Anda di halaman 1dari 23

Kewajiban Menuntut Ilmu

Dasar hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits nabi Muhammad saw.
Banyak sekali hadits dan ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang menuntut ilmu.
Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban. Manusia
diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita bisa mencapai apa
yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi sebagai seorang muslim itu wajib
hukumnya seperti dalam sebuah hadits disebutkan bahwa :
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas,
Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih al-
jami: 3913)
Maka jelas kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan memang diwajibkan. Dengan ilmu
kita bisa meraih dunia, dengan ilmu kita dapat meraih akhirat dan dengan ilmu pula kita bisa
meraih kedua-duanya.
Firman Allah pada surat Al-Alaq ayat 1-5 , berbunyi :
Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan , Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.” ( Al-Alaq : 1-5)
Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk
membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya
untuk bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu pengetahuan dan keterampilan hingga dapat
menambah kemampuannya untuk mengembanamana[4]t kehidupan di muka bumi ini.
Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan umatnya untuk
menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini merupakan salah satu pusat perhatian Islam
bagi para pemeluknya.
Manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini sebenarnya telah dijawab oleh Al-
Qur’an sendiri. Dimana menurut Al-Qur’an, Allah menciptakanmanusia dalam keadaan vakum
dari ilmu, lalu Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan
mempelajarinya. Karena memang ilmu itu harus digali, dipelajari, dan diamalkan sebagaimana
firman-Nya:

Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian
bersyukur”.(Q.S. An Nahl: 78)
Pendengaran, penglihatan dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau alat untuk
menuntut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia merupakan sebuah potensi
yang tiada ternilai harganya, dengan penglihatan, pendengaran dan hati (akal) manusia mampu
menggali ilmu. Karena kemampuannya menalar dan mempunyai bahasa untuk
mengkomunikasikan hasil pemikiran yang abstrak..
Pengetahuan itu diperoleh manusia bukan hanya dengan penalaran, melainkan juga dengan
kegiatan berfikir lainnya, dengan perasaan dan intuisi. Lain halnya dengan hewan yang tidak
memiliki potensi tersebut karena hewan tidak mampu berbuat seperti apa yang dapat dicapai oleh
manusia. Maka sangat beralasan jika Allah memerintahkan manusia untuk menggali lautan ilmu-
Nya.
Seberapapun tingginya ilmu dan pengetahuan manusia, hanyalah merupakan sebagian kecil
saja dari ilmu Allah. Namun kesempatan untuk memperoleh sebagian-sebagian dari ilmu Allah
yang lain tetaplah ada selama manusia mempunyai kemauan, kemampuan dan usaha.
Dalam mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat bagi
kebaikan di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang
lain.Mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan sadaqoh, sesuai dengan sabda Nabi,
Selagi ada kesempatan untuk mencari ilmu dan sebelum Allah mencabut atau mengangkat
ilmu dari manusia, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk kita manfaatkan serta kita
amalkan di jalanNya. Sebab ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amal jariyah yang tak
akan terputus.
“Sesungguhnya dunia adalah terkutuk dan terkutuklah semua penghuninya kecuali orang-
orang yang mengingat Allah,para wali Allah,para orang-orang yang berilmu dan juga orang
orang yang belajar untuk mendatkan ilmu” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Rosulullah selalu antusias dalam menyebut ilmu dan orang-orang yang mempelajarinya
dengan gigih. Rosulullah selalu menyerukan kepada semua kaum muslimin untuk mempelajari
berbagai macam ilmudan mengajarkannya kepada manusia sebagaimana diriwayatkan dari
Abdullah bin Mas’ud bahwa rosulullah bersabda

Artinya belajarlah akan suatu ilmu dan lalu ajarkanlah (ilmu tersebut) kepada manusia.
Pelajarilah ilmu faroidh (ilmu waris) dan lalu ajarkan kepada manusia. Pelajarilah al-qur’an dan
lalu ajarkanlah kepadda manusia.

D. Keutamaan ilmu
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan kedudukan
ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai
demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin dapat dikejar, kecuali melalui
ilmu.
Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah:
1. kelebihan ilmu dibanding ibadah
Salah satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada
pelakunya. Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah yang lai, akan
mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan derajatnya. Tetapi, masyarakat
lain tidak akan mndapat ganjaran mereka sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu; ia
bermanfaat jauh melampui si pilaku itu sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau
membacanya. Ilmu tidak mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang
pemisah. Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio dan
televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam seketika itu juga para
pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat.
2. Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat
Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian
pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar zakat,berhaji, berumroh,
bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua amal ini mendapat balasandari allah, tetapi
balasan itu terputus lantaran selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia terus
berpengaruh selama orang masih memanfaatkanya.[6]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bersabda:

"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari
tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang
mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan
kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus
selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan
selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri,
dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah
kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka
mengambil manfaat terhadap ilmunya.
3. Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu
menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya
menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah
dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan
tentang agamanya.”
(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)
4. Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya
Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang mau menuntut ilmu
sebagaimana firmannya:
Artinya :Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “ Berlapang
lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan,
dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan
dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian
hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan
di jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Allah pun akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya
memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia memuliakan
malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu, sebagaimana firman-Nya:
Artinya :“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana” Q.S Ali Imran:18
5. menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling
utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana
firmanNya dalam surat At Taubah 122
Artinya :tidak sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk member peringatan pada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
Rosulullah bersabda
Artinya: barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan suatu ilmu, maka allah akan
mempermudah jalan baginya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-
sayapnya karena keridhaannya akan pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan
di bumi dan bahkan lumba-lumba di lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi
orang yang berilmu
6. ilmu adalah kehidupan dan cahaya
Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai kehidupan dan cahaya, sedangkan
kebodohan merupakan kematian dan kegelapa. Seperti diketahui semua bentuk kejahatan
disebabkan oleh ketiadaan kehidupan dan cahaya,dan semua kebaikan disebabkan oleh cahaya
dan kehidupan.
Syarat-syarat menuntut ilmu
Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis
bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu:
1. Cerdas (Dzakaun)
Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam Ghazali
pernah mengatakan bahwa orang yang pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak tahu
akan sesuatu dan karenanya dia mau belajar.
Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan kepintaran, melainkan tidak gila. Orang tersebut
haruslah waras, dapat membedakan mana angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju
dan celana.

