Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEKNOLOGI BAHAN DAN KOROSI


“ PEGAS DAUN DARI BAJA KARBON
MENENGAH”

Disusun oleh:
1. Naufal Azmi Pradita (1841420092)
2. Safira Khairina (1841420077)
3. Zuyyin Gitya Humam N (1841420045)

Dosen Pembimbing:
Andi Nina Asriana, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI : D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


Politeknik Negeri Malang Tahun 2018/2019
Jl. Soekarno-Hatta no.09 PO BOX Malang 65141
Telp. (0341) 404424, Email: polinemapress@gmail.com
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Baja karbon adalah paduan antara Fe dan C dengan kadar C sampai 2,14%.
Sifat-sifat mekanik baja karbon tergantung dari kadar C yang dikandungnya. Setiap
baja termasuk baja karbon sebenarnya adalah paduan multi komponen yang disamping
Fe selalu mengandung unsur-unsur lain seperti Mn, Si, S, P, N, H, yang dapat
mempengaruhi sifat-sifatnya. Baja karbon dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian
menurut kadar karbon yang dikandungnya, yaitu baja karbon rendah dengan kadar
karbon kurang dari 0,25 %, baja karbon sedang mengandung 0,25 – 0,6 % karbon, dan
baja karbon tinggi mengandung 0,6 – 1,4 % karbon.

 Baja Karbon Rendah


Baja karbon rendah mengandung kurang dari 0,25 % karbon.
Kebanyakan dari produk baja ini berbentuk pelat hasil pembentukan roll dingin
dan proses anneal. Kandungan karbonnya yang rendah dan mikro strukturnya
yang terdiri dari fasa ferit dan pearlit menjadikan baja karbon rendah bersifat
lunak dan kekuatannya lemah namun keuletan dan ketangguhannya sangat baik.
Baja karbon rendah kurang responsif terhadap perlakuan panas untuk
mendapatkan mikrostruktur martensit maka dari itu untuk meningkatkan
kekuatan dari baja karbon rendah dapat dilakukan dengan proses roll dingin
maupun karburisasi.
 Baja Karbon Sedang
Baja ini mengandung karbon antara 0,30 % – 0,60 %. Didalam
perdagangan biasanya dipakai sebagai alat-alat perkakas, baut, porosengkol,
roda gigi, ragum, pegas dan lain-lain.
 Baja Karbon Tinggi
Baja karbon tinggi ialah baja yang mengandung kerbon antara 0,6% –
1,4%. Baja ini biasanya digunakan untuk keperluan alat-alat konstruksi yang
berhubungan dengan panas yang tinggi.

2
1.2 Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan baja karbon menengah ?
 Apa saja kandungan dari baja karbon menengah?
 Apa saja ciri-ciri baja karbon menengah?
 Apa saja pemanfaatan dari baja karbon menengah?
 Apa pegas daun itu?
 Apa sifat-sifat dari pegas daun?
 Bagaimanakah proses pembuatan pegas daun?
 Bagaimanakah SNI dari pegas daun?
 Uji apa saja yang dilakukan untuk menentukan SNI dari pegas daun?

1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian baja karbon menengah.
- Untuk mengetahui berbagai kandungan dari baja karbon menengah.
- Untuk mengetahui ciri-ciri dari baja karbon menengah.
- Untuk mengetahui pemanfaatan dari baja karbon menengah.
- Untuk mengetahui pengertian pegas daun.
- Untuk mengetahui sifat-sifat dari pegas daun.
- Untuk mengetahui proses pembuatan pegas daun.
- Untuk mengetahui SNI dari pegas daun.
- Untuk mengetahui berbagai uji yang dilakukan untuk menentukan SNI dari
pegas daun.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Baja Karbon Menengah

Baja karbon jenis ini mengandung unsur karbon antara 0,30 sampai dengan
0,60 %. Karena memiliki kekuatan yang baik secara nilai keuletan maupun
kekerasannya, baja karbon sedangumum digunakan sebagai bahan bakualat-alat
perkakas,bahan baku komponen mesin seperti baut, poros putaran tinggi, roda gigi,
batang penghubung piston, pegas dan lainnya.

