Anda di halaman 1dari 40

Laporan Biofarmasetika P4 1

PENETAPAN
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA
ARMAKOKINE TIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

PERCOBAAN IV
PENETAPAN
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA
ARMAKOKINE TIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

A. Tuju
ujuan
an Prak
Praktik
tiku
u

Mamp
Mampuu mene
menetatapk
pkan
an dan
dan meng
menghihitu
tung
ng para
parame
mete
terr farm
farmak
akok
okin
inet
etik
ikaa
 paracetamol dan sulfametoxazol
sulfametoxazol setelah pemberian dosis tunggal pada
tikus berdasarkan data kadar obat dalam darah terhadap waktu.

B. Da!a
Da!arr T"#ri
"#ri
Parameter farma
Parameter farmakokikokinetik
netikaa adal
adalah
ah besa
besaran
ran yang ditur
diturunka
unkann seca
secara
ra
matematis dari model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan
atau metabolitnya di dalam darah, urin, atau cairan hayati lainnya. alam
 praktek, u!i dengan darah paling banyak digunakan, karena darah adalah
tempat yang paling cepat dicapai obat, darah !uga tempat yang paling logis
 bagi penetapan kadar obat di dalam darah. "uga karena darahlah yang
meng
me ngamambi
bill ob obat
at da dari
ri te
temp
mpatat ababso
sorb
rbsi
si,, me
meny
nyeb
ebab
abka
kann ke kete
temp
mpatat
dist
distri
ribu
busi
si#a
#aks
ksi,i, se
sert
rtaa mememb
mbua
uang
ngny
nyaa ke ororga
gann el
elim
imin
inas
asi.i. $e
$egu
guna
naan
an
menetapkan parameter farmakokinetik suatu obat adalah untuk mengka!i
kinetika absorbsi, distribusi dan eliminasi obat dalam tubuh. %&hargel,
'(()*.
+arm
+a rmak
akok okin
inet
etik
ikaa ad
adal
alah
ah ililmu
mu yayang
ng mememp
mpelela!
a!ar
arii ab
abso
sorp
rpsi
si,,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat dan secara singkat dimaksudkan
 pengaruh tubuh terhadap obat. +ase farmakokinetik adalah per!alanan obat
mulai titik masuk obat ke dalam badan hingga mencapai tempat aksinya.
 bsorpsi

Proses absorpsi ter!adi, bila obat melintasi paling tidak satu membran
sel dan kemudahan absorpsi obat akan memberi gambaran kadar obat
yang mencapai pada !aringan dan cairan tubuh.
Laporan Biofarmasetika P4 $
PENETAPAN
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA
ARMAKOKINE TIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

 istribusi

alam peredaran, kebanyakan obat-obat didistribusikan melalui cairan


 badan dengan
dengan cara yang relatif mudah dan lebih
lebih cepat dibanding
dibanding dengan
eliminasi#pengeluaran
eliminasi#pengeluaran obat.
 Metabolisme

iap obat merupakan zat asing yang tidak diingini bagi badan dan
 badan berusaha merombak zat tersebut men!adi metabolit yang bersifat
hidrofi
hidrofill agar
agar lebih
lebih lanca
lancarr dieksk
diekskres
resika
ikann melalu
melaluii gin!al
gin!al,, !adi
!adi reaksi
reaksi
 biotransformasi merupakan
merupakan detoksifikasi.
detoksifikasi.
 /kskresi

0bat diekskresikan dalam struktur tidak berubah atau sebagai metabolit.


0rga
0rgann yang
yang pali
paling
ng pent
pentin
ingg untu
untukk eksk
ekskre
resi
si obat
obat adal
adalah
ah gin!
gin!al
al..
%nief,'(('*.
engan menggunakan parameter farmakokinetika, memungkinkan
untuk
untuk menet
menetapk
apkan
an aturan
aturan dosis
dosis sehin
sehingga
gga dapat
dapat member
memberika
ikann respon
respon
farmakologik yang diinginkan.
Parameter-parameter
Parameter-pa rameter farmakokinetika dibagi men!adi 1 golongan, yaitu2
3. Parameter pririm
mer 
 ipengaruhi ariabel faal

 Masing-masing tidak saling memepengaru


memepengaruhihi
 $a, 5d. 6l

'. Parameter sek


sekunder 
 ipengaruhi oleh parameter primer 

 t7

1. Parameter tuturu
runnan
 ipengaruhi oleh parameter primer dan sekunder 

 86, 6p, 6 ᄃ max

Parameter ssfarmakokinetika yang dipergunakan


untuk mengka!i kinetika absorbsi suatu obat diantaranya adalah tetapan
Laporan Biofarmasetika P4 $
PENETAPAN
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA
ARMAKOKINE TIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

 istribusi

alam peredaran, kebanyakan obat-obat didistribusikan melalui cairan


 badan dengan
dengan cara yang relatif mudah dan lebih
lebih cepat dibanding
dibanding dengan
eliminasi#pengeluaran
eliminasi#pengeluaran obat.
 Metabolisme

iap obat merupakan zat asing yang tidak diingini bagi badan dan
 badan berusaha merombak zat tersebut men!adi metabolit yang bersifat
hidrofi
hidrofill agar
agar lebih
lebih lanca
lancarr dieksk
diekskres
resika
ikann melalu
melaluii gin!al
gin!al,, !adi
!adi reaksi
reaksi
 biotransformasi merupakan
merupakan detoksifikasi.
detoksifikasi.
 /kskresi

0bat diekskresikan dalam struktur tidak berubah atau sebagai metabolit.


0rga
0rgann yang
yang pali
paling
ng pent
pentin
ingg untu
untukk eksk
ekskre
resi
si obat
obat adal
adalah
ah gin!
gin!al
al..
%nief,'(('*.
engan menggunakan parameter farmakokinetika, memungkinkan
untuk
untuk menet
menetapk
apkan
an aturan
aturan dosis
dosis sehin
sehingga
gga dapat
dapat member
memberika
ikann respon
respon
farmakologik yang diinginkan.
Parameter-parameter
Parameter-pa rameter farmakokinetika dibagi men!adi 1 golongan, yaitu2
3. Parameter pririm
mer 
 ipengaruhi ariabel faal

