2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7946
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
STUDI STRUKTUR RUMAH ADAT TRADISIONAL BATAK
TOBA TERHADAP GAYA GEMPA
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
Rumah adat batak Toba (Rumah Bolon) merupakan rumah adat tradisional
yang memiliki umur ratusan tahun yamg masih kokoh berdiri. Rumah adat baatak
Toba memiliki aspek arsitektur yang unik yaitu berbentuk solu dengan atap yang
simetris, dan pola bangunan yang kongruen, dibangun dengan menjalin satu bagian
dengan bagian lainnya. Rumah adat batak Toba memiliki prinsip- prinsip bangunan
yang tahan terhadap gempa bumi.
Rumah adat batak Toba misalnya rumah adat di “ Batu Parsidangan, Huta
Siallagan” secara teoritis memenuhi prinsip-prinsip bangunan tahan gempa, tetapi
untuk analitis belum dilakukan secara rinci. Hal yang perlu dilakukan secara analitis
yaitu mencari nilai frekuensi alami struktur (natural frekuensi), periode getar, gaya
geser dasar (base shear), dan simpangan (displacement) yang terjadi akibat gaya
gempa.
Perhitungan atau analisa ketahan rumah adat batak Toba terhadap gaya
gempa yang dilakukan dengan menggunakan software SAP2000 didapat bahwa
periode getar dan natural frekuensi struktur sebesar 0,494841 detik dan 161,22
rad/detik. Gaya lateral (base shear) yang terjadi akibat gaya gempa diperoleh sebesar
28,87 kN, simpangan pada rumah adat batak toba diambil dari titik paling tinggi
yaitu pada joint 69 adalah sebesar 0,0401 m dari deformasi pada mode 1.
i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas
melengkapi persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
1. Bapak Prof. Dr. Ing.Johannes Tarigan, selaku pembimbing, yang telah banyak
2. Bapak Prof. Dr. Ing.Johannes Tarigan, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Teknik
3. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST, MT, Ph.D, selaku Ketua Departemen
4. Bapak Dr. Ir. Daniel Rumbi Teruna, MT. selaku Dosen Penguji yang telah
5. Ibu Rahmi Karolina, ST. MT. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
ii
Universitas Sumatera Utara yang memberikan bantuan selama ini kepada saya.
Situmorang yang selalu memberikan doa, kasih sayang, nasihat, dukungan dan
9. Kepada saudara penulis, Abang dan Kakak, Bonni, Herto, Menawati, Risa, dan
10. Senior-senior angkatan 2011 yang telah memberikan saran, masukan, dan
11. Kepada Tulang sekaligus partner saya Ruben Situmorang yang membantu dan
12. Kepada teman-teman angkatan 2014 Arinda, Sem, Btbt, Cece, Fera, Michael,
May, Anita, Beca, Billy, Tio, Tuti, Ory, dan teman-teman lain yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu.
13. Kepada sahabat-sahabat saya Ruben, Roimer, Yusuf, Linus, Tonny S.T, Satdes,
Erik yang membantu dan mendukung dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
14. Junior angkatan 2017, Wesly, Yogi, Grace, Anggi, Jeje dan semua junior yang
15. Kepada teman saya Iga Laras Sinaga yang membantu dan mendukung dalam
iii
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Bapak dan Ibu Staf Pengajar serta rekan – rekan mahasiswa demi penyempurnaan
Penulis
iv
Halaman
ABSTRAK.............................................................................................................. i
vi
vii
4.6 Simpangan (Displacement) pada Struktur Rumah Adat Batak Toba ..... 73
4.7 Gaya Gesekan antara Batu dengan Tiang pada Pondasi ........................ 73
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 75
viii
Halaman
Tabel 2.3 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non-gedung untuk Gempa .. 38
Tabel 2.9 Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung ..................... 50
Tabel 4.3 Deformasi (Mode Shape) dari Waktu Getar Alami Struktur ............... 67
ix
Halaman
Gambar 2.12 Sambungan pada Basiha Ganjang dan Basiha Pandak-Rassang ... 23
Gambar 2.20 Pemodelan Struktur SDOF pada Portal Satu Tingkat ..................... 30
Gambar 3.2 Rangka Atap, Dinding, Tiang Rumah, Pelat dan Rangka Atap ...... 54
xi
PENDAHULUAN
Rumah adat Toba yang diteliti yaitu rumah adat yang berada di daerah
Siallagan, karena di daerah ini masih memiliki rumah adat Toba yang sejak beberapa
ratus tahun yang lalu tidak mengalami perubahan atau rekonstruksi seperti rumah
adat Toba lainnya yang mengikuti desain rumah masa kini.Rumah adat toba yang
kami teliti berada di daerah pariwisata Batu Parsidangan Siallagan. Tempat ini
merupakan tempat yang memiliki hampir seluruh rumah adat batak toba di tempat
tersebut yang secara arsitektur di susun secara rapi menghadap ke arah barat.
Penelitian tentang rumah batak Toba sudah banyak dilakukan, tetapi dari
beberapa literatur tentang penelitian terhadap rumah adata batak Toba lebih
cenderung kearah arsitektur, sosial dan budayanya. Dari literatur tersebut saya ingin
meneliti ketahan rumah tersebut terhadap gaya gempa secara analitis.
b. Mencari nilai gaya geser dasar (base shear) akibat gempa yang terjadi
pada struktur rumah adat tradisional batak Toba.
c. Menganalisis perpindahan (displacement) akibat gempa yang terjadi
pada struktur rumah adat tradisional batak Toba.
Untuk memperjelas ruang lingkup yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini
dan untuk mempermudah penulis dalam membuat batasan – batasan masalah yang
meliputi :
Umur rumah adat teradisional batak toba ± 150 tahun yang sudah dijadikan sebagai
museum. Kayu yang digunakan lebih banyak berbentuk silinder. Ukuran tiang yang
digunakan memiliki diameter 20 cm, dan kayu untuk rangka atap memiliki diameter
1.6.3 Teori Analisa Modal untuk Sistem Single Degree Of Freedom (SDOF)
Persamaan keseimbangan :
f I + f D +f S = P (t) (1.1)
P(t) fI fD fS
t th (1.2)
1.6.4 Teori Analisa Modal untuk Sistem Multi Degree Of Freedom (MDOF)
Multi degree of freedom adalah dimana massa suatu konstruksi adalah lebih
dari satu, dan dapat disebut juga massa berderajat banyak. Untuk sistem MDOF,
frekuensi natural dan moda getar diketahui dengan penggunaan persamaan
karakteristik (eigenvalue equation). Dalam dinamika struktur, akar dari nilai eigen
dikenal dengan frekuensi natural (ωn) dan vektor eigen dikenal dengan moda getar
(φn). Pada sistem MDOF komposisi massa dan kekakuan menentukan nilai frekuensi
natural dan moda getar suatu sistem struktur.(Sugeng P. Budio)
th (1.3)
(1.4)
Dengan demikian maka akan didapat nilai dari yang disebut dengan natural
frekuensi.
