Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI


RANSUM

KELOMPOK VI KELAS IV A

Rosa Delika

Selly Rafika Sari

Triwinanda Hadi Putra

Wildan Hafzi

Yoga Auderta

Yunasri

JURUSAN ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas bimbingan dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum mata kuliah
Pengetahuan Bahan Pakan dan Formulasi Rnsum.

Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen mata kuliah pengetahuan bahan
pakan dan formulasi ransum, karena telah memberikan kesempatan bagi kami
untuk membahas materi praktikum ini, dan juga ucapan terima kasih yang sama
kepada Dosen Karena selalu memberikan dukungan serta motivasi yang
membangun kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Kemudian kami juga mengucapkan terima kasih kepada suluruh asisten praktikum
yang membantu kelancaran pelaksanaan praktikum, serta teman-teman karena
telah mendukung kami.

Laporan praktikum ini kami susun agar pembaca lebih memahami jenis-
jenis bahan baku penyusun ransum serta bagaimana cara pengujian bahan baku
pakan dan bahan pakan komersil. Kami mohon maaf apabila ada kekurangan
pada laporan ini.

Pekanbaru, Juni 2015

Hormat Kami

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................i

Daftar Isi ............................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan............................................................................................1

1.1 Latar belakang.........................................................................................1


1.2 Tujuan ....................................................................................................2
1.3 Manfaat ...................................................................................................2

Bab II Tinjauan Pustaka ..................................................................................3

Bab III Metode Praktikum...............................................................................6

3.1 Waktu & Pelaksanaan Praktikum ...........................................................6


3.2 Alat & bahan ...........................................................................................6
3.3 Cara Kerja Pelaksanaan Praktikum.........................................................6

Bab IV Hasil & Pembahasan ...........................................................................8

4. 1 Pengenlan Bahan Baku Penyusun Ransum............................................8


4. 2 Pengujian Kualitas Bahan Pakan ...........................................................13

Bab V Penutup ..................................................................................................17

5.1 Kesimpulan ............................................................................................17


5.2 Saran.......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan pakan adalah segala sesuatu yg dapat dimakan oleh ternak dan
tidak dapat mengganggu kesehatan bagi ternak yang mengkonsumsinya.
Mengenali bahan pakan adalah sebagai bahan pakan adalah sebagai
kewajiban bagi setiap mahasiswa yang menuntut ilmu dibidang peternakan.

Pakan digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak yang


nantinya akan berpengaruh pada produktivitas ternak serta pertumbuhan
dan perkembangan ternak. Pakan yang dibutuhkan harus memiliki kualitas
baik yaitu pakan yang mengandung seluruh nutrien yang dibutuhkan oleh
ternak. Kandungan nutrisi dari suatu bahan pakan dapat diketahui melalui
beberapa analisis bahan pakan salah satunya yaitu analisis
proksimat. Bahan pakan perlu dianalisa kandugan nutrienya. Ada beberapa
metode analisa yang digunakan menentukan kandungan bahan pakan.
Metode yang sering digunakan adalah metode analisis proksimat. Disebut
analisis proksimat karena nilai yang diperoleh mendekati nilai komposisi
yang sebenarnya.

Tingginya konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak


sapi,ayam,kambing maupun hewan ternak lainnya mencari alternative
pakan selain hijauan dan dedak padi pada umumnya.Para peternak pada
saat ini telah menambahkan protein,sumber energi,mineral,dan lain
sebagainya. Tentu dengan berbagai jenis pakan yang ada disekitar kita baik
dalam bentuk bungkil maupun limbah dari pertanian dan limbah dari
pengolahan tempe dan tahu. Kebutuhan protein hewani yang kian
meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi tenak ruminansia
sebagai salah satu sumber protein hewani, sebagai upaya untuk mencapai
swasembada daging sapi 2014. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produksi ternak ruminansia diantaranya dengan perbaikan

1
kualitas bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan ternak, dan
peningkatan kualitas kesehatan ternak.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah :

 Untuk mengenal apa-apa saja bahan baku penyusun ransum


 Untuk mengetahui ciri spesifik meliputi warna, aroma, dan
tekstur dari bahan baku
 Untuk mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan dalam
pengujian kualitas bahan pakan
1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum yang dilakukan adalah :