 Masing-masing tidak saling memepengaru


memepengaruhihi
 $a, 5d. 6l

'. Parameter sek


sekunder 
 ipengaruhi oleh parameter primer 

 t7

1. Parameter tuturu
runnan
 ipengaruhi oleh parameter primer dan sekunder 

 86, 6p, 6 ᄃ max

Parameter ssfarmakokinetika yang dipergunakan


untuk mengka!i kinetika absorbsi suatu obat diantaranya adalah tetapan
Laporan Biofarmasetika P4 %
PENETAPAN
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA
ARMAKOKINE TIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

kecepata
kecep atann ab
absor
sorbsi
bsi %$a%$a*,*, lua
luass da
daera
erahh dib
dibawa
awahh kur
kura
a kog ka
kadar
dar oba
obatt
terh
terhaada
dapp wawakktu % %86
86*, *, fr
frak
aksi
si obobaat yang dia iabbso
sorb
rbsi
si %+
%+aa*, dan
 bioaailabilitas obat %+*, sedangkan untuk kinetika distribusi adalah
olume distribusi %5d dan 5d ᄃ *. an untuk kinetika eliminasi adalah
kliren
klirenss tot
total
al %6l
%6l*,*, tet
tetap
apan
an kec
kecepa
epatan
tan eli
elimin
minas
asii %$*
%$*,, dan wak
waktu
tu par
paruh
uh
eliminasi %t 7*.
a. T"ta&an
"ta&an k"'"&a
k"'"&atan
tan a(!#r
a(!#r(!i
(!i )Ka*
)Ka*
Penetapan la!u e  absorbsi dari data absorbsi oral dapat
Kt

digu
diguna
naka
kann bebe
bebera
rapa
pa cara
cara,, anta
antara
ra lain
lain meto
metode
de resi
residu
dual
al.. engan
menanggap $a 99$, maka hargaharga tidak bermakna terhadap
terhadap waktu, oleh
karena itu dapat dihilangkan karena pada kadaan tersebut obat telah
sempurna terabsorbsi.
(. Ar"a
Ar"a +i(a
+i(a,a-
,a- kur
kura
a )AUC
)AUC**
rea dibawah kura kadar obat dalam plasma - waktu adalah
suatu ukuran dari !umlah bioaailabilita itas suatu obat. 86
mencerminkann !umlah total obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik.
mencerminka
86 adalah area dibawah kura kadar obat dalam plasma : waktu dari
t ; ( samp
sampai
ai t ; , dan sama dengan !umlah obat tidak berubah
 berubah yang
mencapai sirkulasi umum dibagi klirens.
86 dapat ditentukan dengan suatu prosedur integrasi numerik,

 AUC  0    Cpdt
0

metode rumus trapesium,


C n  1  C n
 AUC  tn
tn  1
 t n
 tn  1 
2

atau 86 model,


FD 0 FD 0
 AUC  

0
 
klirens K .Vd 

'. V#/u"
#/u" +i!tr
+i!tri(u
i(u!i
!i )V+*
)V+*
5olum
olumee dist
distri
ribu
busi
si meny
menyat
atak
akan
an suat
suatuu fakt
faktor
or yang
yang haru
haruss
diperhitungkan dalam memperkirakan !umlah obat dalam tubuh dari
konsentrasi obat yang ditemukan dalam kompartemen cuplikan. 5olume
Laporan Biofarmasetika P4 0
PENETAPAN
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA
ARMAKOKINE TIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

distri
distribus
busii !uga
!uga dapat
dapatdia
diangg
nggap
ap sebaga
sebagaii olume
olume %5d*
%5d* dimana
dimana obat
obat
terlarut.
"umla
mlah obat
bat dala
dalam
m tubu
B
tubuhh tid
tidak dapa
dapatt diten
itentu
tuka
kann sec
secara
ara
langsung, tetapi suatu cuplikan darah dapat diambil pada !arak waktu
secara berkala dan dianalisis konsentrasi tersebut. 5d berguna untuk
mengaitkan konsentrasi
konsentrasi obat dalam plasma %6p* dan !umlah obat dalam
tubuh %*, seperti dalam persamaan berikut2
 ; 5d 6p B

<arga 5d tergantung dari kecepatan aliran darah pada !aringan,


kelarutan obat dalam tubuh, koefisien partisi yang memepengaruhi
kelarutan obat dalam lipid, !enis !aringan %memepengaruhi olume yang
ditempati, p< lingkungan, dan ikatan dengan material biologi.
+. K/ir
K/ir"n
"n!! t#ta
t#ta// )C/*
)C/*
$lirens obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa
mempermasalahkan mekanisme prosesnya. $lirens ditakrifkan sebagai
olume cairan %yang mengandung obat* yang dibersihkan dari obat per 
satuan waktu.
$lirens ; la!u ekskresi ; =g # menit ;ml # menit
$onsentrasi plasma =g # ml
 AUC 
FD   00

La!u klirens dapat
diperkirakan dengan satu perhitungan
perhitungan dari , dan !umlah total obat yang
diabsorbsi, .
FD 
T  0
6l ;
".  AUC   T"ta&an k"'"&atan "/iina!i )K*
0

etapan la!u eliminasi obat orde satu ditentukan berdasarkan fase


eliminasi kura 6p s t, setelah absorbsi obat sempurna maka men!adi2
FK 
e D 
.
 K  

a
t
0
6p ; atau
V  (K   K ) 6p ;  . 2 dimana
dimana .
K   t
d  a e

 adalah suatu tetapan.

. 2aktu
aktu &aru
&aru "/iin
"/iina!i
a!i )t
)t 3*
Laporan Biofarmasetika P4 4
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

>aktu paruh %t 7* menyatakan waktu yang diperlukan oleh


se!umlah obat atau konsentrasi obat untuk berkurang men!adi
separuhnya. <arga t 7 untuk reaksi orde kesatu dapat diperoleh dari
 persamaan berikut 2
t7; 0,693

dari persamaan tersebut K  tampak bahwa untuk reaksi orde


kesatu, t 7 adalah konstan. anpa perlu diperhatikan berapa !umlah atau
konsentrasi obat pada keadaan awal, maka waktu yang diperlukan untuk
 berkurang men!adi separuhnya aadalah konstan.
Tinjauan #+"/ !atu k#&art""n t"r(uka "k!tra a!'u/ar
>alaupun ada ariasi, dD  keseluruhan la!u absorbsi obat dapat
B

digambarkan secara dt matematik sebagai suatu proses orde


kesatu atau orde nol. &ebagian besar model farmakokinetik menganggap
absorbsi mengikuti orde kesatu, kecuali apabila anggapan absorbsi orde
nol memperbaiki model secara bermakna atau telah teru!i dengan
 percobaan. La!u perubahan !umlah obat dalam tubuh, , bergantung pada
la!u absorsbsi dan eliminasi obat. La!u perubahan obat dalam tubuh pada
setriap waktu sama dengan la!u absorbsi obat dikurangi la!u eliminasi
obat.
 ; : dD  dD 
B
c
GI 

&elama fase absorbsi, maka dt la!u absorbsi obat lebih besar 


daripada la!u eliminasi obat. &ebaliknya selama selam fase eliminasi, maka
la!u absorbsi lebih kecil daripada la!u eliminasi. &edangkan pada waktu
konsentrasi puncak obat dalam plasma, la!u absorbsi obat sama dengan
la!u eliminasi obat dan tidak ada perubahan !umlah obat dalam tubuh.

