Anda di halaman 1dari 28

A.

Analgetik

1. Definisi Analgetik

Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum) (Tjay,

2007). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,

berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat

mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau

memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.

Nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-

beda bagi setiap orang. batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-45 oC.

2. Patofisiologi Nyeri

Proses rangsangan yang menimbulkan nyeri bersifat destruktif terhadap jaringan

yang dilengkapi dengan serabut saraf penghantar impuls nyeri. Reseptor untuk stimulus

nyeri disebut nosiseptor. Terdapat tiga reseptor nyeri yaitu Nosiseptor mekanis

yang berespon terhadap kerusakan mekanis, misalnya tusukan, benturan, atau

cubitan. Nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu berlebihan terutama panas.

Nosiseptor polimodal yang berespon setara terhadap semua jenis rangsangan

yang merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang

cedera. Distribusi nosiseptor bervariasi di seluruh tubuh dengan jumlah terbesar terdapat

di kulit. Nosiseptor terletak di jaringan subkutis, otot rangka, dan sendi. Nosiseptor yang

terangsang oleh stimulus yang potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan.

Rangsangan atau stimulus tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut

mediator nyeri antara lainhistamin, bradikin, leukotrien, dan prostaglandin. Antara


stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses

tersendiri transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

a.Transduksi nyeri

adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas

listrik di reseptor nyeri.

b. Transmisi nyeri

melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dan tempat transduksi melewati saraf

perifer sampai ke terminal di medula spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang

naik dan medula spinalis ke otak.

c. Modulasi nyeri

melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dan otak yang dapat

memengaruhi transmisi nyeri setinggi medula spinalis. Modulasi juga melibatkan

faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas di reseptor

nyeri aferen primer.

d. Persepsi nyeri

adalah pengalaman subjektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas

transrnisi nyeri oleh saraf.

3. Mekanisme Nyeri Perifer

Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan.

Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai

oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla

spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan

2
jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi

fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak. Cidera atau inflamasi jaringan

akan menyebabkan munculnya perubahan lingkungan kimiawi pada akhir nosiseptor.

Sel yang rusak akan melepaskan komponen intraselulernya seperti adenosine trifosfat,

ion K+, pH menurun, sel inflamasi akan menghasilkan sitokin, chemokine dan growth

factor. Beberapa komponen diatas akan langsung merangsang nosiseptor (nociceptor

activators) dan komponen lainnya akan menyebabkan nosiseptor menjadi lebih

hipersensitif terhadap rangsangan berikutnya (nociceptor sensitizers).

Komponen sensitisasi, misalnya prostaglandin E akan mereduksi ambang aktivasi

nosiseptor dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan cara berikatan pada reseptor

spesifik di nosiseptor. Berbagai komponen yang menyebabkan sensitisasi akan

muncul secara bersamaan, penghambatan hanya pada salah satu substansi kimia tersebut

tidak akan menghilangkan sensitisasi perifer. Sensitisasi perifer akan menurunkan

ambang rangsang dan berperan dalam meningkatkan sensitifitas nyeri di tempat cedera

atau inflamasi.

3
Gambar 1. Mekanisme nyeri

4.Klasifikasi Nyeri

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengklasifikasi nyeriadalah

berdasarkan durasi (akut, kronik), patofisiologi (nosiseptif, nyerineuropatik)

(Benzon et al, 2005):a.Akut dan KronikNyeri akut merupakan nyeri yang timbul

mendadak dan berlangsungsementara. Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf

otonom seperti;takikardi, hipertensi, hiperhidrosis, pucat dan midriosis. Nyeri akut

dapatberupa:

Nyeri somatik luar; nyeri tajam dikulit, sukutis dan mukosa

Nyeri somatik dalam; nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan jaringanikat

4
Nyeri viseral: nyeri akibat disfungsi organ viseral Sedangkan nyeri kronik merupakan

nyeri yang berkepanjangan dapatberbulan-bulan tanpa ditandai aktivitas otonom

kecuali serangan akut.

Nyeri tersebut dapat berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan

luka(penyakit/operasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap

sampaimelebihi tiga bulan.