2.2 Kandungan Baja Karbon Menengah


Adapun komposisi unsur dari baja karbon menengah :
 C = 0,43 – 0,5 %
 P = 0,05 % maksimum
 Mn = 0,06 – 0,09 %
 S = 0,05 % maksimum
 Si = 0,15 – 0,3 %

2.3 Ciri- Ciri Baja Karbon Menengah


Adapun ciri-ciri dari baja karbon menengah sebagai berikut :
- Mengandung karbon 0,30 – 0,60 %
- Termasuk dalam kelompok baja yang tidak mudah dibentuk dengan mesin.
- Tidak bisa dilas semudah baja konstruksi dan baja structural.
- Lebih kuat dari baja karbon rendah
- Dapat dikeraskan (quenching) dengan baik.
- Setelah dinormalkan pada temperatur 850oC , baja akan bersifat :
 Kekuatan tarik 6,93 x 102 N/mm2
 Titik patah 3,85 x 102 N/mm2
 Regangan 25 %
 Nilai izod impact 74 Joule

4
2.4 Pemanfaatan Baja Karbon Menengah

Pemanfaatan dari baja karbon menengah dalam kehidupan sehari-hari


biasanya digunakan bahan dasar pembuatan peralatan perkakas, antara lain:
 0,30 % – 0,40 % C : batang penghubung, pin engkol, dan poros penggerak roda.
 0,40 % – 0,50 % C : as roda mobil, poros engkol, rel kereta api, ketel, auger bits,
obeng.
 0,50 % – 0,60 % C : palu, pegas dan kereta luncur.

2.5 Pengertian Pegas Daun

Dalam pemanfaatan baja karbon menengah ini kami mengambil contoh


pegas daun dan pegas daun ini akan kami jelaskan secara lebih banyak lagi.

Pegas daun adalah komponen yang berfungsi untuk meredam kejutan yang
ditimbulkan permukaan jalan. Pegas jenis ini mampu menerima beban yang lebih
besar bila dibandingkan dengan pegas lainnya seperti pegas koil dan pegas torsi. Oleh
karena itu, pegas daun banyak digunakan pada sistem suspensi belakang pada
kendaraan. Cara kerjanya : bila roda-roda belakang menerima kejutan dari permukaan
jalan maka diteruskan ke rumah poros belakang yang mengalami penurunan kualitas
sifat mekanik sebelum masa batas umur pegas daun.

2.6 Sifat – Sifat dari Pegas Daun



 Konstruksi sederhana
 Dapat meredam getaran sendiri (gesekan antara daun pegas)
 Berfugsi sebagai lengan penyangga (tidak memelukan lengan, memanjang –
melintang)

5
Gambar 2.1. Pegas Daun

2.7 Proses Pembuatan Pegas Daun

Dalam proses pembuatan pegas ini, besi baja dipotong sesuai ukuran yang
telah ditentukan dengan bahan pegas kedua ujungnya dipanaskan dalam dapur pada
temperatur tempa 900° C. Pada proses ini kedua ujung benda kerja dipanaskan dengan
merata dan dengan perlahan-lahan hingga suhu kurang lebih 700° C atau hingga
berubah warna menjadi warna merah tua, kemudian suhu ditingkatkan dengan cepat
hingga menjadi 1050° C hingga berubah warna menjadi kuning kemerah-merahan,
kemudian diangkat dan ditempa dengan menggunakan mesin tempa atau pukulan
pukulan sangat berat. Pada waktu mengerjakan penempaan pada kedua ujung baja
pegas sebaiknya suhu berada pada kurang lebih 800° C, kedua ujung ditempa kira kira
25 – 30cm, kemudian didinginkan secara alami. Pegas tersebut dimasukan ke mesin
gulung atau roll pegas sehingga bahan tersebut mengalami penggulungan sehingga
berubah bentuk menjadi pegas yang masih rapat. Proses ini terjadi pada keadaan suhu
sekitar 850° C. Pegas yang sudah diroll dalam waktu yang cukup lama atau hingga
mencapai suhu 900° C, Setelah proses pemanasan kedua selesai kemudian pegas
diangkat untuk dilakukan proses perapatan, yang kemudian direnggangkan sesuai
dengan ukuran renggang dan tinggi yang telah ditentukan, pada proses ini suhu yang
terjadi sekitar 800° C. Kemudian didinginkan secar perlahan-lahan dan dicelupkan
kedalam minyak sabana 120° C. Perlu diperhatikan bahwa pada waktu melakukan
penyepuhan pegas suhu harus berada minimum 830° C. Pada proses alup/tempering
adalah memanaskan pegas pada suhu dibawah 400° C setelah pegas mengalami proses
penyepuhan, proses alup dilkukan dalam keadaan dingin. Proses ini dilakukan dengan
tujuan untuk menghilangkan tegangan tarik yang terkandung didalam pegas.kemudian
proses terakhir pegas didinginkan Proses ini dilakukan setelah proses pengalupan telah
selesai dikerjakan maka pegas didinginkan secara alami didalam bak pasir.
2.8 SNI Pegas Daun