Model absorbsi orde kesatu menganggap bahwa masukan adalah orde


kesatu dan suatu eliminasi !uga orde kesatu. Persamaan diferensial yang
menggambarkan la!u perubahan obat dalam tubuh 2
;  FKD dD  – KD
GI 
Ba B
%?.@*
 F  adalah fraksi obat dt K  t terabsorbsi
0
a secara sistemik. 0leh
karena obat dalam saluran cerna !uga mengikuti suatu proses penurunan
Laporan Biofarmasetika P4 5
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

orde kesatu %yakni diabsorbsi melintasi dinding saluran cerna*, !umlah


obat dalam saluran cerna sama dengan  e
;  FK   e – dD  K  t KD
0
B
a
B
%?.A*
Persamaan ini dapat dt diintegrasikan untuk memberikan
konrasi obat %6p* dalam plasma pada setiap waktu %t* 2
e  FK  D e  
Kt
a 0
K at
6p ;
V  (K 
d  a
 K ) %?.3(*
$onsentrasi maksimum max
maks adalah 6p dan waktu yang diperlukan
untuk mencapai kosentrasi maksimum adalah t.  >aktu yang diperlukan
untuk mencapai konsentrasi maksimum tidak bergantung pada dosis tetapi
 bergantung pada tetapan la!u absorbsi %$a* dan eliminasi %$*.
t ; ln $a : ln $ ; ln %$a : $* ; ',1 log %$a # $*
max

$a : $ $a : $ $a : $

ari persamaan ?.3(, dapat dilihat 6p berbanding langsung


0
maks

dengan dosis yang diberikan %* dan fraksi obat terabsorbsi %+*.
Perhitungan t dan 6p biasanya perlu dilakukan,oleh karena
max
maks

 pengukuran langsung dari konsentrasi obat tidak memungkinkan


sehubungan dengan waktu pengambilan cuplikan yang tidak tepat.
%&hargel, '(()*
Kin"tika Pa+a P"("rian Satu Ka/i S"'ara Ora/
Pada pemberian tunggal secara oral, seperti halnya pada rute
 pemberian lain dimana ter!adi absorpsi, berlangsung proses inasi dan
 proses eliminasi, yang satu di samping yang lain. $arena itu pada
 pencarian model farmakokinetika, hendaknya proses-proses itu
termasukkan. &ehubungan dengan itu, harus ada komparteman masukkan
yang mengandung depot senyawa %lihat gambar* . Model 3 kompartemen
dengan kompartemen masukkan %lihat gambar* cukup !ika distribusi dalam
organisme dibandingkan dengan inasi ter!adi dengan cepat dan karena itu
kesetimbangan antara kompartemen pusat dan kompartemen perifer 
disesuaikan dengan cepat.
 Perhitungan model komparteman2
Laporan Biofarmasetika P4 6
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

Perhitungan model ini diletakkan sebagai dasar. 8ntuk la!u


kenaikkan konsentrasi dalam darah persamaan dibawah berlaku
dengan anggapan bahwa tidak ter!adi eliminasi 2
i ;/rror2 eference source not found ; ki %a-c*

 Keterangan :
i; la!u inasi
ki; tetapan inasi
a ; kadar dalam darah, yg dlm hal penyuntikan secara intraena
terletak pd t; (
c ; kadar dalam darah pada saat t

Cntegrasi persamaan di atas menghasilkan c; a %3 : e  :ki.t*, dengan


 persyaratan bahwa untuk saat t ; (. >alaupun demikian dalam
keadaan sesungguhnya kinetika total yang dapat ditentukan
 berdasarkan kura kadar dalam darah merupakan hasil dari kinetika
inasi dan kinetika eliminasi. alam gambar dibawah, bentuk kura
untuk saat inasi murni, untuk eliminasi murni serta untuk inasi dan
eliminasi digambarkan secara linear dan semilogaritmik.

Log c
Log c

a
konsen- konsen-
trasi trasi
 plasma  plasma
a

 b c
 b

 B

>aktu %t*
>aktu %t*
Laporan Biofarmasetika P4 7
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

.Dambaran linier B.Dambaran semilogaritmik


a $ura inasi b $ura eliminasi fungsi
 batemen garis putus-putus
Gambar : bentuk kurva kadar obat dalam darah setelah pemberian obat 
 secara oral dan adanya suatu kompartemen masuk serta
kompartemen sentral (fungsi Batemen)

$ura yang di hasilkan dari inasi dan eliminasi diberikan lagi melalui
 persamaan 2
c ; /rror2 eference source not found ; % /rror2 eference source not
found :  /rror2 eference source not found*
yang disebut fungsi batemen. Pada penggambaran secara
semilogaritmik %gambar bagian B* bagian menurun dari kura berbentuk
lurus yang berlangsung se!a!ar dengan bagian proses yang lebih lambat.
Cni umumnya adalah eliminasi. ari bagian kura menurun yang lurus
dapat ditentukan tetapan eliminasi seperti yang di gambarkan dalam
gambar di atas, melalui kemiringan garis lurus, serta melalui garis
ekstrapolasi konsentrasi plasma teori pada waktu t ; (. "ika konsentrasi
 plasma yang diperoleh secara ekstrapolasi dikurangi dengan konsentrasi
yang diperoleh dengan pengukuran, maka di dapat kura absorpsi.

Log c

$onsen-
trasi
 plasma

$ura ini
seperti kura
eliminasi >aktu %t*
umumnya bersifat
Laporan Biofarmasetika P4 8
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

eksponen, artinya kura ini pada gambaran semilogaritmik merupakan


garis lurus %garis yang putus-putus pada gambar diatas*. ari kura
absorpsi dapat ditentukan t 7 untuk absorpsi. pabila terdapat model '
kompartemen dengan kompartemen masukan, diperoleh bentuk kura
seperti yang diberikan pada gambar kura bagian  dan B di atas.
%Mutschler,3AA3*

C. A/at +an Ba-an

L 2
Laporan Biofarmasetika P4 19
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH
PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS

 Labu takar   &entrifuge


 Mikropipet  abung sentrifuge
 abung reaksi  &pektrofotometer 
 /pendroff   $uet
 5ortex mixer 

B<E 2
 &ulfamethoxazol %&MF*   Ea0< (,3 G dan 3(G
 Paracetamol %P6*  <6l HE
 6 )G dan '(G   E %3-naftil* etilendiamin
 EaE0' (,3G dan 3(G (,3G
 sam sulfamat (,) G dan  <eparin
3)G  ikus
<ewan u!i 2 Masing-masing kelompok mendapatkan ' ekor tikus

D. Sk"a K"rja

Para!"ta#/
Pr#!"+ur &"n"ta&an ka+ar Para'"ta#/
3 Pembuatan larutan stok Paracetamol

3((,( mg Paracetamol
Labu takar 3((,( ml
ilarutkan aIuadest panas ad 3((ml

$adar larutan stock Paracetamol 3mg#ml atau 3((( =g#ml


' Pembuatan kura baku internal
<eparin J ')( =l darah J ')( =l lar. stok Paracetamol dibuat kadar
(,3((,'((,1((,4((,)((,H((,?(( =g#ml, dicampur homogen

itambah 6 '(G ',( ml diortexing % sentrifuge 3( menit, ')(( rpm *

iambil supernatan 3,) ml,dimasukkan labu takar 3(,(ml

itambah (,) ml <6l HE dan 3,( ml EaE0 ' 3( G, dicampur % didiamkan 3)K di
tempat dingin %suhu 3) o6* *

itambah mm. &ulfamat 3)G melalui dinding tabung

itambah 1,)ml Ea0< 3(G

ambahkan aIuades sampai tanda batas

ibaca intensitas warna pada  max

ata serapan warna

i buat persamaan garis menggunakan kuadrat kecil y ; bx J a, dihitung nilai r


dari grafik tersebut
1 Pemrosesan sampel darah inio %sebagai blangko*
')( =l darah yang telah ditambah dengan heparin