2. Rakus (hirsun)
Rakus adalah (punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa
yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar
di luar negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut
sengsara, jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.”
(diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi Tanara Banten
yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).
3. Sabar
Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan menghadapi macam-macam gangguan dan
rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semua itu, dan perlu diketahui
bahwa sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan Sabar disini
mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau menerima pada perkara yang tidak
disenangi atau tidak mengenakan dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan
tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam pengertian yang
pasif. Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha untuk memperbaiki keadaan.
4. Modal/bekal
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan
dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis
tersebut kita bisa mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan bukan
hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para penuntut
ilmu,
“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu” Dan
yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya) pasti mampu
atau bisa menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama manusia berusaha
dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu bi as-Syak Artinya:
”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”. Dan akhirnya maka tidak ada alasan
orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, seperti keterangan sebelumnya carilah jalan lain,
solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.

5. Petunjuk guru
Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru, seoarng tholibul ilmi hendaklah
mempunyai seorang guru sebagai petunjuk, walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah
guru yang besar, tapi buku tidak bisa mituturi (memberi nasihat)
6. Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu membutuhkan
waktu yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang
lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang telah didapat, jadi dalam mencari
ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang singkat.Seperti contoh seorang untuk menjadi Doktor
harus melalui SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dan itu bukanlah waktu yang singkat.

Adab mencari ilmu


1. Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan hati
yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain
ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri
kita bermanfaat bagi orang lain
2. Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah
mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di jalan
Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3. Terus menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk
mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin
Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap
dirinya telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang
sedikit tapi dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya
dilakukan sehari saja.
4. Sabar dalam menuntut ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar
terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita
jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan
mempelajari ilmu.
5. Menghormati dan memuliakan orang yan menyampaikan ilmu
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat
yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan
memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik dalam bertanya
Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk
meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak
pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau mengerti. Orang
yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri. Allah
pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu seperti dalam firman-Nya
dalam QS An-Nahl:43
Artinya : dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri
wahyu kepada mereka; maka bertanyalah pada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi.
Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmusyar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam
bersabda :

E. Kandungan Hadits
1. Hadits tentang hukum menuntut ilmu
Hadits tentang hukum menuntut ilmu merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu
bagi setiap orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu
Majah dan lain lain. Akan tetapi hadits tersebut diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti.
Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadits tersebut adalah wajib. Karena melihat
betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa
menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul muta’allim
dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia memiliki kelebihan diantara makhluk – makhluk
Allah yang lain adalah karena manusia memilki ilmu.[3]
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadits, maka terdapatlah beberapa
suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut
ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan
kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan
menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadits Nabi
Muhammad saw.
Dan janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan menerimanya, karena orang
yang enggan menerima ilmu tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan
menertawakannya.[4]
Dalam hadits lain juga telah disebutkan bahwa :
(‫ )رواه مسلم‬0 ‫اطلب العلم من المحد الى اللهد‬
“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat” (H. R. Muslim)

2. Hadits tentang anjuran menjaga ilmu


Rosulullah mengucapkan hadits ini pada saat Haji Wada’. Sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan Tabrani dari hadits Abu Umamah bahwa pada saat haji Wada’
Nabi bersabda :“Pelajarilah ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu”.
Arabi berkata “Bagaimanakah cara ilmu itu datang dan dimusnahkan? Beliau bersabda :
“Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama ( orang yang menguasai ilmu)”
Hadits ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, dan
peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar – benar
mengetahui dan larangan bagi orang-orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan
ilmu pengetahuan. Hadits ini juga dijadikan alasan oleh para ulama bahwa pada zaman sekarang
ini tidak ada lagi seorang mujtahid.[5]
Dalam hadits lain juga disebutkan anjuran untuk memelihara ilmu pengetahuan,
diantaranya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim:
‫ انظر ما كان من حديث رسول الله‬:‫و كتب عمر بن عبد العزيز الى ابى بكر ابن حزم‬
‫ و ل تقبل ال حديث النبي‬.‫ فاكتبه فانى خفت دروس العلم و ذهب العلمآء‬.‫م‬.‫ص‬
‫ فأن العلم ل يهلك حتى يكون‬.‫ و التجلس حتى يعلم من ل يعلم‬.‫ و التفشو العلم‬.‫م‬.‫ص‬
(‫ )متفق عليه‬.‫سرا‬
Umar bin Abdul aziz menulis surat kepada Abu bakr bin Hazm” kumpulkan hadits – hadits Nabi
yang kau temukan dan tulislah, aku khawatir akan hilangnya ilmu dan perginya para ulama
(meninggal)janganlah engkau terima selain hadits Nabi. Pelajarilah ilmu dengan seksama
sampai mengetahui sesuatu yang tidak diketahui,ilmu tidak akan rusak kecuali setelah menjadi
rahasia (H.R. Bukhori-Muslim).[6]

