TINJAUAN PUSTAKA
2. Nama tanaman
a. Sinonim
A. Australis L.
b. Nama daerah
Sumatra : ceka mas (Melayu). Jawa: lelatang, kucing-kucingan, rumput
kekosongan (Sunda), rumput bolong-bolong (Jawa)
c. Nama asing
Tie xian (C), copperleaf herb (I)
d. Nama Simplisia
Acalyphae Herba (Herba kucing-kucingan) (Dalimartha, 2000).
3. Morfologi tanaman
Anting-anting merupakan gulma yang sangat umum ditemukan
tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan rumput, maupun di lereng gunung.
Herba semusim, tegak, tinggi 30-50 cm, bercabang dengan garis
memanjang kasar, berambut halus. Daun tunggal, bertangkai panjang, letak
tersebar. Helaian daun berbentuk bulat telur samapi lanset, tipis, ujung dan
pangkal runcing, tepi bergerigi, panjang 2,5-8 cm, lebar 1,5-3,5 cm, berwarna
hijau. Bunga majemuk, berkelamin satu, keluar dari ketiak daun, kecil-kecil,
dalam rangkaian berbentuk bulir. Buahnya buah kotak, bulat, hitam. Biji bulat
panjang, berwarna coklat. Akarnya akar tunggamh. Berwarna putih kotor
(Dalimartha, 2000)
5. Kandungan kimia
Daun, batang, dan akar mengandung saponin dan tannin. Batngnya juga
mengandung flavonoida dan daunnya mengandung minyak atsiri (Dalimartha,
2000).
6. Kegunaan
B. Ekstraksi Pelarut
1. Pengertian
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain (Anonim, 2000).
Ekstrak adalah sediaan pekat didapat dengan cara mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau hewani, memakai pelarut yang sesuai, kemudian hampir
semua pelarut dan ekstrak yang tersisa diuapkan sedemikian rupa sehingga
memenuhi ketentuan baku yang ditetapkan (Anonim, 1995).
Metode penyarian merupakan salah satu bagian dari isolasi bahan alam.
Metode penyarian tergantung kandungan zat dari bahan yang diekstraksi. Bahan
segar yang telah terkumpul dikeringkan secepatnya tanpa penggunaan suhu yang
terlalu tinggi dan lebih baik dengan aliran udara yang baik (Harborne,1987).
2. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang paling sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif yang akan larut akibat adanya perbedaan konsentrasi larutan
zat aktif di dalam dan di luar sel. Larutan yang pekat akan didesak ke luar.
Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi larutan di
luar dan di dalam sel (Anonim, 1986). Dalam proses maserasi, obat yang akan
diekstraksi biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar,
bersama menstruum yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat, dan isinya
dikocok berulang-ulang lamanya biasanya berkisar dari 2-14 hari (Ansel, 1989)
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatannya sederhana dan mudah digunakan. Penyarian dengan maserasi dipakai
untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam larutan penyari,
tidak mengandung benzoin, sitrak, dan lain-lain.
Tiap kalimat ataupun alinea harus ada literatur yang dirujuk, jika
mengambil tinjauan 2 alinea dari pustaka tertentu, tiap alinea harus diberi rujukan
pustaka (............ , ........)
Penyarian dengan maserasi perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan
konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia sehingga derajat perbedaan
konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dan di luar sel tetap
terjaga (Anonim, 1986).
3. Larutan penyari
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik
(optimal) untuk kandungan senyawa berkhasiat atau yang aktif, sehingga senyawa
tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari kandungan senyawa lainnya. Ekstrak
total hanya mengandung sebagian besar kandungan senyawa yang diinginkan,
maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder
yang terkandung.
Pemilihan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan
penyari yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yaitu murah, mudah
diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak menguap dan tidak
mudah terbakar, selektif hanya menarik zat yang berkhasiat yang dikehendaki,
tidak mempengaruhi zat berkhasiat, diperbolehkan dalam peraturan. Farmakope
Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air,
atau eter (Anonim, 1986).
Air sebagai penyari memiliki gaya ekstraksi yang menonjol untuk banyak
bahan kandungan simplisia yang aktif secara terapeutik, tetapi sekaligus mampu
mengekstraksi sejumlah besar bahan pengotor. Keburukannya adalah dapat
menyebabkan reaksi pemutusan secara hidrolitik dan fermentative yang
menyebabkan cepat rusaknya bahan aktif, serta mudah dikontaminasi (Voight,
1995).
Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan
kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorpsinya
baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang
diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit (Anonim, 1986). Etanol tidak
menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat
terlarut.
Etanol dapat melarutkan senyawa aktif tannin, polifenol, poliasetilen,
flavonol, terpenoid, sterol, alkaloid, dan propolis, sedangkan air melarutkan pati,
tannin, saponin, terpenoid, polipeptida, dan lektin (Cowan, 1999). Etanol (70%)
sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan
penggangu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan penyari (Voight, 1995).