Nyeri ini disebabkan oleh: Kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut syaraf

Nonkanker akibat trauma, degenerasi, dll.b. Nosiseptif dan neuropatikNyeri nosiseptif

karena kerusakan jaringan baik somatik maupun viseral. Stimulasi nosiseptor baik

secara langsung maupun tidak langsung akanmengakibatkan pengeluaran mediator

inflamasi dari jaringan, sel imun danujung saraf sensorik dan simpatik. Sedangkan nyeri

neuropati merupakan nyeri yang didahului ataudisebabkan oleh lesi atau

disfungsi primer pada saraf perifer. Hal inidisebabkan oleh cedera pada jalur serat

saraf perifer, infiltrasi sel kanker padaserabut saraf, dan terpotongnya saraf perifer.

Sensasi yang dirasakan adalahrasa panas seperti ditusuk-tusuk dan kadang disertai

hilangnya rasa atauadanya rasa tidak enak pada perabaan.

5.Penatalaksanaan Terapi

a) Terapi Farmakologi

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaananalgesik AINS

(anti inflamasi nonsteroid), analgesik opioid dan obat-obatadjuvans atau koanalgesik.

5
Obat analgesia dibagi dalam 2 golongan utama, yaitu yang bekerja diperifer dan yang

bekerja di sentral. Golongan obat AINS bekerja di periferdengan cara menghambat

pelepasan mediator sehingga aktifitas enzimsiklooksigenase terhambat dan sintesa

prostaglandin tidak terjadi. Padagolongan analgetik opioid bekerja di sentral dengan

cara menempatireseptor di kornu dorsalis medula spinalis sehingga terjadi

penghambatanpelepasan transmiter dan perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.

1) Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) (Analgesik Non-Opioid)

Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi non steroid (oains)merupakan

salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan jugadigunakan tanpa resep

dokter. Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase

sehinggakonversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu. Penggolongan

obat AINS berdasarkan struktur kimianya.

6
Gambar 2. Penggolongan obat AINS

Piroksikam dan Meloksikam

Piroksikam merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat asam

enolat. Waktu paruh dalam plasma lebihdari 45 jam sehingga dapat diberikan hanya sekali

sehari. absorpsiberlangsung cepat di lambung; terikat 99% pada protein plasma. Obat ini

menjalani siklus enterohepatik. Meloksikam cenderung menghambat KOKS-2 lebih

dariKOKS-1 tetapi penghambatan KOKS-1 pada dosis terapi tetap nyata. Penelitian

terbatas menyimpulkan efek samping meloksikam 7,5 mgsehari terhadap saluran cerna

kurang dari piroksikam 20 mg sehari.

7
Nabumeton

Nabumeton merupakan pro-drug. Data pada hewan cobamenunjukkan bahwa

nabumeton memperlihatkan sifat selektif menghambat iso-enzim prostaglandin

untuk peradangan tetapi kurang menghambat prostasiklin yang bersifat

sitoprotektif .KOKS-2 Selektif Refekoksib terbukti kurang menyebabkan

gangguan gastrointestinal dibanding naproksen. Selekoksib tidak terbukti lebihaman

dari AINSt. Tidak ada koksib yang klinis terbukti lebih efektifdari AINSt. Obat ini

memperlihatkan t1/2 yang panjang sehingga cukupdiberikan sekali sehari 60 mg

2) Analgesik Opioid

Analgesik opiod merupakan kelompok obat yang memiliki sifatseperti opium. Opium yang

berasal dari getah papaver somniferummengandung sekitar 20 jenis alkaloid

diantaranya morfin, kodein, tebain, dan papaverin. Analgesik opiod terutama

digunakan untukmeredakan atau menghilagkan rasa nyeri, meskipun juga

memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain.

Dari beberapa mekanisme kerja opioid maka dapat diketahuibahwa opioid bekerja

dengan mengaktifkan reseptor opioid di midbrain dan mengaktifkan sistem descending,

bekerja pada reseptor opioid ditransmisi second-order untuk menghambat sinyal nyeri

dari sistemas cending, mengaktifkan reseptor opioid terminal sentral serat C dimedulla

spinalis untuk menghambat keluarnya neurotransmiter nyeri,mengaktifkan reseptor nyeri

di perifer untuk menginhibisi aktivasi darinosiseptor yang juga menghambat sel yang

menghasilkan efek inflamasi. Yang termasuk golongan opiod adalah alkaloid opium,

derivatsemisintetik alkaloid opium, senyawa sintetik dengan sifat farmakologik

menyerupai morfin.

8
a. Morfin dan Alkaloid Opium

Opium atau candu adalah getah Papaver somniferum L yang telahdikeringkan.

