mereka dengan berkata,
“Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.”
Mereka menyatukan (dengan kelancangan mereka) antara apa yang
dihalalkan oleh Allah dengan apa yang diharamkan olehNya hingga
mereka membolehkan riba dengan hal itu.
Allah kemudian menawarkan kepada orang-orang yang melakukan
praktik riba dan selain mereka untuk bertaubat dalam FirmanNya, “Orang-
orang yang telah sampai kepadanya nasihat (berupa larangan) dari
Rabbnya,” sebuah penjelasan yang disertai dengan janji dan ancaman,
“lalu berhenti (dari mengambil riba),” yakni dari apa yang mereka lakukan
pada praktik riba, “maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan),” dari perkara yang lancang ia lakukan, lalu ia
bertaubat darinya, “dan urusannya (terserah) kepada Allah,” pada masa
yang akan datang jika dia masih terus dalam taubatnya. Allah tidak akan
melalaikan pahala orang-orang yang berbuat kebajikan.
“Dan orang yang mengulangi (mengambil riba)” setelah penjelasan
Allah dan peringatanNya serta ancamanNya terhadap orang yang
memakan riba, “maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.” Di sini terkandung isyarat bahwa riba itu
berkonsekuensi masuk neraka dan kekal di dalamnya. Hal itu karena
kejelekannya, selama tidak ada yang menghalangi kekekalannya yaitu
keimanan. Ini antara sejumlah hukum-hukum yang tergantung kepada
terpenuhinya dan terbebasnya dari penghalang. Ayat ini bukan hujjah bagi
Khawarij atau lainnya dari ayat-ayat ancaman. Yang wajib adalah
meyakini semua nash-nash al-Quran maupun as-Sunnah, maka seorang
Mukmin harus percaya dengan nash-nash yang diriwayatkan secara
mutawatir yaitu akan keluarnya orang yang ada dalam hatinya keimanan
walaupun seberat biji sawi dari neraka, dan dari hal yang merupakan
8
perkara yang membinasakan yang memasukkan ke dalam neraka apabila ia
tidak bertaubat darinya.
Penjelasan
a. Tafsir Al-Mukhtashar17
17
Jama‟ah min Ulama Tafsir, Al-Mukhtashar fii Tafsir Al-Qur‟an Al-Karim, (Riyadh:
Markaz Tafsir Lid Diraasatil Qur‟aniyyah, 2012), hal,83.
9
barang lainnya karena ia merupakan yang paling banyak dan paling
dominan.
18
Wahbah Zuhaili, At-Tafsir Al-Wajiz, (Damaskus: Daar Al-Fikr, 1996), hal.83.
10
cara batil”, yaitu tanpa diganti dengan yang baik atau kerelaan hati.
Kemudian adanya pengecualian harta jual beli yang dihasilkan di atas
prinsip suka rela dari dua jenis jual-beli berdasarkan hadis “jual-beli harus
dilandasi dengan suka rela” dan “Jual-beli dengan prisip khiyar sebelum si
penjual dan si pembeli berpisah”
2. Hadits Nabi
ِ َي الْ َكس
ب ِ ِ
ْ ُّ أ: صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ُسئ َل َّ اع َة بْ ِن َرافِ ٍع َر ِضي اللَّوُ َعْنوُ { أ
َّ َِن الن
َ َِّب َ ََع ْن ِرف
َ
ص َّ َ وُ ا ْاَاكِ ُم ِِ
َ َوُك ُّل بَْي ٍع َمْب ُروٍر } َرَواهُ الْبَ َّ ُار َو، الر ُج ِل بِيَده
َّ َع َم ُل: ب ؟ قَ َال
ُ َأَطْي
19
Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Atsqalani, Bulughul Maram min Adillati Al-Ahkam, (Beirut:
Daar Ihya Al-„Ulum, 1991) , hal,323.