3. Hadits tentang keutamaan menuntut ilmu


Adapun munasabah yang berkaitan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu,
Dari Anas bin Malik Rasulallah SAW bersabda:“barang siapa keluar untuk mencari ilmu
maka ia berada di jalan Allah sehingga ia kembali. (HR. Tirmidzi).
Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilm itu dinilai
sebagaai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang mencari ilmu dengan sungguh-
sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda bahkan bila sesorang meninggal
dunia saat mencari ilmu dia akan mendapatkan surganya Allah karena
dinilai sama dengan mati syahid.
4. Hadits tentang peran ilmu terhadap pendidikan
Rosulullah SAW memerintahkan untuk mendidik anak-anaknya dengan tiga perangai :
a. Cinta terhadap Nabinya, karena cinta terhadap Nabi adalah lebih utama dari pada cinta terhadap
kedua orang tuanya bahkan terhadap dirinya sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah
hadits :
‫ل‬: ‫ قال النبي صلى الله عليه وسلم‬. ‫عن انس بن مالك رضى الله عنه انه قال‬
‫ )رواه‬.‫يؤمن احدكم حتى اكون احب اليه من والده وولده والناس اجمعين‬
(‫البخارى‬
Dari Anas r.a. bahwasanya dia berkata, Nabi SAW bersabda,” Seseorang diantara kamu tidak
beriman, sehingga aku lebih dicintai daripada orang tua, anak-anak dan manusia seluruhnya.” (
H.R. Bukhori )[7]

b. Cinta kepada keluarga Nabi, karena barang siapa cinta kepada seseorang maka ia akan cinta
kepada apa yang dicintai oleh seseorang tersebut dan keturunanya. Sesungguhnya keluarga Nabi
adalah lebih berhak mendapatkan cinta, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat
33 :
‫انما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت و يطهركم تطهيرا‬
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

c. Memberikan pengajaran Al-Qur’an terhadap anak, belajar Al-Qur’an dan mengamalkanya


adalah yang paling penting dan utama, karena dengan Al-Qur’an manusia menjadi umat yang
paling mulya, sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dari sahabat Ustman r.a.
Rosulullah SAW bersabda :
‫عن عثمان بن عفان رضى الله عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم قال ان‬
(‫ )رواه البخارى‬.‫افضلكم من تعلم القراان و علمه‬
Dari Ustman bin Affan r.a., dari Nabi SAW,beliau bersabda : Sesungguhnya orang termulia
diantara kamu adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. (H.R. Bukhari)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan hadits – hadits diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan ilmu agama
kepada orang yang enggan menerima ilmu
2. Ilmu akan musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin yang
memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling menyesatkan satu
sama lain
3. Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat. Orang
yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang menempuh
perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang
mencari ilmu.
4. Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan adalah
Universal, ada keseimbangan antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan
rohani. Dengan pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi
penerus bangsa yang beradab dan bermartabat.
Dasar Hukum Menuntut Ilmu

2.1. Dasar hukum menuntut ilmu yang pertama yaitu dari hadits Rasullulah SAW,
Yang berbunyi :”Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim, waktunya adalah dari
buaian ibu (bayi), sampai masuk liang kubur”. Hadits dari Rasul SAW yang sangat jelas sekali
perintahnya, bahwa dalam Islam menuntut ilmu hukumnya adalah WAJIB yang artinya adalah,
jika dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat PAHALA, jika diabaikan, disepelekan/tidak
dilaksanakan kita akan mendapat DOSA. Jadi permasalahan yang mendesak sekarang adalah,
jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, marilah mumpung kita masih diberi kesempatan
hidup oleh ALLAH SWT, segeralah dan jangan ditunda-tunda lagi untuk menuntut ilmu agama
Islam yang benar, benar dalam artian yang sesuai dengan Al-qur`an dan Hadits Shahih dari
Rasullulah SAW, agar kita memperoleh petunjuk dan kebenaran dalam Islam yang diturunkan
oleh ALLAH SWT melalui Rasulnya Muhammad SAW, sehingga kita dasar dalam beragama
Islam tidak hanya menduga-duga atau berprasangka saja. Kita boleh berhenti menuntut ilmu,
hanya jika kita sudah masuk liang kubur / MATI, jika kita sudah mati sudah tidak ada kewajiban
lagi untuk menuntut ilmu. Jadi jika kita masih hidup, alangkah ironi dan naïf nya , jika kita
mengaku sebagai seorang Muslim, tapi giliran ada yang mengajak untuk menuntut ilmu agama
Islam tentang hukum-hukum ALLAH lewat kajian Al-qur`an dan Hadits Shahih merasa enggan
dan berat sekali, dan banyak sekali alasan-alasan yang dilontarkan, seakan-akan mau hidup
selamanya,..Subhanallah,..sebelum terlambat marilah koreksi diri kita dan tanyakan dalam hati
kita, jika kita sudah tahu bahwa menuntut ilmu dalam Islam hukumnya adalah wajib, dan ketika
ada kesempatan dan ada orang yang mengajak untuk menuntut ilmu, kemudian kita menunda-
nundanya bahkan menolaknya, sekarang pertanyaan besarnya adalah, “Masihkah pantaskah kita
dihadapan ALLAH SWT, disebut sebagai seorang Muslim…

2.2. Dasar hukum menuntut ilmu yang kedua adalah dalam Surat Al-Ashr,
yang berbunyi sbb : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati
Supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". Ingatlah
ALLAH SWT telah bersumpah dalam surat ini dengan masa / waktu yang didalamnya terjadi
peristiwa yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap manusia didunia ini, baik itu orang
Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami kerugian, kecuali yang memiliki 4 (empat hal)
yaitu : 1. Iman, 2. Amal Shaleh, 3. Saling menasehati supaya mentaati kebenaran, 4. Saling
menasehati supaya menetapi kesabaran.

Melihat empat hal diatas, jika kita sebagai seorang Muslim mau beruntung dan terlepas dari
kerugian, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka kita harus :

Agar mempunyai Iman, maka kita harus :


Memaksanya untuk bersungguh sungguh, mempelajari agama Islam yang benar dengan
jalan menuntut ilmu dimana kita tidak akan memperoleh kebahagiaan didunia maupun
akhirat kecuali dengan petunjuk agama Islam yang benar, karena Iman hanya bisa kita capai
dengan belajar dan menuntut ilmu.
Memaksanya untuk bersungguh sungguh mengamalkannya untuk diri kita dalam kehidupan
sehari-hari& setelah kita mengetahui ilmu yang kita pelajari.
Memaksanya untuk bersungguh-sungguh mendakwahkan dan menyampaikan serta
mengajarkan kepada yang belum mengetahuinya (walaupun Cuma satu ayat), dan janganlah
kita takut jika ada rintangan seperti ditolak, dimusuhi dan lain sebagainya, karena perintah
yang keempat adalah,
Memaksanya untuk bersungguh-sungguh bersabar terhadap kesukaran dan gangguan
manusia dalam menyampaikan hukum-hukum ALLAH lewat Al-qur`an, dan hanya
mengharap Ridho ALLAH SWT saja.
Jadi jika seseorang yang mempunyai akal dan pikiran yang cerdas dan sensitive, mendengar atau
membaca surat Al-Ashr` ini, pasti akan berusaha untuk menyelamatkan diri dari kerugian,
dengan berusaha memiliki dan melaksanakan ke empat tahapan yang diperintahkan dalam Surat
Al-Ashr`.