Alkaloid asal opium secara kimia dibagi dalam dua golongan;

1) golongan fenantren, misalnya morfin dan kodein dan

2)golongan benzilisokinolin, misalnyanoskapin dan papaverin. Efek morfin pada

susunan saraf pusat dan usus terutama ditimbulkan karena morfin bekerja sebagai

agonis para reseptor μ. Selain itu morfin juga mempunyai afinitas yang lebih lemah

terhadapreseptor delta dan k. Morfin dan opioid lain terutama diindikasikan untuk

meredakanatau menghilangkan nyeri hebat dan tidak dapat diobati

dengananalgesik non opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yangdiperlukan.

Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai infarkmiokard, neoplasma,

kolik renal atau kolik empedu, oklusio akutpembuluh darah perifer, pulmonal

atau koroner, perikarditis akut,pleuritis dan pneumotoraks spontan, dan nyeri akibat

trauma misalnyaluka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.

Sediaan Dan Posologi

Sediaan yang mengandung campuran alkaloid dalam bentuk kasarberaneka ragam dan

masih dipakai.

b. Meperidin dan Derivat Fenilpiperidin Lain

Efek farmakodinamik meperidin dan derivat fenilpiperidin lainserupa satu dengan

yang lain. Meperidin terutama bekerja sebagaiagonis reseptor μ. Meperidin

menimbulkan analgesia, sedasi, euforia, depresi napas dan efek sentral lain. Meperidin

9
hanya digunakan untukmenimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis,

meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripadamorfin.

Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan analgesiaobstetrik dan sebagai obat

praanastetik. Fentanil dan derivatnya; sulfentanil. Alfentanil, dan remifentanil merupakan

opiod sintetik dari kelompok fenilpiperidin dan bekerja sebagai reseptor μ. Fentanil

banyak digunakan sebagai anastetik karenawaktu untuk mencapai puncak analgesia lebih

singkat dibandingkanmorfin dan meperidin (sekitar 5 menit), efeknya cepat berakhir

setelahdosis kecil yang diberikan secara bolus, dan relatif kurangmempengaruhi

kardiovaskular.

c. Metadon dan Opioid Lain

Efek analgetik 7,5-10 mg metadon sama kuat dengan afek 10 mgmorfin. Dalam dosis

tunggal, metadon tidak menimbulkan hipnosissekuat morfin. Setelah pemberian metadon

berulang kali timbul efeksedasi yang jelas, mungkin karena adanya akumulasi. Jenis nyeri

yang dapat dipengaruhi metadon sama dengan morfin. Dosis ekuianalgetik metadon

kira-kira sama dengan morfin. Efekanalgetik mulai timbul 10-20 menit setelah

pemberian parenteral atau 30-60 menit setelah pemberian oral metadon. Propoksifen

bekerja analgetik karena kerja sentralnya. Proksifenterutama terikat pada reseptor μ

meskipun kurang selektifdibandingkan morfin. Proksifen hanya digunakan untuk

mengobati nyeri ringan hingga sedang, yang tidak cukup baik diredakan olehasetosal.

d. Agonis Parsial

Pentazosin diindikasikan untuk mengatasi nyeri sedang, tetapi kurang efektif

dibandingkan morfin untuk nyeri berat. Obat ini jugadigunakan untuk mediasi preanestetik.

10
Buprenofrin, suatu agonis parsial reseptor μ, merupakan derivatfenantren yang poten dan

sangat lipofilik. Buprenofrin menimbulkananalgesia dan efek lain pada SSP seperti

morfin. Masa kerjanyameskipun bervariasi umumnya lebih panjang daripada morfin,

karenalambat dilepaskan dari reseptor μ. Tramadol adalah analog kodein sintetik yang

merupakan agonisreseptor μ yang lemah. Sebagian dari efek analgetiknya ditimbulkanoleh

inhibisi ambilan norepinefrin dan noradrenalin. Tramadol samaefektif dengan morfin

atau meperidin untuk nyeri ringan sampaisedang, tetapi untuk nyeri berat atau kronik

lebih lemah. Untuk nyeripersalinan tramadol sama efektif dengan meperidin dan

kurangmenyebabkan depresi pernafasan pada neonatus.

