Askep Komunitas DM
Askep Komunitas DM
PENDAHULUAN
1
anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan
baik(Haznam,1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada
dokter selama ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu
hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan – keluhan tersebut
maka kepatuhannya untuk berobat berkurang. Ketidakpatuhan ini sebagai
masalah medis yang sangat berat, Taylor (1991). La Greca & Stone (1985)
menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang dianjurkan
dokter merupakan masalah yang sangat penting. Tingkat ketidakpatuhan
terbukti cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.
Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD,
masih banyak pasien tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain : pengetahuan yang relatif minim tentang
penyakit DM, tidak menjalankan diet dengan baik dan tidak melakukan
latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro,A.,1991).
Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
DM diperlukan suatu proses yang berkesinambungan dan sesuai dengan
prinsip-prinsip penatalaksanaan DM. Prinsip tersebut meliputi :
1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.
2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana
4. Penggunaan alat bantu pandang (audio visual).
5. Lakukan pendekatan dan stimulasi
Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang
ditekankan pada 3 J : jenis, jadwal dan jumlah diet yang diberikan kepada
pasien DM. Disamping itu materi penyuluhan difocuskan pada aktifitas
fisik secara teratur dan penggunaan obat anti diabetik secara realistis.
Ketiga hal ini merupakan kunci pokok keberhasilan program terapi DM.
Dari uraian diatas , maka perlu diadapak penelitian guna
mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien
dalam menjalankan program terapi, sehingga hasil penelitian ini dapat
2
memberikan masukan bagi perawat khususnya dalam menberikan asuhan
keperawatan pada pasien DM.
3
1.4 Manfaat
Diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan serta
wawasan kepada pembaca tentang asuhan keperawatan komunitas pada
penderita DM, dan dapat di gunakan sebagai penunjang proses belajar
mengajar khususnya untuk mahasiswa jurusan keperawatan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Diabetes militus adalam penyakit metabolik yang
kebabanyakan herediter dengan tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik acut maupun cronik, sebagai akibat
dari kurangnya insulin efektif maupun insulin absolut dalam tubuh, dimana
gangguan primer terletakpada metabolisme karbohidrat, yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme protein dan lemak.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes mielitus dan ganggguan toleransi glukosa menurut
WHO 1985 :
1. Clinical Classes
a. DM
IDDM ( DM Type 1 ).
NIDDM ( DM Type 2 ).
Questionable DM , bila meragukan type 1 atau type 2.
MRDM
(a) Fibrocalcolous Pancreatic DM ( FDPD ).
(b) Proten Deficient Pancreatic DM ( PDPD ).
(c) DM type lain dengan keadaan dan gejala yang tertentu.
Impaired Glucosa Tolerance ( GTG )
Gestasional Diabetes Mielitus.
5
2. Statistical Risk Classes.
a. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
b. Pernah menderita GTG kemudian normal kembali.
c. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.
2.3 Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai
lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik
biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang
dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel – sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
2.4 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat
dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
6
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal
normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan
timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis
osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan
energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.
7
c. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut
saraf
d. Kelainan kulit, gatal-gatal, bisul-bisul
e. Infeksi saluran kencing
f. Kelainan ginjal kalogi: keputihan
g. Infeksi yang sukar sembuh
2.8 Pengobatan
a. Diet rendah kalori
b. Exercise untuk meningkatkan jumlah dan fungsi reseptor site
c. Insulin diberikan bila dengan oral tidak efektif
d. Khusus untuk ganggren :
e. Ringan atau lokasi bukan daerah ekstremitas dilakukan nekrotomi luas
di OK
f. Berat dan lokasinya pada ektremitas pertimbangan amputasi
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.2 Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data
inti dan data sub sistem.