 Dapat lebih mengenal apa saja bahan baku penyusun ransum


 Dapat mengetahui ciri spesifik dari tiap-tiap jenis bahan baku
 Dapat mengetahui beberapa cara yang dpat dilakukan dalam
pengujian kualitas bahan pakan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak.
Oleh karena itu agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus memenuhi
semua persyaratan tersebut, sedang yang dimaksud dengan pakan adalah bahan
yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian
dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak
yang mengkonsumsinya (Kamal, 1998) dalam (Subekti 2009).

Berdasarkan kandungan zat gizinya bahan pakan dapat dikelompokkan


dalam 5 kelompok yaitu. Pakan sumber energi yaitu pakan yang mengandung
protein kurang dari 20%, serat kasar kurang dari 18% dan kandungan dinding
sel kurang dari 39%. Pakan sumber protein yaitu pakan yang mengandung
protein lebih dari 20%. Pakan sumber mineral. Pakan Sumber vitamin dan
pakan tambahan/Feed aditif (Subekti, 2009).

Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan
dalam bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, leguminosa
segar dan silage. Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang
sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering (AAK, 1983).

Hijauan makanan ternak bahan makanan yang berupa daun-daunan,


kadang-kadang masih bercampur dengan batang, ranting, serta bunganya yang
umumnya masih berasal dari tanaman sebangsa rumput (Graminea,
Cyperaceae) atau daun kacang-kacangan (Leguminosae) atau jenis lainnya
(Lubis, 2007).

Bentuk fisik bahan makanan dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu


bahan makan butiran ( jagung, kacang-kacangan, sorgum ), bahan makan
berbentuk tepung ( dedak halus, tepung ikan, tepung tulang ) dan bahan makan
berbentuk cairan ( minyak ikan, minyak kelapa, molasses ).Dan
pengelompokan iti dikelompokkan lagi kedalam bahan pakan sumber

3
energi,protein,lemak,dan vitamin.Semua jenis bahan pakan untuk ternak
tentulah sangat bermamafaat untuk ternak (Urip Santoso, 2003).

Makanan kasar ialah bahan makanan yang mempunyai kadar serat


kasar yang tinggi. Bahan ini umumnya terdiri dari makanan huijauan yang
berupa rumput atau leguminosa dalam bentuk yang masih segar ataupun yang
telah diawetkan seperti silage atau hay (AAK, 2008).

Potensi fisik jerami yang sangat besar belum sepenuhnya dimanfaatkan.


Pemanfaatan jerami sebagian besar dibakar (37%) untuk pupuk, dijadikan alas
kandang (36%) yang kemudian dijadikan kompos dan hanya sekitar 15%
sampai 22% yang digunakan sebagai pakan ternak. Kendala utama penggunaan
jerami sebagai bahan pakan ternak adalah kecernaan (45-50%) dan protein (3-
5%) yang rendah. Jerami sebagai limbah tanaman tua, jaringannnya telah
mengalami lignifikasi tingkat lanjut dan tingginya kandungan silikat (Anonim,
2009).

Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak
dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia)
maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya
terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman bijibijian
/ jenis kacang-kacangan (Anonim, 2009).

Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama. Zat


karbohidrat ini bias berupa gula, pati atau serat kasar. Makanan berbutir dan
ubi-ubian banyak mengandung gula dan pati. Hijauan merupakan sumber
karbohidrat, apalagi makanan penguat seperti jagung dan sorghum (Sugeng,
2000).

Umbi-umbian tumbuh banyak di daerah tropis yang basah dan


bermusim. Umbi-umbian yang paling banyak di daerah tropis adalah ketela
pohon, ubi, ketela ranbat, talas dan garut, mempunyai nilai kandungan tenaga
dalam bahan kering yang tinggi (Williamson dan Payne, 1993).
Bahan pakan sumber energi mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi
dibandingkan zat – zat makanan lainnya. Kandungan protein sekitar 10%

4
(Suprijatna, 2005). Bahan pakan sumber energi bukan merupakan sumber zat
makanan tetapi energi yang dihasilkan dari proses metabolis zat makanan
organik yang terdiri karbohidrat, lemak dan protei (Wahju, 1997).

Berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimia serta penggunaannya,


bahan pakan dibagi menjadi 8 klas : Klas 1 adalah hijauan kering (dry forages)
dan jerami (roughages) yaitu semua hijauan , jerami serta produk lain yang
serat kasar >18%, dinding sel >35%, contohnya hay (hijauan kering), jerami
padi, stover, sekam, daging buah (pod). Klas 2 adalah pasture (tanaman
padangan) yaitu semua hijauan (forages) yang diberikan segar dipotong atau
tidak, contohnya rumput gajah, rumput raja, daun lamtoro, daun turi, daun
nangka, ketela pohon. Klas 3 silage (silase) yaitu semua silage yang berasal
dari hijauan (rumput, tanaman jagung dan sebagainya), tidak termasuk seilage
umbu, silage bebijian, dan silage ikan. Klas 4 adalah sumber energi yaitu bahan
pakan yang mengandung serat kasar <18%, dinding sel <35%, dan protein
kasar <20%, contohnya bebijian, umbi. Kekacangan, hasil ikutan industri
pertanian (dedak halus, onggok, dan tetes). Klas 5 adalah sumbeer protein yaitu
bahan pakan yang mengandung serat kasar <18%, dinding sel <35%, dan
protein kasar ≥20%, contohnya biji legume, bungkil, bahan pakan asal hewan
dan ikan. Klas 6 adalah sumber mineral yaitu bahan pakan yang digunakan
sebagai sumber mineral, contohnya batu kapur, tepung tulang. Klas 7 sumber
vitamin, termasuk hasil peragian. Klas 8 adalah additive yaitu bahan tambahan,
contohnya hormon, pewarna, obat-obatan, antibiotik (Utomo et al,. 2008).

5
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Praktikum mata kuliah pengetahuan bahan pakan dan formulasi ransum


dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu :

Hari / Tanggal : Pertemuan I : Sabtu, 6 juni 2015


Pertemuan II : Minggu, 14 juni 2015
Waktu : Pertemuan I : 10.00 sampai selesai
Pertemuan II : 13.00 sampai selesai
Tempat : Laboratorium Agrostologi Industri Pakan &Ilmu Tanah
3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu :

 Mangkok atau wadah untuk sampel bahan baku


 Alat tulis

Bahan yang digunakandalam praktikum yaitu :

 20 jenis sampel bahan baku


 Bahan baku pada praktikum ke-II yaitu sampel kacang kedelai,
kacang hijau dan jagung pipilan.
3.3 Cara Kerja Pelaksanaan Praktikum

Cara kerja pada pelaksanaan praktikum kami simpulkan dari dua


pertemuan yaitu :

Pertemuan ke-I :

 Sebelum praktikum dilakukan praktikan melakukan pretest terlebih


dahulu mengenai pengenalan bahan baku.
 Setelah itu praktikan melakukan pengematan terhadap nahn baku
penyusun ransum dimulai dari nama bahan baku, klasifikasi atau
kelas bahan baku, dan ciri spesifik bahan baku yang diamati.

6
 Kemudian hasil dari pengematan yang dilakukan di tuliskan pada
borang yang telah disediakan pada panduan praktikum.

Pertemuan Ke-II :

 Sebelum praktikum dilakukan praktikan melakukan pretest terlebih


dahulu yaitu mengerjakan soal mengenai pengujian fisik secara
kuantitatif.
 Setelah itu asisten praktikum menjelaskan tentang pengujian fisik
secara kualitatif dan kuantitatif.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Pengenalan Bahan Baku Penyusun Ransum

Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat
dicerna sebagian atau sepenuhnya, dapat di absorpsi dan bermanfaat bagi
ternak. oleh karena itu agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus
memenuhi semua persyaratan tersebut, sedangkan yanga dimaksud dengan
pakan adalah satu atau campuran lebih dari satu macam bahan. Pakan
hijauan adlah semua bahan makanan ternak yang berasal dari hijauan dan
bahan lain yang mengandung serat kasar tinggi.

