Jatuh Tegangan Tga PDF
Jatuh Tegangan Tga PDF
OLEH :
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
ABSTRAK
Sistem distribusi adalah sistem tenaga listrik yang menyalurkan energi listrik
dengan tegangan rendah. Dimana dalam penyaluran energi listrik diperlukan jarak
yang cukup jauh dari GI (Gardu Induk) untuk sampai pada konsumen atau
pelanggan, ditambah dengan dalam penyalurannya diperlukan arus yang cukup besar,
sehingga terdapat regulasi tegangan yang cukup besar sepanjang saluran sampai
jaraknya cukup jauh dari GI (Gardu Induk) sehingga terjadi tegangan jatuh (drop
voltage) yang sampai pada sisi primer transformator distribusi lebih dari yang
diijinkan. Oleh sebab itu diperlukan penataan ulang dari segi panjang saluran sistem
Pada tugas akhir ini akan membahas pengaruh panjang saluran distribusi
primer terhadap tegangan jatuh dan rugi-rugi daya yang dimulai dari GI (Gardu
Induk) Paya Geli sampai pada transformator distribusi pada PT.PLN (Rayon Medan
Kota). Dan untuk tegangan jatuh pada saluran distribusi primer lebih dari yang
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kasih karunia, pengetahuan, dan tuntunannya selama Penulis melaksanakan studi
hingga terselesaikannya tugas akhir ini
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat bagi Penulis untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara.
Adapun judul tugas akhir ini adalah :
Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian tugas akhir ini, Penulis
banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan penuh ketulusan hati, Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Orangtua tercinta, baik yang telah Tuhan panggil yaitu Ir.T.R. Bangun dan
yang masih tetap bersama Penulis hingga saat ini yaitu Ir.L. br Sembiring
yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan doa yang tak henti-
hentinya selama hidup Penulis.
2. Kakakku dr.Trisna Dewi br Bangun, abangku Morgan Bangun,S.P, dan
Mahabrata Bangun,S.T yang selalu memberikan dukungan dan cinta yang
tulus selalu.
3. Bapak Prof.Dr.Ir.Usman Baafai selaku Ketua Departemen Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Rahmad Fauzi,ST,MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro,
Fakultas Teknik , Universitas Sumatera Utara.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
5. Bapak Ir.Panusur SML. Tobing selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah
meluangkan waktu dan tempat untuk membimbing dan membantu Penulis
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Bapak Ir.Sumantri Zulkarnain selaku Dosen Wali Penulis selama
menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara yang juga banyak
memberi inspirasi, masukan dan dorongan spiritual kepada Penulis dalam
menyelesaikan studi di Departemen Teknik Elektro FT-USU.
7. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU
yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu.
8. Bapak Kasman Goci selaku Manajer SDM dan Organisasi PT.PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara yang memberikan ijin kepada Penulis untuk
mengadakan riset di PT.PLN (Persero) Rayon Medan Kota.
9. Bapak Ferry selaku mentor Penulis di PT.PLN (Persero) Rayon Medan Kota
yang memberikan bantuan berupa data-data yang dibutuhkan dalam tugas
akhir, selama pengerjaan tugas akhir berlangsung.
10. Teman satu kelompokku di UKM KMK UP FT-USU, B’Teta, B’Mue,
K’Marta, Roy, Budi, Christina, dan Lemuel.
11. Semua rekan-rekan di Fakultas Teknik Elektro USU terutama angkatan 2005
yang telah banyak memberi masukan dan arahan dalam hidup dan
perkuliahan Penulis.
12. Teman yang telah memberi banyak masukan kepada Penulis selama penulis
kuliah yaitu K’Hana, Kristina, dan Icha.
13. Teman-teman di UKM UP FT-USU dan teman-teman yang lainnya yang
tidak dapat Penulis sebut satu per satu, yang membantu Penulis selama dalam
perkuliahan.
14. Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu per satu, Penulis mengucapkan
terimakasih banyak.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan isi dan analisa yang disajikan. Akhir kata, semoga tulisan ini
bermanfaat bagi Pembaca.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................................................................ i
Kata Pengantar..................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. v
Daftar Tabel......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
Pemakai ............................................................................. 17
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
III.3.1 Rugi Tembaga ( Pcu ) ........................................................ 39
Primer Transformator......................................................... 55
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
IV.2.2 Perhitungan Resistansi Dan Induktansi Keseluruhan
Primer ................................................................................ 56
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Tersendiri ...................................................................................... 17
Gambar 2.9 Penggunaan Satu Gardu Distribusi Untuk Sejumlah Pemakai ........ 18
Gambar 2.12 (b) Skema Gardu Distribusi Dengan Dua Transformator .............. 22
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Keadaan Tanpa Beban ................................................................... 33
Gambar 3.3 Gambar Vektor Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban ....... 34
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.2 Data Saluran Penyulang G.I Paya Geli (Rayon Medan Kota) ............. 60
Tabel 4.3 Data Hasil Ukur Transformator Distribusi (Rayon Medan Kota)
Tabel 4.4 Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Saluran Distribusi Primer
Tabel 4.5 Data Tranformator Yang Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer
Tabel 4.6 Hasil Analisa Daya Input Dan Output, Rugi-Rugi Daya Dan
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini
mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik. Kerugian
tersebut disebabkan oleh saluran yang cukup panjang. Sehingga dalam penyaluran
daya listrik melalui transmisi maupun distribusi akan mengalami tegangan jatuh
Ditinjau dari segi panjang saluran distribusi dari gardu induk menuju
juga menyebabkan tegangan jatuh yang cukup besar. Selain tegangan jatuh yang
yang diijinkan dan kelangsungan pelayanan listrik sehingga muncul optimasi pada
Pada tugas akhir ini metode yang dipakai adalah dengan menganalisa dan
menghitung nilai losses dan tegangan jatuh (drop voltage) pada suatu feeder. Lalu
Maka untuk mendapatkan tegangan jatuh yang cukup kecil dan sesuai dengan yang
diijinkan PLN, diperlukan suatu jarak yang sesuai dalam penempatan transformator
distribusi.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
I.2 TUJUAN PENULISAN
tegangan jatuh pada saluran distribusi, dan salah satu cara mengurangi
penempatan transformator.
jatuh pada saluran distribusi primer tidak terlalu besar dan sesuai dengan yang
Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai dengan yang diharapkan
serta terarah pada judul dan bidang yang telah disebutkan diatas, maka
2. Tegangan jatuh yang dibahas hanya pada saluran GI. Paya Geli
sekunder.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
I.4 METODE PENULISAN
1. Studi literatur
akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau
lain.