itambah 6 '(G ',( ml diortexing % sentrifuge 3( menit, ')(( rpm *

iambil supernatan 3,) ml,dimasukkan labu takar 3(,(ml

itambah (,) ml <6l HE dan 3,( ml EaE0 ' 3( G, dicampur % didiamkan 3)K di
tempat dingin %suhu 3) o6 **
itambah mm. &ulfamat 3)G melalui dinding tabung

itambah 1,)ml Ea0< 3(G

ambahkan aIuades sampai tanda batas

ibaca intensitas warna pada  max dengan blangko darah

ata &erapan warna

4 Pembuatan kura baku Paracetamol

Larutan P6 dengan kadar 3(( : ?(( =g#ml

iukur absorbansi pada pan!ang gelombang


maksimum
ibuat kura hubungan absorbansi s kadar 
) Penetapan dosis Parasetamol
icari dosis terapi P6 pada manusia

i tetapkan dosis P6 awal yang diberikan pada tikus


dengan cara dikonersikan dosis terapi pada manusia untuk
u!i tikus

H 8!i Pendahuluan +armakokinetika


isiapkan tikus dan dipuasakan

itimbang beratnya dan diambil darahnya sebagai


 blangko

iberi Paracetamol secara per oral dengan dosis


yang telah ditetapkan

ilakukan pencuplikan darah melalui ena ekor pada


menit ke (,3),1(,H(,A(,3'(,3)(,3@(,'4(,1((

J ',( ml 6 '(G dengan ortexing


isentrifuge %3(K, ')((*
iambil 3,)(ml beningan
Labu takar 3(,( ml
J (,) ml <6L H E
J 3,( ml EaE0' 3( G

idiamkan 3) menit di tempat


dingin 3)o6
J3,( ml asam sulfamat 3)G
melalui dinding labu
J 1,) ml Ea0< 3(G
Jad kan aIuadest
idiamkan ? menit sebagai 0

iukur absorbansi pada max dan ditetapkan kadarnya

E. Data P"n:aatan
; HASIL ABSORBANSI
C#n!"ntra!i)<:=/* a(!#r(an!i
(.334((
$91.099
(.31A((
%9$.199
(.''1((
09$.799
(.1'?((
49%.499
(.4)H((
590.$99
(.)))((
690.899

 Data A(!#r(an!i +#!i! 649:=k: BB anu!ia

$elompok >$8
3) 1( 4) H( A( 3'( 3)( 3@( '3( '4(

3 (.33@( (.'HH( (.3H?( (.3)3( (.13@( (.'3'( (.3?(( (.'(3( (.(A)( (.3()(

' (.'14( (.'??( (.3H1( (.44A( (.34A( (.3H1( (.''(( (.33)( (.()H( (.(@'(

1 (.(H'( (.1(?( (.(?)( (.(?@( (.))3( (.3'A( (.1(@( (.3))( (.1'?( (.3(@(

4 (.3@3( (.3(1( (.1?@( (.(@)( (.3)H( (.4'1( (.'34( (.(A1( (.3?'( (.(HA(

) (.'4@( (.1HH( (.'H'( (.(A?( (.1H1( (.')A( (.3@4( (.1'3( (.(H'( (.(A'(

H (.(@)( (.''?( (.'(?( (.''A( (.'(4( (.3''( (.'@1( (.3)H( (.(H3( (.(?@(

? (.3@4( (.')@( (.3(4( (.3(4( (.(@@( (.'(4( (.'A'( (.331( (.31(( (.'(H(
$//EDE CP$C &/BDC  P/<C8EDE
$/L0MP0$ ',)
/EDE $//E8E B/B/P  C 60/% *,
; merupakan  Max

F. P"r-itun:an

 PARACETAMOL 649 :
3. Perhitungan osis
iketahui 2
 osis P6 pada manusia 2
 $onersi dari manusia ke tikus 2 (.(3@
Maka 2
osis pada manusia ?( kgBB 2
osis pada tikus '(( g 2
osis per $g BB tikus 2

'. Perhitungan Larutan &tock

iketahui 2
 Berat tikus terbesar 2 ')( g
 osis tikus terbesar 2
Maka 2
$onsentrasi larutan stock 2
"umlah P6 yang ditimbang 2

1. Perhitungan Larutan &tock &ebenarnya

iketahui 2
Berat kertas J zat 2 3.44@1 g
Berat kertas J sisa 2 (.4A?A g -
Berat zat 2 (.A)(4 g
entang penimbangan
$onsentrasi Lar. stock &ebenarnya 2

 DATA PENIMBANGAN TIKUS KELOMPOK V


B"rat Tiku! > Tara B"rat Tara B"rat Tiku!
'43.4gram HA gram 3?'.4 gram
'3?.Agram HA gram 34@.Agram
'3@.'gram HA gram 34A.' gram

 P/<C8EDE 50L8M/ P/MB/CE $/L0MP0$ 5


?)( mg#)( $g BBN ?( $g ;3()( mg
8ntuk '(( mg ; (.(3@N3()(mg;3@,A mg
engan 6.&tock mg#ml

DOSIS UNTUK BERAT BADAN ?


 16$.0 3?'.4 N 3@.A ;3H.'A3@ mg
'((

 107.8 34@.A N3@,A ;34.(?3()mg


'((

 108.$ 34A.'N 3@,A ;34.(AA) mg


'((

VOLUME PEMBERIAN
 16$@0 3H.'A3@ ;3.?34ml →3.?( ml

 107.8 34.(?3() ;3.4@ ml →1.50ml


A.)(4
 108.$ 34.(AA) ;3.4@ml →1.50ml
A.)(4

 DERET BAKU Para'"ta#/ )PCT*


- Larutan P6
- Penimbangan P6
$ertas J zat ; (.)A)? g
$ertas J sisa ; (.4A)(g
Fat ; (,3((?g
; 3((.? mg
- $oreksi $adar /rror2 eference source not found;3((.? mg ;
3.((? mg#ml ;3((?=g#ml
3(( ml


D"r"t Baku Para'"ta#/
K#n!"ntra!i P"r-itun:an K#r"k!i ka+ar
9 <:=/ 53. 63 ; 5'. 6' 53. 63 ; 5'. 6'
53. 3((( =g#ml ; )(( =L. ( =g#ml ( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6'
53 ; ( L %Paracetamol * 6' ; ( =g#ml
arah ; )(( =L
199 <:=/ 53. 63 ; 5'. 6' 53. 63 ; 5'. 6'
53. 3((( =g#ml ; )(( =L. 3(( =g#ml )( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6'
53 ; )( =L %Paracetamol * 6' ; 3((,? =g#ml
arah ; 4)( =L
$99 <:=/ 53. 63 ; 5'. 6' 53. 63 ; 5'. 6'
53. 3((( =g#ml ; )(( =L. '(( g#ml 3(( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6'
53 ; 3(( =L %Paracetamol * 6' ; '(3,4 =g#ml
arah ; 4(( =L
%99 <:=/ 53. 63 ; 5'. 6' 53. 63 ; 5'. 6'
53. 3((( =g#ml ; )(( =L. 1(( =g#ml 3)( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6'
53 ; 3)( =L %Paracetamol * 6' ; 1(',3 =g#ml
arah ; 1)( =L
099 <:=/ 53. 63 ; 5'. 6' 53. 63 ; 5'. 6'
53. 3((( =g#ml ; )(( =L. 4(( =g#ml '(( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6'
53 ; '(( =L %Paracetamol * 6' ; 4(',@ =g#ml
arah ; 1(( =L
499 <:=/ 53. 63 ; 5'. 6' 53. 63 ; 5'. 6'
53. 3((( =g#ml ; )(( =L. )(( =g#ml ')( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6'
53 ; ')( =L %Paracetamol * 6' ; )(1,) =g#ml
arah ; ')( =L
599 <:=/ 53. 63 ; 5'. 6' 53. 63 ; 5'. 6'
53. 3((( =g#ml ; )(( =L. H(( =g#ml 1(( =L. 3((? =g#ml ; )((=L. 6'
53 ; 1(( =L %Paracetamol * 6' ; H(4,' =g#ml
arah ; '(( =L
699 <:=/ 53. 63 ; 5'. 6' 53. 63 ; 5'. 6'
53. 3((( =g#ml ; )(( =L. ?(( =g#ml 1)( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6'
53 ; 1)( =L %Paracetamol * 6' ; ?(4,A =g#ml
arah ; 3)( =L