11
Dari Rifa‟ah bin Rafi‟, Nabi pernah ditanya mengenai pekerjaan apa yang
paling baik. Jawaban Nabi, “Kerja dengan tangan dan semua jual beli yang
mabrur” (HR Bazzar dan dinilai shahih oleh al Hakim).
20
Abu Bakr Jabir Al-Jazairy, Minhaj Al-Muslim, (Madinah: Darussalam, 1964), hal, 283.
21
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid III (Beirut: Daar al Fikr, 2003). hal 160.
12
Kedua, dilihat dari objek jual beli,22
1. Jual beli umum, yaitu menukar barang dengan uang.
2. Jual beli As-sharf atau money changer, yaitu penukaran uang dengan uang.
3. Jual beli barter, yaitu menukar barang dengan barang.
Ketiga, dilihat dari standarisasi harga,
1. Jual beli tawar-menawar, yaitu jual beli dimana pihak penjual tidak
memberitahukan modal barang yang dijualnya.
2. Jual beli amanah, yaitu jual beli dimana penjual memberotahukan harga
modal jualannya.
3. Jual beli lelang, yaitu jual beli dengan cara penjual menawarkan barang
dagangannya, kemudian para pembeli saling menawar dengan menambah
jumlah pembyaran dari pembeli sebelumnya, kemudian si penjual akan
menjual dengn harga tertinggi dari para pembeli tersebut.
Keempat, dilihat dari cara pembayaran,
1. Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayarannya secara langsung.
2. Jual beli dengan pembayaran tertunda.
3. Jual beli dengan penyerahan barang tertunta.
4. Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran sama-sama tertunda.
22
Abu Bakr Muhammad, Terjemah Subulussalam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), hal. 11-
12
23
Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Atsqalani, Bulughul Maram min Adillati Al-Ahkam, (Beirut:
Daar Ihya Al-„Ulum, 1991). hal.
13
Khiyar adalah meminta yang terbaik dari dua pilihan : melanjutkan atau
membatalkan transaksi jual-beli.24 Secara bahasa Khiyar artinya pilihan,
sedangkan secara istilah pengertian khiyar adalah hak pilih bagi salah satu
atau kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi jual beli untuk
melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati, disebabkan
hal-hal tertentu yang membuat masing-masing atau salah satu pihak
melakukan pilihan tersebut. pilihan ini dapat dilakukan dalam berbagai
macam sebab dan keadaan yang berbeda-beda.
b. Macam-macam Khiyar
a. Khiyar Majlis
Majlis secara bahasa adalah bentuk masdar mimi dari julus yang
berarti tempat duduk, dan maksud dari majlis akad menurut kalangan ahli
fiqih adalah tempat kedua orang yang berakad berada dari sejak mulai
berakad sampai sempurna, berlaku dan wajibnya akad. Dengan begitu
majlis akad merupakan tempat berkumpul dan terjadinya akad apapun
keadaan pihak yang berakad.25
Adapun menurut istilah khiyar majelis adalah khiyar yang
ditetapkan oleh syara‟ bagi setiap pihak yang melakukan transaksi, selama
para pihak masih berada di tempat transaksi. Khiyar majelis berlaku dalam
berbagai macam jual beli, seperti jual beli makanan dengan makanan, akad
pemesanan barang (salam), syirkah.26
Rasulullah SAW Bersabda:“Penjual dan pembeli boleh melakukan
khiyar selama keduanya belum berpisah, atau salah seorang mengatakan
kepada temannya: Pilihlah. Dan kadang-kadang beliau bersabda: atau
terjadi jual beli khiyar. (HR. Al-Bukhari)”.
b. Khiyar Syarat
Menurut Sayyid Sabiq khiyar syarat adalah suatu khiyar dimana
seseorang membeli sesuatu dari pihak lain dengan ketentuan dia boleh
24
Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid III Beirut: Daar al Fikr, 2003
25
Abdul Aziz Muhammad Azzam. Fikih Muamalah, (Jakarta: Amzah). hlm. 177.