2. Studi lapangan
3. Studi bimbingan
yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini dengan
BAB I PENDAHULUAN
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
BAB II SISTEM DISTRIBUSI
SISTEM DISTRIBUSI
umum, sistem tiga phasa, daya dalam sistem tiga phasa, aplikasinya
distribusi.
rugi-rugi daya pada saluran distribusi primer dari GI. Paya Geli
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
BAB V PENUTUP
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
BAB II
SISTEM DISTRIBUSI
II.1 UMUM
PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dan yang lainnya, dengan tegangan
yang pada umumnya merupakan tegangan menengah (TM) 6, 11, 20 kV. Pada
umumnya pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pengguna tenaga listrik,
penggunaan tegangan tinggi (TT) yaitu 70 kV, 150 kV, atau tegangan ekstra tinggi
(TET) yaitu 500 kV untuk Jawa dan 275 kV untuk Sumut. Tegangan yang lebih
antara lain penggunaan penampang penghantar menjadi efisien, karena arus yang
dapat merupakan suatu daerah industri atau suatu kota. Tegangan melalui gardu
induk (GI) diturunkan menjadi tegangan menengah (TM) 20kV. Setiap gardu induk
(GI) sesungguhnya merupakan pusat beban untuk suatu daerah pelanggan tertentu,
pusat-pusat listrik harus selalu berubah. Perubahan daya yang dilakukan di pusat
pembangkit ini bertujuan untuk mempertahankan tenaga listrik tetap pada frekuensi
50Hz. Proses perubahan ini dikoordinasikan dengan pusat pengaturan beban (P3B).
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Tegangan menengah dari gardu induk (GI) ini melalui saluran distribusi
menengah (TM). Dari saluran distribusi primer, tegangan menegah (TM) diturunkan
menjadi tegangan rendah (TR) 220V/380 V melalui gardu distribusi (GD). Tegangan
rendah dari gardu distribusi disalurkan melalui saluran tegangan rendah ke konsumen
tegangan rendah.
Pada Gambar 2.1 terlihat jelas bahwa arah mengalirnya enegi listrik berawal
dari pusat tenaga listrik melalui saluran-saluran transmisi dan distribusi dan sampai
TR = Tegangan Rendah
TM = Tegangan Menengah
TT = Tegangan Tinggi
GI = Gardu Induk
GD = Gardu Distribusi
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Pembangkit Listrik
TM Pembangkit
Transformator
GI
Penaik
Transformator
GI
Penurun
Saluran Distribusi
Ke Pemakai TM Ke GD Primer
TM
GD
Saluran Distribusi
Sekunder
TR
kWH meter
Utilisasi
Instalasi Pemakai TR
1. Sistem Radial
2. Sistem Lup
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
3. Sistem Jaringan Primer
4. Sistem Spindel
untuk menghubungkan gardu induk sebagai suplai tenaga listrik dengan gardu-gardu
Sistem Radial merupakan sitem yang paling sederhana dan paling banyak
dipakai, terdiri atas fider (feeders) atau rangkaian tersendiri, yang seolah-olah keluar
dari suatu sumber atau wilayah tertentu secara radial. Fider itu dapat juga dianggap
sebagai terdiri atas suatu bagian utama dari mana saluran samping atau lateral lain
pada Gambar 2.2. Saluran samping sering disambung pada fider dengan sekring
(fuse). Dengan demikian maka gangguan pada saluran samping tidak akan
mengganggu seluruh fider. Bilamana sekring itu tidak bekerja atau terdapat
gangguan pada fider, proteksi pada saklar daya di gardu induk akan bekerja, dan
seluruh fider akan kehilangan energi. Pemasokan pada rumah sakit atau pemakai
vital lain tidak boleh mengalami gangguan yang berlangsung lama. Dalam hal
demikian, satu fider tambahan disediakan, yang menyediakan suatu sumber penyedia
energi alternatif. Hal ini dilakukan dengan suatu saklar pindah, sebagaimana terlihat
pada Gambar 2.3. Saklar pindah itu dapat juga bekerja secara otomatis. Bila tegangan
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
GD
GD
GD
SALURAN SAMPING
GD SALURAN SAMPING
GI
SALURAN UTAMA
SALURAN SAMPING
SALURAN UTAMA GD
GD
GD
GI = Gardu Induk
GD = Gardu Distribusi
Saluran Operasional
Saluran Alternatif
GD
SAKLAR PINDAH
GD : Gardu Distribusi
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
II.2.2 Sistem Lup
Suatu cara lain guna mengurangi lama interupsi daya yang disebabkan
gangguan adalah dengan mendesain fider sebagai lup (loop) dengan menyambung
kedua ujung saluran. Hal ini mengakibatkan bahwa suatu pemakai dapat memperoleh
pasokan energi dari dua arah. Bilamana pasokan dari salah satu arah terganggu,
pemakai itu akan disambung pada pasokan arah lainnya. Kapasitas cadangan yang
cukup besar harus tersedia pada tiap fider. Sistem lup dapat dioperasikan secara
pemisah (disconnectors), dan kedua ujung fider tersambung pada sumber energi.