 SNI 05-0719-1989: Cara uji keras mikro Vickers beban 0,0098 sampai dengan
49 N
 SNI 07-0308-1989: Cara uji komposisi kimia
 JIS G3116 SG295: Cara uji struktur mikro dengan Metalografi

6
2.9 Uji - Uji yang Dilakukan untuk Menentukan SNI dari Pegas Daun

A. Penelitian uji komposisi kimia

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur atau kandungan


kimia paduan yang terkandung pada material. Sebelum proses pengujian
komposisi kimia dilakukan, sample uji diamplas dan dipoles terlebih dahulu
sampai permukaannya rata agar proses agar proses pengujian dapat berjalan
dengan baik. Proses pengujian komposis kimia dilakukan dengan menggunakan
alat spectrometer. Alat uji komposisi kimia dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 Instalasi Pengujian Komposisi Kimia

1. Persiapan Benda Uji

Adapun persiapan benda uji yang dilakukan sebagai berikut :

a) Penghalusan permukaan

Untuk benda uji komposisi kimia diusahakan memiliki permukaan yang


halus. Alat yang digunakan dalam proses penghalusan ini adalah amplas
dengan nomor 400, 600, 800 dan 1000 secara berurutan.

b) Pemolesan

Pemolesan benda uji dilakukan dengan menggunakan autosol dan kain halus
untuk menghilangkan sisa-sisa goresan dan debu dari hasil pengamplasan
agar didapat permukaan yang lebih halus.

2. Prosedur Pengujian

7
Pada pengujian komposisi kimia ini, bahan atau komponen dapat langsung
segera dianalisa oleh alat Optical Emission Spectrometer (OES) setelah
dilakukan penghalusan permukaan dengan cara diamplas dan dipoles.

B. Proses Perlakuan Panas (Heat Treatment )

Tujuan dari proses perlakuan panas ( heat treatment ) adalah untuk memperoleh
sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan dan fatigue limit / strength yang lebih baik.
Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam baja dan kekerasan
yang terjadi akan tergantung pada temperatur pemanasan (temperature autenitising),
holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian
penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability.

Langkah- Langkah Proses heat treatment adalah sebagai berikut :

o
1. Pemanasan benda uji pada suhu 800 C, langkah ini bertujuan untuk
mendapatkan struktur austenite sehingga dapat ditentukan struktur yang
diinginkan
2. Penahanan suhu (holding), Holding time dilakukan untuk mendapatkan
kekerasan maksimum dari suatu bahan pada proses hardening dengan menahan
pada temperatur pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen
sehingga struktur austenitenya homogen atau terjadi kelarutan karbida ke
dalam austenite dan difusi karbon dan unsur paduannya.
3. Pendinginan / Quenching, untuk proses Hardening kita melakukan
pendinginan secara cepat dengan menggunakan media seperti air, oli dll.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan struktur martensite, semakin banyak
unsur karbon,maka struktur martensite yang terbentuk juga akan semakin
banyak. Karena martensite terbentuk dari fase Austenite yang didinginkan
secara cepat. Hal ini disebabkan karena atom karbon tidak sempat berdifusi
keluar dan terjebak dalam struktur kristal dan membentuk struktur tetragonal
yang ruang kosong antar atomnya kecil, sehingga kekerasanya meningkat.