Bahan pakan digunakan untuk menyusun ransum, kenyataanya bahan


penyusun ransum tidak hanya terdiri dari bahan pakan akan tetapi ada
bahan lain yang bukan bahan pakan. Semua bahan yang digunakan untuk
menyusun ransum disebut ingredient.

Berdasarkan sifat fisik dan kimia ingredient diklasifikasikan sesuai


kegunaanya menjadi 8 kelas yaitu : hijauan kering dan jerami kerng,
hijauan segar dan jerami segar, silase, sumber energi, sumber protein,
sumber mineral, sumber vitamin, dan aditif pakan.

Berdasarkan kelompoknya bahan pakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :

 Bahan pakan yang tinggi kandungan serat kasar : rofase, dan terbagi
menjadi dua jenis yaitu herbase yaitu bagian tanaman yang hijau
dan masih segar, dan forase yaitu bagian hijauan tanaman yang
masih segar yang dipanen untuk makanan ternak.
 Bahan pakan yang rendah kandungan serat kasar : konsentrat yaitu
bahan pakan yang rendah kadar serat kasar tapi tinggi kadar nutrisi
yang lain seperti protein, lemak dan BETN.

8
Dari praktikum pengamatan bahan baku penyusun ransum yang
telah dilaksanakan pada tanggal 6 juni 2015 di peroleh hasil sebagai
berikut :

a) Kelas Bahan Baku Sumber Energi

Bahan Pakan Warna Tekstur Bentuk


Ampas Tebu Kekuningan Kasar Serabut
Bungkil Inti Sawit Coklat Kasar Serbuk seperti tepung
kehitaman
Kulit Kopi Hitam kasar Serpihan kecil
kecoklatan
Onggok Coklat keras Bongkahan
kekuningan
Gaplek Coklat keras Bongkahan kecil
kekuningan
Ampas Sagu Kuning Agak halus Serbuk halus
kecoklatan

Dari tabel hasil praktikum diatas bahwa ampas tebu, bungkil inti sawit,
kulit kopi, onggok, gaplek, ampas sagu adalh bahan baku penyusun ransum
sumber energi. Bahan baku sumber energi itu sendiri meliputi berbagai bahan
pakan dengan kandungan PK < 20%, SK <18%, dinding sel <35% dalam BK,
termasuk juga sumber energi yang telah mengalami fermentasi. Hal ini sesuai
dengan teori Sembiring (2001) yang menyatakan bahwa bahan pakan sumber
energi yang utama adalah bahan pakan yang kandungan utamanya berupa
karbohidrat yang mana lebih mudah ditebolisme daripada energi yang berasal
dari lemak.

Onggok merupakan limbah pabrik tapioca dan gula. Angka konversi


ubi kayu menjadi onggok berkisar antara 60-65%. Sebagai sumber energi,
onggok lebih rendah dibandingkan dengan jagung dan ubi kayu akan tetapi
lebih tinggi dari pada dedak. Walaupun komposisi tepung ubi kayu lebih tinggi

9
daripada gaplek akan tetapi kadar HCN tepung ubi kayu lebih tinggi daripada
onggok. Penggunaan onggok dalam ransum unggas paling tinggi 5% dari
ransum, untuk babi 25-30% dan untuk ruminansia 40% dari ransum.

b) Bahan Baku Sumber Mineral

Bahan Baku Warna Tekstur Bentuk


Tepung Batu Putih keabuan Agak Kasar Tepung
Kapur
Garam Dapur Putih agak bening Kasar Bongkahan seperti
kristal
Mineral Mix Agak merah muda halus Tepung
atau pink

Dari tabel hasil pengamatan diatas disimpulkan bahwa tepung batu


kapur, garam dapur, mineral mix, merupakan bahan baku sumber energi yang
memiliki kandungan mineral yang tinggi, sumber mineral makro maupun
mikro.
Tepung tulang, tepung kerabang telur, tepung kulit kerang merupakan
bahan pakan sumber mineral yang sering digunakan dalam ransum ternak. Hal
ini sesuai dengan teori Handaka (2008) yaitu bahan-bahan pakan sumber
mineral antara lain tepung tulang, tepung kulit kerang, mineral supplement.
Warna dari 3 macam bahan pakan sumber mineral hampir sama yaitu
abu-abu karena mineral merupakan bahan anorganik yang merupakan abu,
setelah melalui proses pembakaran dalam tanur.