Di mana :
1.6.6 Pondasi
Sebuah bangunan tidak dapat berdiri begitu saja didirikan langsung di atas
permukaan tanah, untuk itu diperlukan adanya struktur bangunan bawah yang disebut
pondasi. Pondasi adalah bagian dari bangunan yang berfungsi untuk mendukung
seluruh berat dari bangunan dan meneruskannya ke tanah dibawahnya (Lilik
Setiawan).
Pondasi rumah adat batak Toba merupakan pondasi umpak. Pondasi umpak
dipakai untuk bangunan sederhana yang umumnya dibuat dari rangka kayu dengan
dinding dari papan atau anyaman bamboo. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap
tiang-tiang penyangga. Tiang-tiang ini satu dan lainnya saling dihubungkan dengan
balok-balok kayu yang dipasang dibagian bawah tiang yang juga untuk menumpu
papan-papan lantainya, dan dibagian atas tiang yang menyatu dengan rangka atapnya.
Gambaran garis besar penulisan tugas akhir inia dalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat,
pembatasan masalah, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
10
TINJAUAN PUSTAKA
Sumatera Utara merupakan daerah yang dihuni oleh suku batak selaku suku
mayoritas sekaligus suku aslinya. Suku batak terbagi ke dalam beberapa sub suku di
antaranya Batak Toba, Batak Angkola, Batak Simalungun, Batak Pakpak, dan Batak
Karo. Masing-masing sub-suku Batak tersebut diketahui memiliki beberapa
karakteristik budaya yang saling membedakan satu sama lainnya. Salah satu
karakteristik tersebut misalnya dapat kita lihat dari desain rumah adatnya.Jenis –
jenis rumah adat batak berdasarkan sukunya, yaitu Rumah Bolon (Batak Toba),
Rumah Adat Siwaluh Jabu (Batak Karo), Rumah Adat Bolon (Batak Simalungun),
Rumah Adat Bagas Godang (Batak Mandailing). Pada penelitian ini, rumah adat
yang menjadi objek penelitian adalah rumah adat batak toba. Rumah adat batak toba
yang diteliti berada di daerah kabupaten Samosir Kecamatan Simanindo, tepatnya di
Desa Siallagan. Tempat ini merupakan objek wisata dengan nama “Batu
Parsidangan” yang memiliki beberapa jenis rumah adat seperti, Rumah Bolon dan
Jabu Parbale-balean.
Rumah adat Batak Toba atau biasa disebut Rumah Bolon telah didaulat
menjadi perwakilan rumah adat Sumatera Utara dikancah nasional. Rumah berbentuk
persegi panjang dan masuk dalam kategori rumah panggung ini umumnya dihuni
oleh 4-6 keluarga yang hidup secara bersama-sama. Jika di Jawa dan suku-suku di
Sumatera lainnya rumah gaya panggung sengaja dibuat untuk menghindari serangan
binatang buas, Rumah Bolon justru sengaja dibuat panggung agar memiliki kolong
rumah. Kolong rumah tersebut kemudian digunakan sebagai kandang bagi hewan
peliharaan mereka seperti babi, ayam, atau kambing. Bila hendak masuk ke dalam
rumah bolon, kita harus melalui sebuah tangga yang berada di bagian depan rumah.
Tangga tersebut memiliki jumlah anak tangga yang ganjil, dan saat memasuki rumah
ini, kita akan dipaksa menunduk karena pintu rumahnya yang pendek. Pintu rumah
memang sengaja dibuat pendek agar tamu menunduk sehingga secara filosofis
mereka dianggap menghargai pemiliki rumah.
11
Universitas Sumatera Utara
Rumah Bolon dijadikan ikon rumah adat Provinsi Sumatera Utara karena
dianggap mempunyai beberapa keunikan tersendiri di dalam segi desain
arsitekturnya. Keunikan tersebutlah yang kemudian menjadi ciri khas dan juga
sekaligus pembeda diantara rumah adat provinsi lainnya di Indonesia. Ciri khas pada
Rumah Bolon ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai atap yang bentuknya menyerupai pelana kuda dengan sudut yang
sangat sempit sehingga tampak cukup tinggi.
2. Dindingnya pendek namun cukup untuk berdiri, sebab rumah adat ini tidak
dilengkapi oleh plafon.
4. Pada bagian atas pintu depan ada gorga atau lukisan hewan, seperti lukisan
cicak dan kerbau yang lebih didominasi oleh warna merah, hitam, dan juga
putih. Gambar cicak pada motif tersebut merupakan simbol jika masyarakat
Batak adalah masyarakat yang mempunyai rasa persaudaraan yang sangat
kuat antar sesamanya, sedangkan pada gambar motif kerbau merupakan
simbol ucapan terimakasih.
Beberapa Filosofi yang terkandung dalam desain bentuk Rumah Adat Batak
Toba adalah pada desain pintu, pengaturan ruang dan desain bentuk rumah panggung.
Filosofi dari desain pintu pada Rumah Adat Batak Toba adalah agar pengunjung atau
tamu yang memasuki rumah Adat Batak Toba menundukkan kepala sebagai bentuk
rasa hormat pada pemilik rumah, atas dasar filosofi itulah maka desain pintu Rumah
Adat Bolon ini dibuat rendah sehingga mau tak mau orang yang memasuki rumah
tersebut pasti akan menundukkan kepalanya. Selain karena pintu yang rendah, tangga
rumah juga memiliki filosofi yang sama. Karena letaknya ditengah badan rumah,
maka orang yang hendak menaiki tangga mesti berjalan sambil agak tunduk.
Filosofi yang terkandung dari pengaturan ruang dalam Rumah Adat Batak
Toba yang terdiri dari tiga bagian ialah menggambarkan dunia atau dimensi yang
12
Universitas Sumatera Utara
berbeda-beda. Adapun pembagian ruang tersebut, bagian Atap yang diyakini sebagai
dunia para Dewa, lalu bagian lantai rumah mencerminkan dunia manusia dan yang
terahir dalah bagian bawah rumah atau pada bagian kolong yang menggambarkan
dunia kematian.
Rumah adat batak toba terdiri dari beberapa bagian struktur, dimana bagian
satu dengan yang lainnya saling terkait.
1. Tiang Rumah
2. Badan Rumah
Badan rumah terletak dibagian tengah atau dalam mitologi batak disebut
dunia tengah, dunia tengah melambangkan tempat aktivitas manusia seperti masak,
tidur, bersenda gurau. Bagian badan rumah dilengkapi hiasan berupa ipon ipon untuk
menolak bala.