Pada suatu tempat tertentu pada fider, alat pemisah sengaja dibiarkan dalam keadaan
terbuka. Pada asasnya, sistem ini terdiri atas dua fider yang dipisahkan oleh suatu
pemisah, yang dapat berupa sekring, alat pemisah, saklar daya. Terlihat pada Gambar
2.4. bila terjadi gangguan, bagian saluran dari fider yang terganggu dapat dilepas dan
dioperasikan secara manual dan dipakai pada jaringan yang relatif kecil.
kehandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat dipasok dalam satu
gardu induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain tetapi harus dalam satu sistem
di sisi tegangan tinggi, karena hal ini diperlukan untuk manuver beban pada saat
terjadi gangguan.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
GD GD
GI
SD 1
SD 2
GD GD
Pada sistem lup tertutup pada Gambar 2.5 diperoleh suatu tingkat keandalan
yang lebih tinggi. Pada sistem ini alat-alat pemisah biasanya berupa saklar daya yang
lebih mahal. Saklar-saklar daya itu digerakkan oleh relai yang membuka saklar daya
pada tiap ujung dari bagian saluran yang terganggu, sehingga bagian fider yang
tersisa tetap berada dalam keadaan berenergi. Pengoperasian relai yang baik
daya. Kawat pilot ini cukup mahal untuk dipasang dan dioperasikan. Kadang-kadang
rangkaian telepon yang disewa dapat dipakai sebagai pengganti kawat pilot.
Sistem lup tertutup ini layak digunakan untuk jaringan yang dipasok dari satu
gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang lebih rumit biasanya menggunakan
rele arah (bidirectional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang lebih tinggi
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
GD GD
GI
SD SD SD
SD SD
GD GD
SD = Saklar Daya
GI = Gardu Induk
GD = Gardu Distribusi
tertentu sistem jaringan primer lebih murah dan lebih handal daripada sistem radial,
secara relatif tidak banyak sistem jaringan primer yang kini dioperasikan. Sistem ini
terbentuk dengan menyambung saluran-saluran utama atau fider yang terdapat pada
sistem radial sehingga merupakan suatu kisi-kisi atau jaringan terlihat pada Gambar
2.6. Kisi-kisi ini diisi dari beberapa sumber atau gardu induk. Sebuah saklar daya
antara transformator dan jaringan yang dikendalikan oleh relai-relai arus balik
relays), melindungi jaringan terhadap terjadinya arus-arus gangguan bila hal ini
terjadi pada sisi pengisian dari gardu induk. Bagian-bagian jaringan yang terganggu
SD = Saklar Daya
GI = Gardu Induk
GD = Gardu Distribusi
GI
GD GD
SD SD SD SD
GD SD
GD GD GD GI
GD
GD GD
GD
GD
GD
GD
SD SD SD SD SD
GI
Terutama di kota yang besar, terdapat suatu jenis gardu tertentu, yang tidak
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
pada umumnya menghubungkan dua atau lebih bagian jaringan primer kota itu.
Dapat pula terjadi bahwa pada suatu GH terdapat sebuah transformator pengatur
tegangan. Karena besar kota itu, kabel-kabel tegangan menengah (TM) mengalami
terlampau banyak turun tegangan. Tegangan yang agak rendah ini dinaikkan kembali
dengan bantuan transformator pengatur tegangan. Dapat juga terjadi bahwa pada GH,
S A S
S2
S1 B
GI GI
GD GD
S1
B S2
GD GD GD
S2
S1 B
GD GD
S1 S2
B
GD GD
Rel GI 1 Rel GI 2
Atau GH 1 Atau GH 2
Gambar 2.7. Skema Prinsip Sistem Spindel
S = Saklar
GI = Gardu Induk
GH = Gardu Hubung
GD = Gardu Distribusi
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Gambar 2.7 merupakan skema prinsip dari sistem spindel. Spindel ini
menghubungi rel dari satu Gardu Induk (GI) atau Gardu Hubung (GH) dengan rel
dari Gardu Induk (GI) atau Gardu Hubung (GH) lain. Keistimewaannya adalah
bahwa selain kabel-kabel, atau fider, yang mengisi beberapa buah GD, terdapat satu
kabel (kabel A pada Gambar 2.7), yang tidak mendapat beban GD. Kabel A ini selalu
pengisian hanya dari salah satu GI (atau GH). Bilamana salah satu kabel B atau salah
Sistem ini banyak dipakai di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Sistem ini memberi keandalan operasi yang cukup tinggi dengan investasi tambahan
berupa kabel A yang relatif rendah. Bilamana kabel A terganggu maka saklar S akan
bekerja, dan sistem spindel ini sementara akan bekerja sebagai suatu sistem “biasa”.
kehandalan pelayanan dan regulasi tegangan. Sistem sekunder dapat terdiri atas
3. Bangking Sekunder
4. Jaringan Sekunder
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
II.3.1 Pelayanan Dengan Transformator Tersendiri
agak besar atau bila para pemakai terletak agak berjauhan terutama di daerah luar
kota, sehingga saluran tegangan rendahnya akan menjadi terlampau panjang. Skema
TM
Saklar Daya
Atau
Sekring
GD
TR
Pemakai
TM = Tegangan Menengah
TR = Tegangan Rendah
GD = Gardu Distribusi
Sistem ini memperhatikan beban dan keperluan pemakai yang berbeda-beda sifatnya.
Gambar 2.9 memperlihatkan situasi ini. Di Indonesia sistem ini banyak dipakai.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
TM
GD GD
Isolator
Pemisah
Saklar Daya Saklar Daya
Atau Atau
Sekring Sekring
TR
Pemakai
TM = Tegangan Menengah
TR = Tegangan Rendah
GD = Gardu Distribusi
rendah ini. Transformator-transformator diisi dari satu sumber energi. Hal ini disebut
Antara transformator dan saluran sekunder biasanya terdapat sekring atau saklar daya
otomatik guna melepaskan transformator dari saluran tegangan rendah bila terdapat
gangguan pada transformator. Dapat juga dipasang sekring antara seksi-seksi pada
saluran tegangan rendah. Lihat pada Gambar 2.10. Kelebihan sistem ini dianggap
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
dapat memberikan pelayanan yang tidak terganggu dalam waktu begitu lama. Di lain
pihak bilamana salah satu transformator terganggu, beban tambahan yang harus
turut terganggu.