26
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟i Al-Muyassar, Terj. Muhammad Afifi, Abdul
Hafiz, “ Fiqih Imam Syafi‟i”, (Jakarta: Almahira, Cet. Ke-1, 2010), hlm. 676
14
melakukan khiyar pada masa atau waktu tertentu, walaupun waktu tersebut
lama, apabila ia menghendaki maka ia bisa melangsungkan jual beli dan
apabila ia mengendaki ia bisa membatalkannya.
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa khiyar syarat adalah
suatu bentuk khiyar dimana para pihak yang melakukan akad jual beli
memberikan persyaratan bahwa dalam waktu tertentu mereka berdua atau
salah satunya boleh memilih antara meneruskan jual beli atau
membatalkannya.
Rasulullah saw beliau bersabda: “Apabila dua orang melakukan
jual beli, maka masing-masing pihak berhak melakukan khiyar, baik
kedua-duanya maupun salah satunya. Apabila salah satu dari keduanya
melakukan khiyar terhadap yang lainnya, kemudian mereka berdua
melakukan jual beli atas dasar kesepakatan mereka, maka jual beli telah
wajib dilaksanakan. Apabila mereka berpisah setelah melakukan jual beli
dan salah satu pihak tidak meninggalkan jual beli, maka jual beli wajib
dilaksanakan”. (HR. Muttafaq „alaih, dan redaksi dari Muslim.
Khiyar syarat disyari‟atkan untuk menjaga kedua belah pihak yang
berakad, atau salah satunya dari konsekuensi satu akad yang kemungkinan
di dalamnya terdapat unsur penipuan dan dusta. Oleh karena itu, Allah
SWT memberi orang yang berakad dalam masa khiyar syarat dan waktu
yang telah ditentukan satu kesempatan untuk menunggu karena memang
diperlukan. Kalangan ulama fiqih sepakat bahwa khiyar syarat sah jika
waktunya diketahui dan tidak lebih dari tiga hari dan barang yang dijual
tidak termasuk barang yang cepat rusak dalam tempo ini.27
c. Khiyar „Aib
Khiyar aib termasuk dalam jenis khiyar naqishah (berkurangnya
nilai penawaran barang). Khiyar aib berhubungan dengan ketiadaan
kriteria yang diduga sebelumnya. Khiyar aib merupakan hak pembatalan
jual beli dan pengembalian barang akibat adanya cacat dalam suatu barang
27
Abdul Aziz Muhammad Azzam, op,cit,. hal. 111
15
yang belum diketahui, baik aib itu ada pada waktu transaksi atau baru
terlihat setelah transaksi selesai disepakati sebelum serah terima barang.
Rasulullah saw bersabda: Seorang muslim adalah saudaranya
muslim lainnya, tidak halal bagi seorang muslim apabila menjual barang
jualannya kepada muslim lain yang didalamnya ada cacat, melainkan ia
harus menjelaskan (aib atau cacatnya) itu kepadanya”. (HR. Al-Hakim
dari „Uqbah Ibnu Amir).
d. Khiyar Ru‟yah
Khiyar ru‟yah adalah hak pembeli untuk membatalkan akad atau
tetap melangsungkannya ketika ia melihat obyek akad dengan syarat ia
belum melihatnya ketika berlangsung akad atau sebelumnya ia pernah
melihatnya dalam batas waktu yang memungkinkan telah jadi batas
perubahan atasnya.
Konsep khiyar ini disampaikan oleh fuqoha Hanafiyah, Malikiyah,
Hanabilah dan Dhahiriyah dalam kasus jual beli benda yang ghaib (tidak
ada ditempat) atau benda yang belum pernah diperiksa. Sedangkan
menurut Imam Syafi‟i khiyar ru‟yah ini tidak sah dalam proses jual beli
karena menurutnya jual beli terhadap barang yang ghaib (tidak ada
ditempat) sejak semula dianggap tidak sah.
Syarat Khiyar Ru‟yah bagi yang membolehkannya antara lain:
1) Barang yang akan ditransaksikan berupa barang yang secara fisik
ada dan dapat dilihat berupa harta tetap atau harta bergerak.