 PERSAMAAN GARIS PARACETAMOL


A(!#r(an!i Baku Para'"ta#/
C#n!"ntra!i)<:=/* a(!#r(an!i
a; %(.33H@3*
$91.099 (.334((  b; (.(((A'
r; (.A@4A1
%9$.199 (.31A((
09$.799 (.''1((
49%.499 (.1'?((
590.$99 (.4)H((
690.899 (.)))((

P"r!aaan Kura Baku@


 ? ( > a
 ? 9@9998$  9@115

 ata bsorbansi Percobaan Paracetamol kelompok ' dan )

Paracetamol kelompok '


waktu
%menit* bsorbansi
3) (.'14(
1( (.'??(
H( (.44A(
A( (.34A(
3'( (.3H1(
3@( (.33)(
'3( (.()H(
'4( (.(@'(

Paracetamol kelompok )
waktu%menit* bsorbansi
3) (.'4@(
4) (.'H'(
A( (.1H1(
3'( (.')A(
3)( (.3@4(
'3( (.(H'(
'4( (.(A'(

 Para"t"r Farak#kin"tik Para'"ta#/

$/L0MP0$ '
 ata bsorbansi $elompok '
waktu bsorban  6p
%menit* si
3) (.'14( 1?A.'
?
1( (.'??( 4').? +ase bsorbsi
H
H( (.44A( H33.?
'
A( (.34A( '@?.1
@
3'( (.3H1( 1('.)
3
3@( (.33)( ')(.H
' +ase /liminasi
'3( (.()H( 3@H.@
1
'4( (.(@'( '34.A
4

 $ura Ln 6p erhadap >aktu


waktu %menit* Ln 6p
3)
).A4
1(
H.()
H(
H.4'
A(
).HH
3'(
).?3
3@(
).)'
'3(
).'1
'4(
).1?

 Perhitungan
+ase /liminasi
waktu
%menit* 6p
3@(   ')(.
H'
'3(   3@H.
@1
'4(   '34.
A4

R":.Lin T V! Ln C&
a;).A3'1)
 b; - (.(('))
r; -(.)''HH(
B; anti ln a ;1HA.)?1H
 b; - $ el ; -%-(.(('))* ; (.(('))#menit

 +ase bsorbsi
waktu  6pr ;Q6p-
%menit* 6p 6pO 6pOQ
3) 1?A.'?' 1)).H))
4 @ '1.H3HH
1( 4').?H3 14'.')A
' 1 @1.)(3A
H( H33.?3H 13H.AH3
) ' 'A4.?))1

eg Lin  5s Ln 6pr 


a; '.)131
 b;(.()4(@
r;(.A@3A(A
 ; anti Ln a ;3'.)HA@
 b;$a
$a;b; -%(.()4(@*;Q(.()4(@Q;(.()4(@ # menit

 PM// +M$0$CE/C$ 
Persamaan $ura ; 6p ; Be  :kt : e : ka t
9.99$44t
?C& ? %58@46%5"   1$.4587" 9.94097t

3. +&/ B&0B&C
$a ;(.()4(@ # menit
86
  ;',@44.)')
;H,(1?.?')
  ;3),)H'.'
  ;31,4@H.)
  ;@,@4@.1)

  ;3H,)A1.A
  ;H,)H3.?)
  ;H,('H.))

 ; ;@4,'A(.3A J

86 otal ;3H(,')3.HA=g menit#ml

'. +&/ C&CB8&C


5d ; ; ;34H@.' ml
tau
5d ; ; ;34A?.Hml
1. +&/ /LCMCE&C
6lirens ; ; ; 1.?44 ml#menit
 7 eliminasi ;(.HA1#k;(.HA1#(.(('));'?3.?Hmenit ;4.)'A !am
$ el ;(.(('))# menit
4.  Max ; ; ; )A.'?1H menit
). 6p Max; 6p ; Be  :kt : e : ka t
; 6p ; 1HA.)?1He -(.((')) x )A.'?1H - 3'.)HA@e -(.()4(@ x)A.'?1H
;13?.?1-(.()(A ;13?.'' =g#ml
$/L0MP0$ )
 ata bsorbansi $elompok )
waktu%menit* bsorbansi 6p
3) (.'4@( 1A4
.43
4(A +&/
4) (.'H'( .)4 B&0B&C
A( (.1H1( )3@
.?4
3'( (.')A( 4(H
.1(
3)( (.3@4( 1')
.''
'3( (.(H'( 3A1 +&/ /LCMCE&C
.1'
'4( (.(A'( '')
.?)
 $ura Ln 6p erhadap >aktu

waktu%menit* Ln 6p
3) ).A
@
4) H.(
'
A( H.'
)
3'( H.(
3
3)( ).?
@
'3( ).'
H
'4( ).4
'
 Perhitungan
 +ase /liminasi
waktu%menit* 6p
3'(   4(H.1
(
3)(   1').'
'
'3(   3A1.1
'
'4(   '').?
)
R":.Lin T V! Ln C&
a;H.H1H
 b; - (.(()H3H
r; -(.A34H)
B; anti ln a ; ?H'.(4(
$ el ; (.(()H#menit
 +ase bsorbsi
waktu  6pr ;Q6p-
%menit* 6p 6pO 6pOQ
3) 1A4.4(@ ?((.3A4 1().?@)H
4) 4(A.)44 )A(.AAH 3@3.4)3?
A( )3@.?1A 4)@.'@1 H(.4)H(

eg Lin  5s Ln 6pr 


a; H.3((1
 b; - (.('3@
r; -(.(AAH
 ; anti Ln a ; 44).AA3)
 b;$a
$a;b; -%- (.('3@*;Q (.('3@Q;(.('3@# menit

 PM// +M$0$CE/C$ 
Persamaan $ura ; 6p ; Be  :kt : e : ka t
?C& ? ?H'.(4(" 9.9945t 44).AA3)" 9.9$17t
3. +&/ B&0B&C
$a ;(.('3@# menit
86
  ;',A)@.(?)
;3',()A.')
  ;'(,@@H.1
;31,@?).H
  ;3(,A?'.@
  ;3),))H.'
  ;H,'@H.()