TM
GD GD
Pembatas
Saklar Daya Saklar Daya
Atau Atau
Sekring Sekring
TR
Pemakai
TM = Tegangan Menengah
TR = Tegangan Rendah
GD = Gardu Distribusi
Suatu jaringan tegangan rendah yang agak besar diisi oleh beberapa
transformator, yang pada gilirannya diisi oleh dua sumber energi atau lebih. Jaringan
tegangan rendah ini melayani suatu jumlah pemakai yang cukup besar. Hal ini
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Sistem jaringan sekunder yang baik pada saat ini memberikan taraf keandalan
pada jaringan tegangan rendah di daerah dengan kepadatan beban yang tinggi,
ini dipandang diperlukan. Pada keadaan tertentu dapat terjadi bahwa satu pelanggan
tunggal mendapat penyediaan tenaga listrik dengan jenis sistem ini yang dikenal
tegangan rendah dari gardu-gardu transformator yang diisi oleh dua atau lebih fider
tegangan menengah. Pada sisi tegangan rendah gardu distribusi terdapat saklar daya
yang dioperasikan secara otomatik dan dikenal dengan nama proteksi otomatik. Lihat
Gambar 2.11. Proteksi ini akan melepaskan transformator dari jaringan sekunder
bilamana pengisian primer hilang tegangan. Hal ini akan menghindari suatu arus
balik dari sisi tegangan rendah ke sisi tegangan menengah. Saklar daya didukung
oleh sebuah sekring sehingga, bilamana proteksi otomatik gagal, sekring akan
Jumlah pengisi primer pada sisi tegangan menengah adalah penting. Bila
misalnya ada hanya dua fider, dapat terjadi bahwa satu fider terganggu, maka akan
perlu adanya kapasitas cadangan transformator yang cukup agar sistem yang masih
bekerja tidak mengalami kelebihan beban. Jenis jaringan ini sering dinamakan
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
GD GD
PO PO
SEKRING SEKRING
TR
GD GD
PO PO
SEKRING SEKRING
TR
TM TM
GD = Gardu Distribusi
PO = Proteksi Otomatik
TM = Tegangan Menengah
atau lebih fider, sehingga bilamana salah satu fider primer terganggu, sisa jaringan
sekunder akan dapat dengan mudah menampung beban dari fider yang terganggu itu.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
pembagian beban dan pengaturan tegangan (voltage regulation) yang baik pada
semua transformator, juga dalam keadaan salah satu pengisi tegangan menengah
terganggu.
rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di dalam sebuah gardu distribusi
akan “masuk” saluran tegangan menengah, dan “keluar” saluran tegangan rendah.
P TR
TM
S S
TD P TR
TM TR
P
S S
P
S TD
TR
P P
TR
S
TM P
S S P TR
TD P
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Keterangan Gambar 2.12 (a) dan (b) :
TD = Transformator Distribusi
TM = Tegangan Menengah
TR = Tegangan Rendah
pada Gambar 2.12 (a). Kabel tegangan menengah memasuki gardu dan melalui
sebuah saklar atau pemisah dihubungkan pada transformator. Saklar atau pemisah
pada sisi tegangan rendah sering tidak terpasang, dan langsung disambungkan pada
Gardu distribusi yang lebih besar dapat berisi dua transformator sebagaimana
terlihat pada Gambar 2.12 (b). Pada sisi tegangan menengah terdapat kabel “masuk”
dan kabel “keluar”. Hal demikian diperlukan bila gardu tidak berada di ujung kabel,
dan itu terjadi pada Gambar 2.12 (a). Pemilihan lokasi gardu distribusi harus
Kebanyakan sistem listrik dibangun dengan sistem tiga phasa. Hal tersebut
didasarkan pada alasan-alasan ekonomi dan kestabilan aliran daya pada beban.
untuk transmisi menjadi lebih sedikit. Sedangkan alasan kestabilan dikarenakan pada
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
sistem tiga fase daya mengalir sebagai layaknya tiga buah sistem phasa tunggal,
sehingga untuk peralatan dengan catu tiga phasa, daya sistem akan lebih stabil bila
dibandingkan dengan peralatan dengan sistem satu phasa. Sistem tiga phasa atau
sistem phasa banyak lainnya, secara umum akan memunculkan sistem yang lebih
kompleks, akan tetapi secara prinsip untuk analisa, sistem tetap mudah dilaksanakan.
Sedangkan bentuk gelombang dari sistem tiga phasa yang merupakan fungsi
VP
0,5
VR
VS
VT
-0,5
-VP
Pada Gambar 2.13 nampak bahwa antara tegangan phasa satu dengan yang
lainnya mempunyai perbedaan phasa sebesar 120o atau 2/3. Pada umumnya phasa
dengan sudut phasa 0o disebut dengan phasa R, phasa dengan sudut phasa 120o
disebut phasa S dan phasa dengan sudut phasa 240o disebut dengan phasa T.
Perbedaaan sudut phasa tersebut pada pembangkit dimulai dari adanya kumparan
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
II.5.1 Sistem Y Dan Delta
akan menyerupai huruf Y, yang memiliki empat titik sambungan yaitu pada ujung-
ujung huruf dan pada titik pertemuan antara tiga garis pembentuk huruf. Sistem Y
R
R S
ZR ZS
ZTR ZRS
ZT
T T S
ZST
(a) (b)
bintang. Sedangkan pada sistem yang lain yang disebut sebagai sistem Delta, hanya
menggunakan phasa R, S dan T untuk hubungan dari sumber ke beban terlihat pada
Gambar 2.14. Tegangan efektif antar phasa umumnya adalah 380 V dan tegangan
Pada sitem delta, bila tiga buah beban dengan impedansi yang sama
disambungkan pada sumber tiga phasa, maka arus di dalam ketiga impedansai akan
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
sama besar tetapi terpisah dengan sudut sebesar 120o, dan dikenal dengan arus phasa
atau arus beban. Untuk keadaan yang demikian, maka dalam rangkaian akan berlaku
Untuk sumber dan beban yang tersambung bintang (star) atau Y, hubungan
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Q = S sin φ (VAR) ............................................................................ ( 1.15 )
Daya sesaat pada suatu sumber sinusoida satu phasa juga berbentuk sinusoida
Persamaan 1.16 di atas dapat diterapkan pada setiap phasa dalam suatu sistem
pergeseran phasa 120o di antara phasa-phasanya itu. Sesuai dengan hal tersebut,
efektif tegangan phasa, dan arus phasanya serta θ menyatakan sudut impedansi beban
tiga phasa seimbang yang menyerap daya. Jadi daya sesaat keseluruhannya adalah :
P = PR + PS + PT (Watt).............................. ( 1.20 )
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Untuk suatu sistem tiga phasa yang dihubungkan secara ∆, maka :
didapatkan :
didapatkan :
suatu sistem tiga phasa adalah sama, baik untuk hubungan Y ataupun Δ bila dayanya
dinyatakan dalam besaran-besaran salu ran ( lin e ). Tetap i p erlu diin g ta bahwa θ
menyatakan sudut impedansi beban perphasa dan bukan sudut antara Vl dengan Il.
