2014-2-01473-BL Bab4001
2014-2-01473-BL Bab4001
2014-2-01473-BL Bab4001
PEMBAHASAN
Waktu Keterangan
55
Apr-14 30 Calon Anggota atau Mitra berhasil di melakukan penyertaan modal
pada bulan ini.
56
Sep-14 KIMU melakukan rapat yang dihadiri PT-PT yang telah diserahkan kepada
mitra guna membentuk holding dari PT tersebut.
Sep-14 Dialog KIMU dengan mitra usaha Bandung-Jakarta
Badan hukum koperasi layaknya badan usaha lain yang memiliki kegiatan usaha
tidak selamanya berjalan baik. Setiap badan usaha pasti memiliki kendala-kendala
yang timbul dari kegiatan usaha tersebut. Semua dipengaruhi oleh pasar yang tidak
berpihak pada badan usaha koperasi. Hal ini terjadi pada KCKGP sebagai koperasi
yang berbadan hukum dan melakukan kegiatan usahanya di Indonesia. KCKGP
dipandang baik oleh masyarakat Indonesia dari bisnis travelnya. Suatu saat KCKGP
ini memiliki kendala-kendala dalam melakukan kegiatan usahanya. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya gagal bayar pada badan hukum KCKGP. Dapat dilihat dari
1
Homologasi adalah pengesahan hakim atas persetujuan antara debitur dan kreditur konkuren untuk
mengakhiri penundaan kewajiban pembayaran utang PKPU Sementara
2
Eva Marbun, Forum Silaturahmi Wilayah Jakarta, wawancara dengan penulis, Dunkin Donuts
Buaran, 11 Juni 2015 . lihat juga pada, Relawan, “Kronologis Kasus Koperasi Cipaganti,”
<http://kimu.koperasicipaganti.co.id/kronologi.html> diaksess tanggal 25 Juni 2015
57
Dalam faktanya, ternyata pihak KCKGP telah memiliki masalah dengan bank.
Sehingga, rekening mereka ditutup. Alasan ini tidak di informasikan kepada mitra
mengapa terjadi perubahan sistem. Pada kejadian ini belum ada kecurigaan dari
pihak para mitra.
Salah satu mitra menyerahkan sejumlah uang untuk menyertakan modalnya pada
KCKGP. Tepatnya pada tanggal 30 Desember 2013, mitra usaha hanya mendapatkan
dua kali bagi hasil. Mekanisme dari perjanjian penyertaan modal bermacam-macam
kepada para mitra. Dengan cara bertemu bagian marketing di kantor cipaganti
ataupun marketing-nya datang ke rumah calon mitra beserta notarisnya. Dihadapan
notaris, dibuatlah perjanjian perjanjian kerjasama modal penyertaan dan pengelolaan
modal usaha. Didalam perjanjian tersebut terdapat klausul-klausul yang salah
satunya klausul jaminan pihak pertama. Klausul yang dimaksud pada pasal 8 sebagai
berikut:
Ayat (1)
Pihak pertama menjamin dan bertanggung jawab atas modal pernyetaan yang di
maksud dalam akta ini yang dikelolanya, sehingga perjanjian ini berlangsung
pihak kedua tidak akan mendapat tuntutan dan/atau gangguan dari pihak
manapun yang berkenaan dengan hal tersebut.
Ayat (2)
Modal penyertaan dari pihak kedua akan dikelola untung pengembangan usaha
koperasi serta sesuai dengan kehendak dari peruntungan yang diperjanjikan
3
Eva Marbun, Forum Silaturahmi Wilayah Jakarta, Op.cit., 11 Juni 2015.
58
dengan pihak kedua dalam akta ini dan tidak akan digunakan untuk usaha-usaha
yang dapat mengakibatkan kerugian pada pihak kedua.
Ayat (3)
Pihak pertama menjamin dan bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian yang
timbul sebagai akibat dari usaha yang dikelolanya sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam akta ini dengan tidak membebankan kerugian
kepada pihak kedua.