 ; ; 4(,13'.)J

86 otal ;3'',A(H.??) =g menit#ml

'. +&/ C&CB8&C


5d ; ; ;@?3.?4 ml
tau
5d ; ; ;@?3.?4ml
1. +&/ /LCMCE&C
6lirens ; ; ; 4.@@3? ml#menit
 7 eliminasi ;(.HA1#k;(.HA1# ;3'1.?)mnt;'.(H !am
$ el ;# menit
4.  Max ; ; ; @1.@A menit
). 6p Max ; 6p ; Be  : e : ka t
 :kt

; 6p ; ?H'.(4(" 9.9945 t 44).AA3)" 9.9$17 t


;?H'.(4(" 9.9945 7%.78  44).AA3) " 9.9$17 7%.78

;4?H.43A-?3.H'@@ ;4(4.?A =g#ml


Parameter  P6 kelompok ' P6 kelompok )
+armakokinetik
$ eliminasi (.((')) #menit (.(()H #menit
eliminasisi  7 el 4.)'A !am '.(H !am
6l 1.?44 ml#menit 4.@@3? ml#menit
$ absorbsi (.()4(@ #menit (.('3@ #menit
3#' abs 12.81 menit 13.?A menit
absorbsi  maks )A.'?1H menit @1.@A menit
6p maks 13?.''=g#ml 4(4.?A=g#ml
86 total 3H(,')3.HA %g menit#ml 3'',A(H.??) %g menit#ml
distribusi 5d 34H@.' ml @?3.?4 ml

G. P"(a-a!an

Pada percobaan kali ini merupakan percobaan kelan!utan dari P3, P', dan
P1 yang bertu!uan untuk menetapkan parameter farmakokinetika setelah
 pemberian dosis tunggal pada obat paracetamol. Pemilihan dosis paracetamol
 berdasarkan hasil dari P1 yang paling bagus yaitu untuk paracetamol dosis ?)(
mgyang selan!utnya akan ditentukan parameter farmakokinetiknya.
+armakokinetik seringkali diartikan sebagai perlakuan tubuh terhadap obat yang
ditu!ukan terhadap pergerakan obat masuk ke dalam tubuh, melalui tubuh dan
 pergerakannya keluar dari tubuh.
+armakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib
obat dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya
%M/*. 0bat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian
umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat
ker!a dan menimbulkan efek. $emudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat
diekskresi dari dalam tubuh. &eluruh proses ini disebut dengan proses
farmakokinetika dan ber!alan serentak seperti yang terlihat pada gambar dibawah
ini.
3* bsorpsi
bsrobsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut
kelengkapan dan kecepatan proses tersebut.
'* istribusi
&etelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. &elain
tergantung dari aliran darah, distribusi obat !uga ditentukan oleh sifat fisikokimianya.
istribusi obat dibedakan atas ' fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. istribusi
fase pertama ter!adi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik
misalnya !antung, hati, gin!al, dan otak. &elan!utnya, distribusi fase kedua !auh lebih luas yaitu
mencakup !aringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas misalnya otot, isera, kulit, dan
 !aringan lemak.
istribusi dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat
 berdifusi dan mencapai keseimbangan. era!at ikatan obat dengan protein plasma ditentukan
oleh afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sendiri. Pengikatan obat
oleh protein akan berkurang pada malnutrisi berat karena adanya defisiensi protein.
1* Metabolisme
Metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang ter!adi dalam tubuh
dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah men!adi lebih polar, artinya
lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi
melalui gin!al. &elain itu, pada umumnya obat men!adi inaktif, sehingga metabolisme sangat
 berperan dalam mengakhiri ker!a obat. etapi, pada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih
aktif, atau tidak toksik. da obat yang merupakan calon obat %prodrug* !ustru diaktifkan oleh
enzim metabolisme ini.
Metabolit aktif akan mengalami biotransformasi lebih lan!ut dan atau diekskresi
sehingga ker!anya berakhir. /nzim yang berperan dalam metabolisme obat dapat dibedakan
 berdasarkan letaknya dalam sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum
endoplasma halus %yang pada isolasi in itro membentuk mikrosom*, dan enzim non-
mikrosom. $edua macam enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi !uga
terdapat di sel !aringan lain misalnya gin!al, paru, epitel, saluran cerna, dan plasma.

4* /kskresi
0bat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit
hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. 0bat atau metabolit polar diekskresi lebih
cepat daripada obat larut lemak.
0bat diberikan secara oral pada hewan u!i tikus, baik pada obat
sulfametoxazol maupun paracetamol. Pemberian peroral ini termasuk pemberian
secara ekstraaskuler. imana pemberian ekstraaskuler ter!adi proses absorbsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi.

Para'"ta#/ )PCT*

&truktur 
Paracetamol

Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu


gugus hidroksil dan atomnitrogen dari gugus amida pada posisi para %3,4*.
&enyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan
menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Pada penggunaan per oral
 parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. $adar maksimum dalam
 plasma dicapai dalam waktu 1( menit sampai H( menit setelah pemberian.
Langkah awal pada analisis obat paracetamol yaitu membuat larutan stok
 paracetamol. Pembuatan stok paracetamol menggunakan aIuadest panas sebagai
 pelarutnya. <al ini dikarenakan paracetamol larut dalam air mendidih, sesuai
dengan +armakope Cndonesia ed C5. $emudian dilakukan pembuatan kura baku
dengan konsentrasi (, 3((, '((, 1((, 4((, )((, H((, ?(( Rg#ml, dengan masing-
masing konsentrasi membutuhkan olume darah ')( =l.
Pada percobaan kali ini darah diambil dari ekor tikus, yang banyak terdapat pembuluh
darahnya. $emudian darah ditempatkan pada ependroff yang didalamnya telah ditetesi heparin.
+ungsi dari heparin ini adalah untuk mencegah ter!adinya penggumpalan darah atau sebagai zat
antikoagulan. "ika sampel darah yang diambil mengalami koagulasi atau
menggumpal maka yang akan keluar adalah serum nya, sedang kan yang
digunakan untuk pemeriksaan adalah plasma darah karena obat akan
 berinterak si dengan protein plasma untuk membentuk suatu kompleks
obat-makromolekul yang sering disebut ikatan obat-protein, dengan kata lain maka
 percobaan tidak dapat dilakukan bila darah mengalami penggumpalan.
arah yang telah dimasukkan dalam ependroff sebelumnya ditetesi
dengan heparin terlebih dahulu. <eparin berfungsi sebagai zat antikoagulan.
Mekanisme heparin sebagai zat antikoagulan sama dengan saat analisis obat
sulfametoxazol. Saitu heparin beraksi dengan mengikat anti trombin CCC dan kemudian akan
membentuk kompleks yang memiliki afinitas lebih besar daripada anti trombin CCC
itu sendiri terhadap beberapa faktor pembekuan darah aktif %trombin dan
faktor N atau faktor stuart power*. <eparin !uga dapat meng-inaktiasi faktor 
5CCCa#<D dan mencegah terbentuknya fibrin yang stabil. 0leh karena itu
heparin akan mempercepat ter!adinya inaktiasi faktor pembekuan darah.
$emudian ditambah dengan 6 '(G sebanyak ',(ml dan dicampur hingga
homogen pada alat ortexing. 6 berfungsi sebagai senyawa yang dapat menghentikan ker!a
enzim yang dapat memetabolisme obat sekaligus akan menyebabkan
denaturasi protein plasma. $emudian dimasukkan kedalam alat sentrifuge
untuk mengendapkan darah dan didapatkan plasmanya. 6 yang tadi
ditambahkan akan mengikat protein dan mengendapkannya saat sentrifugasi
sehingga keberadaan protein tidak mengganggu pembacaan absorbansi. /ndapan
akan terpisah pada bagian bawah dan pada supernatan terdapat cairan bening
yaitu plasma darah. $emudian supernatannya diambil 3,) ml tanpa
endapannya dan dimasukkan ke dalam labu takar 3(,(ml. Pengambilan
supernatan tanpa endapannya ini dilakukan dengan tu!uan untuk
mengambil obat yang bebas dari protein plasma karena obat yang terikat pada
 protein plasma tidak akan aktif secara farmakologik sehingga tidak memiliki efek
terapeutik atau dengan kata lain akan dapat menyebabkan data hasil pengamatan tidak alid.
&etelah itu ditambahkan <6l HE sebanyak (,)ml. Penambahan <6l ini dimaksudkan
untuk memberikan suasana asam dalam pembentukan reaksi diazotasi. &erta ditambahkan
kedalamnya EaE0' 3(G sebanyak 3,(ml. Penambahan <6l dan EaE0' akan membentuk
reaksi diazotasi yang tidak tahan terhadap suhu kamar. $arena pada suhu kamar garam
diazonium akan dengan mudah terdegradasi men!adi senyawa fenol dan gas nitrogen. 0leh
sebab itu, perlu dilakukan perendaman selama 3) menit ditempat dingin atau pada suhu 3) o6.
6ara yang dilakukan untuk memperoleh suhu 3) o6 yaitu dengan merendam pada air yang
telah ditambahkan es batu kedalamnya. u!uan penambahan <6l dan EaE0' secara
 bersamaan adalah untuk mendapatkan <E0' dengan mudah.
$emudian ditambahkan 3ml asam sulfamat 3)G melalui dinding tabung. u!uan dari
 perlakuan ini adalah menghilangkan <E0' yang berlebih. eaksinya sebagai berikut 2

