Disusun Oleh:
Pembimbing:
NIM : 1408010066
Pembimbing Klinik
Pembimbing Klinik I
Pembimbing Klinik II
Ditetapkan di :Kupang
A. PENDAHULUAN
Penyakit Tidak Menular (PTM) diketahui sebagai faktor utama
penyebab kematian tahun 2012. Secara global, diperkirakan 56 juta orang
meninggal karena PTM. Saat ini angka kejadian penyakit PTM terus meningkat,
diantaranya termasuk Systemic Lupus Eritematous (SLE) atau dibahasa Indonesia-
kan menjadi Lupus Eritematosus Sistemik (LES).
1. IDENTITAS
a. Pasien
Nama : An. SHB
Tanggal lahir/ Usia : 05 Maret 2002/17 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Bakunase
No. RM : 482392
b. Ayah
Nama : Tn PB (meninggal tahun 2016)
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Bakunase
c. Ibu
Nama : Ny. SN
Usia : 58 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Bakunase
Komponen Score
Skor 0 : Pasien dalam kondisi stabil, monitoring secara rutin, jika diperlukan per
4 jam, dan jika perlu assessment oleh dokter jaga bangsal.
4. PEMERIKSAAN FISIK
i) Keadaan umum: tampak sakit sedang
ii) Kesadaran: compos mentis (E4M6V5)
iii) Tanda-tanda vital:
- Tekanan Darah :100/60 mmHg
- Nadi : 85x/menit, reguler, kuat angkat
- Pernapasan: 30x/menit regular
- Suhu: 36,8oC
iv) Status gizi
Antropometri
- Berat badan: 41 Kg
- Tinggi badan : 162 cm
- Lingkar kepala : 52 cm (normocephal)
Interpretasi menurut curva CDC 2000
- BB/TB = 41/51x100 = 80,39% (gizi sedang)
Status generalis :
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Interpre
Rujukan tasi
12 -09-2019 Darah rutin
(RSUD Yohanes)
Hemoglobin 13,7 g/dL 10,8-15,6 normal
Jumlah eritrosit 4,70 10^6/ul 3,80-5,80 normal
Hematokrit 39.6 % 33,0-45,0 rendah
MCV 84,3 fL 69,0-93,0 normal
MCH 29,1 Pq 22,0-34,0 normal
MCHC 34,6 g/L 32,0-36,0 normal
Jumlah Lekosit 4,06 10^3/ul 4,50-13,50 rendah
Hitung Jenis
Eosinofil 0,0 % 1,0-5,0 rendah
Basofil 0,5 % 0-1 normal
Netrofil 73,4 % 25,0-60,0 tinggi
Limfosit 18,5 % 25,0-50,0 rendah
Monosit 7.6 % 2-8 normal
Jumlah Trombosit 160 10^3/ul 143-392 normal
Natrium Darah 134 mmol/L 132-147 normal
Kalium Darah 3,7 mmol/L 3,5-4,5 normal
Klorida Darah 115 mmol/L 96-111 tinggi
Ca Ion 1.130 mmol/L 1.120-1.320 normal
Total Ca 2,4 mmol/L 2,1-2,55 normal
GDS 100 mg/dL 70-150 normal
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
6. DIAGNOSIS KERJA :
Systemic Lupus Erythematosus
Terapi :
a. Farmakologi
- IVFD D5 1/2 NS 1000 cc/24 jam
- IV Ondansentron 2x8 mg inj
- IV Metamizole 3x500 mg
- PO Metylprednisolon 2x8 mg
- Nystatin 3CI
- F75 8x50 cc
- Desoksimetasone Zalp 2x1 topikal (untuk pipi dan hidung) dioles tiap
selesai mandi
b. Non-farmakologi
- KIE untuk tetap makan walaupun susah makan. Makan sedikit tapi sering
dapat diterapkan.
7. FOLLOW UP PASIEN
SLE atau LES adalah penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum
diketahui penyebabnya, dan memiliki gambaran klinis yang luas dan tampilan
perjalanan penyakit yang beragam. Lainnya menyatakan LES merupakan penyakit
autoimun yang menyebabkan inflamasi sistemik pada berbagai sistem organ
bersifat kronis disertai serangkaian eksaserbasi dan remisi yang silih berganti. Hal
ini sering mengakibatkan kekeliruan dalam mengenali penyakit LES, sampai
dengan menyebaban keterlambatan dalam diagnosis dan penatalaksanaannya.
SLE lebih sering terjadi pada perempuan usia produktif (15-44 tahun)
namun penyakit Lupus dapat menyerang siapa saja. Laki-laki, kelompok anak-
anak dan remaja juga dapat terkena SLE. Menurut buku imunologi FK UI,
perbandingan perempuan dan laki-laki mencapai 5-9:1. Pada kasus ini, pasien
merupakan seorang anak laki-laki dan pertama kali dialami saat masih berusia 14
tahun.
Faktor risiko penyakit LES terdiri dari faktor genetik, imunologi dan
hormonal, serta lingkungan yang berperan dalam perjalanan penyakit. Faktor
genetik yang dimaksud diketahui bahwa sekitar 7% pasien LES memiliki keluarga
dekat (orang tua atau saudara kandung) yang juga terdiagnosis LES. Oleh karena
itu faktor genetik merupakan salah satu faktor risiko LES. Pada pasien ini untuk
riwayat penyakit keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa atau
terdiagnosa LES, yang artinya pasien termasuk 93% pasien LES dengan tidak
adanya keluarga dekat yang terkena LES.