3. Dinding
Dinding pada rumah batak toba miring, agar angin mudah masuk. Tali-tali
pengikat dinding yang miring disebut tali ret-ret, terbuat dari ijuk atau rotan. Tali
pengikat ini membentuk pola seperti cicak yang mempunyai 2 kepala saling bertolak
belakang, maksudnya ialah cicak dikiaskan sebagai penjaga rumah, dan 2 kepala
13
Universitas Sumatera Utara
saling bertolak belakang melambangkan semua penghuni rumah mempunyai peranan
yang sama dan saling menghormati.
4. Atap
Atap Rumah Bolon mengambil ide dasar dari punggung kerbau, bentuknya
yang melengkung menambah nilai keaerodinamisannya dalam melawan angin danau
yang kencang. Atap terbuat dari ijuk, yaitu bahan yang mudah didapat didaerah
setempat. Suku batak menganggap atap sebagai sesuatu yang suci, sehingga
digunakan untuk menyimpan pusaka.
5. Pondasi
Pondasi rumah adat batak toba merupakan pondasi umpak. Pondasi umpak
dipakai untuk bangunan sederhana yang umumnya dibuat dari rangka kayu dengan
dinding dari papan atau anyaman bambu. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap
tiang-tiang penyangga. Tiang-tiang satu dan lainnya saling dihubungkan dengan
balok-balok kayu yang dipasang dibagian bawah tiang yang juga untuk menumpu
papan-papan lantainya, dan dibagian atas tiang yang menyatu dengan rangka atapnya.
Untuk memelihara keawetan kayu-kayunya, pondasi umpak dibuat sampai keluar
dari permukaan tanah setinggi ± 1.00 m.
14
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Klasifikasi Struktur Rumah Batak Toba
15
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Potongan A-A
Material yang digunakan untuk struktur rumah adat batak toba merupakan
material yang didapatkan dari alam, sepertiijuk, kayu, bambu dan batu. Material ijuk
didapatkan dari pohon aren, sedangkan kayu yang digunakan bermacam-macam
misalnya kayu ingul, hau resse, pokki, hau zior dan biasanya memiliki umur ratusan
16
Universitas Sumatera Utara
tahun. Material bambu digunakan untuk penahan atap yang berupa ijuk, dan material
batu digunakan sebagai pondasi rumah sebagai pondasi umpak
Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu.
Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam
perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah : rangka kuda-kuda,
rangka dan gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan.
Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahan
struktural, sehingga penggunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan
sifat-sifat tersebut. Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang populer dibandingkan
dengan beton dan baja.
17
Universitas Sumatera Utara
f. Modulus Elastis (MOE) sejajar serat (Modulus Young), ukuran
ketahanan terhadap pemanjangan atau pemendekan suatu contoh uji di
bawah tarikan atau tekanan.
Kekuatan Kayu
Kelas Awet
18
Universitas Sumatera Utara
Kelas Mutu Kayu
– Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 lebar muka kayu, atau tidak boleh lebih banyak
dari 3,5 cm
– Kayu jangan berisi kayu gubal yang lebih banyak dari 1/10 lebar muka kayu;
– Retak arah radial tidak boleh lebih banyak dari 1/4 tebal kayu dan retak arah
lingkaran tumbuh tidak boleh lebih banyak dari 1/5 tebal kayu.
– Besar mata kayu tidak melebihi 1/4 lebar muka kayu, atau tidak boleh lebih banyak
dari 5 cm;
– Kayu jangan berisi kayu gubal (wanvlak) yang lebih banyak dari 1/10 lebar muka
kayu;
– Retak arah radial tidak boleh lebih banyak dari 1/3 tebal kayu dan retak arah
lingkaran tumbuh tidak boleh lebih banyak dari 1/4 tebal kayu.
19
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 SAMBUNGAN KAYU
Sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang disambung-
sambung sehingga menjadi satu batang kayu panjang atau mendatar maupun tegak
lurus dalam satu bidang datar atau bidang dua dimensi. Sedangkan yang disebut
dengan hubungan kayu yaitu dua batang kayu atau lebih yang dihubung-hubungkan
menjadi satu benda atau satu bagian konstruksi dalam satu bidang (dua dimensi)
maupun dalam satu ruang berdimensi tiga.
Dalam konstruksi kayu, ada beberapa jenis sambungan dan hubungan kayu, yaitu :
1. Sambungan Bibir Lurus
Merupakan jenis sambungan yang paling sederhana, kekuatan sambungan
lemah karena masing-masing ditakik separo, sehingga digunakan untuk
batang yang seluruh permukaannya tertahan (contoh balok tembok/murplat).
Sambungan diperkuat dengan paku atau baut. Jenis sambungan bibir lurus ini
biasanya digunakan untuk penyambungan kayu pada arah memanjang.
2. Sambungan kait lurus
Jenis sambungan ini digunakan apabila ada gaya tarik yang timbul pada
batang, dan seluruh permukaan batang tertahan. Sambungan diperkuat
dengan paku atau baut.
3. Sambungan lurus miring
Sambungan ini digunakan untuk menyambung gording yang dipikul oleh
kuda-kuda. Letak didekatkan kuda-kuda, bukan bibir penutup.
4. Sambungan kait miring
Hampir sama dengan bibir miring, sambungan digunakan jika gaya tarik
bekerja pada batang
Pada rumah adat tradisional batak Toba, sambungan antara kayu yang satu
dengan yang lainnya dihubungkan dengan menggunakan pasak sebagai pengganti
paku maupun baut. Jenis sambungan pada rumah adat batak toba di Simanindo
ditampilkan pada gambar berikut ini (Maria Ratna Ayu).
20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Sambungan pada bubungan (sitindangi)
21
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9Sambungan pada Basiha – Balok Panjang–Tohang
22
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.12Sambungan pada Basiha Ganjang dan Basiha Pandak-Rassang
23
Universitas Sumatera Utara
tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelum bangunan
runtuh masih cukup waktu bagi penghuni bangunan untuk keluar.