2) Barang dagangan yang ditransaksikan dapat dibatalkan dengan
mengembalikan saat transaksi.
3) Tidak melihat barang dagangan ketika terjadi transaksi atau
sebelumnya, sedangkan barang dagangan tersebut tidak berubah.
16
ُس َام َة َع ْن ٍِ ِ ِ َِّ ِ ِ
َ يس َوََْي ََي بْ ُن َسعيد َوأَبُو أ
َ َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْكر بْ ُن أَِب َشْيبَ َة َحدَّثَنَا َعْب ُد اللو بْ ُن إ ْدر
يد َع ْن عُبَ ْي ِد اللَِّو َح َّدثَِِن أَبُو
ٍ ِظ لَو حدَّثَنا ََيَي بن سع ٍ ِ ِ
َ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ُ عُبَ ْيد اللَّو َح َّدثَِِن ُزَىْي ُر بْ ُن َح ْرب َواللَّ ْف
ص ِاة ِ
َ َصلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َع ْن بَْي ِع ا ْا
ِ ُ َعرِ عن أَِِب ىري رةَ قَ َال َهى رس
َ ول اللَّو َُ َ
ِ
َْ َ ُ ْ َ َ ْ الَّْاد َع ْن ْاا
َو َع ْن بَْي ِع الْ ََرِر
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dan Yahya bin Sa'id serta
Abu Usamah dari Ubaidillah. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah
menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb sedangkan lafazh darinya, telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari 'Ubaidillah telah
menceritakan kepadaku Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang jual beli dengan
cara hashah (yaitu: jual beli dengan melempar kerikil) dan cara lain yang
mengandung unsur penipuan. (H.R. Muslim 2783)
Penipuan dapat merugikan orang lain dan melanggar hak-hak jual
beli yaitu suka sama suka. Orang yang tertipu jelas tidak akan suka karena
haknya dilanggar. Jual beli dengan tipuan adalah jual beli yang tidak
diketahui hasilnya, tidak bisa diserah terimakan atau tidak diketahui kadar
dan hakikatnya.
2. Jual Beli Hashah
Yaitu jual beli dengan menggunakan undian atau dengan adu ketangkasan,
agar mendapatkan barang yang dibeli sesuai dengan undian yang didapat.
Jual beli barang seperti ini tidak sah, karena mengandung unsure
ketidakjelasan atau penipuan.
3. Menyembunyikan Cacat Barang
Yaitu menjual barang yang sebenarnya cacat dan tidak layak untuk dijual,
tetapi penjual menjualnya dengan memanipulasi seakan-akan barang
tersebut sangat berharga dan berkualitas.
17
ّْث َع ْن َعْب ِد اللَِّو ِ ْ حدَّثَنا ب َد ُل بن الْم ََِّّب حدَّثَنا شعبةُ عن قَتادةَ قَ َال ََِسعت أَبا
ُ اخلَل ِيل َُيَد َ ُ ْ َ َ ْ َ َْ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ
ِ ب ِن ا ْاا ِر ِث عن ح ِكي ِم ب ِن ِح ٍام ر ِضي اللَّو عْنو عن النَِِّب صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم قَ َال الْب يّْع
ان ََ َ ََ َْ ُ َ ّْ ْ َ ُ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ
ص َدقَا َوبَيَّنَا بُوِرَك ََلَُما ِِف بَْيعِ ِه َما َوإِ ْن َكتَ َما ِْ ِب
َ اخليَا ِر َما ََلْ يَتَ َفَّرقَا أ َْو قَ َال َح ََّّت يَتَ َفَّرقَا فَِإ ْن
يد َحدَّثَنَا لَْي ٌ َحدَّثَنَا ابْ ُن ُرْم ٍ أَ ْ بَ َرَا اللَّْي ُ َع ْن َافِ ٍع َع ْن ابْ ِن عُ َمَر
ٍ ِو حدَّثَنا قُت يبةُ بن سع
َ ُ ْ َْ َ َ َ
ِ
ض ُك ْم
ُ ب بَ ْع
ْ ُض َوََل ََيْط ُ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم قَ َال ََل يَبِ ْع بَ ْع
ٍ ض ُك ْم َعلَى بَْي ِع بَ ْع ّْ َِع ْن الن
َ َِّب
ٍ َعلَى ِ طْبَ ِة بَ ْع
ض
Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah
menceritakan kepada kami Al Laits. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Rumh telah mengabarkan kepada kami Al
Laits dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
beliau bersabda: "Janganlah sebagian kalian membeli barang yang telah
18
ditawar, dan janganlah sebagian kalian meminang wanita yang telah
dipinang." (H.R. Muslim 2530).