Faktor yang berperan lainnya adalah faktor hormonal yaitu pada perempuan.
Pada perempuan angka pertumbuhan penyakit LES meningkat sebelum periode
menstruasi atau selama kehamilan mendukung hormon khususnya estrogen
menjadi pencetus penyakit LES. Namun, hingga saat ini belum diketahui secara
pasti peran hormon yang menjadi penyebab besarnya prevalensi LES pada
perempuan pada periode tertentu. Pada pasien ini tidak terdapat hormon estrogen
yang diduga penyebab kejadian LES karena pasien merupakan seorang laki-laki.
Pada penyakit LES tidak ada satu jenis pemeriksaan atau parameter tunggal
yang dapat mengklasifikasikan aktivitas penyakit LES pada suatu waktu,
sedangkan tata laksana LES juga sangat tergantung dengan tingkat aktivitas
penyakit. Pada pemantauan aktivitas penyakit LES dibuat berbagai sistem skor
yang dapat menggambarkan perjalanan aktivitas penyakit. Sistem skor yang
paling sering digunakan adalah SLEDAI (Systemic lupus erythematosus disease
activity index), dihitung setiap 3–6 bulan, atau ketika ada perubahan aktivitas
penyakit.1 Skor SLEDAI dikembangkan di Toronto pada tahun 1985. Pada sistem
skor ini terdapat 24 variabel yang menggambarkan 8 sistem organ. Skor ini
mencatat manifestasi penyakit dalam waktu 10 hari sebelum waktu pengukuran.
Masing-masing variabel diberi bobot nilai yang bervariasi, tergantung dari
beratnya manifestasi klinik yang terjadi bila organ tersebut terganggu. Pada
gangguan ginjal, gangguan neurologi dan vaskulitis memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan gangguan pada kulit. Skor maksimum SLEDAI
adalah 105.
1. Mild/moderate flare adalah bila terdapat salah satu dari keadaan berikut:
perubahan nilai SLEDAI lebih dari 3, timbulnya ruam diskoid,
fotosensitivitas, vaskulitis kutaneus, lupus bulosa, ulkus nasofarings,
pleurisi, perikarditis, artritis, demam, peningkatan dosis prednison tetapi
tidak melebihi 0,5 mg/kgBB/hari, peningkatan penggunaan AINS.
2. Severe flare adalah bila terdapat salah satu dari keadaan berikut: perubahan
nilai SLEDAI lebih dari 12, timbul atau memburuknya gejala SSP,
vaskulitis, nefritis, miositis, phosphokinase (Pk) kurang dari 60.000, Hb
kurang dari 7 g/dl (atau Hb turun lebih dari 3 g/dl), memerlukan
peningkatan dosis prednison sampai 2 kali lipat, dosis prednison lebih dari
0,5 mg/kgBB/hari, membutuhkan sitoksan baru (azatioprin, MTX), dan
rawat inap karena LES.
Pada pasien ini skor SLEDAI adalah 10 yang termasuk aktivitas penyakit
moderate flare. Disarankan pasien tetap melanjutkan obat dengan peningkatan
dosis prednison tetapi tidak melebihi 0,5 mg/kgBB/hari dan peningkatan
penggunaan AINS. Pasien sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olahraga
diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi
tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan
kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila terpaksa
harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung matahari (sunblock)
setiap 2 jam. Pendidikan dan edukasi penting untuk penderita/keluarganya agar
mengerti penyakit/penyulitnya yang mungkin terjadi, serta pentingnya berobat
secara teratur. Pencegahan terhadap pemaparan sinar matahari yaitu hindari
paparan sinar matahari dengan tingkat UV tertinggi: jam 9.00/10.00 sampai
15.00/16.00, pakaian lengan panjang, celana panjang, topi, kacamata hitam, tabir
surya (topikal) untuk blokade radiasi UVA dan UVB. Pencegahan terjadinya
osteoporosis selama terapi steroid dosis tinggi yaitu deteksi dini dengan MRI, diet
tinggi kalsium, vitamin D adekuat, dan olahraga.
Hal-hal yang perlu dipantau juga pada pasien yaitu respon klinis terhadap
terapi, efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang, evaluasi
komplikasi yang mungkin terjadi (kelainan jantung, paru, otak), serta
pendidikan/edukasi: penting untuk penderita dan keluarganya mengerti mengenai
penyakit serta penyulitnya yang mungkin terjadi, serta pentingnya berobat secara
teratur.
Angka harapan hidup 5 tahun kini lebih dari 90% sedangkan angka harapan
hidup 10 tahun sekitar 85%. Penyebab kematian utama pada LES antara lain
adalah infeksi, nefritis, penyakit SSP, perdarahan paru, dan infark jantung. Infark
jantung disebabkan oleh pemakaian kortikosteroid kronis.
D. KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus SLE pada anak laki-laki umur 17 tahun 6
bulan. Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Saat ini pasien sudah mendapatkan terapi. Prognosis
dubia.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel Skor SLEDAI