Tunggu apa lagi, selagi kita masih diberi kesempatan hidup, segeralah dan jangan ditunda-tunda
lagi, untuk menuntut ilmu agar jika kita mati, tidak dalam golongan orang yang mengalami
kerugian. Alangkah sayangnya jika kematian telah mendatangi kita, kita masih belum
menjalankan satu pun tahapan dalam surat Al-Ashr, apakah kita mau jika kelak di alam kubur /
barzah keadaannya gelap gulita, padahal disanalah kita menunggu entah berapa juta tahun lagi,
hari kebangkitan seperti yang dijanjikan ALLAH, Marilah sebelum malaikat maut benar-benar
menghampiri kita, laksanakanlah dulu perintah ALLAH yang pertama dalam Surat Al-Ashr`,
yaitu belajar untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar artinya sesuai dengan Al-
qur`an dan Sunnah atau Hadits shahih dari Rasullulah SAW, karena seperti kata pepatah,
kesempatan baik itu jarang sekali yang datang dua kali, dan semoga kelak jika kita mati, akan
termasuk dalam golongan orang-orang Muslim yang beruntung.
3. Hadis-Hadis tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Qur’an Al mujadalah 11)
Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju Syurga (Shahih Al jami)
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke
syorga. (HR. Muslim).
“Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Bukhari)
Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Alloh sampai dia kembali
(Shahih Tirmidzi)
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah
rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Qur’an dan yang mengajarkannya (HR bukhari )
Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama
terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
Siapa yang Alloh kehendaki menjadi baik maka Alloh akan memberikannya pemahaman
terhadap Agama (Sahih Ibnu Majah)
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal,
yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya
dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara
dan mengajar dengannya.(Bukhari)
Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua
yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil. (HR. Abu
Dawud dan Aththusi)
Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk
diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut
ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian
orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka … neraka. (HR. Tirmidzi
dan Ibnu Majah)
Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari
kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Dawud)
Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah
menjadikan ilmunya tidak bermanfaat. (HR. Al-Baihaqi)
Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan
mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian orang-
orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa
ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (Mutafaq’alaih)
Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya
berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta.
(HR. Abu Na’im)
Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia
mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga
(ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR. Ath-Thabrani)
‫ا ي‬
‫طلبببيوا ايلنعيللم لولليو نباِل ص‬
‫صيينن‬

4. Hukum Menuntut Ilmu


Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik dari Nabi saw bersabda,”Menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”
Ilmu bisa kita dibagi menjadi dua macam :
4.1. Ilmu-ilmu yar’i
Menuntut ilmu-ilmu syar’i ini merupakan sebuah tuntutan akan tetapi hukum menuntutnya
disesuaikan dengan kebutuhan terhadap ilmu tersebut. Ada dari ilmu-ilmu itu yang menuntutnya
adalah fardhu ‘ain, artinya bahwa seseorang mukallaf (terbebani kewajiban) tidak dapat
menunaikan kewajiban terhadap dirinya kecuali dengan ilmu tersebut, seperti cara berwudhu,
shalat dan sebagainya, berdasarkan hadits,”Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”
Nawawi mengatakan,”Meskipun hadits ini tidak kukuh namun maknanya benar.”
Menuntut ilmu-ilmu itu tidaklah wajib kecuali setelah ada kewajiban tersebut (terhadap dirinya,
pen)... Diwajibkan terhadap setiap orang yang ingin melakukan jual beli untuk belajar tentang
hukum-hukum jual beli, sebagaimana diwajibkan untuk mengetahui hal-hal yang dihalalkan
maupun diharamkan baik berupa makanan, minuman, pakaian atau lainnya secara umum.
Demikian pula tentang hukum-hukum menggauli para istri apabila dirinya memiliki istri.
Adapun tentang kewajiban yang segera maka mempelajari ilmu tentangnya juga harus segera.
Begitu juga dengan kewajiban yang tidak segera, seperti : haji maka mempelajari tentangnya
juga bisa tidak disegerakan, menurut orang-orang yang berpendapat seperti itu.
Dari ilmu-ilmu syar’i itu ada yang menuntutnya adalah fardhu kifayah, yaitu ilmu-ilmu yang
mesti dimiliki oleh manusia dalam menegakan agama mereka, seperti menghafal al Qur’an,
hadits-hadits, ilmu tentang keduanya, ushul, fiqih, nahwu, bahasa, mengetahui tentang para
perawi hadits, ijma’, perbedaan pendapat ulama…
Ada pula ilmu-ilmu syar’i yang menuntutnya adalah disunnahkan, seperti mendalami tentang
pokok-pokok dalil, menekuninya dengan segenap kemampuannya yang dengannya bisa
menyampaikannya kepada fardhu kifayah.
4.2. Ilmu-ilmu yang bukan Syar’i
Sedangkan hukum menuntut ilmu-ilmu yang bukan syar’i maka ada yang fardu kifayah, seperti
ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mendukung urusan-urusan dunia, seperti ilmu kedokteran
karena ilmu ini menjadi sesuatu yang penting untuk memelihara tubuh, atau ilmu hitung karena
ini menjadi sesuatu yang penting didalam muamalah (jual beli), pembagian wasiat, harta waris
dan lainnya. Ada juga yang menunututnya menjadi sebuah keutamaan, seperti mendalami
tentang ilmu hitung, kedokteran dan lainnya, Namun untuk melakukan ini tentunya
membutuhkan kekuatan dan kemampuan ekstra. Ada juga yang menuntutnya diharamkan, seperti
menuntut ilmu sihir, sulap, ramalan dan segala ilmu yang membangkitkan keragu-raguan. Ilmu-
ilmu ini pun berbeda-beda dalam tingkat keharamannya. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal
10370 – 10371)
Adapun untuk mendapatkan ilmu itu sendiri yang paling utama adalah mendatanginya,
sebagaimana riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”…
Barangsiapa yang melalui suatu jalan untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surgea.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu
Hurairoh dan dia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
Hadits ini menunjukkan bahwa dianjurkan bagi seseorang untuk keluar dari rumahnya
mendatangi majlis-majlis ilmu walaupun dirinya harus melakukan perjalanan yang jauh seperti
kisah Nabi Musa dengan Khaidir. (Baca : Majelis Ilmu dan Jalan Ke Surga)
Hal lain yang perlu diketahui oleh para penuntut ilmu ini adalah meyakini bahwa orang-orang
yang menjadi sumber ilmunya (guru) itu adalah orang-orang yang shaleh, bertanggung jawab
terhadap ilmunya, memiliki prilaku yang baik, amanah, jujur, mengamalkan ilmunya.
Adapun cara untuk mendapatkan ilmu bisa dengan mendatangi sumber ilmu secara langsung di
majlisnya atau bisa juga dengan mencari atau memperdalamnya melalui sarana-sarana media
yang sangat mudah didapat saat ini, baik cetak maupun elektronik. Setelah itu hendaklah dirinya
melakukan penelaahan terhadap setiap ilmu / pengetahuan yang didapatnya untuk diterima atau
ditolak. Karena setiap pendapat atau perkataan seseorang bisa diterima atau ditolak kecuali
pendapat Rasulullah saw. Akan tetapi jika telah jelas kebenarannya maka tidak boleh baginya
untuk berpaling darinya karena pada dasarnyan kebenaran itu berasal dari Allah swt.
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa
suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut
ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan
kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan
menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi
Muhammad saw :