24
Universitas Sumatera Utara
jendela
pintu
pintu
pintu pintu
jendela jendela
2. Atap Bangunan
25
Universitas Sumatera Utara
4. Pondasi
Sebaiknya tanah dasar pondasi merupakan tanah kering, padat, dan merata
kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm. Pondasi sebaiknya
dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding penyekat juga
dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari batukali maka perlu dipasang balok
pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut.
sloof
a. Pondasi Umpak
26
Universitas Sumatera Utara
Pondasi Umpak Balok sill
Pondasi umpak
tiang kayu
Balok lantai
Paku minimal
4 buah
Balok pengikat
pondasi
Batu
(a)
27
Universitas Sumatera Utara
Balok pengikat
Paku minimal
pondasi
4 buah
Balok
lantai
Batu
Balok pengikat
pondasi
Pondasi
umpak tiang TAMPAK SAMPING
(b)
Pondasi setempat
(beton bertulang)
Gambar 2.19 Contoh Pondasi Setempat Beton Bertulang
Ditjen Cipta Karya PU
28
Universitas Sumatera Utara
2.6 ANALISIS DINAMIK
29
Universitas Sumatera Utara
u
mass
P(t)
Berdasarkan prinsip keseimbangan dinamik pada free body diagram tersebur, maka
diperoleh hubungan:
p(t)–fS – fD = m atau m + fS+fD = p (t) (2.1)
dimana,
fD = c.ý (2.2)
fS = k.y (2.3)
Maka persamaan (2.2) dan persamaan (2.3) disubstitusikan ke persamaan (2.1)
sehingga diperoleh persamaan berikut :
m + c.ý +k.y = p(t) (2.4)
Persamaan untuk mencari natural frekuensi dan periode getar struktur pada sistem
berderajat kebebasan tunggal (SDOF) adalah :
30
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 SISTEM BERDERAJAT KEBEBASAN BANYAK (MDOF)
Persamaan gerak pada sistem MDOF sederhana dapat diidealisasikan pada
struktur portal dua tingkat denagn gaya luar p1(t) dan p2(t).
(a) (b)
Gambar 2.21 (a) Struktur portal tingkat dua (b) gaya yang bekerja pada kedua
massa (Chopra, 1995)
Gaya –gaya yang bekerja untuk setiap massa lantai mj yaitu gaya luar pj(t), gaya
elastis fSj, dan gaya redaman fDj. Gaya elastis dan redaman menunjukkan arah yang
berlawanan, karena kedua gaya tersebut adalah gaya dalam yang menahan gerakan.
Sehingga diperoleh persamaan :
Persamaan diatas terdiri dari j=1 dan j=2 sehingga dapat ditulis dalam bentuk
matrik :
0 u1 f D1 f S 1 p1 (t )
..
m1
0 (2.8)
m 2 u.. f D 2 f S 2 p 2 (t )
2
Atau dapat ditulis:
mu + fD + fS = p(t) (2.9)
31
Universitas Sumatera Utara
Perioda alami dari getaran Tn pada sistem MDOF adalah waktu yangdiperlukan
untuk satu siklus dari gerak harmonis sederhana dalam satu pola natural. Hubungan
terhadap frekuensi natural sudut dari getaran adalah ωn dan frekuensi natural adalah
fn,
Tn = dan fn = (2.10)
Untuk mencari natural frekuensi dari sistem MDOF, diselesaikam dari persamaan
matriks dari persamaan berikut :
ᦙ (2.11)
Dari persamaan sehingga didapatakan nilai dari yang disebut dengan natural
frekuensi.
Di mana :
32
Universitas Sumatera Utara
Kekakuan balok diatas 2 perletakan :
a. Jepit Bebas
t
k=
h
b. Sendi – sendi
th
k=
a b
c. Jepit – Sendi
th
k=
a b
33
Universitas Sumatera Utara
Percepatan suatu gempa merupakan faktor terbesar untuk menentukan
besaran gaya yang terjadi pada gedung, tetapi hal yang paling menakutkan adalah
jika terjadi percepatan gempa dengan durasi yang cukup lama sehingga
mengakibatkan lamanya gaya yang bekerja pada struktur akibat gempa akan
meningkat.
Kecepatan dari suatu gedung diartikan sebagai kecepatan suatu titik pada
gedung untuk melakukan perpindahan Displacement diartikan sebagai besarnay
perpindahan pada suatu titik pada suatu gedung akibat gempa.
2.6.5 DAMPING
Jika suatu bangunan didesain tahan terhadap getaran akibat gempa, maka
perlu menentukan nilai dampingnya. Damping adalah pembesaran nilai getaran yang
dialami struktur. Nilai suatu damping berkisar 3%-10%, nilai damping yang besar
biasanya digunakan untuk gedung gedung lama (perkantoran, bangunan
pemerintahan) yang biasanya elemen struktur terbuat dari baja dengan partisi
ruangan yang banyak. Nilai damping yang kecil biasanya digunakan untuk gedung
gedung baru (modern) dengan eksterior dari kaca yang memiliki partisi ruangan yang
sedikit. Pemilihan nilai damping pada suatu konstruksi bisa saja digunakan 0% untuk
struktur sederhana seperti tower, balok kantilever.
Beban dinamik gempa adalah jenis beban luar yang bekerja pada struktur
bangunan yang arahnya tegak lurus yang disebabkan oleh dari pergerakan tanah
akibat gempa bumi, terdapat tiga metode analisis, yaitu statik ekivalen, metode
spectrum respon dan metode riwayat waktu (time history).
34
Universitas Sumatera Utara
faktor reduksi gempa, sistem struktur, faktor reduansia, wilayah gempa, dan jenis
tanah.
Beberapa batasan dalam perencanaan struktur jika menggunakan metode ini:
1. Berlaku hanya untuk struktur regular (ketinggian tidak lebih dari 40 meter
atau 10 tingkat) dengan T < 3,5TS, (TS=SD1/SDS).
2. Kekauan tingkat yang berdekatan tidak berbeda lebih dari 30%.
3. Kekuatan tingkat yang berdekatan tidak berbeda tidak lebih dari 20%.
4. Massa pada tingkat tingkat yang berdekatan tidak berbeda lebih dari
50%.(konsep SNI Gempa 2010, Prof. Iswandi Imran, Phd)
35
Universitas Sumatera Utara
(a)
(b)
Accelaration
response spektrum
36
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.23Grafik Deskripsi Respon Spektrum
Dalam metode analisis riwayat waktu, terdapat dua bentuk analisis, yaitu
analisis respon riwayat waktu linear dan analisis respon riwayat waktu non linear.
37
Universitas Sumatera Utara
diseleksi dan diskalakan dari rekaman peristiwa gempa individual. Gerak tanah yang
sesuai harus diseleksi dari peristiwa-peristiwa gempa yang memiliki magnitude,
jarak patahan, dan mekanisme sumber gempa yang konsisten dengan hal-hal yang
mengontrol ketentuan gempa maksimum yang dipertimbangkan. Apabila jumlah
pasangan gerak tanah yang sesuai tidak mencukupi maka harus digunakan pasangan
gerak tanah buatan untuk menggenapi jumlah total yang dibutuhkan. Untuk spectrum
SRSS harus dibuat dengan mengambil nilai SRSS dari spectrum respon dengan 5
persen fakto redaman untuk komponen-komponen gerak tanah yang telah
diskalakan(dimana faktor skala yang sama harus digunakan untuk setiap komponen
dari suatu pasanga gerak tanah). Setiap pasang gerak gerak tanah tersebut harus
diskalakan sedemikian rupa sehingga pada rentang tersebut diskalakan sedemikian
rupa sehingga pada rentang periode dari 0,2T-1,5T, nilai rata-rata spektrum SRSS
dari semua pasang komponen horizontal tidak boleh kurang dari nilai ordinat terkait
pada spectrum respon yang digunakan dalam desain.