3) Analgesik Adjuvant

Analgesik adjuvan adalah obat yang mempunyai sifat analgesik lemah atau tidak ada sifat

analgesik sama sekali apabila diberikan sendiri, namun dapat meningkatkan efek agen

analgesik lain. Obat inidapat dikombinasikan dengan analgesik primer sesuai dengan

sistemWHO untuk mengurangi rasa nyeri. Analgesik adjuvant biasanya diberikan

kepada pasien yang menggunakan berbagai obat sehingga keputusan mengenai

administrasi dan dosis obat harus dibuat denganpemahaman yang jelas dari tahap

penyakit dan tujuan perawatan. Sebagian analgesik adjuvant mempunyai efek yang bagus

padabeberapa situasi nyeri sehingga diberikan nama multipurpose adjuvantan algesics

(antidepressants, kortikosteroid, agonis alfa-2 drenergik, neuroleptik). Ada juga yang

spesifik pada kondisi tertentu saja, seperti pada nyeri neuropatik, nyeri tulang, nyeri otot,

atau nyeri pada obstruksiusus.

11
Antidepresant

Kedua jenis tertiary amines (amitriptiline, imipramine dan clomiperamine) dan

secondary amines (nortriptyline dan desipramine) bersifat analgesik.

Kortikosteroid

Kortikosteroid mempunyai sifat analgesik untuk banyak kondisinyeri seperti nyeri kanker,

nyeri tulang, nyeri neuropatik (kompresipada struktur saraf), nyeri kepala (peningkatan

tekanan intrakranial),nyeri sendi (arthalgia) dan nyeri dalam rongga abdomen. Obat yang

sering dipakai adalah dexametason, prednison danmetilprednisolone.

Antikejang,

seperti karbamazepin (Tegretol®) atau fenitoin(Dilantin®), telah terbukti efektif

untuk mengatasi nyeri menyayat yangberkaitan dengan kerusakan saraf. Nyeri

menyayat (menusuk ataumenembus secara singkat) adalah khas untuk neuralgia

trigeminus,neuropati diabetes, dan neuralgia pascaherpes serta sering terjadisetelah

l aminektomi dan amputasi ekstremiias. Antikejang efektifuntuk nyeri neuropatik

karena obat golongan ini menstabilkan membransel saraf dan menekan respons

akhir di saraf. Gabapentin, yang terutama efektif untuk nyeri menyayat, memiliki

mekanisme kerja yangbelum jelas, walaupun obat ini berikatan dengan reseptor spesifik

diotak, menghambat arus natrium yang bergantung pada voltase, danmungkin

meningkatkan pelepasan GABA. Antikejang zonisamid(Zonegran®), menimbulkan

efek antiepilepsi melalui blokade salurannatriurn dan kalsium, serta melalui aktivitas

dopaminergik danserotonergik. Pada hewan percobaan, redanya nyeri melalui

mekanismeserupa terbukti bermarifaat. Antidepresan trisiklik, seperti amitriptilin

12
(Elavil®) atau imipramin(Tofranil®), adalah analgetik yang sangat efektif untuk

nyeri ineuropatik, serta berbagai penyakit lain yang menimbulkan nyeri.Aplikasi-

aplikasi spesifik adalah terapi untuk neuralgia pascaherpes,invasi struktur saraf oleh

karsinoma, nyeri pascabedah, dan artritisrematoid. Pada pengobatan untuk nyeri,

antidepresan trisikliktampaknya memiliki efek analgetik yang independen dan

aktivitasantidepresannya. Diperkirakan bahwa antidèpresan trisiklikmenghilangkan

nyeri dengan menghambat penyerapan ulang amina-amina biogenik di SSP. Seperti

telah disinggung, neuron-neuronserotonergik dan adrenergik di batang otak

berproyeksi ke danmenghambat transmisi nyeri sel-sel di kornu dorsalis medula

spinalisdan merupakan bagian dari sistem modulasi-nyeri desendens.Antidepresan

trisiklik diperkirakan meningkatkan efek inhibitorikserotonin dan norepinefrin pada

neuron-neuron untuk transnisi nyerispinal (adjuvantanalgesic.pdf). Obat adjuvan lain

yang berrnanfaat dalam pengobatan nyeri adalahhidroksizin (Vistaril®), yang memiiki

efek analgetik pada beberapapenyakit dan efek aditif apabila diberikan bersama morfin;

pelemasotot misalnya diazepam (Valium®), yang digunakan untuk mengobatikejang

otot yang berkaitan dengan nyeri; dan steroid misalnyadeksametason (Decad

ron), yang telah digunakan untuk mengendalikangejala yang berkaitan dengan kompresi

medula spinalis atau metastasistulang pada pasien kanker.