Artinya : "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan". (HR. Ibn Abdulbari).

Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi
orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan;
menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh
umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan
soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.

Nabi Muhammad saw.bersabda

: ‫ لولمين أللرالدهبلماِ فللعلليينه نباِيلنعيلنم‬,‫ لولمين أللرالد اللنخلرةل فللعلليينه نباِيلنعيلنم‬,‫لمين أللرالد الددينلياِ فللعلليينه نباِيلنعيلنم‬
Artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia
memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia
mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia
memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa 'arab, ilmu sains
seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah termasuk dalam ilmu
yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah
daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu juga dengan ilmu berkaitan tarekat ia adalah sunat
dipelajari tetapi perlu difahami bahawa yg paling aula (utama) ialah mempelajari ilmu fardhu 'ain
terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu 'ain adalah suatu dosa kerana ia adalah perkara
yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika
tidak dituntuti, walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakka Ilmu yang diamalkan
sesuai dengan perintah-perintah syara'. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya
wajib 'ain dan adakalnya wajib kifayah. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya,
ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya.
Ilmu yang wajib 'ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan
'aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan
haji.
5. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah

ILMU merupakan ibadah. Sebagian ulama bahkan mengatakan: Ilmu adalah shalat
yang tersembunyi dan ibadah hati. (Hilyah Thalibul Ilm hal. 9)
Maka tentunya dibutuhkan keikhlasan dalam menuntutnya, yakni benar-benar karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena kepentingan dunia. Allah berfirman:
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan
agama kepada-Nya." (Al Bayyinah: 5)
Nabi juga bersabda:
"Barangsiapa mempelajari ilmu yang diharapkan dengannya wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala
(ilmu syariat -pent), ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka
ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat." (Shahih, HR. Ahmad, Abu Dawud,
Hakim, dan Baihaqi. Lihat Shahihul Jami’: 6159)
Juga hendaknya ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya, karena bodoh itu sifat tercela
lebih-lebih menurut agama. Oleh karenanya, Nabi Musa ‘alaihis salam berlindung kepada Allah
dari kebodohan, katanya:
"Ya Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh."
(Al Baqarah: 67)
Demikian pula Nabi Yusuf ‘alaihis salam berlindung kepada Allah dari kebodohan. Allah
Subhanahu wa Ta’ala juga menasehatkan hal ini kepada Nabi Nuh ‘alaihis salam:
"… Sesungguhnya Aku memperingatkanmu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang
tidak berpengetahuan." (Hud: 46)
Sebaliknya, ilmu syariat adalah sesuatu yang terpuji dan dianjurkan. Maka tentu saja, niat untuk
berilmu dan menghindari kebodohan adalah niat yang baik.
Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya oleh muridnya yang bernama Al Muhanna. Katanya:
Apakah amalan yang terbaik? Jawab Imam Ahmad: Menuntut ilmu. Kukatakan: Buat siapa
keutamaan ini? Jawabnya: Bagi yang niatnya benar. Kukatakan: Bagaimana niat yang benar?
Jawabnya: Berniat untuk bertawadhu’ padanya dan untuk
menghilangkan kebodohan dari dirinya. Dalam riwayat lain: Juga dari umatnya. (Adab
Syar’iyyah 2:38 dan Kitabul Ilmi-Ibnu Utsaimin hal. 27)
Termasuk niat yang baik adalah membela syariat. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah
menjelaskan, hendaknya penuntut ilmu berniat mencari ilmu untuk membela syariat. Karena,
membela syariat tidak mungkin dilakukan kecuali oleh para pembawa syariat itu. Ilmu itu persis
seperti senjata, …dan sesungguhnya bid’ah yang baru akan terus muncul sehingga terkadang
sebuah bid’ah tidak muncul di jaman terdahulu dan tidak terdapat dalam buku-buku. Sehingga,
tidak mungkin membela syariat ini kecuali seorang penuntut ilmu. (Kitabul Ilmi-Ibnu
Utsaimin:28
Cara untuk mendapat hidayah dan mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah dengan
menuntut ilmu syar’i. Menuntut ilmu sebagai jalan yang lurus (ash shirathal mustaqim), untuk
memahami antara yang haq dan bathil, yang bermanfaat dengan yang mudaharat
(membahayakan), yang dapat mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya, tanpa memahami Islam dan
mengamalkannya. Pernyataannya itu harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari
Islam.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim
diwajibkan untuk menuntut ilmu syar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
‫ضةة لعللىَ مكلل مم س‬
‫سللمم‬ ‫ب اسللعسللم فللرسي ل‬ ‫ عن أنس بن مالك( ل‬224 ‫ رواه ابن ماجه‬t )
‫طلل م‬
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR Ibnu Majah No. 224 dari shahabat Anas bin
Malik t, lihat Shahih Jamiush Shagir, no. 3913)2