38
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan non gedung untuk Gaya Gempa
(SNI 03 – 1726-2012)
Kategori
Jenis pemanfaatan risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
- Fasilitassementara I
- Gudangpenyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecillainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko
I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumahkantor
- Pasar
II
- Gedungperkantoran
- Gedung apartemen/ rumahsusun
- Pusat perbelanjaan/mall
- Bangunan industri
- Fasilitasmanufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedungpertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawatdarurat
- Fasilitas penitipananak
- Penjara
- Bangunan untuk orangjompo III
39
Universitas Sumatera Utara
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrikbiasa
- Fasilitas penangananair
- Fasilitas penangananlimbah
- Pusattelekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan,
penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan
bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang
dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadikebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas IV
lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan
pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
40
Universitas Sumatera Utara
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur
pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung
sesuaiTabel 2.4 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu
faktor keutamaan Ie menurut tabel 2.5 khusus untuk struktur bangunan dengan
kategori risiko IV, bila dibutuhkan pintu masuk operasional dari struktur banguan
yang bersebelahan, maka struktur bangunan yang bersebelahan tersebut harus
didesain sesuai dengan kategori risiko IV.
41
Universitas Sumatera Utara
Kelas situs (m/detik) atau ch (kPa)
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai N/A N/A
1500
SC (tanah keras,
Š100
sangat padat dan 350 sampai >50
batuan 750
lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 15 sampai 50 50
350 sampai100
< 175 <15 < 50
SE (tanah lunak) Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah
dengan karateristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI >20,
2. Kadar air, Š 40%,
3. Kuat geser niralir u < 25 kPa
SF (tanah Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari
khusus,yang karakteristik berikut:
membutuhkan - Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa
investigasi seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah
geoteknik tersementasilemah
spesifikdan - Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H 3m)
analisis - Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H 7,5 m
respons dengan Indeks Plasitisitas PI 75)
spesifik - Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan ketebalan H 35
-situs m
yang dengan u 50 kPa
mengikuti6.10.1)
42
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5 berisi klasifikasi situs tanah yang diperlukan dalam perumusan kriteria
seismic suatu bangunan. Nilai harus ditentukan sesuai dengan persamaan :
di (2.12)
Vs i 1
n
di
Vsi
i 1
Keterangan :
di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 m
vsi = kecepatan gelombang geser lapisan i dinyatakan dalam meter per detik
(m/detik);
n
di = 30 meter.
i 1
di
N i 1
(2.13)
n
di
i 1 Ni
Di mana Ni dan di dalam persamaan (2.2) berlaku untuk tanah non-kohesif, tanah
kohesif, dan lapisan batuan.
di
i 1
N ch n
di (2.14)
Ni
i 1
Dimana Ni dan di dalam persamaan (2.3) berlaku untuk tanah non-kohesif saja,
43
Universitas Sumatera Utara
dari 305 pukulan/m. Jika ditemukan perlawanan lapisan batuan, maka Nitidak boleh
diambil dari 305 pukulan/m.
S MS F A S S (2.15)
S M 1 FV S 1 (2.16)
dimana:
Ss = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode pendek.
Ss = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
periode 1,0 detik.
44
Universitas Sumatera Utara
Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER) terpetakan pada
situs perioda pendek, T = 0,2 detik, Ss
Ss Š 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss Š 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SS b
45
Universitas Sumatera Utara
menentukan kebutuhan kekuatan struktur. Dilain sisi suplai kekuatan dapat dilakukan
setelah melakukan desain struktur. Desain elemen struktur dapat dimodelkan
dilaboratorium , dengan demikian desain kekuatan didasarkan atas kekuatan yang
nyata atas bahan yang dipakai. Estimasi kebutuhan kekuatn struktur akibat gempa
adalah untuk menentukan seberapa besar beban horizontal yang akan bekerja pada
tiap-tiap massa.
Respon spektrum merupakan suatu respon yang disajikan dalam bentuk
grafik antara perode getaran struktur (T) . Respon respon struktur bisa berupa
simpangan maksimum (Sd), kecepatan struktur (SV) atau percepatan maksimum (Sa).
Terdapat dua macam spectrum yaitu elastic dan inelastic. Spectrum elastic adalah
spectrum yang didasarkan atas respon elastic struktur, sedangkan inelastic (spektrum
respon) adalah spektrum yang direduksi dari spectrum elastic dengan nilai daktilitas
tertentu. Nilai spektrum dipengaruhi oleh perioda getar, rasio redaman, tingkat
daktilitas dan jenis tanah. Umumnya beban gempa, rasio redaman, daktilitas dan
jenis tanah sudahdijadikan suatu variabel kontrol sehingga grafik yang ada tinggal
diplot antara periode getar,T, lawan nilai spektrum, apakah simpangan, kecepatan
atau percepatan maksimum. Secara umum yang dipakai adalah spektrum akselerasi.
Bila respon spektrum desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak
tanah dari spesifikasi situs tidak digunakna, maka kurva spectrum respon desain
harus dikembangkan dengan mengacu gambar 2. Dan mengikutu ketentuan berikut:
1. Untuk periode yang lebih kecil dari T0, spectrum respon percepatan
desain Sa, harus ditentukan berdasarkan persamaan:
T
s a s DS (0,4 0,6 (2.17)
T0
2. Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan Todan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts, spectrum respon percepatan desain, Sa sama dengan
SDS.
3. Untuk periode lebih besar dari Ts, spectrum respon percepatan desain Sa
dihitung berdasarkan persamaan:
46
Universitas Sumatera Utara
S D1
Sa (2.18)
T
Dimana
SDS= parameter respon spectrum percepatan desain pada periode pendek
SD1= parameter respon spectrum percepatan desain pada periode 1 detik
T = periode getaran fundamental struktur
S D1
T0 0,2
S DS
S D1
Ts
S DS
T0 TS 1,0
Periode, T (detik)
Peraturan SNI 03-1727 -2013 adalah hasil revisi dari peraturan sebelumnya,
yakni PBI 1983. Kedua peraturan ini memiliki beberapa perbedaan seperti untuk
sedangkan menurut SNI 03-1727 -2013 sebesar 500 kg/m2. Dalam hal ini besarnya
beban hidup yang ditentukan lebih besar, sehingga lebih aman untuk perencanaan .