Adjuvan lain untuk analgesia adalah agonis reseptor adrenergik-alfa (misalnya, agonis

alfa-2, klonidin), yang sering diberikan secaraintraspinal bersama dengan opioid atau

anestetik lokal; obat ini jugamemiliki efek analgetik apabila diberikan secara

sistemis karena memulihkan respons adrenergik simpatis yang berlebihan di

reseptorsentral dan perifer. Antagonis alfa-1, prazosin, juga pernah digunakandalam

13
penatalaksanaan nyeri yang disebabkan oleh sistem simpatis.Efek samping utama dan

obat-obat ini adalah hipotensi dan potensiasidepresi pernapasan yang diinduksi oleh

opioid.

b) Terapi Non-Farmakologi

1) Stimulasi dan masase kutaneus.

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, seringdipusatkan pada

punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak

nyeri pada bagian yang sama seperti reseptornyeri tetapi dapat mempunyai dampak

melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman

karena menyebabkanrelaksasi otot (Smeltzer dan Bare, 2002).

2)Terapi es dan panas.

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuatsensitivitas reseptor

nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera denganmenghambat proses inflamasi.

Penggunaan panas mempunyai keuntunganmeningkatkan aliran darah ke suatu area dan

kemungkinan dapat turutmenurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Baik

terapi esmaupun terapi panas harus digunakan dengan hati-hati dan

dipantaudengan cermat untuk menghindari cedera kulit (Smeltzer dan Bare, 2002).

3) Trancutaneus electric nerve stimulation

Trancutaneus electric nerve stimulation (TENS) menggunakan unityang dijalankan oleh

baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulituntuk menghasilkan sensasi kesemutan,

14
menggetar atau mendengung padaarea nyeri. TENS dapat digunakan baik untuk nyeri

akut maupun nyerikronis (Smeltzer dan Bare, 2002).

4) Distraksi

Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien padasesuatu selain pada

nyeri dapat menjadi strategi yang berhasil danmungkin merupakan mekanisme

yang bertanggung jawab terhadap teknikkognitif efektif lainnya. Seseorang yang kurang

menyadari adanya nyeriatau memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan sedikit

terganggu olehnyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi diduga

dapatmenurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang

mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan keotak.

5) Teknik relaksasi

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan

ketegangan otot yang menunjang nyeri. Hampir semua orangdengan nyeri kronis

mendapatkan manfaat dari metode relaksasi. Perioderelaksasi yang teratur dapat

membantu untuk melawan keletihan danketegangan otot yang terjadi dengan nyeri

kronis dan yang meningkatkannyeri (Smeltzer dan Bare, 2002).

6) Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah mengggunakan imajinasi seseorangdalam suatu cara yang

dirancang secara khusus untuk mencapai efekpositif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi

terbimbing untuk relaksasi danmeredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan napas

berirama lambatdengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan.

7) Hipnosis

15
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlahanalgesik yang

dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Keefektifanhipnosis tergantung pada

kemudahan hipnotik individu.

Swamedikasi

Obat-Obat Sintetis (MIMS Petunjuk Konsultasi. 2014/2015)

Asam asetilsalisilat / asetosa

Gambar 3. Aspirin

Nama Sediaan: Aspirin (Produsen : Bayer consumer care)

Bentuk sediaan: Tablet kunyah Asam asetilsalisilat/aspirin 500 mg

Indikasi: Untuk menurunkan demam, meringankan sakit kepala,sakit gigi dan nyeri

otot.

Dosis: Dewasa 1-2 tablet. Anak > 5 tahun ½ - 1 tablet. Semuadosis diberikan 2 – 3 kali

per hari.

Aturan pakai: berikan segera sesudah makan

16
Efek samping: Kadang-kadang dapat terjadi: iritasi lambung, mual,muntah.

Pemakaian jangka panjang dapat terjadi: perdarahan lambung, tukak lambung.

Kontraindikasi: Penderita hipersensitif (termasuk asma). Penderita tukak lambung

(maag), pernah atau sering mengalamiperdarahan di bawah kulit (konsultasikan

dengan dokter).Penderita hemofilia dan trombositopenia, karena dapatmeningkatkan

risiko terjadinya perdarahan. Penderita yang sedang terapi dengan antikoagulan

(konsultasikan dengan dokter).