5. Mencegat Barang Sebelum Sampai Pasar
Yaitu mencegat pedagang dalam perjalanannya sebelum sampai di pasar,
sehingga orang yang mencegatnya dapat membeli barang lebih murah dari
harga di pasar dan bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
Rasulullah SAW Bersabda:
ِ ِي عن سع
ِ َّيد بْ ِن الْمسي ِ ِ ِ
ب َع ْن أَِِب ُىَريَْرَة َُ َ ْ َ ُّ َحدَّثَنَا َعل ُّي بْ ُن َعْبد اللَّو َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن َحدَّثَنَا الُّ ْى ِر
ٍ ِ ِ ِ ِ ُ ر ِضي اللَّو عْنو قَ َال َهى رس
اج ُشوا َ ِصلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم أَ ْن يَب
َ َيع َحاضٌر لبَاد َوََل تَن َ ول اللَّو َُ َ َُ ُ َ َ
ب َعلَى ِ طْبَ ِة أَ ِ ِيو َوََل تَ ْسأ َُل الْ َم ْرأَةُ طَََل َق أُ ْ تِ َها ِِ
ُ ُالر ُج ُل َعلَى بَْي ِع أَ يو َوََل ََيْط ُ َِوََل يَب
َّ يع
28
Ahmad bin Ali As-Syafii, Bulughul Maram min Adillati Al-Ahkam, (Jakarta: Daar Al-
Kutub Al-Islamiyah, 2002).hal.148.
19
lainnya. Hal ini bertujuan untuk menaikkan harga barang dan menambah
jumlah keuntungan namun dengan cara menipu.
َحدَّثَنَا َعْب ُد اللَِّو بْ ُن َم ْسلَ َم َة َحدَّثَنَا َمالِ ٌ َع ْن َافِ ٍع َع ْن ابْ ِن عُ َمَر َر ِض َي اللَّوُ َعْن ُه َما قَ َال َ َهى
ْ يُ ْ َم ْر بِ َذلِ َ قَ َال اللَّوُ َعَّ َو َج َّل{ َوََل تَ ْن َس ْوا الْ َف
ض َل بَْي نَ ُك ْم} َويَْن َه ُد ْااَ ْشَر ُار َويُ ْستَ َذ ُّل ْااَ ْ يَ ُار
29
Ibid, hal. 147.
20
janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu.) Orang-orang yang
jahat akan bangkit, orang-orang pilihan akan dihinakan, dan orang-orang
yang dalam kesempitan terpaksa untuk berjual beli." Ali Radliallah 'anhu
berkata; "Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang hal itu,
yaitu jual beli bagi orang yang terpaksa dan jual beli yang mengandung
unsur penipuan serta jual beli buah sebelum layak panen." (H.R. Ahmad
893).