Ayat (4)
Pihak pertama berjanji serta mengikatkan diri untuk mewajibkan dirinya
mengembalikan modal penyertaan yang dimaksud dalam akta ini sesuai dengan
pasal 5 tersebut di atas pada saat perjanjian berakhir.4
Koperasi memiliki kewajiban memberikan laporan keuangan tahunan setiap
tahunnya. Akan tetapi, pada kenyataannya di tahun 2004 sampai dengan tahun 2012
belum ada laporan keuangan yang diberikan kepada dinas koperasi. Laporan
keuangan baru diberikan pada saat tahun 2013 akhir. Pada saat mengetahui kejadiaan
ini para mitra mulai merasakan adanya kejanggalan dari adanya pengelolaan dari
KCKGP.
Puncaknya pada bulan Maret 2014, KCKGP tidak dapat memberikan bagi
hasil kepada para mitra dari modal penyertaan yang di tanamkan. Penanggung jawab
utama yaitu, Andianto Setiabudi (“AS”), memberikan penjelasan mengenai gagal
bayar bagi hasil koperasi dan penyebab serta dampaknya. Penjelasan yang dilakukan
oleh AS ini bertempat di kantor pusat KCKGP Bandung. Sampai April 2014, para
mitra melakukan aksi protes dan komplain terhadap gagal bayar bagi hasil.
Pertemuan dengan AS ini guna merespon keterlambatan dan penundaan pembayaran
bagi hasil yang seharusnya sudah diterima mitra KCKGP.
Pada bulan April ini juga, KCKGP masih melakukan kegiatan penyertaan pada
calon anggota atau mitra yang ingin bergabung. Faktanya terdapat sekitar 30 mitra
melakukan penanaman penyertaan modal. Sampai saat ini 30 mitra tersebut tidak
mendapatkan bagi hasil sama sekali. Terindikasi bahwa AS tidak beritikad baik
dikarenakan masih membuka penyertaan modal bagi calon anggota atau mitra yang
ingin menanamkan modal penyertaannya disaat kondisi KCKGP yang sudah
mengalami gagal bayar kepada para mitra terdahulunya.
Menanggapi ketidakpastian penanganan permasalahan gagal bayar KCKGP ini,
pada akhirnya dua mitra mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan Niaga Jakarta.
4
Akta Perjanjian Kerja Sama Modal Penyertaan dan Pengelolaan Modal Usaha, Nomor 133
59
periode ini pula, semua tindakan kepengurusan KCKGP harus disetujui tim PKPU
dan seluruh mitra usaha maupun KCKGP diharuskan mengikuti sejumlah rangkaian
persidangan di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat selanjutanya
disebut (“Pengadilan Niaga”), Jl. Gajah Mada, Jakarta Pusat yaitu: (a). Rapat
kreditur; (b). Rapat pencocokan piutang; (c). Rapat pembahasan proposal
perdamaian; (d). Rapat pembahasan proposal perdamaian; (e); Rapat pemungutan
suara dan Rapat permusyawaratan Majelis Hakim. Namun, hakim pengawas tidak
menjelaskan secara jelas bagaimana proses dari PKPU sebenarnya.5
Selain itu, pada bulan Juli dilaksanakan voting atas proposal perdamaian di GOR
Britama Kelapa Gading , Jakarta guna menjaring suara mitra usaha atas proposal
perdamaian KCKGP. Hasilnya satu kreditur separatis6 yaitu (Bank Bukopin) dan
97% mitra usaha yang hadir sendiri atau diwakilkan menyetujui proposal
perdamaian. Sejak itulah, KCKGP akan berada dalam status PKPU tetap. Dengan
demikian, KCKGP masih memiliki kewenangan menjalankan kegiatan perusahaan
dibawah pengawasan pengurus PKPU dan seluruh transaksi tagihan utang terhenti
sementara hingga tercapai perjanian damai (PKPU Tetap). KCKGP masih diberikan
kesempatan untuk melakukan restrukturisasi utang kepada kreditur. Setelah
dilakukan perjanjian perdamaian antara KCKGP dan mitra usaha, maka pembayaran
utang bisa dibayarkan sesuai dengan isi perjanjian perdamaian yang telah disahkan
oleh pengadilan.