Golongan: obat bebas

2)Metamizole Na/Metampiron

Gambar 4. Novalgin

Nama Sediaan: Novalgin (Produsen : Sanofi Aventis)

Bentuk sediaan: Tablet (Metamizole Na 500 mg) dan sirup (MetamizoleNa 50mg/ml)

Indikasi: nyeri hebat yang berhubungan dengan sakit kepala, sakitgigi, post op, nyeri akut

dan kronik karena spasem ototpolos

17
Dosis: tab dewasa dan remaja ≥ 15 tahun 1 tab, sir dewasa danremaja ≥ 15 tahun 2-4 sdt.

Anak 13-14 tahun 1 3/4 – 3 ½sdm. 10-12 tahun ½ - 3 sdm.

Aturan pakai: berikan sesudah makan

Efek samping: jarang ; reaksi anafilaksis / anafilaktoid dan gejala-gejalapada mukosa,

dispnea. Angioedema berat, bronkospasme, aritmia jantung, penurunan TD

secaradrastis, syok sirkulasi. Jarang; ruam kulit

Kontraindikasi: alergi pirazolon, porfiria hepatik atau defisiensi G6PD kongenital.

Hamil dan laktasi. Gangguan fungsisumsum tulang dan penyakit sistem

hematopoetik. Pasien yang diketahui mengalami bronkospasme ataureaksi

anafilaksis lain terhadap analgetik.

Golongan: obat keras (obat wajib apotek) Maksimal 20 tablet, sirup1 botol

3) Asam Mefenamat

Gambar 5. Mefinal

Nama Sediaan: Mefinal (Produsen : Sanbe)

18
Indikasi: nyeri pada reumatik akut, dan kronis, luka jaringan lunak, pegal otot

dan sendi, dismenore, sakit kepala, gigi,nyeri pasca bedah

Dosis: dewasa dan anak > 14 tahun awal 500 mg, kemudian 250mg/jam. Anak > 6 bln 3-

6,5 mg/kg BB tiap 6 jam. Maks 7 hariAturan pakai: berikan segera sesudah makan

Efek samping: gangguan dan perdarahan GI, tukak peptik.

Kontraindikasi: tukak peptic atau usus, gangguan ginjal atau hati

Golongan: obat keras (obat wajib apotek) Maksimal 20 tablet, sirup1 botolBentuk

sediaan: kapsul (asam mefenamat 500 mg)

4) Ibuprofen

Gambar 6. Farsifen

Nama Sediaan: Farsifen (Produsen : Ifars)

Bentuk sediaan: kapsul salut selaput (ibuprofen 400 mg)

Indikasi: meredakan gejala rematik pada tulang, sendi dan nonsendi; trauma pada otot

dan muskuloskeletal, menurunkan demam dan meredakan nyeri ringan s/dsedang

misalnya pasca ekstraksi gigi dan nyeri pascaoperasi, sakit kepala. Dismenore primer

19
Dosis: kapsul dewasa inflamasi dan analgesik 400 mg 3-4kali/hari. Analgesik

200-400 mg 3-4 kali/hari. Maks;2400 mg/hr. Anak 8-12 tahun 200 mg 3-5 kali/hari .

3-7tahun 100 mg 3-4 kali/hari, 1-2 tahun 50 mg 3-4kali/hari.

B. Antipiretik

1.Definisi Antipiretik

Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang

berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh

normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah

rectal temperature ≥38,0°C atauoral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature

≥37,2°C. Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia.

Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada

pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi padapasien dengan

perdarahan sistem saraf pusat. Demam terbagi atas beberapa tingkatan :

1. Demam ringan = suhu badan berkisar antara 37o-38 oC

2. Demam sedang = suhu badan berkisar antara 38o -39o C

3. Demam = suhu badan berkisar antara 39o -40o C

4. Demam tinggi = suhu badan di atas 40oC

20
2.Patofisiologi Demam

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan namapirogen.

Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi duayaitu pirogen

eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen

eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin ataumikroorganisme

seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang

dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogenadalah pirogen endogen yang

merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuhpasien. Contoh dari pirogen endogen

antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya

adalah monosit, neutrofil, danlimfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan

pirogen endogen jika terstimulasi.