C. Shigella dysentriae
4. Struktur antigen
Semua shigella mempunyai antigen O, dan beberapa strain tertentu
mempunyai antigen K. Aapabila ditanam di agar maka akan tampak koloni yang
halus licin (smooth). Antigen K tidak bermakna dalam penggolongan tipe
serologic. Shigella dysentriae termasuk dalam serogrup A berdasarkan antigen O
dan setiap serogrup dibagi lagi dalam setiap serotip berdasarkan ainor Antigen O.
Sampai saat ini ditemukan 10 serotip Shigella dysentriae (Anonim, 1993).
D. Antibiotik
1. Definisi Antibiotik
Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang diperoleh dari, atau dibentuk
oelh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotik tersebar di dalam
alam, dan memegang peranan penting dalam mengantur populasi mikroba dalam
tanah, air, limbah, dan kompos. Antibiotik yang kini banyak dipergunakan,
kebanyakan diperoleh dari genus Bacillus, Penicillium dan Streptomyces
(Anonim,1993)
Sifat-sifat antibiotik adalah sebagai berikut:
a. Menghambat atau membunuh pathogen tanpa merusak host
b. Bersifat bakterisid dan bukan bakteriostatik
c. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman
d. Berspektrum luas
e. Tidak bersifat alergik atau menimbulkan efek samping bila
dipergunkana dalam jangka waktu lama
f. Tetap aktif dalam plasma, ccairan badan, atau eksudat
g. Larut di dalam air serta stabil
h. Bactericidal level di dalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk
waktu lama (Anonim,1993).
3. Ciprofloksasin
Ciprofloksasin merupakan derivate-siklopropil dari kelompok fluorkuinolon
(1987) . Antibiotik ini berkhasiat lebih luas dan kuat daripada nalidiksinat dan
pipermidinat, juga menghasilkan kadar darah/jaringan dan plasma-t ½ yang lebih
tinggi. Penggunaan sistematisnya lebih luas dan meliputi ISK berkomplikasi, infeksi
saluran pernafasan bila disebabkan oleh Pseudomonas aeruginusa , infeksi saluran
cerna, jaringan lunak, kulit, dan gonore.. Responsinya baik dengan BA ca 70% dan
kadar plasma maksimal tercapai 0,5-1,5 jam setelah penggunaan oral. PP-nya ca 30%.
Dimetabolismekan menjadi 4 metabolit aktif yang diekskresi melalui urine (55%) dan
feces (39%). Plasma –t1/2 nya 3-5 jam dan dapat mencapai kira-kira 8 jam pada
gangguan fungsi ginjal yang serius (Tjay,2002)
1. Metode difusi
a. Metode disc diffusion (Tes Kirby & Bauer)
Metode disc diffusion untuk menentukan aktivitas agen antimikroba.
Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang
telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar
tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan
mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar
(Pratiwi, 2008).
b. E- test
Metode E-test untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory
concentration) atau KHM (kadar hambat minimum), yaitu kosentrasi
minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
Pada metode ini digunakan strip plastic yang mengandung agen
antimikroba dari kadar terendah hingga tertingggi dan diletakkan pada
permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan
dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang menunjukkan kadar
agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
media agar (Pratiwi, 2008).
c. Ditch – plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antmikroba yang diletakkan
pada parit yang dibuat dengan cara memotong pada media agar dalam
cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji
(maksimum 6 macam) digoreskan kea rah parit yang berisi agen
antimikroba (Pratiwi, 2008).
d. Cup – plate technique
Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, di mana dibuat
sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan
pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji (Pratiwi,
2008).
e. Gradient – plate technique
Pada metode ini kosentrasi agen antimikroba pada media agar secara
teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan
larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian dituang ke dalam cawan
petri dan di letakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya ditung
di atasnya.
Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba uji
(maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai dari kosentrasi tinggi ke
rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan
mikroorganisme maksimum yang mungkin di bandingkan dengan panjang
pertumbuhan hasil goresan (Pratiwi, 2008).
2. Metode dilusi
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution)
dan dilusi padat (solid dilution).
1. Metode dilusi cair (broth dilution) test (serial dilution)
Metode ini mengukur MIC (minimum inhibitory concentration atau
kadar hambat minimum, KHM) dan MBC (minimum bactericidal
concentration atau kadar bunuh minimum, KBM). Cara yang dilakukan
adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium
cair yang di tambahkan dengan mikroba uji. Larutann uji agen antimikroba
pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adnya pertumbuhan mikroba
uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM
tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan pada
mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18–24 jam.
Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai
KBM (Pratiwi, 2008).
2. Metode dilusi padat (solid dilution tes )
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan
media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu kosentrasi agen
antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba
uji (Pratiwi, 2008).
F. Hipotesis
1. Ekstrak etanol herba anting-anting mengandung ............... yang
mempunyai aktivitas antibakteri, sehingga diharapkan dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Shigella dysentriae
2. Pada konsentrasi 90 mg/ml dapat memberikan zona hambat yang
paling berpotensi