Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR

IIM_ SOBANDI
Senang berbagi ilmu pengetahuan!

... SELANJUTNYA

F OLL OW

NULIS
B AHA SA

BAHASA YANG BAIK DAN BENAR (Analisis


Struktur dan Ejaan)

31 Januari 2014   22:24 | Diperbarui: 31 Januari 2014   22:24


1 | 0 | 0 |

BAHASA YANG BAIK DAN BENAR

(Analisis Struktur dan Ejaan)

oleh

Iim Sobandi, M.Pd.


1.PENDAHULUAN

Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena
dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa
merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.

Iklan
Visitor
Adapun bahasa dapat digunakan apabila Pre-register
saling memahamiNow atau saling mengerti
CHEXPO
erat hubungannya dengan penggunaan ASEAN daya
sumber 2019 bahasa yang kita miliki. Kita

dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara


Open apabila kita
mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu keseragaman
berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar.

Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar
1945, dan sampai sekarang pemakaian bahasa Indonesia makin meluas dan
menyangkut berbagai bidang kehidupan.

Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini,
memgingat akan arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa
globalisasi, yang menuntuk akan kecerdasan berbahasa, berbicara, keterampilan
menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia, demi memajukan
bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa lain.
Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang “Berbahasa
yang Baik dan Benar”

2.PEMBAHASAN

2.1 Tata bunyi (fonologi)

Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :

a)Fonetik

Pengertian Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi


ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan
bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia

b)Fonemik
b)Fonemik

Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam
fungsinya sebagai pembeda arti.Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala
macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap
bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki
kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk
membedakan arti.

2.2 Tata bahasa (kalimat)

Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah
terlalu banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang
lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita
hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal). Selain
itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan
orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan bahasa
Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang
gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali
kalimat-kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak.

Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat


predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut
adalah pengertian kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal kalimat
ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat
pada unsur lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa
sehari-hari terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas
unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.

2.3 Kosa kata

Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk
memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa
membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis
maupun lisan.

Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)
Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)
atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi,

akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata
dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada
dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai bermacam
ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa
itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh melalui proses belajar, baik
melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya
menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya.

Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis
dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa
yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan
makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan.

2.4 Ejaan

Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang


digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan.
Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian antara ,
perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut
dinamakan tanda baca.

Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan
bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan
sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong
suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-
imbuhan maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu harus berguna
terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu
baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana.
Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus
diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana


menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi
antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu
antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu
bahasa disebut ejaan.

2.5 Makna

Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata


yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat
digunakan kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat
digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah
pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.

Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa
yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik
apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau
lisan) atau orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan.
Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita
gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.

3.1 Bahasa Teratur dan Berpikir Teratur

Seseorang akan dianggap berpikir teratur jika dalam kesehariannya ia biasa


berbahasa teratur. Hal itu tercermin dari kemampuannya menggunakan bahasa
yang baik dan benar.

Beberapa pertanyaan berikut ini dapat membantu kita menilai tertib tidaknya
bahasa yang kita gunakan, misalnya, dalam tulisan kita.

-Apakah setiap kata yang kita gunakan sudah benar-benar kita pahami
maknanya?

-Apakah kata yang mubazir, yang tidak perlu, tidak kita gunakan?

-Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam


paragraf tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambiguitas)?

-Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam


-Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam
paragraf mengungkapkan hubungan antargagasan yang konsisten, yang

tidak saling bertentangan?

-Apakah kata sudah kita tulis dengan tepat dan tanda baca kita gunakan
dengan tepat pula?

Jika kita jawab pertanyaan itu dengan ya, kita telah menggunakan bahasa secara
tertib.

Berikut ini contoh paragraf yang telah menggunakan bahasa secara lebih tertib.

“Pandangan penduduk asli terhadap pendatang selalu bergantung kepada apa yang
menjadi tujuan kedatangan pendatang dan bagaimana kemampuan serta perilaku
pendatang itu. Bila pendatang itu datang dengan tujuan baik, orang yang pintar,
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan penduduk asli, dan berkelakuan baik,
maka masyarakat penduduk asli akan menghormati dan mau bekerja dengannya”.

3.2 Kerancuan Berbahasa

Kesukaran itu antara lain disebabkan oleh pemakaian susunan kalimat yang tidak
teratur dan penyampaian pikiran atau gagasan yang tidak teratur pula.
Perhatikan kutipan berikut.

“Di sekolah putra dan putri bangsa dididik. Mereka agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan. Mereka agar berbudi luhur. Mereka agar sehat jasmani dan
rohaninya”.

Kutipan itu menggunakan sebuah kalimat yang dipenggal menjadi empat bagian
kalimat. Bagian pertama merupakan sebuah kalimat. Bagian kedua, ketiga, dan
keempat masing-masing merupakan suku kalimat, bukan merupakan sebuah
kalimat.