Yang dimaksud losses adalah perbedaan antara energi listrik yang disalurkan
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
II.6.1 Losses Pada Penghantar Phasa
Jika suatu arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada penghantar
tersebut akan terjadi rugi-rugi energi menjadi energi panas karena pada penghantar
△P = 3 I2 R L ................................................. ( 1.31 )
△P = 3 R L ............................................ ( 1.33 )
Dengan :
Akibat pembebanan di tiap phasa yang tidak seimbang, maka akan mengalir
arus pada hantaran netral. Jika di hantaran pentanahan netral terdapat nilai tahanan
dan dialiri arus, maka kawat netral akan bertegangan yang menyebabkan tegangan
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Arus yang mengalir di sepanjang kawat netral, akan menyebabkan rugi daya
△P = IN 2 RN ...................................... ( 1.34 )
I I
R R
△P = I2 R ....................................... ( 1.35 )
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
BAB III
III.1 UMUM
distribusi, rugi-rugi energi dan turun tegangan yang disebabkan arus listrik yang
mengalir menuju beban. Sehingga harus dilakukan penentuan untuk pemilihan dan
lokasi transformator.
down 20KV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah
380V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada rak tegangan rendah dibuat di atas
380V agar tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V. Pada
kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer dihubungkan ke sumber
tegangan bolak-balik, sehingga pada inti tansformator yang terbuat dari bahan
Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik, maka fluks yang
terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika arus
yang mengalir berbentuk sinusoidal, maka fluks yang terjadi akan berbentuk
sinusoidal pula. Karena fluks tersebut mengalir melalui inti yang mana pada inti
tersebut terdapat belitan primer dan sekunder, maka pada belitan primer dan
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
sekunder tersebut akan timbul ggl (gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl induksi
primer berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder. Sedangkan frekuensi masing-
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah. Apabila
bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut
membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di
kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self induction) dan
terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan
primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan
timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika
(secara magnetisasi)
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara
rangkaian.
tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoid dan
dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan tertinggal 900 dari V1. Arus
primer I0 menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoid.
I0 Фm I2
AC N1 N2 V2
V1
I1
I0
Ic Im
V1 Rc Xm V2
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Φ
I0
V1 E1
V1
I o, Φo
ωt
0 90o π 2π
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi е1 (Hukum Faraday):
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
e1 = - N1 ω cos ωt (Volt)........................ ( 2.5 )
e1 = N1ω Фmax sin (ωt – 90) (tertinggal 90o dari Ф) ...... ( 2.6 )
e1, e2
Φ
iΦ
ωt
0 90
o π 2π
Harga efektif :
E1 = .............................................. ( 2.7 )
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
E1 = ........................................... ( 2.8 )
E1 = ......................................... ( 2.9 )
E1 = .......................................... ( 2.10 )
e2 = - N2 ....................................... ( 2.12 )
Harga efektifnya :
Bila rugi tahanan dan adanya fluksi bocor diabaikan, maka akan terdapat hubungan :
= = = a .................................. ( 2.14)
a = faktor transformasi
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
III.2.2 Keadaan Transformator Berbeban
Фm ’ Ф‘2
I1 Ф2 I2
AC V1 N1 N2 V2 Z L
R1 X1 R2 X2
I1 I'2 I2
I0
V1 IC RC XM IM ZL V2
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang
cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan.
Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir
arus I2', yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im , sehingga :
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan
N1 IM = N1 I1 – N2 I2 ................................ ( 2.17 )
N1 I1 = N2 I2 ...................................... ( 2.20 )
V1 I1 = V2 I2 ...................................... ( 2.21 )
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
III.3 RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR
Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang terjadi pada
berubah–ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu
• Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Kh = konstanta
• Rugi arus eddy (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai :
Kh = konstanta
Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti,
rangkaian magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. Untuk
R S T
PRIMER
SEKUNDER
r s t
r
PRIMER
S SEKUNDER
Dalam jenis inti (core type) kumparan dililitkan disekitar dua kaki inti
magnetik persegi. Dalam jenis cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar kaki
tengah dari inti berkaki tiga dengan laminasi silikon-steel. Umumnya digunakan
untuk transformator yang bekerja pada frekuensi dibawah beberapa ratus Hz.
Silikon-steel memiliki sifat-sifat yang dikehendaki yaitu murah, rugi inti rendah dan
permeabilitas tinggi pada rapat fluks tinggi. Inti transformator yang dipergunakan
dalam rangkaian komunikasi pada frekuensi tinggi dan tingkat energi rendah,
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
kadang-kadang dibuat dari campuran tepung ferromagnetik yang dimanfaatkan
sebagai permalloy.
Secara umum hubungan belitan tiga fasa terbagi atas dua jenis, yaitu
hubungan wye (Y) dan hubungan delta (Δ). Masing-masing hubungan belitan ini
dijelaskan dibawah ini. Baik sisi primer maupun sekunder masing-masing dapat
Pada transformator tiga phasa selain terdapat dua hubungan belitan utama
yaitu hubungan delta dan hubungan bintang. Ada empat kemungkinan lain hubungan
Hubungan YY pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 3.11
berikut ini :
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
a . . a'
Np1 Ns1
b+ . . + b'
Np2 Ns2
VLP VФp VФs V
LS
c- . . + c'
Np3 Ns3
transformator adalah :
= = a .................................. ( 2.27 )
Pada hubungan Y-Y ini jika beban transformator tidak seimbang maka
Hubungan YΔ pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 3.12
berikut ini :
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
a . . a'
Np1 Ns1
VФp
VLP VLS
VФs
b . . b'
Np2 Ns2
c . . c'
Np3 Ns3
tegangan phasa primer VLP = dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama
dengan tegangan phasa VLS = VΦS. Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada
= = a................................ ( 2.28 )
Hubungan ini lebih stabil dan tidak ada masalah dengan beban tidak
berikut ini :
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
a+ . . + a'
b-
VLS
. . c'
Np2 Ns2
c
. . - b'
Np3 Ns3
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan
phasa primer VLP = VΦP dan tegangan sisi sekunder VLS = . Maka
= = ................................. ( 2.29 )
Hubungan ini memberikan keuntungan yang sama dan beda phasa yang sama
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
a+ . . + a'
b- - b'
. .