8
Gambar 2.3 Dapur Pemanasan ( Furnace )

C. Pengujian Kekerasan

Pengujian kekerasan bertujuan untuk mengetahui ketahanan benda uji terhadap


penetrasi suatu material yang lebih keras dengan bentuk dan di bawah pengaruh gaya
tertentu sehingga akan didapatkan harga kekerasan dari benda uji. Nilai kekerasan
vickers dinyatakan sebagai perbandingan antara beban dibagi dengan diagonal rata-
rata dari bekas indentasinya. Skala Vickers menggunakan indentor berupa intan
dengan bentuk kerucut yang bersudut 136o, dengan beban penekanan yang digunakan
bervariasi. Nama alat uji yang digunakan untuk uji kekerasan Vickers adalah Frank
Finotest dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Alat Uji Kekerasan (Vickers) HV Frank Finotest

Data alat uji kekerasan Vickers

Nama Alat : Frank Finotest

Buatan Pabrik : Germany


9
Metode Uji : Hardness Vickers (HV)

Beban (P) : 5 Kgf

Sudut Identor : 136º

Waktu Uji : 15 detik

Temperatur Uji : 28 ºC

Standar Uji : SNI 19-0409-1989

Langkah-langkah pengujian kekerasan , berikut ini adalah langkah-langkah yang


dilakukan dalam proses uji kekerasan Vickers:

a) Menentukan benda uji.

b) Memotong bahan yang akan diuji.

c) Mengerinda / mengikir.

d) Meratakan permukaan bahan uji yang telah dipotong.

e) Mengamplas. - Menghaluskan bahan uji dari amplas berukuran 400,600,800, dan

1000 secara berurutan.

f) Uji Kekerasan Vickers dengan benda uji pegas daun.

g) Pengambilan data

Mengambil data yang didapatkan dari sampel uji material, yaitu dengan

menetukan memberikan beban sebesar 5 kgf.

D. Pengujian Struktur Mikro

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari bentuk struktur


mikro dari logam, termasuk didalammya besar butiran dan arah struktur. Struktur
mikro tersebut sangat menentukan sifat mekanis logam yang diuji. Alat uji metalografi
terdiri dari beberapa macam alat seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

10
Gambar 2.5. Mikroskop optik dengan perbesaran 50-1000x (kiri) dan stereo
mikroskop makro perbesaran 6-50 x (kanan )

Metode pengujian metallografi ini memerlukan persiapan yang cukup teliti dan
cermat, agar dapat di peroleh hasil pengujian yang baik. Oleh sebab itu diperlukan
beberapa tahap dalam persiapannya, yaitu:

1. Pemotongan benda uji

2. Mounting

3. Pengamplasan (grinding)

4. Polishing

5. Etsa

6. Proses Pencucian

7. Pengamatan dan Pemotretan

11
DAFTAR PUSTAKA

 Saputra Rudi, Tyastomo Estu . Perbandingan Kekerasan dan Struktur Mikro Pegas
Daun yang Mengalami Proses Heat Traetment. BINA TEKNIKA, Volume 12
Nomor 2, Edisi Desember 2016, 185-193. UPN Veteran Jakarta
 Lesmono, Sukarno. 2017. Proses Pembuatan Pegas. Jakarta. Doc Player.
https://docplayer.info/29620142-Bab-iv-proses-pembuatan-pegas.html. diakses
pada tanggal 20 September 2019.
 Amanto, H. dan Daryanto. 1999. Ilmu Bahan. Jakarta, Bumi Aksara.
 Benner, B.J.M. 1985. Ilmu pengetahuan bahan, Jakarta:Bhatara Karya Aksara
 Badan Standardisasi Nasional. 2006. Produk dan semi produk baja pelat.
http://sispk.bsn.go.id/SNI/DetailSNI/7070. diakses pada tanggal 20 September
2019

12

Anda mungkin juga menyukai