3.3 Kesejajaran Dalam Kalimat

Ketertiban bahasa yang digunakan seseorang, misalnya dalam suatu karangan


terlihat dalam kepaduan susunan kalimat yang digunakannya. Unsur-unsur
kalimat yang digunakannya saling berhubungan secara padu dan dapat
kalimat yang digunakannya saling berhubungan secara padu dan dapat
mengungkapkan pikiran atau gagasan yang padu pula. Kepaduan susunan

kalimat dapat tercipta apabila kalimat disusun antara lain berdasarkan asas
kesejajaran bentuk bahasa.

Kesejajaran dalam kalimat berkaitan dengan kesejajaran beberapa bentuk bahasa


yang biasanya dihubungkan dengan kata penghubung seperti dan, atau, bahwa,
karena, dan yang dalam sebuah kalimat.

3.4 Kesalahan Ejaan

Ejaan turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan kalimat. Karena ejaannya


benar, sebuah kalimat dapat menjadi baku dank arena ejaannya salah, sebuah
kalimat dapat menjadi tidak baku. Kesalahan ejaan biasanya terjadi pada:
penggunaan tanda koma yang salah, dan kesalahan penulisan sapaan.

3.5 Kesalahan Struktur Kalimat

Bentuk-bentuk yang strukturnya sudah benar merupakan kalimat baku,


sedangkan bentuk-bentuk yang strukturnya masih salah merupakan kalimat
tidak baku.
4.1 Ragam Bahasa

Berdasarkan media yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa


dapat dibedakan atas ragam bahasa lisan yaitu bahasa yang dihasilkan dengan
menggunakan alat ucap (organ of speec) dengan fonem sebagai unsur dasar, dan
ragam bahasa tulis yaitu bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Berdasarkan pokok persoalan yang
dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan atas bidang-bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, misalnya, ragam bahasa ilmu, ragam bahasa hukum,
ragam bahasa niaga, dan ragam bahasa sastra.

Dilihat dari segi penuturnya, ragam bahasa dapat dibedakan sebagai berikut:

a)Ragam Daerah/ Dialek

Sebagaimana kita ketahui, bahasa Indonesia tersebar luas keseluruh Nusantara.


Luasnya wilayah pemakaian bahasa Indonesia itu menimbulkan perbedaan
pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang dipakai di suatu daerah berbeda dari
bahasa Indonesia yang dipakai di daerah lain. Misalnya, bahasa Indonesia yang
dipakai oleh orang yang tinggal di Denpasar berbeda dari bahasa Indonesia yang
dipakai di Jakarta.

b)Ragam Bahasa Terpelajar

Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewarnai pemakaian bahasa


Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang
berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan bahasa Indonesia yang
digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan, terutama dalam
pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya, pidio, pilem, komplek,
pajar, dan pitamin.

c)Ragam Bahasa Resmi dan Ragam Bahasa tak Resmi

Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika
lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain
resmi, akrab, dingin, dan santai. Demikian juga sebaliknya, kedudukan kawan
bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis mempengaruhi sikap
tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas
ketika melapor kepada atasannya atau pimpinannya, atau bahasa perintah atasan
kepada bawahan.

4.2 Kesalahan Diksi

Kesalahan diksi ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan
pemakaian kata. Berikut dikemukakan beberapa diksi yang belum dibicarakan
pada bab sebelumnya.
a) Pemakaian Kata Tidak Tepat

Ada beberapa kata yang digunakan secara tidak tepat. Kata dari atau daripada
sering digunakan secara tidak tepat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut.

Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas Bidang Usaha.

Kalimat diatas itu seharusnya tanpa kata daripada karena kata daripada
digunakan untuk membandingkan dua hal. Misalnya, tulisan itu lebih baik
daripada tulisan saya. Di dalam kalimat berikut juga terdapat pemakaian kata
secara tidak benar.

b) Pemakaian Kata Berpasangan

Ada sejumlah kata yang pemakaiannya berpasangan (disebut juga konjungsi


korelatifa), seperti, baik … maupun …, bukan … melainkan …, tidak … tetapi …, antara
… dan …. Di dalam contoh-contoh berikut dikemukakan pemakaian kata
berpasangan secara tidak tepat.

-Pemakaian kata berpasangan tidak tepat

Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak
terjadi transaksi jual beli.

Perbaikan

Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak
terjadi transaksi jual beli.

c) Pemakaian Dua Kata

Di dalam kenyataan terdapat pemakaian dua kata yang makna dan fungsi kurang
lebih sama. Kata-kata yang sering dipakai secara serentak itu, bahkan pada
posisi yang sama, antara lain ialah adalah merupakan, agar supaya, demi untuk,
seperti misalnya, atau daftar nama-nama, seperti pada contoh berikut.