6. Pentingnya Menuntut Ilmu

Sesungguhnya ilmu adalah cahaya dan petunjuk sedangkan kebodohan adalah kegelapan
dan kesesatan. Pelajarilah apa yg telah Allah turunkan kepada rasul-Nya yaitu Alquran.
Belajarlah dari para ulama krn ulama sesungguhnya adl pewaris para nabi. Sedangkan para nabi
tidak mewariskan harta benda dinar ataupun dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu maka
barangsiapa yg berpegangan kepadanya berarti ia telah mendapatkan bagian yg banyak dari
warisan mereka. Tuntutlah ilmu krn ia merupakan kemuliaan di dunia dan akhirat dan pahala yg
terus-menerus sampai hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Mujaadalah ayat
11yang artinya “Niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yg beriman di antara
kamu dan orang-orang yg diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yg kamu kerjakan.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan bahwa
salah satu dari amalan yg tidak akan putus pahalanya dari seorang muslim yg telah meninggal
sekalipun adl ilmu yg bermanfaat.
Kaum Muslimin rahimakumullah! Lihatlah peninggalan para ulama yg tak terhingga
sampai saat ini masih ada di hadapan kita sepanjang bulan sepanjang tahun. Peninggalan mereka
dipuji jalan mereka dituruti nama mereka ditinggikan dan usaha mereka disyukuri. Jika mereka
disebut dalam majlis-majlis orang-orang berdoa dan mengharapkan rahmat Allah utk mereka.
Jika disebutkan amal kebajikan dan adab yg tinggi maka ketahuilah merekalah panutan manusia
dalam hal itu. Islam tidak membiarkan umatnya dalam kebodohan apa pun bentuknya. Islam
justru menuntut umatnya utk menjadi umat yg melandaskan segala pikiran perbuatan dan tindak
tanduknya di muka bumi ini dgn ilmu. Jadi adalah hal yg tak terbantahkan kewajibannya
menuntut ilmu bagi seorang muslim. Orang yg berbuat tanpa ilmu pasti tersesat dan bahkan bisa
menyesatkan.

Tidaklah mungkin akan sama antara orang yg berilmu dgn orang yg tidak berilmu. Tidak
mungkin sama orang yg berjalan digelapan dgn cahaya di tangannya sebagai penerang jalan dgn
orang yg berjalan di kegelapan tanpa cahaya menerangi jalannya. Renungkanlah sejenak firman
Allah berikut yg artinya “Dan apakah orang yg telah mati kemudian dia Kami hidupkan dan
Kami berikan kepadanya cahaya yg terang dengannya ia dapat berjalan di tengah-tengah
manusia serupa dgn orang yg berada dalam gelap gulita dan sama sekali tidak dapat keluar
darinya?Demikianlah orang-orang kafir itu dijadikan memandang baik apa yg telah mereka
kerjakan.”Kebodohan akan membuat orang yg memilikinya memandang baik segala yg
diperbuatnya. Itu karena ia tidak memiliki ilmu yg dapat membedakan baik dan buruknya
sesuatu.
Ilmu amatlah luas, jika di pelajari tidak akan pernah selesai, selama bumi masih berputar,
selama hayat di kandung badan selama itu pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam
tidak hanya cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus
menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa menyesuaikan
dengan alam dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti belajar sementara zaman terus
berkembang maka manusia akan tertinggal oleh zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai
dengan tuntutan zaman, terutama pada zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era
globalisasi, orang di tuntut untuk memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan.
Bahkan kalau perlu menuntut ilmu di lakukan tidak hanya di tempat yang dekat tetapi kalau
perlu harus mengembara untuk menuntut ilmu di tempat yang jauh. Sebagaimana sabda Rosull :
“Makin tinggi seseorang menuntut ilmu, makin tinggi pula nilai ilmu yang ia miliki, makin
tinggi ilmu seseorang makin banyak kesempatan bagi orang tersebut untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.”
Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar, dengan ilmu pengetahuan,
derajat manusia akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Seperti firman Allah dalam
Surat Al-Mujaadilah ayat ; 11
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Segala jenis pekerjaan yang dilakukan selalu memerlukan ilmu pengetahuan, dalam kehidupan
sehari-hari misalnya, dapat dilihat bahwa pada umumnya orang yang memiliki ilmu pengetahuan
yang tinggi, taraf kehidupannya lebih baik dari pada orang yang tidak memiliki ilmu
pengetahuan atau orang ilmu pengetahuannya rendah, baik ilmu agama maupun ilmu umum
biasanya tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi atau menyediakan kebutuhan hidup sehari-
hari, misalnya untuk makan, pakaian, obat-obatan dan tempat tinggal.
Satu hal yang lebih penting lagi, bahwa orang yang berilmu memiliki pendirian yang teguh, tidak
mudah terombang-ambing tidak mudah tergoda oleh bujukan syetan. Sebagaimana sabda
Rasulullah Saw.
Artinya :“Seseorang yang alim lebih sulit di goda oleh syetan dari pada seribu orang yang ahli
ibadah (tetapi tidak berilmu),” (H.R. Turmudzi).
Dapat di lihat dalam kehidupan masyarakat terjadinya gangguan ketertiban di akibatkan karena
beberapa faktor, salah satunya ialah kurangnya ilmu pengetahuan yang di miliki oleh anggota
masyarakat itu, seperti :
1. Kurangnya pengetahuan agama dalam suatau anggota masyarakat mengakibatkan kurang
mengerti / paham tentang batas-batas halal dan haram sehingga cenderung berbuat
seenaknya, tidak tahu malu, dan tidak tahu sopan santun.
2. Kurangnya pengetahuan umum karena tidak bersekolah atau putus sekolah, sehingga
tidak terampil menciptakan pekerjaan sendiri, sulit mencari pekerjaan akibatnya sulit
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jika keadaannya demikian
ditambah lagi dengan kurangnya pengetahuan tentang agama maka orang mudah
terjerumus kedalam perbuatan yang dilarang oleh agama seperti berjudi, mencuri,
merampok, bahkan membunuh.