Dari adanya perjanjian homologasi antara KCKGP dengan mitra usaha, harus
dilakukan pengesahan oleh Pengadilan Niaga Jakarta. Menegaskan voting damai dari
mitra usaha dan keputusan majelis hakim atas status PKPU KCKGP, maka pada
tanggal 23 Juli 2014, Pengadilan Niaga mengesahkan dokumen perjanjian
perdamaian (homologasi) No. 20/Pdt.Sus.PKPU/PN Niaga Jak-Pus. Dengan
pengesahan ini pada prinsipnya KCKGP dinyatakan TIDAK PAILIT serta
permasalah KCKGP dan para mitra diselesaikan diluar pengadilan dengan hasil
voting damai antara keduanya. Namun, hakim pengawas tidak menjelaskan secara
jelas bagaimana proses dari PKPU sebenarnya.7
5
Eva Marbun, Forum Silaturahmi Wilayah Jakarta, Op.cit., 11 Juni 2015.
6
Kreditur separatis adalah kreditur pemegang hak jaminan kebendaan, yang dapat bertindak sendiri.
Kreditur separatis tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit, artinya hak-hak eksekusi mereka
tetap dapat dijalankan seperti tidak ada kepailitan debitur. Kreditur preferen adalah kreditur yang
memiliki hak istimewa atau hak prioritas. Kreditur konkuren adalah kreditur yang harus berbagi
dengan para kreditur lainnya secara proporsional (pari passu).
7
Eva Marbun, Forum Silaturahmi Wilayah Jakarta, Op.cit., 11 Juni 2015.
61
KIMU juga melakukan audiensi dengan Polda (“Polda”) Jawa Barat guna
menyampaikan hasil perdamaian secara langsung kepada pihak Polda untuk
memperoleh komitmen penuh jajaran Polda sebagai lembaga pelayanan publik yang
mengedepankan prinsip keadilan dan transparansi dalam penegakan hukum untuk
membantu setiap langkah strategi KIMU. Mengizinkan KIMU untuk secara
permanen melaksanakan rapat koordinasi secara berkala dengan AS selaku pengawas
KCKGP sekaligus direktur PT. CGC merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
homologasi. KIMU juga melakukan audiensi kepada AS di tahanan guna meminta
kejelasan komitmen AS atas penyelesaian para mitra dan konsolidasi aspek strategis
terkait keputusan pengelolaan/penjualan aset-aset yang tercantum dalam perjanjian
damai.
Mitra juga melakukan gugatan lain selain gugatan pidana diatas, hasil dari
penelaahan hukum pidana koperasi ini juga bisa diajukan dalam proses Tindak
Pidana Pencucian Uang (“TPPU”), sehingga kedua hal ini berjalan bersamaan.
Dalam proses TPPU ini sampai pada proses penyitaan aset yang ada di Bandung,
aset-aset di luar daerah Bandung juga masih ada. Seperti misalnya, kalimantan juga
masih banyak aset KCKGP yang ada disana. Proses penitaan atas aset masih
dilakukan sampai sekarang.
Para mitra merasa tidak ada komunikasi yang baik dengan KIMU Sementara
selaku produk dari PKPU. KIMU sebagai komite investor seharusnya ada pertemuan
yang rutin dilakukan untuk menyampaikan tindak lanjut dari putusan PN Niaga.
Akan tetapi, hal ini tidak terjadi. Sehingga sejauh ini, mitra tidak mengetahui apapun
yang telah dilakukan oleh KIMU Sementara. KIMU Sementara pun sulit untuk
ditemui dan keberadaannya tidak diketahui walaupun telah tercantum alamat yang
bertempat di Jl Cipaganti No. 82 (Sebelumnya travel cipaganti). KIMU sementara
berpendapat bahwa mereka hanya melakukan produk perjanjian damai dari PKPU.
Namun, Pengadilan Niaga pun tidak mengetahui keberadaan KIMU Sementara.
Oleh karena itu, mitra membuat Forum Silaturahmi Mitra Usaha Cipaganti.
Forum silaturahmi ini dibentuk guna mewujudkan pengembalian dana mitra
Cipaganti dalam waktu selambat-lambatnya satu tahun yang berarti tahun ini. Pada
dasarnya tujuan dari Forum Silaturahmi yaitu, (a) menyatukan dan mempererat
silaturahmi seluruh mitra cipaganti dalam kebersamaan. (b) melakukan upaya-upaya
dalam rangka percepatan pengemballian dana mitra cipaganti secara utuh. (c)
mendukung kegiatan yang dilakukan KIMU sepanjang untuk kepentingan mitra
63
cipaganti. (d) memonitor dan mengawasi semua kegiatan KIMU dalam proses
penyelesaian pengembalian dana mitra cipaganti.