Np2 Ns2
c c'
. .
Np3 Ns3
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk
primer dan sekunder transformator VLP = VΦP dan VLS = VΦS. Maka hubungan
= = a .................................... ( 2.30 )
Perbedaan phasa pada hubungan ini tidak ada dan stabil terhadap beban tidak
suatu transformator phasa banyak, dimana tiap kumparan phasa dibentuk dari bagian-
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
bagian yang mempunyai tegangan imbas yang phasanya bergeser. Pada sistem ini
juga hanya menggunakan phasa R, S, dan T . Sistem hubungan zig-zag dapat dilihat
R S T
IR IS IT
ZR ZS ZT
DISTRIBUSI
dan 20 KV. Dengan demikian ada dua macam transformator distribusi yang
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Catatan :
Pada sistem distribusi tiga phasa, 4 kawat, maka transformator phasa tunggal
yaitu : = 12 kV
DISTRIBUSI
sistem jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN (127 V &
220 V untuk sistem phasa tunggal dan 127/220 V dan 220/380 V untuk sistem tiga
phasa), yaitu 133/231 V dan 231/400 V (pada keadaan tanpa beban). Dengan
demikian ada empat macam transformator distribusi yang dibedakan oleh tegangan
sekundernya, yaitu :
Catatan :
pengenal.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
d. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V dan 231/400 V
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Catatan :
DISTRIBUSI
dalam SPLN 8 : 1978 IEC 76 – 1 (1976) seperti pada Tabel 3.1, sedang yang
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Tabel 3.1 Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi
KVA
5 40 315*
6,3 50* 400*
8 63 500*
10 80 630*
12,5 100* 800*
16* 125 1000*
20 160* 1250*
25* 200* 1600*
31,5 250* Dst
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
III.10 REGULASI TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
dalam per unit) terhadap tegangan nominal sekunder pada saat berbeban dengan
Jika V2 adalah tegangan terminal sekunder untuk setiap beban dan E2 adalah
tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban. Dan dengan beban tertentu dan
faktor daya tertentu, maka regulasi tegangan transformator dapat dirumuskan sebagai
berikut :
VR = ...................... ( 2.31 )
tegangan terminal transformator pada saat berbeban yaitu V2. Jadi persamaan 3.33 di
Dimana :
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
III.11 EFISIENSI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
η= = .......................... ( 2.34 )
atau :
η= × 100%............................................ ( 2.35 )
∑ rugi-rugi = Pcu + Pi
η= ............................ ( 2.36 )
= 0 .......................................................... ( 2.37 )
Jadi,
maka,
BAB IV
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
ANALISA PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
IV.1 UMUM
tegangan menengah 20kV menjadi tegangan rendah 400/230 V. Akan tetapi pada
saat pembebanan terjadi regulasi tegangan pada sistem distribusi yang cukup besar,
Suatu sistem tenaga listrik memiliki kualitas baik apabila tegangan jatuh yang
terjadi pada sistem selama pembebanan tidak lebih dari 5%. Oleh sebab itu, selama
jaringan atau sistem apakah tegangan masih belum melewati batas yang diijinkan.
Apabila sudah melewati batas yang diijinkan maka akan dilakukan perbaikan
tegangan dengan berbagai cara seperti menambah kapasitor daya, menggunakan load
Pada tugas akhir ini, salah satu cara dari perbaikan tegangan yang dilakukan
adalah dengan memindahkan jarak transformator yang terlalu jauh dari garu induk.
Hal itu dilakukan, karena letak beban terlalu jauh dari gardu induk sehingga
penempatan transformator distribusi pun ikut jauh dari gardu induk. Sehingga dengan
pembebanan yang terlalu jauh dan pembebanan semakin besar maka tegangan jatuh
yang terjadi sepanjang saluran distribusi primer pun bertambah besar dan sudah
melewati batas yang diijinkan. Maka harus dilakukan peninjauan kembali letak
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
transformator agar tidak terjadi tegangan jatuh yang cukup besar pada sistem
distribusi primer.
rumus
I= ...................................................... (4.1)
Dimana :
Rtotal = R utama L utama + R sub utama L sub utama + R lateral L lateral ....... (4.2a)
Xtotal = X utama Lutama + Xsub utama Lsub utama + Xlateral Llateral ............ (4.2b)
Dimana :
Dimana :
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
△Vtotal = △V utama + △V sub utama + △V lateral ...... (4.4)
△P = 3 I2 R ................................. (4.5)
Dimana :
Maka untuk saluran distribusi primer besar rugi-rugi daya aktif adalah :
△Q = 3 I2 XL ................................. (4.7)
Dimana :
Maka untuk saluran distribusi primer besar rugi-rugi daya reaktif adalah :
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
IV.2.5 Perhitungan Persentase Drop Voltage Pada Saluran Distribusi
Primer
dihitung dengan :
n= .......................................... (4.12)
Dimana :
n = Sampel
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
N = Jumlah Populasi (Jumlah Trafo Distribusi pada Gardu Induk Paya Geli)
d = Derajat Kebebasan
dimana : d = 0,1
d = 0,1
yang terpasang dan daya nya disalurkan dari gardu induk paya geli.
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Tabel 4.2 Data Saluran Penyulang G.I Paya Geli (Rayon Medan Kota)
(Kms)
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus
Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.