sam sulfamat yang ditambahkan !uga akan menghilangkan gas E' secara perlahan dengan
diberikan getaran ultrasonik pada larutan. Das E' hilang ditandai dengan berkurangnya
gelembung gas yang terbentuk. pabila gas E' ini tidak hilang, maka akan mengganggu
 pengukuran absorbansi. $emudian ditambahkan Ea0< 3(G sebanyak 1,)ml kedalamnya. <al
ini bertu!uan untuk memperpan!ang gugus kromofor sehingga warna yang terbentuk semakin
 !elas dan dapat terbaca absorbansinya dengan alid.
&etelah didapat nilai 6p digunakan untuk perhitungan 6pr dan selan!utnya digunakan
untuk menentukan t3#' eliminasi, 5d, 86, tmax, dan kliren serta 6p max. Parameter 
farmakokinetik untuk mengka!i kinetika absorbsi digunakan tetapan kecepatan absorbsi %$a*
yang dipengaruhi adanya pergerakan di saluran cerna, aliran darah ke tempat absorbsi dan luas
 permukaan dinding usus. Lalu fraksi obat yang diabsorbsi %+* dan 86 yang menggambarkan
 banyaknya obat yang masuk dalam sirkulasi sistemik.
Parameter +ase bsorbsi
Sang termasuk dalam parameter farmakokinetik fase absobsi adalah +,
$a, 86, 6p maks dan t maks.
a. Eilai + yaitu menggambarkan fraksi obat yang terabsorbsi secara sistemik.
8ntuk sediaan per oral umumnya didapat nilai + sebesar @(G atau (.@.
 b. $a adalah tetapan yang menggambarkan kecepatan absorpsi obat , yakni
masuknya obat ke dalam sirkulasi sistemik dari absorpsinya %saluran cerna
 pada pemberian oral, !aringan otot pada pemberian intramuskuler, dsb*. Bila
ter!adi hambatan dalam proses absorpsi, akan didapatkan nilai $a yang lebih
kecil. Eilai $a untuk P6 kelompok ' ; (.()4(@# menit dan P6 kelompok
(.('3@#menit.
c. 86 %rea 8nder 6ura* menggambarkan ukuran dari !umlah total obat
aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. 86 total P6 kelompok '
3H(,')3.HA =g.menit#ml dan P6 kelompok ) ; 3'',A(H.??) =g.menit#ml .
Luas daerah di bawah kura %86*, merupakan total area di bawah kura
konsentrasi s waktu yang menggambarkan perkiraan !umlah obat yang
 berada dalam sirkulasi sistemik. Bila membandingkan suatu formulasi untuk
acuan, parameter ini menggambarkan !umlah ketersediaan hayati dan biasa
digunakan sebagai perkiraan kasar !umlah obat diabsorbsi
d. tmax didapatkan untuk P6 kelompok ' adalah )A.'? menit, sementara P6
kelompok ) sebesar @1.@A menit. rtinya pada menit ke H(-A( menit setelah
 pemberian obat, kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai puncak.
 berdasarkan literature t max parasetamol 1(-H( menit%$atzung* artinya dari
hasil percobaan untuk tmax paracetamol sesuai teori untuk percobaan P6
kelompok '. &ementara kelompok ) tidak memenuhi literature. >aktu untuk
konsentrasi puncak %tmax* menggambarkan lamanya waktu tersedia untuk
mencapai konsentrasi puncak dari obat sirkulasi sistemik, dengan rumus
tmax; Parameter ini tergantung pada konstanta absorbsi yang
menggambarkan permulaan dari leel puncak dari respon biologis dan bisa
digunakan sebagai perkiraan kasar untuk la!u absorbsi,tmax ini tidak
 bergantung pada dosis. maks yaitu nilai yang menun!ukkan kapan kadar 
obat dalam sirkulasi sistemik mencapai puncak.
e. $adar puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah#serum#plasma.
6p max ini umumnya !uga digunakan sebagai tolok ukur, apakah dosis yang
diberikan cenderung memberikan efek toksik atau tidak. osis dikatakan
aman apabila kadar puncak obat tidak melebihi kadar toksik minimal %$M*.
6p maks P6 $elompok ' ; 13?.''=g#ml dan P6 $elompok ) ;
4(4.?A=g#ml. ari eori Pracetamol 6max )4 T 3(.3? dari data dikatakan
 !ika 6p Maks kedua kelompok melampaui teori.