Islam sangat memperhatikan kebahagiaan dunia dan akhirat sebagaimana firman Allah Swt, yang
artinya, “Peliharalah diri dan keluargamu dariapi neraka.” Keluarga adalah masyarakat terkecil,
jika semua keluarga di dalam masyarakat itu baik, maka baik pulalah kehidupan dalam
masyarakat dan alangkah indahnya sesuatu masyarakat yang anggota masyarakatnya memiliki
keterpaduan antara ilmu agama dan ilmu umum.
7. Pentingnya Mengamalkan Ilmu

Ilmu yang telah didapat dari usaha menuntut ilmu adalah untuk di amalkan karena ilmu
itu terjaga dan tidak mudah hilang apabila telah diamalkan, terkhusus pada diri sendiri, apakah
ilmu yang telah didapat di amalkan pada kebaikan diri sendiri karena sebelum mengamalkan
ilmu pada orang lain setidaknya telah diamalkan pada diri sendiri. Setinggi apapun seseorang
menuntut ilmu jika tidak di amalkan maka dengan sendirinya ilmu tersebut akan mudah hilang,
ilmu akan bertambah jika di amalkan sebaliknya ilmu akan menghilang jika tidak di amalkan.
Diantara salaf ada yang berkata-kata : “usaha kami untuk menjaga ilmu yang kami miliki
bersandar pada amalan kami, sebagian lagi mengatakan : ilmu itu menuntut untuk di amalkan,
jika tuntutan ilmu itu telah terpenuhi maka ia akan menetap dan jika tidak di penuhi maka ia
akan pergi menghilang.”
Sekecil apapun ilmu yang diajarkan kepada orang lain selama itu bersifat kebaikan niscaya Allah
akan senantiasa meridhainya. Ibnu Abbas berkata : “Sesungguhnya orang yang mengajarkan
kebaikan kepada orang lain, maka setiap hewan melata akan menohonkan ampunan baginya,
termasuk pula ikan paus di lautan, (Mukhtasar Minhajul Qashidin ; 11).” Orang yang
mengajarkan ilmu akan mendapatkan balasan pahala seperti pahala orang yang mengamalkan
ilmu tersebut, dan yang lebih utamanya lagi ialah pahala seorang alim akan terus bermanfaat dan
tidak akan terputus meskipun telah wafat.
Dengan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menyeru kepadaNya serta berlaku sabar
dalam menjalaninya agr ilmu yang telah di peroleh memiliki buah yang baik dan dapat
berkembang, dengan demikian banyak orang lain yang dapat menfaat dari ilmu tersebut.
Hendaklah diketahui bahwa hanya dengan ilmu derajat seseorang bisa terangkat, kecuali jika
ilmu tersebut telah diamalkan. Dalam menafsirkan ayat ; “Dan kalau kami menghendaki,
sesungguhnya kami tinggikan dengan ayat-ayat itu” (QS. Al-A’raaf ; 176).” Ayat ini
menunjukkan dengan jelas bahwa hanya dengan ilmu, derajat seseorang tidak bisa terangkat,
karena Allah telah mengkhabarkan dalam ayat tersebut bahwa dia telah mendatangkan kepada
sekelompok orang ayat-ayat tersebut, dan ia tidak bisa mengangkat derajat mereka.
Sesungguhnya derajat orang yang berilmu hanyalah terangkat sesuai dengan kadar
pengemalannya dan seseorang yang telah mengamalkan ilmu yang telah di dapatnya niscaya
Allah Swt akan mengajarkan kepadanya ilmu yang belum di kehendakinya.
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang yang baik, maka ia akan difahamkan
dalam urusan agama.” [HR. Bukhari]
Islam mewajibkan kaum muslimin dan muslimat untuk menuntut ilmu sejak dari buaian sampai
liang lahat, sebab orang yang berilmu di masyarakat menduduki derajat yang tinggi, sedangkan
yang tidak berilmu menduduki derajat yang rendah.
Islam menganggap bahwa agama tidak akan mendapat tempat yang baik, apabila orang-orang
Islam sendiri tidak mempunyai pengetahuan yang matang dan pikiran yang sehat. Oleh karena
itu, pengetahuan bagi Islam bagaikan ruh (nyawa) bagi manusia.
Berdasarkan pernyaaan di atas, maka saya akan kemukakan nasehat yang utama bagi kita semua.
Yakni tentang perlunya semangat dalam menuntut ilmu dan tafaqquh fid-din, akan tetapi pada
kenyataannya banyak dari kita yang tidak sungguh-sungguh dalam belajar, bahkan
meninggalkannya (berpaling darinya). Telah menjadi keprihatinan tersendiri dalam benak saya.
Oleh karena itu, insya Allah akan dijelaskan dan diuraikan urgensi tholibul ilmi dari dalil-dalil
Al_Qur’an, disertai ta’liq sederhana.
Ikhwan wa akhwat fillah yang dirahmati_Nya,
Allah subhanahu wa ta’ala telah banyak memaparkan pentingnya menuntut ilmu dalam deretan
firman_Nya yang mengagumkan.
Artinya : “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” [QS. Ali Imran (3): 18]