47
Universitas Sumatera Utara
2.9.1. BEBAN HIDUP
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
bagian tak terpisahkan dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam
pembebanan lantai dan atap. Khusus pada atap, beban hidup juga mencakup beban
hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air.
Beban hidup tersebut sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan kegunaan
lantai ruang yang bersangkutan dan juga dinding-dinding pemisah dengan berat tidak
48
Universitas Sumatera Utara
Dek(pekarngan dan atap)
Sama seperti daerah yang dilayani, atau untuk
jenis hunian yang diakomodasi
Ruang makan dan restoran 100(4,79)
Hunian (lihat rumah tinggal)
Ruang mesin elevator (pada daerah seluas 4 in2
(2580 mm2) 300(1,33)
Konstruksi pelat lantai finishing ringan (pada 200(0,89)
luasan 1
In2[645 mm2])
Jalur penyelamatan terhadap kebakaran 100(4,79)
Hunian satu keluarga saja 40(1,92)
Tangga permanen Lihat pasal 4.4
Garasi (mobil penumpang saja)
40 (1.92)a.b
Truk dan bus
Tribun (lihat sation dan arena, tempat duduk di
sation)
Lantai utama gymnasium dan balkon 100(4,79)
Susunan tangga,rel pengamanan dan batang
Lihat pasal 4.4
pegangan
Rumah sakit:
Ruang operasi, laboratorium 60 (2.87) 1000 (4.45)
Ruang pasien 40 (1.92) 1000 (4.45)
Koridor diatas lantai pertama 80 (3.83) 1000 (4.45
Hotel (lihat rumah tangga)
Perpustakaan
Ruang baca 60 (2.87) 1000 (4.45)
Ruang penyimpanan 150 (7.18)c 1000 (4.45)
Koridor di atas lantai pertama 80 (3.83) 1000 (4.45)
Pabrik
Ringan 125 (6.00) 2000 (8.90)
Berat 250 (11.97) 3000 (13.40)
Kanopi di depan pintu masuk gedung 75 (3.59)
Gedung perkantoran:
Ruang arsip dan komputer harus dirancang
untuk
Beban yang lebih berat berdasarkan pada
perkiraan hunian
Lobi dan koridor lantai pertama 100 (4.79) 2000 (8.90)
Kantor 50 (2.40) 2000 (8.90)
Koridor di atas lantai pertama 80 (3.83) 2000 (8.90)
Lembaga hukum
Blok sel 40 (1.92)
Koridor 100 (4.79)
Rumah tinggal
Hunian (satu keluarga dan dua keluarga)
Loteng yang tidak dapat didiami tanpa gudang 10 (0.48)
49
Universitas Sumatera Utara
Loteng yang tidak dapat didiami dengan gudang 20 (0.96)
Loteng yang dapat didiami dan ruang tidur 30 (1.44)
Semua ruang kecuali tangga dan balkon 40 (1.92)
Hotel dan rumah susun
Ruang pribadi dan koridor yang melayani
mereka 40 (1.92)
Ruang publik dan koridor yang melayani mereka 100 (4.79)
Stand pemantauan, tribun, dan tempat duduk di
100 (4.79)d
stadion
Atap
Atap datar, pelana, dan lengkung
Atap digunakan untuk tempat berjalan
Atap yang digunakan untuk taman atap atau
tujuan pertemuan
Atap yang digunakan untuk tujuan khusus
Awning dan kanopi
Konstruksi struktur yang didukung oleh struktur 20 (0.96) h
rangka kaku ringan 60 (2.87) 2000(8,9)
Semua konstruksi lainnya
Komponen struktur atap utama, yang terhubung 100 (4,79)
langsung dengan perkerjaan lantai
Titik panel tunggal dari batang bawah ranga atap 5 (0.24) tidak
atau setiap titik sepanjang komponen struktur dapat direduksi
utama yang mendukung atap diatas pabrik,
gudang, dan perbaikan garasi
Semua hunian lainnya 20 (0.96) 300(1,33)
Semua permukaan atap dengan beban pekerja
pemeliharaan 300(1,33)
Sekolah
Ruang kelas 40 (1.92) 1000 (4.5)
Koridor diatas lantai pertama 80 (3.83) 1000 (4.5)
Koridor lantai pertama 100 (4.79) 1000 (4.5)
Tabel 2.9 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung (SNI 03-
1727-2013)
Bahan/Material
No Kg/m3 kN/m3 Kg /m2 kN/m2
Bangunan
1 Baja 7850
2 Batu belah, batu 2600 25,48
50
Universitas Sumatera Utara
gunung (berat
tumpuk)
3 Batu karang 1500 14,7
4 Batu pecah 700 6,86
5 Besi tuang 1450 14,21
6 Beton (1) 7250 71,05
Beton Bertulang 21,56
7 2200
(2)
8 Kayu (kelas I) 2400 23,52
51
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE ANALISIS
3.1. PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas metode penelitian yang mencakup tentang penentuan
beban yang bekerja, misalnya beban hidup, beban mati, dan beban gempa. Sistem
pembebanan mengacu pada Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu (SNI 7973 :
2013) sedangkan beban dinamik dibuat berdasarkan SNI 03-1726-2012 berupa
respon spektrum dan pemodelan struktur rumah adat batak toba.
51
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Studi Literatur
Input Pembebanan
Kesimpulan
Selesai
52
Universitas Sumatera Utara
3.3 STUDI LITERATUR
Tiang = 20 cm
53
Universitas Sumatera Utara
Bubungan = 15 cm
Balok penghubung tiang (rassang) = 3 cm x 12 cm
Lais = 6 cm
Bracing = 20 cm x 40 cm
Dinding = 30 cm x 4 cm
Ikatan angin = 6 cm
Dan jenis kayu yang digunakan yaitu kayu yang tahan terhadap air, dan memiliki
kelas awet I. Kayu yang digunakan seperti hau resse, zior, pokki,kayu suren (hau
ingul), dan lain-lain.
Berikut ini merupakan bagian-bagian dari rumah adat tradisional batak Toba.
