PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dibuatkan beberapa rumusan masalah:
1. Bagaimana pengertian inflasi, kebijakan fiskal,dan moneter ?
2. Bagaimana pengaruh beberapa pengaplikasian kebijakan fiskal dan moneter terhadap
inflasi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar Lebih memahami tentang pengertian inflasi, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
2. Agar menambah wawasan kita tentang masalah yang terjadi dalam 2 kebijakan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.3 Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap Inflasi yang Disebabkan oleh
Peningkatan Jumlah Uang Yang Beredar
Bapak ekonomi makro, J.M Keynes (dalam Case dkk., 2012:545), mengemukakan
bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak dapat menggerakkan
perekonomian. Dalam kebijakan fiskal, pengeluaran pemerintah dan pemotongan pajak
menjadi pemicu bertambah atau berkurangnya jumlah uang beredar, sehingga dapat
digunakan untuk mengendalikan inflasi. Terdapat dua cara dalam mengendalikan inflasi yaitu
dengan kebijakan ekspansi dan kontraksi fiskal .
Kebijakan ekspansi fiskal dilakukan dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah
atau mengurangi pajak dalam rangka mencapai stabilitas perekonomian. Biasanya
kebijakan ekspansi akan dilakukan apabila keadaan perekonomian mengalami penurunan
atau dengan kata lain perekonomian sedang lesu. Dengan menaikkan pengeluaran
pemerintah, maka akan meningkatkan produktivitas sehingga pendapatan ikut meningkat.
Dalam teori Keynesian ,ketika pendapatan meningkat maka konsumsi juga akan ikut
meningkat, akan tetapi peningkatan konsumsi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan.
Hal ini juga berlaku dalam kebijakan ekspansi fiskal. Ketika pendapatan meningkat akibat
pertambahan pengeluaran pemerintah, maka konsumsi masyarakat juga akan ikut bertambah.
Pertambahan konsumsi tentu akan diikuti dengan peningkatan permintaan uang oleh
masyarakat, sehingga jumlah uang yang beredar akan semakin banyak. Begitu juga bila
dilakukan pegurangan pajak, semakin sedikit pajak yang bayarkan maka masyarakat
cenderung mengkonsumsi lebih banyak dan mengakibatkan kenaikan jumlah uang yang
beredar.
Kebijakan kontraksi fiskal merupakan kebalikan dari ekspansi fiskal. Dalam
kebijakan kontraksi fiskal, pengeluaran pemerintah dikurangi sementara pajak dinaikkan .
Ketika hal tersebut dilakukan oleh pemerintah maka pendapatan akan menurun sehingga
jumlah permintaan uang di masyarakat akan berkurang. Pengurangan jumlah uang yang
beredar mengakibatkan tingkat inflasi dapat diturunkan.
Berkaitan dengan inflasi, bank sentral memiliki tujuan untuk mencapai stabilitas
harga (www.bi.go.id). Terkait dengan fungsi tersebut, kebijakan moneter dilaksanakan oleh
bank sentral. Seperti halnya kebijakan fiskal, kebijakan moneter juga dibagi menjadi
kebijakan ekspansi dan kontraksi dalam menambah dan mengurangi jumlah uang yang
5
beredar. Kebijakan ekspansi moneter dilakukan dengan cara merangsang peningkatan
jumlah penawaran uang yang beredar, baik dengan melakukan pencetakan uang mau pun
dengan menurunkan suku bunga sehingga jumlah uang yang diminta juga akan ikut
meningkat .Sebaliknya, kebijakan kontraksi moneter dilakukan untuk menurunkan jumlah
penawaran uang sehingga uang yang beredar di masyarakat berkurang.
Kedua kebijakan ini merupakan kebijakan yang tidak dapat diterapkan secara terus
menerus dalam jangka panjang. Kebijakan ini hanya digunakan dalam waktu yang singkat
dengan melihat kondisi perekonomian negara. Sebagai contohnya apabila terjadi inflasi
dimana jumlah uang yang beredar terlalu banyak, maka diterapkan kebijakan kontraksi agar
jumlah uang yang beredar berkurang sehingga terjadi kestabilan harga. Apabila setelah
kebijakan kontraksi dilakukan situasi perekonomian menjadi lesu yang mengakibatkan
jumlah uang yang beredar terlalu sedikit, maka kebijakan dapat diubah menjadi kebijakan
ekspansi untuk meningkatkan kembali jumlah uang yang beredar.