Gambar 7. Patofisiologi Demam

Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan. Fase

pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai

dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatanaktivitas otot yang berusaha

untuk memproduksi panas sehingga tubuh akanmerasa kedinginan dan menggigil. Fase

kedua yaitu fase demam merupakan fasekeseimbangan antara produksi panas dan

21
kehilangan panas di titik patokan suhuyang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu

fase kemerahan merupakan fasepenurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi

pembuluh darah danberkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas

sehingga tubuh akanberwarna kemerahan.

3.Mekanisme Demam

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit,

limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator

inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akanmengeluarkan zat

kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen

eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endoteliumhipotalamus untuk

membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan

patokan termostat dipusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap

suhu sekaranglebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-

mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulitdan

mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadipeningkatan

produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan

menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut.

4.KlasifikasiTipe-tipe demam bergantung pada suhu tubuh penderita yang berubah-ubah

setiap hari. Penyakit-penyakit tertentu yang diawali dari demam, dapat

dikarakteristikkan dengan kurva temperatur yang spesifik. Berdasarkan hal di atasdemam

dibagi atas delapan tipe:

22
1. Continued fever (febris continua): suhu tubuh terus-menerus di atas normal. Gejala ini

ditemukan pada lobar pnemonia, typhus dan lain-lain.

2. Remittent fever (febris remittens): suhu tubuh tiap hari turun naik tanpakembali ke

normal. Gejala ini ditemukan pada penyakit purulent, kadang-kadang pada TBC paru-

paru.

3. Intermittent fever (febris intermittens): suhu tubuh tiap hari kembali

ke(bawah) normal, kemudian naik lagi. Gejala ini ditemukan pada penyakitmalaria.

4. Hectic fever (febris hectica), memiliki fluktuasi temperatur yang jauh lebihbesar

daripada remittent fever, mencapai 2oC – 4oC. Hal ini ditandai denganmenurunnya

temperatur dengan cepat ke normal atau di bawah normal, biasanya disertai

dengan pengeluaran keringat yang berlebihan. Gejala iniditemukan pada TBC paru-paru

dan sepsis.

5. Recurrent fever (febris recurrens) merupakan demam yang mengambuh.

6. Undulant fever (febris undulans), ditandai dengan kenaikan suhu tubuh

secaraberangsur yang diikuti dengan penurunan suhu tubuh secara berangsur pulasampai

normal. Gejala ini ditemukan pada penyakit bruselosis.

7. Irreguler fever (febris irregularis), ditandai dengan variasi diurnal yang tidakteratur

dalam selang waktu yang berbeda. Gejala ini ditemukan pada demamrematik, disentri,

influenza, sepsis, rheumocarditis dan lain-lain.

8.Inverted fever (febris inversa), dalam hal ini suhu tubuh pagi hari lebih tinggidaripada

malam hari. Gejala ini ditemukan pada TBC paru-paru, sepsis danbruselosis.

23
5.Penatalaksanaan Terapi

a)Terapi Farmakologi

Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasanyeri tanpa

menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yangmenurunkan suhu tubuh

yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obatyang mengurangi rasa nyeri dan

serentak menurunkan suhu tubuh yangtinggi.Umumnya cara kerja analgetik-

antipiretik adalah denganmenghambat sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat

menimbulkan rasa nyeri & demam. Contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredardi

Indonesia:

1) Paracetamol

Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS)

yang memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik (menurunkan

demam), dan anti-inflamasi (mengurangi prosesperadangan). Paracetamol paling

aman jika diberikan selama kehamilan. Parasetamol dalam dosis tinggi dan jangka

waktu pemberian yang lamabisa menyebabkan toksisitas atau keracunan pada

ginjal. sehinggadikategorikan sebagai analgetik-antipiretik. Golongan analgetik-

antipiretikadalah golongan analgetik ringan. Parasetamol merupakan contoh

obatdalam golongan ini.Beberapa macam merk dagang, contohnyaParasetamol

(obat penurun panas atau penghilang nyeri) bisadiperdagangkan dengan merk

Bodrex, Panadol, Paramex. Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk

tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg/5 ml. Selain itu parasetamol

terdapatsebagai sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun

24
cairan.Dosis parasetamol untuk dewasa 300 mg - 1 g per kali, dengan maksimum4

g/hari.

2) Ibuprofen

Ibuprofenadalah salah satu jenis anti-inflamasi non-steroid(AINS) yang diindikasikan

untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang,nyeri setelah operasi, nyeri pada

penyakit sendi (seperti pengapuran sendiatau rematik), nyeri otot, nyeri haid, serta

menurunkan demam. Ibuprofenjuga memiliki efek anti-radang dan anti-pembekuan

darah yang lemah. Dosis untuk demam yakni 200-400 mg tiap 4 sampai 6 jam

dengandosis maksimum 1200 mg sehari.