c) Bahan baku sumber protein


Bahan baku Warna Tekstur Bentuk
Tepung dan berbau
Tepung ikan Kuning keemasan Agak kasar
amis

10
Tepung ikan merupakan sumber protein utama bagi unggas, karena
bahan makanan tersebut mengandung semua asam-asam amino yang
dibutuhkan ayam dalam jumlah cukup dan teristemewa merupakan sumber
lisin dan methionin yang baik.Penggunaan tepung ikan dalam ransum unggas
seringkali harus dibatasi untuk mencegah bau ikan yang meresap ke dalam
daging atau telur.Tepung ikan merupakan bahan pakan sumber protein hewani
yang mudah didapat tetapi merupakan bahan pakan yang penting karena
mempunyai kandungan protein yang lebih baik daripada sumber protein yang
berasal dari nabati.Hal ini sesuai dengan teori Nurhayati (2008) yang
menyatakan tepung ikan merupakan bahan pakan sumber protein yang paling
baik dibandingkan dengan bahan yang lainnya

Menurut Antan (2002) Pakan sumber protein yang baik adalah yang
berasal dari tumbuhan seperti bungkil dan bakatul, juga yang berasal dari
hewani seperti tepung ikan.

d) Bahan Baku Sumber Serat

Bahan baku Warna Tekstur Bentuk


Serabut buah
Coklat Kasar Serabut
kelapa sawit

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan


bahwa serabut kelapa sawit merupakan bahan baku ransum sumber serat yang
memiliki kandungan serat kasar yang tinggi.

e) Bahan Baku Kelas Hijauan Kering atau Jerami Kering

Bahan Baku Warna Tekstur Bentuk


Jerami kering Kuning kehijauan Kering Serpihan-serpihan

11
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
jerami kering masuk kedalam kelas hiajuan kering yang memiliki kandungan
serat kasar >18% dan kandungan dinding sel > 35%.

f) Bahan Baku Kelas Hijauan Segar atau Jerami Segar

Bahan Baku Warna Tekstur Bentuk


Daun Indigofera Hijau Halus Bulat agak lonjong
Daun Lamtoro Hijau Halus Bulat-bulat kecil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa


bahan baku yang termasuk kedalam kelas hijauan segar adalah daun indigofera
dan daun lamtoro, keduanya termasuk kedalam hijauan jenis leguminosa
pohon. Hijauan segar adalahsemua hijauan yang sengaja dipotong dalam
kondisi segar dan langsung di berikan kepada ternak.

Tanaman leguminosa berkayu yang berumur panjang ini tingginya bisa


mencapai 10 m. Berasal dari Amerika tengah (Meksiko) dan Amerika Selatan.
Berakar dalam, daun menyirip ganda, anak daun ellips agak oval dan kecil.
Warna daun hijau tua agak kelabu. Tumbuh baik pada tanah sedang sampai
berat dengan ketinggian tempat 700-1.200 m dpl dan curah hujan berkisar 700-
1.650 mm/tahun. Jenis legum ini bisa dijadikan sebagai sumber protein bagi
ternak.

g) Bahan Aditif

Bahan Baku Warna Tekstur Bentuk


Feses Kambing Hitam kecoklatan Keras Bulat –bulat kecil
Kasar agak
Urea Putih Bulat-bulat kecil
lengket
Limbah
Hitam Keras Bongkahan
Habatus Sauda
Molases Hitam kehitaman Seperti kecap Cair kekentalan

12
Starbio Kecoklatan Halus Seperti tepung

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dari beberapa sampel yang


ada dihasilkan bahwa bahan baku yang termasuk kedalam bahan aditif adalah
feses kambing, urea, limbah habatus sauda, molases, dan starbio. Bahan aditif
adalah sejumlah zat yang ditambahkan dalam ransum dengan jumlah yang
kecil yang mempengaruhi kualitas tanpa mempengaruhi kuantitas ransum,
biasanya pemberian dibawah 1%.