8. Jual Beli Mukhadarah
Yaitu jual beli buah yang belum nampak atau jelas buahnya. Rasulullah
melarang jual beli buah sebelum diketahui keberadaan buah tersebut
seperti apa. Jual beli seperti ini dilarang karena mengandung unsur
penipuan dan dapat merugikan pihak tertentu. Jual beli buah-buahan yang
belum masak atau masih ada pada pohonnya dilarang karena belum tentu
kemungkinan buah-buahan tersebut bisa saja ditiup angin kencang atau
tidak masak karena tangkainya mati. Rasulullah SAW Bersabda:
21
22
اى َ َع ْن َح ِكي ِم بْ ِن ِحَ ٍام قَ َال ِ
ُ َُّد َحدَّثَنَا أَبُو َع َوا ََة َع ْن أَِِب ب ْش ٍر َع ْن ي
َ وس َ بْ ِن َم ٌ َحدَّثَنَا ُم َسد
وق فَ َق َال ََل تَبِ ْع ُّ س ِعْن ِدي أَفَأَبْتَاعُوُ لَوُ ِم ْن
ِ الس ِ ُ الرجل فَ ُِي
َ يد م ِّْن الْبَ ْي َع لَْي
ِ ِ َ يا رس
ُ ُ ُ َّ ول اللَّو يَأْت ِيِن َُ َ
س ِعْن َد َك
َ َما لَْي
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan
kepada kami Abu 'Awanah dari Abu Bisyr dari Yusuf bin Mahik dari
Hakim bin Hizam ia berkata, "Wahai Rasulullah, seorang laki-laki datang
kepadaku ingin membeli sesuatu yang tidak aku miliki, apakah boleh aku
membelikan untuknya dari pasar? Beliau bersabda: "Janganlah engkau
menjual apa yang tidak engkau miliki!". (H.R. Abu Daud).
11. Jual Beli „Inah
Yaitu seseorang menjual barang kepada orang lain dengan pembayaran
dibelakang, kemudian orang tersebut membeli barang itu lagi dari pembeli
tadi dengan harga yang lebih murah tetapi dengan pembayaran kontan
yang diserahkan kepada pembeli. Ketika sudah jatuh tempo pembayaran,
dia meminta pembeli membayar penuh sesuai harga yang ditentukan saat
dia membeli barang. Rasulullah melarang hal demikian, disebutkan dalam
sabdanya:
ٍ ي أَ ْ بَ رَا ابْن و ْى
ب أَ ْ بَ َرِ َحْي َوةُ بْ ُن ُشَريْ ٍ ح و َحدَّثَنَا َ ُ َ ُّ َحدَّثَنَا ُسلَْي َما ُن بْ ُن َد ُاوَد الْ َم ْه ِر
ِ جع َفر بن مسافِ ٍر التّْن
ّْيس ُّي َحدَّثَنَا َعْب ُد اللَِّو بْ ُن ََْي ََي الْبُ ُرلُّ ِس ُّي َحدَّثَنَا َحْي َوةُ بْ ُن ُشَريْ ٍ َع ْن َ ُ ُْ ُ َْ
23
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daud Al Mahri
telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku
Haiwah bin Syuraih. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan
kepada kami Ja'far bin Musafir At Tinnisi telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Yahya Al Burullussi telah menceritakan kepada kami
Haiwah bin Syuraih dari Ishaq bin Abu Abdurrahman dan Sulaiman
berkata dari Abu Abdurrahman Al Khurasani bahwa 'Atha Al Khurasani
menceritakan kepadanya bahwa Nafi' telah menceritakan kepadanya dari
Ibnu Umar ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Jika kalian berjual beli secara cara 'inah, mengikuti
ekor sapi, ridha dengan bercocok tanam dan meninggalkan jihad, maka
Allah akan menguasakan kehinaan atas kalian. Allah tidak akan
mencabutnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian."
Abu Daud berkata, "Ini adalah riwayat Ja'far, dan hadits ini adalah
lafadznya." (H.R. Abu Daud)
12. Jual Beli Muhaqalah
Yaitu jual beli tanaman yang masih ada di ladang atau sawah. Jual beli
seperti ini dilarang Rasulullah SAW.