Tabel 4.3 Data Hasil Ukur Transformator Distribusi (Rayon Medan Kota)
No. No.Gardu Alamat Lokasi KVA Panjang Saluran KVA Trafo (Sin) pada saat beban Cosφ
2 SL 178 JL. KOMP. BUMI ARSI BLOK G 400 11,71 380 0,92
3 SL 166 JL. KOMP. BUMI ARSI BLOK C/D 315 17,55 300 0,92
4 SL 107 JL. KOMP. BUMI ARSI BLOK E 400 18,36 380 0,92
17 SL 175 JL. GAGAK HITAM SP. BALAM 160 30,92 144 0,92
18 SL 143 JL. SETIA LUHUR KOMP.TATA PLAZA 250 23,31 239 0,93
Iphasa =
Iphasa = = 3.42 A
Tahanan total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi
= 2,08 Ohm/Kms
Induktansi total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi
= 2,46 Ohm/Kms
Perhitungan tegangan jatuh pada saluran distribusi primer dari gardu induk
= 17,17 Volt
△P = 3Iphasa
△P = 3×3,42×(2,08)2
= 44,40 Watt
△Q = 3Iphasa
△Q = 3×3,42×(2,46)2
= 61,78 VAR
% △V = × 100 %
%△V = × 100%
= 0,09 %
Data berikutnya dapat dianalisa dengan cara yang sama, sehingga diperoleh
No. No. Panjang Saluran Iprimer /Phasa Rtotal Xtotal Cosφ Sinφ △P △Q △Vtotal %
1 SL 42 9,17 3,42 2,08 2,46 0,91 0,41 44,40 61,78 17,17 0,09
2 SL 178 11,71 6,33 2,43 3,28 0,92 0,39 111,92 204,76 38,54 0,19
3 SL 166 22,36 5,00 3,50 5,18 0,92 0,39 183,85 403,05 45,40 0,23
4 SL 107 22,86 6,33 3,87 5,47 0,92 0,39 285,18 569,12 62,51 0,31
5 SL 168 23,16 2,33 3,51 5,78 0,93 0,37 86,08 234,25 21,83 0,11
6 SL 93 23,98 2,17 3,73 6,32 0,92 0,39 90,62 259,51 22,14 0,11
7 SL 128 25,24 8,67 4,29 7,04 0,91 0,41 477,75 1287,50 101,86 0,51
8 SL 22 26,3 2,33 4,28 7,61 0,90 0,44 128,36 405,07 29,10 0,15
9 SL 176 28,57 10,83 5,21 8,0 0,90 0,44 881,88 2347,57 158,13 0,79
10 SL 21 29,37 2,92 5,63 8,68 0,9 0,44 277,33 659,83 44,90 0,22
11 SL 20 29,1 2,43 4,76 8,72 0,9 0,44 165,26 555,71 34,23 0,17
12 SL 19 29,25 4,63 4,76 8,72 0,93 0,37 314,67 1.058,14 61,42 0,31
13 SL 117 39,85 49,63 7,96 12,37 0,91 0,41 9.435,00 22.777,65 1.058,64 5,29
14 SL 14 30,65 3,95 5,00 9,29 0,91 0,41 295,92 1.022,06 57,16 0,29
15 SL 169 33,97 2,47 5.27 9,94 0,90 0,44 205,84 730,80 38,96 0,19
16 SL 170 36,15 6,32 5,31 10,02 0.91 0,41 534,12 1902,49 97,80 0,49
17 SL 175 35,28 2,40 5,03 9,37 0,92 0,39 182,42 632,46 34,44 0,17
18 SL 143 23,31 3,98 5,21 7,13 0,93 0,37 324,54 608,31 51,65 0,26
19 SL 164 25,34 65,08 6,52 7,88 0,92 0,39 8.303,04 12.128,20 1.022,77 5,11
20 SL 125 25,35 3,95 4,50 6,77 0,90 0,44 240,16 54373 48,11 0,24
21 SL 82 25,56 4,70 4,51 6,84 0,92 0,39 286,63 659,65 55,48 0,28
22 SL 81 25,86 3,93 4,57 6,94 0,91 0,41 246,82 568,17 47,73 0,24
23 SL 80 26,09 2,48 4,70 7,06 0,92 0,39 164,62 371,25 30,44 0,15
24 SL 79 26,31 2,38 4,67 7,09 0,9 0,44 155,99 359,19 30,23 0,15
25 SL 03 26,68 3,13 4,75 7.21 0,92 0,39 212,16 488,66 38,98 0,19
26 SL 43 2,87 4,77 0,40 0,58 0,91 0,41 2,25 4,73 4,93 0,02
27 SL 39 6,09 5,73 1,87 1,71 0,92 0,39 59,85 50,10 23,65 0,12
28 SL 183 5,77 49,08 1,16 1,56 0,9 0,44 199,79 358,97 147,52 0,74
29 SL 149 10,11 10,25 1,05 3,02 0,9 0,44 33,89 280,09 40,35 0,20
30 SL 102 7,99 9,72 1,50 2,27 0,92 0,39 65,94 149,87 38,17 0,19
31 SL 05 14,71 4,78 2,96 4,49 0,91 0,41 125,47 289,09 37,54 0,19
32 SL 138 16,65 3,87 3,56 5,16 0,92 0,39 146,79 308,52 35,39 0,18
33 SL 160 17,09 4,02 3,65 5,29 0,90 0,44 160,68 337,29 39,06 0,20
34 SL 141 17,15 4,00 3,48 5,29 0,91 0,41 145,70 336,42 37,01 0,19
35 SL 106 18,25 5,97 3,79 5,67 0,9 0,44 256,55 575,07 60,98 0,30
36 SL 145 18,21 6,18 3.64 5,53 0,91 0,41 245,79 567,84 59,77 0,30
37 SL 01 17,91 3,47 3,65 5,55 0,92 0,39 138,46 319,88 33,14 0,17
38 SL 24 18,09 18,50 4,48 5,67 0,91 0,41 1.112,43 1.786,85 205,08 1,03
39 SL 08 17,65 3,35 3,90 5,49 0,91 0,41 152,80 302,89 33,65 0,17
40 SL 09 18,37 3,85 4,36 5,75 0,9 0,44 219,30 382,00 43,02 0,22
41 SL 10 17,91 3,72 3,91 5,57 0,91 0,41 170,13 345,72 37,58 0,19
42 SL 120 19,83 3,85 4,81 6,25 0,92 0,39 267,26 450,51 45,75 0,23
43 B 99 20,45 2,77 4,20 6,39 0,90 0,44 146,27 338,42 31,57 0,16
44 B 96 22,05 3,33 4,54 6,91 0,91 0,41 206,46 478.07 40,24 0,20
45 B 97 23,16 65,33 6,21 8,39 0,93 0,37 7.564,10 13.791.67 1004,97 5,02
46 B 70 23,83 5,55 4,85 7,38 0,90 0,44 391,43 906.89 73,16 0,37
47 B 63 25,99 4,42 6,04 8,27 0,90 0,44 483,24 906.73 69,42 0,35
48 B 65 27,79 3,48 7,10 8,88 0,92 0,39 527,34 823.89 60,32 0,30
49 B 66 28,09 3,82 7,39 9,04 0,93 0,37 626,00 936.70 67,58 0,34
50 B 212 28,79 57,67 7,85 9,30 0,93 0,37 1.0649,02 14.969.88 1.072,53 5,36
51 B 68 28,99 4,05 7,97 9,38 0,92 0,39 772,70 1.068.05 77,11 0,39
52 SL49_A 7,53 14,98 0,74 1,00 0,91 0,41 24,48 45.08 28,08 0,14
53 SL49_B 7,53 15,03 0,74 1,00 0,91 0,41 24,56 45.23 28,18 0,14
54 SL49_C 7,53 14,68 0,74 1,00 0,91 0,41 2399 44.18 27,52 0,14
Dari hasil analisa data diperoleh 4 transformator distribusi yang besar
persentase tegangan jatuh pada sisi primernya lebih dari 5 %. Dimana menurut
beban.