4. 2 Pengujian Kuakitas Bahan Pakan

Pengujian kualitas bahan pakan dilakukan secara :

a) Fisik, pengujian secara fisik meliputi pengujian fisik kualitatif dan


kuantitatif.
b) Kimia, pengujian secara kimia dapat dilakukan dengan analisis
proksimat, analisis van soest, analisis asam amino, bomb calorimeter.
c) Biologi, pengujian secara biologi yaitu penentuan performan ( produksi
susu, PBB ), daya cerna ( in vitro, in vivo, in sacco), dan retensi N.

Pengujian bahan pakan secara fisik

1. Pengujia fisik kualitatif

Pengenalan dan pengujia fisik kualitatif dilakukan berdasarkan sifat fisik


dengan menggunakan indera tanpa alat bantu dan indera dengan alat bantu.
Sifat fisik yang akan diamati meliputi warna, kecemerlangan, bentuk ukuran
partikel, bau, rasa, dan kekerasan.

 Indera tanpa alat bantu


Macam indera yang dapat digunakan untuk pengujian fisik secara
kualitatif adalah indera penglihatan, indera penciuman, indera cicip,
indera raba, dan indera dengar.
 Indera dengan alat bantu

13
Alat bantu utama yang digunakan dalam pengenalan dan pengujian ini
dapat berupa stereomikroskop atau kaca pembesar. Penggunaan alat
bantu ini digunakan apabila dengan indra penglihatan menemui
kesukaran atau hambatan, misalnya untuk berbagai bahan pakan yang
ukuran partikelnya diatas 20 mesh.
2. Pengujian fisik kuantitatif

Disamping pengujian fisik kualitatif juga dilakukan pengujian fisik


kuantitatif untuk bahan pakan dan pakan komersial. Tujuan dari pengujian ini
adalah untuk mengetahui persentase kotoran, persentase kotoran, persentase
warna dominan, persentase biji rusak, dan untuk mengetahui ada tidaknya
pemalsuan pada bahan pakan maupun pakan komersil.

Pada praktikum dilakukan pengamatan terhadap bahan pakan berupa


kacang kedelai, kacang hijau dan jagung pipilan, yang diperoleh hasil sebagai
berikut :

a) Kacang kedelai
Biji kedelai mengandung zat penghambat protease yang bila bergabung
dengan trypsin akan membentuk senyawa kompleks yang tidak aktif.
Penghambat ini dapat menyebabkan hipertropy pada pancreas. Mode aksi
dari penghambat ini adalah dihambatnya sekresi enzym pancreas.
Perlakuan pemanasan padatemperatur yang tepat (250oF selama 2.5 - 3.5
menit) dapat menghancurkan bahan ini. Anti vitamin B -12 merupakan
cara yang terbaik untuk menanggulangi masalah ini. Goitrogens
merupakan bahan yang menghampbat penyrapan yodium.
Secara kualitatif kualitas tepung kedele dapat diuji dengan
menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density tepung kedelai
tidak dikuliti yang baik adalah 642.3 g/l. Makin banyak bahan yang
mengambang pada uji apung menandakan, makin banyak biji yang rusak
yang terdapat pada biji kedele tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti
tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas
tepung kedele yang baik. Tepung kedelai mengandung protein yang tinggi

14
dibandingkan dengan bijian lainnya yang umum dipakai untuk pakan.
Kandungan protein kasar rata-rata tepung kedele adalah 37.9%.
Tepung kedele juga tinggi kandungan lemaknya (18%) dan rendah
kandungan serat kasarnya (5%). TDN tepung kedele lebih tinggi dari
jagung. Hal ini dapat dimengerti karena tingginya kadar lemak pada
kedele. Varietas kedele hitam mengandung lemak yang lebih rendah dari
varietas kuning.Kedele agak rendak kandungan Ca (0.25%). Kandungan
phospor kedele juga randah (0.59) bila dibandingkan dengan kandungan
phospor pada bungkil kapas dan gandum. Seperti halnyabijian lainnya,
kedele defisiensi vitamin D dan tidak mengandung caroten. Walaupun
kedele mengandung riboflavin yang rendah, kandungan ini masih lebih
tinggi dari jagung dan oat.
b) Jagung pipilan