(a) (b)
(c) (d)
54
Universitas Sumatera Utara
(e)
Gambar 3.2 a) rangka atap, b) dinding, c) tiang rumah, d) pelat dan pendukung
rangka atap, e) atap dengan material ijuk
Struktur rumah tradisional batak Toba terdiri dari beberapa bagian, seperti
tiang, rangka atap, dan balok-balok kayu. Sistem strukturnya mempunyai
konfigurasi elemen batang dalam ruang, dimana sambungan atau titik pertemuan
ujung-ujung(joint) dimodelkan sebagai semi rigid. Sambungan pada pemodelan
ini dibuat semi rigiddari perintah End (Length) Offsets dengan mengasumsikan
nilai dari rigid–zone factor sebesar 0,4. Dan untuk tumpuan lebih cocok
dimodelkan dengan tumpuan Friction Pendulum System dimana pada tumpuan
antara kayu dengan batu memiliki celah atau jarak dengan menggunakan tipe
Friction Isolator, tetapi untuk mempermudah penyelesaian tugas akhir ini maka
tumpuan pada rumah adat tradisional batak Toba diasumsikan tumpuan berupa
sendi-sendi. Penggunaan SAP2000 pada struktur kayu biasanya digunakan untuk
menghitung atau merencanakan kuda-kuda.
55
Universitas Sumatera Utara
3.6.2.1 Gambar Tiga Dimensi Pada SketchUp
Hasil pengukuran pada survei awal yang sudah dilakukan, digambar pada
software SketchUp. Penggambaran rumah adat Toba pada SketchUp digambar
secara detail. Dan hasil dari gambar yang sudah selesai diubah ke dalam
mengambil garis-garis dengan cara mengambil garis as atau garis tengah setiap
bagian struktur. Kemudian disimpan dalam bentuk file .dwg
Gambar yang digunakan pada tugas akhir ini adalah gambar struktur
rumah tradisional batak Toba. Struktur tersusun dalam system rangka ruang.
Gambar yang diperoleh ini kemudian dimodifikasi menjadi dua jenis layer, yaitu
layer satu sebagai frame dan layer lainnya sebagai pelat (pada autoCAD)
kemudian disimpan dalam bentuk dxf- file.
56
Universitas Sumatera Utara
3.6.2.3 Import model pada SAP2000 dari autoCAD
57
Universitas Sumatera Utara
3.8 PEMBEBANAN
Beban gempa yang digunakan adalah berupa respon gaya maksimum dari
beban gempa berupa respon spektrum. Perencanaan respon spektrum
disesuaikan dengan lokasi penelitian yang dilakukan.
58
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.6. Peta gempa periode pendek (SS)(Sumber: SNI 1726-2012)
Gambar 3.7. Peta gempa periode 1 detik (S1) (Sumber: SNI 1726-2012)
59
Universitas Sumatera Utara
3. Menentukan Faktor Keutamaan GempaIe (SNI 1726:2012, Tabel 2 hal-15)
Faktor keutamaan gempa untuk bangunan rumah tinggal diperoleh dari tabel
dengan nilai I = 1,0
4. Menentukan Klasifikasi Situs (SA-SF)
Jenis tanah : Tanah Sedang (Batuan) dengan kelas situs : SB
5. Menentukan Parameter Percepatan Tanah (Ss, S1)
Dari peta zonasi gempa wilayah kabupaten Samosir didapat:
SS = 1,110g parameter = 1,0-1,2g
S1 = 0,512g parameter = 0,5-0,6g
6. Menetukan Faktor Koefisien Situs
Dari tabel SNI 1726:2012 Tabel 4 (Koefisien Situs, Fa) untuk kelas situs
SB (batuan) diperoleh nilai Fa = 1,00
Dari tabel SNI 1726:2012 Tabel 5 (Koefisien Situs, Fv) untuk kelas situs
SB (batuan) diperoleh nilai Fv = 1,00
7. Menentukan nilai Sms dan Sm₁
Sms = Fa x Ss = 1,00 x 1,110 = 1,110g
Sm₁ = Fv x S1 = 1,00 x 0,512 = 0,512g
8. Menentukan nilai parameter percepatan spektal desain untuk periode pendek
SDS, dan periode 1 detik SD1
2 2
SDS = Sms = x 1,110 = 0,74g
2 2
SD1 = Sms = x 0,512 = 0,341g
60
Universitas Sumatera Utara
Ω, faktor pembesaran defleksi = 1,5
11. Menentukan nilai respon percepatan desain Sa dengan ketentuan berikut
S D1
To 0,2
S DS
0,341
To 0,2 0,0982 detik
0,74
S D1
TS
S DS
0,341
TS 0,4608 detik
0,74
T
Untuk T < To , S a S DS (0,4 0,6
To
T
S a 0,74(0,4 0,6
0,0982
Untuk TO <TTS, maka nilai Sa=SDS=0,0,74g
Untuk T >TS
S D1
Sa
T
61
Universitas Sumatera Utara
Karna penelitian ini hanya untuk mengetahui pengaruh beban gempa yang
terjadi pada setiap pemodelan, maka pemilihan kombinasi berdasarkan
kombinasi yang mencantumkan beban gempa.
1,2D ± 1,0E + 0,5L
0,9D ± 1,0 E
62
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.10 Nilai Respon Spektra rencana pada SAP2000
63
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
4.1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas hasil dari setiap perhitungan berdasarkan
metodologi yang digunakan pada bab sebelumnya. Pada bab sebelumnya dijelaskan
bahwa yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mencari frekuensi alami
struktur (natural frtekuensi), gaya geser dasar (base shear), dan perpindahan
(displacement).Sebelum melakukan perhitungan, ada beberapa hal yang dilakukan
untuk mendukung dalam penyelesaian tujuan penelitian ini, misalnya merangkum
hasil analisis SAP2000v14 dengan menggunakan Microsoft Excel.
x
Ta ct hn (4.1)
Ta = 0,0488 x 50,75
Ta = 0,163172 detik
64
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil perhitungan SAP2000 dengan menggunakan sistem dinamik (eigenvalue
analisys)didapat periode getar struktur untuk 10 mode yang disajikan pada tabel
berikut ini.
Sebuah struktur apabila digetarkan maka akan terjadi isolasi pada frekuensi
natural (ωn) yang merupakan milik (property) sistem. Pada persamaan diferensial
struktur berderajat tunggal (SDOF) melibatkan tiga properti utama suatu struktur
yaitu, massa, kekakuan, dan redaman. Properti – properti tersebut sangat penting
dalam penyelesaian analisa akademik. Untuk mendapatkan nilai periode getar
bangunan adalah dengan cara analisis modal (eigenvalue problem) :
k m 0
2
(4.2)
m
Dan nilai ω diperoleh : (4.4)
k
2 m
Periode getar, T = ; T = 2 (4.5)
k
Dari perhitungan periode getar sebelumnya, Ta = 0,163172 detik.