Perbaikan
Tabel 4.5 Data Tranformator Yang Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Sebelum Mengalami Perbaikan (>5%)
No No. Iprimer/ phasa Lutama Lsub utama Llateral △Vutama △Vsub utama △Vlateral △Vtotal △P △Q
Gardu (A) (Kms) (Kms) (Kms) (Volt) (Volt) (Volt) (Volt) (Watt) (VAR)
1 SL117 49,63 30,07 6,4 3,38 705,70 138,52 214,41 1.058,64 9.435,00 22.777,65
4 B 212 57,67 24,49 3,3 1,00 756,38 242,63 73,52 1.072,53 10.649,02 14.969,88
Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator
Dari Tabel 4.5, kita dapat memperbaiki tegangan jatuh pada sisi primer
tersebut. Yang pada Tugas Akhir ini kita bahas secara satu persatu dari transformator
tersebut.
1. Gardu SL 117
△Vijinkan = 5% × 20.000
= 1.000 Volt
= 1.058,64 Volt
△L =
= 0,92 Kms
L2 = L1 – △L
△Vijinkan = 5% × 20.000
= 1.000 Volt
= 808,28+ 0 + 196,69
= 1.022,77 Volt
△L =
= 0,27 Kms
L2 = L1 – △L
3. Gardu B 97
△Vijinkan = 5% × 20.000
= 1.000 Volt
△Vtotal = △V utama + △V sub utama + △V lateral
= 749,43 + 0 + 316,15
= 1.004,97 Volt
△L =
= 0,078 Kms
L2 = L1 – △L
4. Gardu B 212
△Vijinkan = 5% × 20.000
= 1.000 Volt
= 756,38 + 0 + 273,34
= 1.072,53 Volt
△L =
= 0,99 Kms
L2 = L1 – △L
Sebelum perbaikan :
= 2.978 × 0,91
= 2.709,98 kWatt
= 2.676,14 kWatt
Stotal = Sin + △S
= 2.978.000 +
η = ×100%
η = ×100% = 98,751 %
Sesudah perbaikan :
Sin = Stotal - △S
= 3.002.654,423 –
Pin = S cosφ
= 2.979,64 × 0,91
= 2.711,47 kWatt
= Pin – (Pi + Pt )
= 2.677,63 kWatt
η = ×100%
η = ×100% = 98,752 %
Data berikutnya dapat dianalisa dengan cara yang sama, sehingga diperoleh
Tabel 4.6 Hasil Analisa Daya Input Dan Output, Rugi-Rugi Daya Dan
Sebelum Perbaikan
No. Gardu Sin (KVA) Pin (kWatt) Pout (kWatt) KVA beban η
Sesudah Perbaikan
No. Gardu Sin (KVA) Pin (kWatt) Pout (kWatt) KVA beban η
Dari Tabel 4.4 analisa data hasil tegangan jatuh pada saluran distribusi primer, maka
V.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Dari hasil analisa data yang dilakukan pada penelitian, yaitu pada
transformator distribusi yang besar tegangan jatuh pada sisi saluran distribusi
pada sisi yang terjauh dari transformator. Dimana pada penelitian ini terdapat
lateral. Dengan nomor gardu sebagai berikut : SL 117 dari jarak 3,38 Kms
menjadi 2,46 Kms, SL 164 dari jarak 3,29 Kms menjadi 2,37 Kms, B 97 dari
jarak 3,1 Kms menjadi 3,02 Kms, B 212 dari jarak 1 Kms menjadi 0,01 Kms.
induk yang dibuat pada keempat transformator tersebut. Maka akan lebih
Company, 1985.
Contoh :
Kode Gardu Distribusi : SL 22
Alamat : JL. Asrama
Besar KVA trafo : 160 kVA
Dimana apabila panjang saluran rata-rata sampai pada pelanggan atau beban
masing-masing phasa adalah L= 300 meter. Maka besar tegangan jatuh :
Untuk Phasa R :
△V = I (R cos + X sin ) L
= 156 (0,328 0,9 + 0,0965 0,44) 0,3
= 15,82 volt
△V = I (R cos + X sin ) L
= 209 (0,328 0,9 + 0,0965 0,44) 0,3
= 21,19 volt
Untuk Phasa T :
△V = I (R cos + X sin ) L
= 210,1 (0,328 0,9 + 0,0965 0,44) 0,3
= 21,30 volt