Penyerta modal pun diikutsertakan dalam rapat anggota mengenai pengawasan dari
kegiatan usaha yang dikelolanya. Sesuai dengan pasal 13 ayat (1) dan (2), Peraturan
Pemerintah No. 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan Pada Koperasi
mengatakan bahwa pengurus dapat mengundang pemodal untuk memberikan saran
dan pendapat mengenai usaha yang dibiayai oleh modal penyertaan. Namun,
pemodal tidak mempunyai hak suara dalam rapat anggota dan tidak turut
menentukan kebijaksanaan koperasi secara keseluruhan.
Dapat dikatakan oleh penulis bahwa, didalam pertanggungjawaban suatu badan
hukum koperasi yang dapat dimintakan pertanggungjawaban ialah pengurus. Hal ini
dikarenakan pengurs adalah organ yang melakukan pengelolaan kegiatan dan usaha
dari badan hukum koperasi. Terdapat dua sarana yang menjadi tempat bagi para
pengurus untuk memberikan pertanggungjawabannya kepada organ koperasi lainnya
maupun pihak-pihak yang terkait dengan hal tersebut. Yang pertama, pengurus dapat
memberikan pertanggungjawabannya melalui rapat anggota yang minimal
dilaksanakan satu tahun sekali dalam badan hukum koperasi tersebut. Pada saat ini
lah pengurus membahas semua kegiatan usaha yang dilakukan, dampak-dampak
yang timbul dari kegiatan usaha dan kinerja kegiatan usaha kedepannya. Kendala
dari rapat anggota tahunan ini adalah terjadi dalam kurun waktu setahun sekali. Akan
tetapi, hal tersebut dapat disiasati dengan adanya sarana lainnya. Yang kedua, melalui
rapat anggota luar biasa. Rapat anggota luar biasa dapat terselenggara sesuai kondisi
dan kebutuhan badan hukum koperasi tersebut. Disaat kebutuhan yang mendesak dan
harus dibicarakan oleh organ koperasi maupun pihak-pihak yang terkait rapat
anggota luar biasa ini dapat dilaksanakan. Dalam hal ini tidak terjadi kendala yang
mengharuskan permasalahan dibahas dalam rapat anggota tahunan sedangkan
permasalahan ini harus segera dibahas oleh pihak-pihak terkait.
Penulis beranggapan bahwa, organ koperasi rapat anggota ini adalah suatu
proses pencegahan dan penanggulangan. Pencegahan dalam arti, pengurus yang ingin
bertanggungjawab dapat melakukan pencegahan dengan cara membahas indikasi
permasalahan yang akan terjadi di suatu badan hukum koperasi dalam rapat anggota
maupun rapat anggota luar biasa. Hal tersebut lebih memungkinkan dalam
pelaksanaan rapat anggota luar biasa, karena dapat diselanggarakan dalam suatu
kondisi yang sangat mendesak atas permintaan pengurus maupun anggota. Proses
penanggulangan sebagai pertanggungjawaban oleh pengurus dapat dilakukan dalam
rapat anggota luar biasa, karena suatu badan hukum koperasi telah terjadi masalah
65
atas dasar perbuatan hukumnya. Akan tetapi, kedua hal tersebut tidak dapat
terlaksana apabila tidak terdapat itikad baik dari para pengurus maupun organ lain
yang terdapat didalam suatu badan hukum koperasi.
pihak KCKGP mendapatkan nominal gagal bayar yang lebih besar. Sesuai tabel
komparasi pengurus pada BAB I, AS dan pengurus lain adalah orang-orang yang
memiliki jabatan lain di kepengurusan PT CCG dan orang-orang tersebut adalah
orang terdekat dari AS. Struktur pengurus terakhir tercatat dalam anggaran dasar.
Pengesahan anggaran dasar terdapat pada dinas koperasi. Dinas koperasi tidak
mengambil tindakan apapun terhadap struktur kepengurusan yang dapat dikatakan
tidak semestinya terdapat dalam sebuah koperasi besar. Keterkaitan antara
kepengurusan AS di PT CCG dan di KCKGP memiliki kejanggalan tersendiri. Hal
ini dikarenakan dana mitra usaha sebagai modal penyertaan diperuntukkan kepada
PT CCG untuk kegiatan investasi. Penulis beranggapan bahwa dapat dikatakan juga
bahwa AS memiliki itikad tidak baik dalam pengelolaan KCKGP.