65
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari natural frekuensi ω :
2x3,14
T=
6,28
ω= = 38,4869953 rad/sec
0,163172
Natural
Eigenvalue
Mode Frekuensi (ωn)
rad2/sec2
(rad/sec)
1 12,697 161,22
2 14,23 202,49
3 21,93 480,77
4 25,403 645,33
5 32,127 1032,1
6 36,742 1349,9
7 40,161 1612,9
8 43,078 1855,7
9 43,080 1855,8
10 43,082 1855,9
66
Universitas Sumatera Utara
0,494841 detik, sehingga perbandingan antara mode pertama dengan bangunan
rumah tinggal (jika T = 0,5 detik) sebesar 98,97 %.
Tabel 4.3 Deformasi (mode shape) dari waktu getar alami struktur
T = 0,494841 detik
1
ω= 12,697 rad/sec
T = 0,441546detik
2
ω= 14,230 rad/sec
67
Universitas Sumatera Utara
T = 0,286556detik
3
ω= 21,927 rad/sec
T = 0,247337 detik
4
ω= 25,403 rad/sec
68
Universitas Sumatera Utara
T = 0,195576 detik
5
ω = 32,127 rad/sec
T = 0,17101 detik
6
ω = 36,742 rad/sec
69
Universitas Sumatera Utara
T = 0,15645 detik
7
ω = 40,161 rad/sec
T = 0,145857 detik
8
ω = 43,078 rad/sec
70
Universitas Sumatera Utara
T = 0,145851 detik
9
ω = 43,080 rad/sec
T = 0,145850 detik
10
ω = 23,082 rad/sec
Untuk menghitung gaya geser dasar nominal, v (base shear) dengan arah
yang ditetapkan menggunakan SNI 1726-2012 pasal 7.8.1.
71
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencari gaya geser dasar V (base shear) lebih akurat diperlukan parameter-
parameter dari perhitungan sebelumnya dan koefisien seismeik Cs. Penentuan nilai
dari gaya geser akibat beban gempa tergantung dari nilai periode getar struktur.
Nilai periode getar struktur dari analisis diperoleh, Tc = 0,494841 detik
Periode getar struktur dari pergitungan SNI 1726-2012, Ta = 0,1632172 detik
Tc = 0,494841 detik > Ta = 0,1632172 detik, maka Ta bisa menggunakan nilai
koefisien pengali, Cu. Berdasarkan ASCE 7-10, pasal 12.8.2, dimana :
Jika Tc > Ta. Cu, maka T yang digunakan adalah T = Ta. Cu
Jika Ta < Tc < Ta. Cu, maka T yang digunakan adalah T = Tc
Jika Tc < Ta, Maka T yang digunakan adalah T = Ta
Dari perhitungan sebelumnya diperioleh nilai dari SD1 = 0,341g, maka nilai dari Cu
= 1,4 (ASCE7-10)
Ta . Cu = 0,16321172 detik . 1,4 = 0,22848 detik
Dimana nilai Ta.Cu < Tc , sehingga nilai periode yang digunakan untuk menentukan
nilai koefisien seismic, Cs adalah T = 0,22848 detik.
Nilai koefisien seismik Cs, ditentukan dari persamaan:
S D1 0,341
Cs(max)= 0,99498
R 1,5
T 0,22848
I 1
Jadi, nilai Cs yang digunakan adalah untuk menentukan gaya geser dasar statik
ekivalen adalah :
Cs(min)< Cs <Cs(max)
72
Universitas Sumatera Utara
yaitu V = Cs. W. Dari analisis SAP2000 diperoleh berat total bangunan W =
58,522kN, maka, V = Cs. W = 0,49333 x 58,522 kN = 28,87 kN
Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal
akibat pengaruh Gempa Rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil
kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Bila respons dinamik struktur
gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, maka persyaratan tersebut
dapat dinyatakan menurut persamaan berikut :
Di mana nilai V statik adalah 28,87 kN, dari perhitungan analisis dengan program
SAP2000 diperoleh nilai dari base shear dari mode 1 sebesar 52,821 kN, maka :
73
Universitas Sumatera Utara
4.6 GAYA GESEKAN ANTARA BATU DENGAN TIANG PADA
PONDASI
Gesekan antara kayu dengan batu pada pondasi umpak rumah tradisional
batak Toba perlu dilakukan perhitungan, hal ini dilakukan untuk apakah tiang rumah
aman terhadap gaya lateral yang terjadi akibat beban gempa. Dari literatur yang
mendukung penelitian ini didapat bahwa koefisien gesek statis antara batu dengan
kayu sebesar 0,6 (Muhammad Ihsan, 2008). Dimana F merupakan gaya lateral
sebesar 28,87 kN, wmerupakan berat struktur sebesar 58,522 kN
Untuk perhitungan gaya gesekan yang terjadi, maka untuk struktur rumah tradisional
batak Toba dimodelkan sebagai berikut.
ΣY = 0
N–w=0
N = 58,522 kN
fs = µs. N
= 0,6x58,522
= 35,1132 kN
Karena F <fs maka kayu yang menerima gaya lateral F sebesar 28,78 kN tidak
mengalami pergerakan (berada dalam keadaan diam).
74
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Adapun saran penulis untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut yaitu:
1. Kayu yang digunakan untuk struktur rumah tradisonal batak Toba perlu
dilakukan penelitian, karena masih banyak kayu yang digunakan untuk
struktur bangunan tradsisonal batak Toba belum dilakukan penelitian tentang
analisis phyyical dan mechanical properties kayu.
2. Penelitian ini bisa dikembangkan dengan menganalisis setiap sambungan
pada struktur bangunan tradisional batak Toba.
75
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Awaluddin, Ali dkk. 2005. Konstruksi Kayu. Yogyakarta: Biro Penerbit Teknik
Sipil Universitas Gadjah Mada
Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata cara perencanan ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung dan non gedung(SNI 03-1726-2012). Jakarta
Dewobroto Wiryanto. 2013.. Komputer rekayasa stuktur dengan SAP 2000. Jakarta
: LUMINA Press
James Ambrose and Dimitry Vergun. Simplified Building Design for Wind and
Earthquake Forces. 1980. California
Rinaldi Zelly, dkk. Analisa Konstruksi Tahan Gempa Rumah Tradisional Suku
Besemah di Kota Pagaralam Sumatera Selatan. Jurnal Ilmiah Semnastek. ISSN
: 2407-1846, e-ISSN : 2460-8416. November 2015
xii
Universitas Sumatera Utara
Setijanti, Purwanita, dkk. Eksistansi Rumah Tradisional Padang dalam
Menghadapi Perubahan Iklim dan Tantangan Jaman. Simposium Nasional
RAPI XI FT UMS – 2012. ISSN : 1412-9612. Surabaya
Zhe Qu, dkk. Seismic Damage of Masonry Infilled Timbe rHouses in the 2013 M7.0
Lushan Earthquake in China. Institute of Engineering Mechanics, CEA, No.29,
Xuefu Road, Harbin 150080, China
xiii
Universitas Sumatera Utara