2.4 Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap Inflasi yang Disebabkan oleh
Peningkatan Permintaan Barang dan Jasa
Inflasi juga dapat disebabkan oleh karena kelebihan permintaan barang atau jasa .
Ketika permintaan masyarakat tinggi, maka produsen akan menaikkan harga sehingga
potensi terjadinya inflasi akan semakin besar. Untuk mengatasi hal tersebut dalam kebijakan
fiskal ,pajak akan dinaikkan sehingga harga barang menjadi lebih tinggi dari yang
seharusnya .Kenaikan harga ini akan menyebabkan masyarakat cenderung menahan uangnya
dan tidak membelanjakannya. Kecenderungan inilah yang akan menurunkan jumlah barang
atau jasa yang diminta oleh masyarakat dan harga barang kembali stabil.
Dalam mengatasi kelebihan permintaan, peran kebijakan moneter adalah dengan
menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga akan menyebabkan jumlah barang dan jasa
yang diminta akan berkurang karena masyarakat akan memilih untuk mendapatkan
keuntungan dari bunga dengan cara menabung atau berinvestasi (Ilmi, 2014).
2.5 Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap Inflasi yang Disebabkan oleh
Peningkatan Biaya Produksi
Selain pengaruh jumlah uang yang beredar dan peningkatan permintaan, terdapat
faktor lain yang bisa menyebabkan terjadinya inflasi. Faktor tersebut adalah peningkatan
biaya produksi. Menurut Case, dkk (2012:61) hukum penawaran menunjukkan hubungan
6
positif antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Hal ini berarti semakin tinggi harga
suatu barang, maka semakin banyak pula kuantitas barang yang akan ditawarkan oleh
produsen. Ketika terjadi kenaikan biaya produksi, maka harga barang juga akan ikut naik .
Kenaikan harga barang ini dapat menjadi faktor pemicu inflasi .
Kebijakan fiskal untuk mengatasi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya
produksi ini dilakukan dengan menurunkan tarif pajak. Salah satu faktor yang meningkatkan
biaya produksi adalah pajak, sehingga ketika bahan baku produksi lain mengalami kenaikan
harga maka biaya produksi akan semakin tinggi. Jalan yang dapat ditempuh pemerintah
untuk menstabilkan harga adalah dengan menurunkan tarif pajak. Dengan menurunkan tarif
pajak ,biaya produksi dapat diminimalisasikan sehingga tingkat inflasi dapat ditekan. Dalam
kasus ini, kebijakan moneter digunakan ketika kebijakan fiskal tidak mampu membendung
inflasi .Apabila inflasi terjadi, maka bank sentral dapat menggunakan kebijakan diskonto,
cadangan kas, atau pasar terbuka untuk mengembalikan kestabilan harga.
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Studi ini memberikan simpulan penting yaitu inflasi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti jumlah uang beredar yang berlebihan, kenaikan biaya produksi, dan
meningkatnya permintaan barang atau jasa dari masyarakat, sehingga inflasi tidak dapat
dihindari. Meski tidak dapat dihindari, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk
membendung inflasi yang berlebihan dengan mengambil kebijakan yang tepat dalam
menangani permasalahan inflasi di Indonesia. Studi ini juga menambah khazanah
pengetahuan kita mengenai kebijakan fiskal dan moneter yang berfungsi untuk menjaga
kestabilan perekonomian melalui berbagai metode dan contoh pengaplikasian kebijakan
secara sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Case, Karl E. dkk.. 2012. “Principles of Macroeconomics”. Edisi ke-10. USA: Pearson
Prentice Hall
7
http://www.bi.go.id/id/. “Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan”. Diakses 14
Maret 2015 pukul 11:50 http://www.bi.go.id/id/. “Tujuan dan Tugas Bank Indonesia”.
Diakses Minggu, 15 Maret 2015 pukul 11:57
Ilmi, Darul. 2014. “Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Permintaan Agregat ”
Kurniawan, Dhani. 2010. “Domestic Resources Policies : Dukungan Kebijakan Fiskal dan
Riyandi, Saugy. 2013. “Kondisi Ekonomi Saat Ini Berbeda dengan Krisis 1998 dan 2008 ”?
dalam www.mereka.com/uang/kondisi-ekonomi-saat-ini-berbeda-dengan-krisis-
1998-dan-2008.html diakses Minggu, 15 Maret 2015 pukul 13:47
Salmon, Hendrik. 2015. “Tinjauan Terhadap Anggaran Negara dan Kebijakan Fiskal dalam