Berdasarkan dari tindakan AS, dapat dikatakan bahwa KCKGP yang di bawahi
oleh AS memiliki kejanggalan-kejanggalan peristiwa yang dilakukan oleh KCKGP
maupun kepada KCKGP. Diantaranya mengenai proses pelaksanaan kegiatan
penyertaan modal maupun proses pertanggungjawaban setelah adanya sengketa.
Keduanya diatur dalam UU Perkoperasian. Oleh karena itu, pengurus harus
bertanggung jawab sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Analisa penulis terhadap pertanggungjawaban pengurus KCKGP berdasarkan
UU Perkoperasian belum sesuai. Dikarenakan AS tidak membahas indikasi adanya
gagal bayar pada rapat anggota tahunan ataupun menyelenggarakan rapat anggota
luar biasa sebagai pengkhususan membahas indikasi gagal bayar yang akan terjadi
pada KCKGP. Terlebih lagi, didalam kegiatan KCKGP terdapat beberapa
penyimpangan yang menjadi faktor pendukung adanya gagal bayar di KCKGP dan
penyimpangan terhadap perundang-undangan yang terkait. Selanjutnya penulis akan
menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pengurus antara lain
sebagai berikut:
melanggar pasal yang terdapat pada PP No. 33 Tahun 1998 sesuai dengan syarat
sah perjanjian suatu sebab yang tidak terlarang. Dengan demikian, terjadi cacat
hukum dalam perjanjian antara mitra usaha dengan KCKGP perjanjian tersebut
sebenarnya batal demi hukum.
Penulis beranggapan bahwa terlihat itikad tidak baik yang dilakukan oleh
AS selaku pengurus KCKGP dalam melakukan kegiatan usaha badan hukum
koperasi. Perjanjian ini dibuat bersama notaris dan notaris pun tidak mengetahui
adanya cacat hukum dalam perjanjian ini. Notaris yang memiliki integritas dan
kredibilitas yang baik, walaupun diberikan format tersebut oleh AS seharusnya
menolak akan hal itu dan paham atas adanya pasal ini karena notaris tersebut
memiliki spesialisasi di bidang perkoperasian sehingga tidak terjadi perjanjian
yang cacat hukum. Hal ini juga yang menjadi sarana untuk AS dalam
meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan penyimpangan klausul dari
perjanjian agar para mitra usaha bersedia menyertakan modalnya tanpa harus
bertanggungjawab jika terjadi sesuatu.
telah menggunakan badan hukum koperasi nya yaitu KCKGP untuk menjadi
sarana penarikan modal yang besar tanpa memikirkan konsep bagi hasil yang
semestinya dan dana tersebut digunakan untuk kelangsungan ekonomi PT CCG.
Penyimpangan konsep dari koperasi pun menjadi tergeser dari adanya modal
penyertaan yang dimiliki KCKGP. Sangat disayangkan bahwa koperasi yang
seharusnya memiliki asas kekeluargaan akan tetapi dalam kasus ini asas tersebut
tidak terlihat sama sekali.
Dari adanya penyimpangan-penyimpanganyang dilakukan oleh AS selaku
pengurus KCKGP. Penulis beranggapan bahwa terlihat jelas adanya itikad tidak
baik dari AS, dari awal mula pembentukan badan hukum koperasi dengan
menyimpangi anggaran dasar yang seharusnya. Struktur organisasi yang tidak
teratur pembentukannya. Perbuatan hukum yang dilakukan atas nama KCKGP
dalam pembuatan Perjanjian Kerjasama Modal Penyertaan dan Pengelolaan
Modal Usaha yang bertentangan dengan PP No. 33 Tahun 1998. Pencegahan
perubahan atas status calon anggota agar mitra usaha tidak memiliki koperasi
tersebut. Konsep modal penyertaan yang dilakukan telah menyimpang, sampai
pada akhirnya kegiatan usaha yang dilakukan oleh suatu badan hukum koperasi
yang tidak seharusnya dilakukan.