24
dagangan), Al Munaabadzah (jual beli dengan melempar barang
dagangan) dan Al Muzaabanah (jual beli kurma yang masih dipohon
dengan kurma yang sudah dipetik). (H.R. Bukhari).
13. Jual Beli Muzabanah
Yaitu jual beli buah basah dengan harga buah yang sudah kering, atau
menjual padi yang masih basah dengan harga padi yang sudah kering. Hal
ini dilarang karena padi atau biji-bijian yang masih basah akan membuat
timbangan menjadi lebih berat dibandingkan dengan biji-bijian yang sudah
kering. Atau juga menjual kurma yang masih dipohon dengan kurma yang
sudah dipetik.
َّ ااُلْ َواِ ُّ َحدَّثَنَا أَبُو تَ ْوبَةَ َحدَّثَنَا ُم َعا ِويَةُ َع ْن ََْي ََي بْ ِن أَِِب َكثِ ٍُي أ
َن يَِ َيد بْ َن ْ ااَ َس ُن
ْ و َحدَّثَنَا
صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَنْ َهى َع ْن ِ َ َن جابِر بن عب ِد اللَِّو أَ ب رىأََّو ََِسع رس
َ ول اللَّو ُ َ َ ُ ُ ََ ْ ْ َ َ ْ َ َ َّ ُ َعْي ٍم أَ ْ بَ َرهُ أ
ول كَِراءُ ْاا َْر ْ ااُُقولَِف َق َال َجابُِر بْ ُن َعْب ِد اللَِّو الْ ُمَابَنَةُ الث ََّم ُر بِالت َّْم ِر َو
ُ ااُُق ْ الْ ُمَابَنَ ِة َو
Dan telah menceritakan kepada kami Al Hasan Al Hulwani telah
menceritakan kepada kami Abu Taubah telah menceritakan kepada kami
Mu'awiyah dari Yahya bin Abi Katsir bahwa Yazid bin Nu'aim telah
mengabarkan kepadanya, bahwa Jabir bin Abdullah telah mengabarkan,
bahwa dia pernah mendengar Rasulullah Shallallu 'alaihi wa sallam
melarang jual beli secara muzabanah dan huqul." Jabir bin Abdullah
menjelaskan; "Muzabanah adalah menjual kurma basah dengan kurma
kering, sedangkan huqul adalah menyewakan tanah (dengan memungut
hasil tanaman setelah dipanen). (H.R. Muslim)
14. Jual Beli Munabadzah
Yaitu jual beli dengan melempar barang yang akan dijual. Barang yang
dilempar oleh penjual kemudian ditangkap oleh pembeli, tanpa mengetahui
apa yang akan ditangkap itu. Jual beli seperti ini tidak sah karena akan
menimbulkan penipuan dan adanya ketidak tahuan juga dapat merugikan
pihak tertentu.
25
15. Jual Beli Mulamasah
Yaitu apabila sesorang mengusap baju atau kain tertentu maka diharuskan
membelinya. Mulamasah artinya adalah sentuhan. Maksudnya jika
seseorang berkata: “Pakaian yang sudah kamu sentuh maka sudah menjadi
milikmu dengan harga sekian”. atau “Barang yang sudah kamu buka berate
menjadi milikmu denga harga sekian”. Hal demikian dilarang karena tidak
ada kejelasan dari sifat barang yang harus diketahui oleh calon pembeli.
Dan didalamnya terdapat unsure pemaksaan.