Tinggi rendahnya produksi jagung tergantung pada tipe jagung yang


dipakai, pemupukan serta cuaca. Jagung merupakan pakan yang sangat
baik untuk ternak. Jagung sangat disukai ternak dan pemakaiannya dalam
ransum ternak tidak ada pembatasan, kecuali untuk ternak yang akan
dipakai sebagai bibit. Pemakaian yang berlebihan untuk ternak ini dapat
menyebabakan kelebihan lemak. Jagung tidak mempunyai anti nutrisi dan
sifat pencahar. Walaupun demikian pemakaian dalam ransum ternak
terutama untuk bibit perlu dibatasi karena penggunaan jagung yang tinggi
dapat mengakibatkan sulitnya ternak untuk berproduksi. Disamping itu
penggunaannya pada ternak muda yang akan dipakai bibit perlu dibatasi
karena selain tidak ekonomis bila dipergunakan tinggi dalam ransum juga
karena penggunaan yang terlampau tinggi dapat menyulitkan ternak
tersebut untuk berproduksi.

Secara kualitatif kualitas butiran jagung dapat diuji dengan


menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density butiran jagung
yang baik adalah 626.6 g/liter, sedangkan untuk jagung giling yang baik
berkisar antara 701.8 – 722.9 g/liter. Makin banyak jagung yang
mengapung berarti makin banyak jagung yang rusak. Selain itu uji

15
organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, dan bau dapat dipakai untuk
mengetahui kualitas jagung yang baik.

Kualitas jagung scara kuantitatif dapat dilakukan diaboratorium dengan


menggunakan metode proksimat. Minimum data kadar bahan kering,
protein kasar dan serat kasar harus diketahui setiap kali pengiriman jagung.

Jagung merupakan butiran yang mempunyai total nutrien tercerna


(TDN) dan net energi (NE) yang tinggi. Kandungan TDN yang tinggi
(81.9%) adalah karena : (1) jagung sangat kaya akan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (Beta-N) yang hampir semuanya pati, (2) jagung mengandung
lemak yang tinggi dibandingkan semua butiran kecuali oat, (3) jagung
mengandung sangat rendah serat kasar, oleh karena itu mudah dicerna.
Kandungan protein jagung rendah dan defisiensi asam amino lisin. Dari
butiran yang ada, hanya jagung kuning yang mengandung karoten.
Kandungan karoten jagung akan menurun dan atau hilang selama
penyimpanan.

16
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diproleh dari praktikum dapat disimpulkan


bahwa pembagian kelas bahan pakan terbagi menjadi delapan kelas yaitu,
kelas hijauan segar dan jerami segar, hiajuan kering dan jerami kering,
sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber lemak, silase,
sumber vitamin dan aditif pakan. Dari kurang lebih dua puluh sampel
bahan pakan yang ada dalam pelaksanaan praktikum semuanya telah dapat
digolongkan kekelasnya masing-masing.

Pada praktikum materi dua cara pengujian bahan baku akan dan pakan
komersil secara kualitatif ada tiga cara secara fisik, kimia, dan biologi.
Secara fisik ada dua cara yaitu dengan menggunakan alat inderra tanpa alat
bantu dan mengguakan alat indra dengan alat bantu. Kemudian pengjian
bahan pakan dan pakan komersil dilakukan denga cara pengujian
kuantitatif yaitu untuk melihat ada tidak nya bahan palsuan dan tingkat
kerusakan biji dan sebagainya.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebaiknya pelaksanaan


praktikum dilaksanakan tidak diujung masa perkuliahan sehingga tidak
terlalu mengejar waktu dan tidak mengganggu waktu ujian para mahasiswa.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ananda mucra, anwar effendi harahap. Penuntun Praktikum Pengetahuan

Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. 2015.

Tim Laboratrium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB.

Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. CV Nutri Sejahtera.


http://anuragaja.staff.ipb.ac.id/files/2012/04/Buku-PBMT.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai