Berdasarkan catatan teks jawa kuno tersebut, morfologi Krakatau tahap pertama
yaitu krakatau purba diperkiraan menjulang setinggi 2000 m. Ledakan Krakatau Purba
diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa
mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer
setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
Gambar 4.2. Pulau Jawa dan Sumatra ketika masih bersatu (atas). Setelah letusan
dahsyat Krakatau terbentuk kaldera besar yang dan terbentuk dua pulau besar,
masing-masing Pulau Sumatra dan Pulau Jawa, bawah (Keys, 1999).
Letusan gunung krakatau purba tersebut menghancurkan dan menenggelamkan
2/3 bagian krakatau purba. Morfologi Krakatau memasuki tahap kedua, menyisakan 3
pulau, yaitu Pulau Rakata, Pulang Panjang, dan Pulau Sertung. Pulau-pulau besar kecil
masih banyak berserakan di Selat Sunda. Sumatra dan Jawa masih bergandeng menjadi
satu. Perbatasan antara Swarnadwipa (Sumatra) dan Jawadwipa (Jawa) pada masa itu
masih berupa suatu teluk yang menjorok jauh ke pedalaman di daerah Jambi. Demikian
menurut catatan para pelaut Arab dan Cina (van Bemmelen, 1952, hal. 126-127).
Pertumbuhan lava yang terjadi didalam kaldera rakata membentuk 2 puncak
vulkanik, yaitu Danan dan Perbuatan, membentuk morfologi Krakatau tahap ketiga.
Pada 11 Agustus, kapten angkatan darat Belanda, H.J.G. Ferzenaar, diperintahkan
menyurvei Krakatau untuk kepentingan topografi militer. Dia melewatkan dua hari di
sana dan mencatat ada 14 lubang semburan di atas pulau itu. Ia membuat peta pulau itu
secara detial, termasuk titik-titik berwarna merah yang menjadi pusat semburan.
Gambar 4.3. Peta Krakatau tahun 11 Agustus 1883, yang merupakan peta terakhir
yang pernah dibuat sebelum letusan dahsyat yang menghancurkan Pulau Rakata
beberapa minggu setelahnya.
Setelah itu barulah Krakatau mengalami erupsi lagi yang tercatat terjadi pada
tanggal 27 Agustus 1883. Pada saat ini teknologi sudah mulai berkembang sehingga
tercatat dengan cukup jelas. Suara letusan terdengar sejauh 4.500 km, tinggi asap 80
km, energi yang dikeluarkan 1 X 1025 erg.
Gambar 4.4. Bentuk kepulauan Krakatau sebelum dan sesudah letusan tahun 1883.
Gambar 4.5. Krakatau sebelum (area titik-titik) dan setelah letusan 1883, serta lokasi
munculnya gunung Anak Krakatau
Referensi:
Keys, 1999. Catastrophe: A Quest for the Origins of the Modern World, Ballentine
Books, New York).
Winchester’s, S. 2003. Krakatoa: The Day the World Exploded: August 27, 1883.
http://vulcan.wr.usgs.gov