3.2.1 Data Inti Komunitas
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
a. Lokasi :
Propinsi daerah tingkat 1 : Jawa Timur
Kabupaten/ kotamadya : Pacitan
Kecamatan : Sumber Asri
Kelurahan : Margorukun
9
RW : 05
RT : 03
Luas wilayah : 5.220 m2
Batas wilayah/wilayah
- Utara : Jalan raya melati
- Selatan : RT 06 /RW 04
- Barat : RT 07
- Timur : RT 18/ RW 03
Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Pemukiman : 4550 m2
3. Data demografi
a. Jumlah penderita hipertensi : 250 orang
b. Jumlah penderita TB Paru : 65 orang
c. Jumlah penderita asma : 20 orang
d. Jumlah penderita DM : 300 orang
Berdasarkan jenis kelamin
- Laki-laki : 120 orang (45 %)
- Perempuan : 180 orang (55 %)
Berdasarkan kelompok penderita DM
- Anak-anak :-
- Remaja :-
- Dewasa : 150 orang (50 %)
- Lansia : 90 orang (30 %)
- Ibu hamil : 60 orang (20%)
- Jumlah penderita DM gangren : 90 orang
Berdasarkan agama
- Islam : 20 orang (80%)
- Kristen : 30 orang (10%)
- Hindu : 15 orang (5%)
- Budha : 15 orang (5%)
- Katolik :-
10
Berdasarakan suku bangsa
- Jawa : 210 orang (70%)
- Madura : 75 orang (25%)
- Sunda : 9 orang (3%)
- WNI keturunan : 6 orang (2%)
Suku bangsa
- Jawa : 210 orang (70%)
- Madura : 75 orang (25%)
- Sunda : 9 orang (3%)
- WNI keturunan : 6 orang (2%)
Status perkawinan
- Kawin : 195 orang (65%)
- Tidak kawin : 60 orang (20%)
- Duda : 30 orang (10%)
- Janda : 15 orang (5%)
3.2.2 Data sub sistem
1. Data lingkungan fisik
a. Sumber air dan air minum
Penyediaan Air bersih
- PAM : 180 orang (60%)
- Sumur : 120 orang (40%)
- Sungai :-
Penyediaan air minum
- PAM : 150 orang (50%)
- Sumur : 90 orang (30%)
- Sungai :-
- Lain-lain/air mineral : 60 orang (20%)
Pengolahan air minum
- Selalu dimasak : 300 orang (100%)
- Air mentah :-
b. Saluran pembuangan air/sampah
11
Kebiasaan membuang sampah
- Diangkut petugas : 30%
- Dibuang sembarangan : 70%
Pembuangan air limbah
- Got/parit : 100%
- Sungai :-
Keadaan pembuangan air limbah
- Baik/lancar : 25%
- Kotor : 75%
c. Jamban
Kepemilikan jamban
- Memiliki jamban : 80%
- Tidak memiliki jamban : 20%
Macam jamban yang dimiliki
- Septitank : 75%
- Disungai : 25%
Keadaan jamban
- Bersih : 45%
- Kotor : 55%
d. Keadaan rumah
Tipe rumah
- Tipe A/permanen : 210 orang (70%)
- Tipe B/semipermanen : 75 orang (25%)
- Tipe C/tidak permanen : 15 orang (5%)
Status rumah
- Milik rumah sendiri : 180 orang (60%)
- Kontrak : 120 orang (40%)
Lantai rumah
- Tanah : 30 orang (10%)
- Papan : 90 orang (30%)
- Tegel/keramik : 180 orang (60%)
12
Ventilasi
- Ada : 240 orang (80%)
- Tidak ada : 60 orang (20%)
Luas kamar tidur
- Memenuhi syarat : 180 orang (60%)
- Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)
Penerangan rumah oleh matahari
- Baik : 120 orang (40%)
- Cukup : 150 orang (50%)
- Kurang : 30 orang (10%)
e. Halaman rumah
Kepemilikan pekarangan
- Memiliki : 240 orang (80%)
- Tidak memiliki : 60 orang (20%)
Pemanfaatan pekarangan
- Ya : 270 orang (90%)
- Tidak : 30 orang (10%)
2. Fasilitas umum dan kesehatan
a. Fasilitas umum
Sarana kegiatan kelompok
- Karang taruna : 1 kelompok
- Pengajian : 2 kelompok
- Ceramah agama : 1 kelompok
- PKK : 1 kali per bulan
Tempat perkumpulan umum
- Balai desa : ada (1 buah)
- Dukuh : ada (1 buah)
- RW : ada (1 buah)
- RT : ada (1 buah)
- Masjid/Mushola : ada (2 buah)
13
b. Fasilitas kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan
- Puskesmas : 150 orang (50%)
- Rumah sakit : 50 orang (16,6%)
- Para dokter swasta : 25 orang (8,3%)
- Praktek kesehatan lain : 75 orang (25%)
Kebiasaan check up kesehatan
- Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)
- Jarang : 210 orang (70%)
c. Ekonomi
Karekteristik pekerjaan
- PNS/ABRI : 60 orang (20%)
- Pegawai swasta : 60 orang (20%)
- Wiraswasta : 30 orang (10%)
- Buruh tani/pabrik : 150 orang (50%)
Penghasilan rata-rata perbulan
- < dari UMR : 150 orang (50%)
- UMR – 1.000.000,00 : 90 orang (30%)
- > dari UMR : 60 orang (20%)
Pengeluaran rata-rata perbulan