16. Jual Beli Dengan Penimbunan Barang
Yaitu seseorang membeli sesuatu yang dibutuhkan masyarakat kemudian
menyimpannya, sehingga barang tersebut berkurang dipasaran dan
mengakibatan peningkatan harga. Penimbunan seperti ini dilarang karena
dapat merugikan orang lain dengan kelangkaannya atau sulit didapat dan
harganya tinggi. Dengankata lain, penimbun mendapatkan keuntungan
yang besar dibawah penderitaan orang lain. Rasulullah melarang
penimbunan sebagaimana sabdanya:
ٍ ََحدَّثَنَا َعْب ُد اللَِّو بْن َمسلَمةَ بْ ِن قَ ْعن
ب َحدَّثَنَا ُسلَْي َما ُن يَ ْع ِِن ابْ َن بََِل ٍل َع ْن ََْي ََي َو ُى َو ابْ ُن َ ْ ُ
صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو ِ ُ َن معمرا قَ َال قَ َال رس ِ َّيد بْن الْمسيِ ٍِ
َ ول اللَّو َُ ً َ ْ َ َّ ّْث أ
ُ ب َُيَد َ ُ ُ ُ َسعيد قَ َال َكا َن َسع
يد فَِإ َّ َ ََْتتَ ِك ُر قَ َال َسعِي ٌد إِ َّن َم ْع َمًرا الَّ ِذي َكا َن
ٍ ِاط فَ ِقيل لِسع
ِ
ْ َو َسلَّ َم َم ْن
َ َ ٌ َ احتَ َكَر فَ ُه َو
ااَ ِدي َ َكا َن ََْيتَ ِك ُر
ْ ّْث َى َذا
ُ َُيَد
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah bin
Qa'nab telah menceritakan kepada kami Sulaiman -yaitu Ibnu Bilal- dari
Yahya -yaitu Ibnu Sa'id- dia berkata, " Sa'id bin Musayyab menceritakan
bahwa Ma'mar berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa menimbun barang, maka dia berdosa." (H.R. Muslim).
17. Jual Beli Sperma Binatang Jantan
Rasulullah SAW melarang seseorang menjual sperma binatang jantan yang
digunakan untuk membuahi binatang betina. Sebagaimana sabdanya:
26
يم َع ْن َعلِ ّْي بْ ِن ا ْاَ َك ِم َع ْن َافِ ٍع َع ْن ِ ِ
َ يل بْ ُن إبَْراى
ِ ِ ِِ
ُ َّد َحدَّثَنَا َعْب ُد الْ َوارث َوإ َْسَاع
ٌ َحدَّثَنَا ُم َسد
ِ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو و َسلَّم َع ْن َعس
ب الْ َف ْ ِل ِ
ُّ ِابْ ِن عُ َمَر َرض َي اللَّوُ َعْن ُه َما قَالَنَ َهى الن
َ َِّب
ْ َ َ
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan
kepada kami 'Abdul Warits dan Isma'il bin Ibrahim dari 'Ali bin Al Hakam
dari Nafi' dari Ibnu'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam telah melarang uang bayaran Sperma hewan jantan. (H.R.
Bukhari).
27
yang benar. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Muthafifin
ayat 1-7.
30
M. Abdul Mannan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, hal.288.
28
29
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang
mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan
(yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada
dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah
Maha mengetahui segala sesuatu.
I. Kesimpulan
Umat Muslim memang dianjurkan untuk menjadi kaya, salah satunya yaitu
dengan cara berdagang atau praktek jual beli, seperti yang disebutkan dalam Al-
Qur‟an bahwasanya Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Namun, bukan berarti seorang muslim hanya mementingkan kekayaan secara
materi di dunia saja, sehingga dalam mencari materi tidak mengetahui batasan-
batasan yang ada dalam ajaran Islam.
Islam memberikan pondasi pada kehidupan ummatnya, yaitu segala
aktivitas di dunia ini harus sesuai ajaran agama Islam. Ada beberapa pondasi
dalam jual beli yang harus dipahami yaitu: Tauhid, bahwa segala aktivitas jual
beli semata-mata untuk ibadah kepada Allah. Dalam berbisnis kita juga
diwajibkan terhindar dari riba.
Selain rukun dan syarat dalam jual beli yang harus dipenuhi, ada beberapa
macam jual beli yang dilarang dalam Islam, yaitu: jual beli dengan penipuan, jual
beli hashah, jual beli dengan menyembunyikan cacat barang, muzabanah,
munabadzah, mukhadarah, dll.
30
J. Daftar Pustaka
31