Parameter +ase istribusi


Sang termasuk dalam parameter farmakokinetik fase absobsi adalah 5d .
5d merupakan olume distribusi, menggambarkan banyaknya cairan tubuh
yang terdistribusi obat selain itu 5 menggambarkan suatu factor yang harus
diperhitungkan dalam memperhatikan !umlah obat dalam tubuh dari
konsentrasi obat yang ditemukan dalam kompartemen cuplikan. 5olume
distribusi disebut !uga sebagai olume dimana obat terlarut. Pada model
kompartemen satu terbuka /5,distribusi berlangsung sangat cepat sehingga
sering diabaikan. . <arga 5d tergantung dari kecepatan aliran darah pada
 !aringan, kelarutan obat dalam tubuh, koefisien partisi yang mempengaruhi
kelarutan obat dalam lipid. Vd obat penng untuk menentukan regimen dosis
obat yang dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. 5d

menun!ukkan kepada olume hipotesis cairan yubuh tempat obat di


distribusikan.5d merupakan konstanta proporsi yang menghubungkan !umlah
obat dalam tubuh dengan kadarnya dalam serum. PC !elompok 2 "1#$8.2 ml
dan PC !elompok 2 " 8%1.%# ml.
ari eori dapat dilihat !ika nilai 5d praktikum tidak sesuai dengan teori 5d dilihat
 pada tabel diatas.
Parameter +ase /liminasi
ari konsentrasi P6 dalam plasma diperoleh fase /liminasi yaitu dari
menit ke 3)( hingga '4( yang termasuk dalam parameter farmakokinetik fase
eliminasi adalah t3#' , $el, dan 6l.
a. t7 eliminasi yang didapat untuk P6 $elompok ' adalah 4.) !am dan P6

$elompok ) adalah '.(H "am, berdasarkan literatur t7 untuk parasetamol 3-4


 !am %tan <oan*,berarti dari hasil yang didapat tidak memenuhi rentang untuk
kelompok ' . &aktu paruh ' t ( ) menyatakan *aktu yang diperlukan oleh
se+umlah obat untuk berkurang men+adi separuhnya.  /liminasi dipengaruhi oleh

 proses metabolisme dan ekskresi. t7 ini ditentukan oleh (,HA1#$ el.


 b. $ el ini sama dengan kemiringan bagian terminal log alamiah kadar serum
linier terhadap kura waktu. t7 tergantung pada 5d dan 6l %klirens*. $ el
P6 ' ; (.(('))#menit dan $ el P6 ) ; (.(()H#menit
c. $lirens obat %6l* adalah ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa
mempermasalahkan mekanisme prosesnya, dan !uga ditakrifkan sebagai
olume cairan %yang mengandung obat* yang dibersihkan dari obat persatuan
waktu. $lirens merupakan olume cairan yang mengandung obat, yang
dibersihkan dari obat per satuan waktu.   Eilai klirens# 6l diperoleh dari
 persamaan 6l;. o merupakan dosis obat yang diberikan. &ementara nilai
86 diperoleh dengan metode trapezoid. ari percobaan didapat nilai
klirens P6 kelompok 1.?4 ml#menit dan kelompok ) yakni 4.@A ml#menit.

ari data didapatkan !ika 6l dari kedua kelompok tidak sesuai dengan 6l teori.
ari keseluruhan Parameter, hasil yang diperoleh dari kelompok kami sesuai
dengan tabel di atas dimana dibandingkan literatur ini menun!ukkan ada parameter 
yang hasilnya mendekati namun ada pula parameter yang hasilnya kurang sesuai
kemungkinan disebabkan dari faktor-faktor tertentu.
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai parameter farmakokinetik tidak
sesuai dengan literatur, salah satunya adalah kondisi fisiologis hewan u!i, dimana
 peneliti tidak bisa mengontrol apa yang ter!adi selama per!alanan obat didalam tubuh
hewan u!i. +aktor stress yang dialami hewan u!i !uga menentukan kualitas darah yang
diambil.

<. $esimpulan
3. Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara
matematis dari model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan
atau metabolitnya di dalam darah, urin, atau cairan hayati lainnya.
'. <asil nilai parameter farmakokinetik dari P6 kelompok ' dan ) adalah
sebagai berikut 2
Parameter  P6 kelompok ' P6 kelompok )
+armakokinetik
$ eliminasi (.((')) #menit (.(()H #menit
eliminasisi  7 el 4.)'A !am '.(H !am
6l 1.?44 ml#menit 4.@@3 ml#menit
$ absorbs (.()4(@ #menit (.('3@ #menit
3#' abs 12.81 menit 13.?A menit
absorbsi  maks )A.'?1H menit menit
6p maks g#ml =g#ml
86 total 3H(,')3.HA %g menit#ml 3'',A(H.??) %g menit#ml
distribusi 5d 34H@.' ml @?3.?4 ml

C. Datar Pu!taka

nief. '(('.  !er"alanan Dan #asib $bat Dalam Badan . SogyakartaU8DM


Press.
Mutschler, /rnst.3AA3. Dinamika $bat . /disi kelima. Bandung 2 CB.
&hargel, L dan ndrew B.6.S8. '(().  Biofarmasetika dan Farmakokinetika
%erapan edisi && . &urabaya 2 irlangga 8niersity Press.

nonim, 3AA). Farmakope &ndonesia edisi &' . "akarta2 epkes C.


 Farmakologi dan %erapi ,
'((?. "akarta 2 epartemen farmakologi dan erapi
+akultas $edokteran 8niersitas Cndonesia.
itschel, >. dkk. andbook of Basic !harmacochinetic : &ncluding linical 
 *plication8&2merican Pharmaceutical ssociation, publishby
mer Pharmacist ssn.
>ahyono, !oko. '((A. 8!i $etersediaan <ayati ablet Parasetamol dan
ablet eofilin pada $elinci.  +,-#*. &./, K0F*-/*1&*# 
 &#D$#01&*. Sogyakarta2 8DM.
&etiya, niek. '((A. Pengaruh &irkadian Pada +armakokinetik &ulfametoksazol 0ral engan
ata arah $elinci. Ma!alah +armasi. &urabaya2 irlangga.

.
LMPCE PC$/
3. Pembuatan sam trikloroasetat %6* '(G sebanyak )(mL

6ara pembuatan2
a. itimbang asam trikloroasetat )g, dimasukkan dalam beaker glass
 b. ilarutkan dengan aIuadest, diad kan hingga )(mL

'. Pembuatan Ea.Eitrit 3(G sebanyak )(mL

6ara pembuatan2
a. itimbang Ea. Eitrit 3(g, dimasukkan dalam beaker glass
 b. ilarutkan dengan aIuadest, diad kan hingga )(mL

1. Pembuatan sam sulfamat 3)G sebanyak )(mL

6ara pembuatan2
a. itimbang asam sulfamat ?,)g, dimasukkan dalam beaker glass
 b. ilarutkan dengan aIuadest, diad kan hingga )(mL

4. Pereaksi rinder 

+ecl1 ; @g
<g6l ; @g
<6l%p* ; '4mL
Iuadest ad '((mL
6ara pembuatan2
a. itimbang +e6l1 @g, <g6l @g dimasukkan dalam beaker glass
 b. itambah dengan <6l pekat '4mL, diad kan hingga '((mL
). <6l HE

6ara pembuatan2
a. itimbang <6l '3,H'mL, dimasukkan dalam beaker glass
 b. ilarutkan dengan aIuadest, diad kan hingga )(mL

H. Ea0< 3(G sebanyak )(mL

6ara pembuatan2
a. itimbang Ea0< 3(g, dimasukkan dalam beaker glass
 b. ilarutkan dengan aIuadest, diad kan hingga )(mL
Mengetahui, &emarang, 0ktober '(3)
osen Pengampu
Praktikan

Sustisia ian, &.+arm., pt.


 Eur ochmah
%3(4313333H*

 Eurul <anifah
%3(4313333A**

Pegia Marti
%3(431333''*

achmat Meidy tma!a


%3(431333'@*

 Eadia Eur risky


%3(434333?H*

Anda mungkin juga menyukai