8. Mensyukuri Nikmat Alloh dengan Menuntut Ilmu

Sesungguhnya wajib bagi kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan cara
melaksanakan kewajiban terhadap-Nya. Merupakan kewajiban karena nikmat yang telah
diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita. Seseorang yang tidak melaksanakan
kewajibannya kepada orang lain yang telah memberikan sesuatu yang sangat berharga baginya,
ia adalah orang yang yang tidak tahu berterima kasih. Maka manusia yang tidak melaksanakan
kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah manusia yang paling tidak tahu
berterima kasih.
Apakah kewajiban yang harus kita laksanakan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah
memberikan karuniaNya kepada kita? Jawabannya adalah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala
telah memberikan karuniaNya kepada kita dengan petunjuk ke dalam Islam dan mengikuti Nabi
Muhammad Shallallahu'alaihi wa salam, maka bukti terima kasih kita yang paling baik adalah
dengan beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala secara ikhlas, mentauhidkan Allah
Subhanahu wa Ta'ala, menjauhkan segala bentuk kesyirikan, ittiba’ (mengikuti) Nabi
Muhammad Shallallahu'alaihi wa salam, taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan RasulNya
Shallallahu'alaihi wa salam, yang dengan hal itu kita menjadi muslim yang benar.
Muslim sejati ialah muslim yang mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala semata dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, serta ittiba’ hanya kepada
Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa salam. Oleh karena itu untuk menjadi seorang muslim
yang benar, ia harus menuntut ilmu syar’i. Ia harus belajar agama Islam, karena Islam adalah
ilmu dan amal shalih. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam diutus Allah Subhanahu wa Ta'ala
untuk membawa keduanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
)‫شلرمكوُلن‬‫ق لليمسظلهلرهم لعللىَ اللديلن مكللله لوللسوُ لكلرهل اسلمم س‬
‫سوُللهم لباسلمهلدىَ لولديلن اسللح ل‬ ‫(مهلوُ الللذيِ ألسر ل‬
‫سلل لر م‬
Dia-lah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama
yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai. (QS At Taubah:33 dan Ash Shaf : 9).
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman :
‫ق لليمسظلهلرهم لعللىَ اللديلن مكللله لولكلفىَ لباللل ل‬
)‫شلهيددا‬ ‫سوُللهم لباسلمهلدىَ لولديلن اسللح ل‬ ‫( مهلوُ الللذيِ ألسر ل‬
‫سلل لر م‬
Dia-lah yang telah mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkanNya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (QS Al Fath : 28).
Yang dimaksud dengan َ‫( المهلدى‬petunjuk) ialah ilmu yang bermanfaat, dan ‫ق‬ ‫( لدسيمن اسللح ل‬agama
yang benar) ialah amal shalih. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus Nabi Muhammad
Shallallahu'alaihi wa salam untuk menjelaskan kebenaran dari kebatilan, menjelaskan tentang
nama-nama Allah Subhanahu wa Ta'ala, sifat-sifatNya, perbuatan-perbuatanNya, hukum-hukum
dan berita yang datang dariNya, memerintahkan semua yang bermanfaat untuk hati, ruh dan
jasad. Beliau Shallallahu'alaihi wa salam memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah semata-
mata karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, mencintaiNya, berakhlak dengan akhlak yang mulia,
beramal shalih, beradab dengan adab yang bermanfaat. Beliau Shallallahu'alaihi wa salam
melarang perbuatan syirik, amal dan akhlak yang buruk yang berbahaya untuk hati dan badan,
dunia dan akhirat.1
Cara untuk mendapat hidayah dan mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah
dengan menuntut ilmu syar’i. Menuntut ilmu sebagai jalan yang lurus (ash shirathal mustaqim),
untuk memahami antara yang haq dan bathil, yang bermanfaat dengan yang mudaharat
(membahayakan), yang dapat mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya, tanpa memahami Islam
dan mengamalkannya. Pernyataannya itu harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi
dari Islam.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim
diwajibkan untuk menuntut ilmu syar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
‫ضةة لعللىَ مكلل مم س‬
( t ‫ عن أنس بن مالك‬224 ‫سللمم )رواه ابن ماجه‬ ‫ب اسللعسللم فللرسي ل‬
‫طللل م‬
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR Ibnu Majah No. 224 dari shahabat Anas bin
Malik t, lihat Shahih Jamiush Shagir, no. 3913)

9. Keutamaan Ilmu dan Menuntutnya

Ilmu memiliki keutamaan, diantaranya :


9.1. Menuntut ilmu adalah jalan menuju Surga. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam
bersabda :
‫سلهلل ام للهم بلله طللرسيدقا إلللىَ اسللجنللة‬ ‫سلللك طللرسيدقا يلسلتللم م‬
‫س فلسيله لعسلدما ل‬ ‫…لمسن ل‬
( t ‫ و غيره عن أبي هريرة‬2699 ‫ رقم‬4/2074 ‫)رواه مسلم‬
Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya jalan menuju Surga. (HR Muslim 4/2074 no. 2699 dan yang lainnya dari
shahabat Abu Hurairah t).

9.2. Warisan para Nabi, sebagaimana sabda Rasululloh :


‫إللن اسلمعلللمالء لولرثلةم اسللسنبلليالء إللن اسللسنبلليالء للسم يملوُلرمثوُا لديلنادرا لولل لدسرلهدما إلنللما لولرمثوُا اسللعسللم فللمسن أللخلذ بلله أللخلذ بللحظظ لوافلمر لرلواه التلسرلملذ س‬
ِ‫ي‬
Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak
pula dirham, namun hanya mewariskan ilmu. Sehingga siapa yang mengambil ilmu tersebut
maka telah mengambil bagian sempurna darinya (dari warisan tersebut). (HR At Tirmidzie )
9.3. Allah mengangkat derajat ahli ilmu didunia dan akherat, sebagaimana firmanNya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:”Berlapang-lapanglah dalam
majlis”, lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.Dan apabila
dikatakan:”Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 58:11)
9.4. Ilmu Pintu kebaikan dunia dan akherat, sebagaimana sabda Rasululloh :
‫ام بلله لخسيدرا يمفلقلسههم لفي اللديلن‬
‫لمسن يملرسد ل‬
Barang siapa yang Allah inginkan padanya kebaikan maka Allah fahamkan agamanya

Anda mungkin juga menyukai