3) Aspirin

Aspirin adalah obatmenghambat produksi prostaglandin (sebuahzat spesifik yang

menyebabkan rasa sakit dan demam) untuk mengurangi respons tubuh terhadap

serangkaian proses kimia yang akhirnya menujuterbentuknya rasa sakit. Obat ini di

indikasikan untuk meringankan rasasakit, nyeri otot dan sendi, demam, nyeri karena

haid, migren, sakit kepaladan sakit gigi tingkat ringan hingga agak berat. Dosis 300-

900 mg diberikan tiap 4 sampai 6 jam, dengan dosismaksimum 4000 mg sehari.

b) Terapi Non-Farmakologi

Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi daripenatalaksanaan

demam:

1)Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi danberistirahat

yang cukup.

25
2)Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saatmenggigil.

Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan. Memakai satu lapis

pakaian dan satu lapis selimut sudah dapatmemberikan rasa nyaman kepada

penderita.

3)Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangatefektif

terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan kompres dinginkarena akan

menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembalisuhu inti.

6.Swamedikasia

Obat Sintetis (MIMS Petunjuk Konsultasi. 2014/2015)

1) Asam asetilsalisilat /asetosal/aspirin

Gambar 8. Aspirin

Nama Sediaan: ASPIRIN (Produsen : Bayer consumer care)

Bentuk sediaan: TabletAsam asetilsalisilat/aspirin 500 mg

Indikasi: Untuk menurunkan panas demam dan meringankan rasa sakit seperti sakit

kepala dan nyeri otot.

26
Dosis:Dewasa 1-2 tablet. Anak > 5 tahun ½ - 1 tablet. Semua dosis diberikan 2 – 3 kali

per hari.

Aturan pakai: berikan sesudah makanEfek samping: Iritasi lambung, pendarahan

lambung / tukak lambung (terutama pemakaian lama), mual, muntah,

reaksihipersensivitas (sesak napas, reaksi kulit), dapat terjadiberkurangnya jumlah

trombosit(trombositopenia).

Kontraindikasi: Penderita yang sedang diterapi anti koagulan (konsultasikan dengan

dokter). Penderita hemofilia, trombositopenia, varicella / cacar air / chickenpox

dangejala flu, hipersensitif terhadap salisilat. Penderita alergi (termasuk asma), tukak

lambung (maag), pernah atausering mengalami pendarahan di bawah

kulit(konsultasikan dengan dokter).

Golongan: obat bebas

2) Ibuprofen

ama sediaan: PRORIS (Produsen ; Pharos)

Bentuk sediaan: kapsul (ibuprofen 200 mg), tablet kunyah (ibuprofen 100mg) dan syrup

(ibuprofen 100 mg/5 ml).

Indikasi: meredakan demam, mengurangi rasa nyeri pada sakitgigi, sakit kepala, nyeri

otot, nyeri pasca operasi setelahcabut gigi dan peny reumatik.

Dosis: dewasa 200 mg 3-4 kali/hari. Anak 1-12 tahun untukmengurangi demam suhu <

39ºC; 5 mg/kg BB, suhu >39ºC; 10mg/kg BB. Diberikan 3-4 kali/hari

Aturan pakai: berikan segera sesudah makan

27
Kontraindikasi: tukak peptik, penderita dengan riwayat asama, rinitis atauurtikaria karena

menggunakan aspirin atau ains lain

Golongan: obat bebas terbatas

3) Parasetamol

Namasediaan: sanmol (produsen; sanbe)

Bentuk sediaan: tablet (parasetamol 500 mg), syrup (120 mg/5 mL)

Indikasi: Meredakan nyeri termasuk sakit kepala dan sakit gigi. Meredakan demam akibat

flu & setelah imunisasi.

Dosis:Dewasa 1-2 tablet, anak ½-1 tablet, syrup anak 1-2 tahun5 mL, 2-6 tahun 5-10 mL,

6-9 tahun 10-15 mL, 9-12 tahun 15-20 mL. Semua dosis diberikan 3-4 kali/hari.

Aturan pakai: Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

Kontraindikasi: Hipersensitivitas. Gangguan fungsi hati berat

Golongan: Obat bebas terbatas

28

Anda mungkin juga menyukai