- < dari UMR : 165 orang (55%)
- UMR – 1.000.000,00 : 105 orang (35%)
- > dari UMR : 30 orang (10%)
Kepemilikan usaha
- Toko : 30 orang (10%)
- Warung makanan : 15 orang (5%)
- UKM : 9 orang (3%)
- Tidak punya : 246 orang (82%)
3. Keamanan dan transportasi
a. Keamanan
Diet makan
14
- Kebiasaan makan makanan manis : 70% (210 org)
- Kebiasaan makan makanan berlemak : 20% (60 org)
- Lain-lain : 10% (30 org)
Kepatuhan terhadap diet
- Patuh : 25% (75 org)
- Kadang-kadang : 30% (90 org)
- Tidak patuh : 45% (135 org)
Kebiasaan berolah raga
- Sering : 15% (45 org)
- Kadang-kadang : 40% (120 org)
- Tidak pernah : 45% (135 org)
Kebiasaan sehari-hari
Memakai alas kaki
- Setiap saat : 60% (180 org)
- Saat di luar rumah : 30% (90 org)
- Jarang memakai : 10% (30 org)
Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur
- Sering : 10% (30 org)
- Kadang-kadang : 15% (40 org)
- Tidak pernah : 75% (225 org)
b. Transportasi
Fasilitas transportasi : Jalan raya, angkutan umum,
ambulan
Alat transportasi yang dimiliki
- Sepeda : 90 orang (30%)
- Motor : 120 orang (40%)
- Mobil : 6 orang (2%)
- Lain-lain/ becak : 84 orang (28%)
Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
- Angkutan umum : 165 orang (55%)
- Kendaraan pribadi : 135 orang (45%)
15
4. Politik dan pemerintahan
a. Struktur organisasi : ada
Terdapat kepala desa dan perangkatnya
Ada organisasi karang taruna
b. Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna,
panti, posyandu)
c. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan ada yaitu
puskesmas
d. Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit DM belum
ada
e. Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan belum ada
5. Sistem komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada
Radio : 225 orang (75 %)
TV : 165 orang (55 %)
Telepon/handphone : 120 orang (40 %)
Majalah/koran : 135 orang (45%)
b. Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok DM
Poster tentang diit DM : ada
Pamflet tentang penanganan DM : ada
Leaflet tentang penanganan DM : ada
c. Kegiatan yang menunjang kegiatan DM
Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas
kesehatan dari Puskesmas : ada tapi jarang
6. Pendidikan
Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal
SD : 135 orang (45%)
SLTP : 90 orang (30%)
SLTA : 60 orang (20%)
Perguruan tinggi : 15 orang (5%)
16
7. Rekreasi
Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan
alun – alun.
Ada program setahun sekali diadakan program wisata
bersama kader kesehatan RT 05 RW 03 Kelurahan Margo
Rukun.
17
2 Ds: Faktor Ketidakpatuhan
Dari hasil wawancara didapat penghasilan masyarakat /
ketidak patuhan masyarakat yang rendah penderita DM
untuk melaksanakan check up melaksanakan check
kesehatan sebanyak 219 orang up kesehatan Di RT
(70%) 3 RW 5 kelurahan
Margo Rukun
Do:
18
penderita DM yang setiap saat
memakai alas kaki sebanyak
45 orang (15%),saat dilauar
rumah 75 orang (25%) dan
jarang memakai 180 orang
(60%)
19
Resiko peningkatan 3 2 2 7
penderita ganggren di RT
5 RW 3 kelurahan Margo
Rukun berhubungan
dengan Kurangnya
pengetahuan penderita
DM tenytang pencegahan
terjadinya luka ganggren
20
- Penghasilan UMR-1.000.000 sebanyak 90 orang
- Penghasilan > UMR 60 orang
3. Resiko peningkatan penderita ganggren di RT 5 RW 3 kelurahan
Margo Rukun berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan
penderita DM tentang pencegahan terjadinya luka ganggren di tandai
dengan:
Ds:
Dari hasil wawancara didapat jumlah penderita DM 300 orang
Do:
- Jumlah penderita DM dengan ganggren sebanyak 30% (90 orang)
- Distribusi penderita DM berdasarkan tingkat pendidikan formal :
SD : 45% (135 orang)
SLTP : 30% (90 orang)
SLTA : 20% (60 orang)
Perguruan tinggi : 5%(15 orang)
- Sebanyak 210 orang (70%) penderita DM tidak check up secara
rutin
- Kebiasaan sehari hari penderita DM yang setiap saat memakai alas
kaki sebanyak 45 orang (15%),saat dilauar rumah 75 orang (25%)
dan jarang memakai 180 orang (60%)
21