-Pemakaian dua kata yang tidak benar


Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita
semua.
Perbaikan

Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah tugas kita bersama.

4.3 Kesalahan Ejaan

Di dalam kenyataan pemakaian bahasa masih banyak kesalahan bahasa yang


disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda baca. Penyebabnya
antara lain, ialah adanya perbedaan konsepsi pengertian tanda baca di dalam
ejaan sebelumnya dengan ejaan yang berlaku sekarang. Di dalam ejaan
sebelumnya tanda baca diartikan sebagai tanda bagaimana seharusnya membaca
tulisan. Misalnya, tanda koma merupakan tempat perhentian ssebentar (jeda)
dan tanda tanya menandakan inotasi naik. Hal seperti itu sekarang tidak
seluruhnya dapat dipertahankan. Misalnya, antara subjek predikat terdapat jeda
dalam membaca, tetapi tidak dipakai tanda koma jika bukan yang mengapit
keterangan tambahan atau keterangan aposisi.

Contoh: Engkau sudah lulus?

Dia tidak ikut ujian?

Bandingkan dengan kalimat tanya yang berikut.

Contoh: Apakah engkau sudah lulus?

Siapa yang tidak ikut ujian?

Berikut dikemukakan beberapa kesalahan bahasa yang disebabkan oleh


kesalahan pemakaian tanda baca, khususnya tanda baca koma.

a) Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat

Ada kecenderungan penulis menggunakan tanda koma di antara subjek dan


predikat kalimat jika nomina subjek mempunyai keterangan yang panjang.
Pemakaian tanda koma itu tidak benar karena subjek tidak dipisahkan oleh tanda
koma dari predikat kecuali pasangan tanda koma yang mengapit keterangan
tambahan atau aposisi.

Contoh:

·Mahasiswa yang akan mengikuti ujian negara, diharap mendaftarkan diri di


sekretariat.

·Tanah bekas hak guna usaha yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan


tersebut, akan ditetapkan kemudian pengaturannya.

b) Tanda Koma di antara Keterangan dan Subjek

Selain subjek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati posisi awal
juga sering dipisahkan oleh tanda koma dari subjek kalimat. Padahal, meskipun
panjang, keterangan itu bukan anak kalimat. Oleh karena itu pemakaian tanda
koma seperti itu juga tidak benar, seperti terlihat dalam contoh berikut.

·Dalam suatu pernyataan singkat di kantornya, pengusaha itu membantah


bekerjasama dengan penyelundup.

·Untuk keperluan belanja sehari-hari, mereka masih bergantung pada orang


tuanya.

3.SIMPULAN

Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba
memberikan kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta dilapangan
menunjukkan masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain bahasa
Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Jadi
dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa
bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.

Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu
tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan bahasa yang dapat dipahami atau
mudah dimengerti oleh bangsa lain.

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

-Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.

-Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta:
Pustaka Jaya.

-Keraf, Gorys, Dr. 1991. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas.
Flores: Nusa Indah.

-Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa


Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

-Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Priastu

KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP ARTIKEL MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.

LABEL bahasa humaniora

Sponsor Content

Gaji 3 jutaan, anak muda ini berhasil


beli rumah seharga 2 miliar

POWERED BY GENIEE
Anak ajaib itu membuat pil Resep akan membuat Agar semua cacing keluar
hilangkan nyeri sendi payudara Anda lebih besar! dari tubuhmu,minum ini
selamanya! Detail ada di sini saat perut kosong

Ini akan buat rambut anda Nyeri lutut sembuh dan Cara menghilangkan
tumbuh seperti sulap kembali remaja seperti 18 lemak perut. -23 kg dalam
tahun! 2 minggu. Resep

REKOMENDASI

Disponsori

Prabowo Perlu Jokowi Menjinakkan Jika lutut dan pinggul terasa sakit,
Fadli Zon, Jokowi Butuh… ambillah
asia-secrets.com

Disponsori

Ini Daftar Menteri Blunder dalam The S.E.A. Aquarium Is a Must See for
Kabinet Jokowi You When Visiting Singapore
Resorts World Sentosa
Recommended by
KOMENTAR

SELANJUTNYA

LIHAT SEMUA KOMENTAR

Tulis Komentar Anda ...

KIRIM

TERBARU

Diplomasi Islam di era daulah bani Umayyah "1


Rahma Septian
0

Puisi | Semut Resah Tatkala Udara Mulai Hampa


Edy Priyatna
1

Sekali Berbuat Salah,Tidak Ada Kata Ampun Dalam Masyarakat


TJIPTADINATA EFFENDI
1

Proses Hukum Akun palsu Cristopel Imanuel sebagai Bentuk Pencegahan Hoaks
dan Penyebaran Kebencian
Pena kreatif heandly moreno
2

HEADLINE

Menhan, dari yang Kurang Greget sampai yang Menggelegar


Abanggeutanyo
129

Anda mungkin juga menyukai