14.C2.0074 Ni Made Karlina Sumiari T (6.17%) .Bab I PDF
14.C2.0074 Ni Made Karlina Sumiari T (6.17%) .Bab I PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
urat, pijat patah tulang, dukun, dukun bayi, herbal. Pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan.1
1
Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016,
“Kebijakan Pelayanan Kesehatan Tradisional”, disampaikan dalam KONAS IAKMI XIII 2016,
Makasaar 3-5 Nopember 2016, halaman 22-24
2
tanpa alat (77,8%) dan ramuan (49%)2. Pada praktiknya, banyak
tradisional adalah karena murah, mudah dan manjur. Bagi kaum petani
dan nelayan alasan itu menjadi utama sebab tidak setiap saat mereka
2
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan Dasar. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, halaman 48
3
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Ibid, Halaman 49
4
Atik Triratnawati, “Pengobatan Tradisional, Upaya Meminimalkan Biaya Kesehatan Masyarakat
Desa Di Jawa”, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Volume 13 No. 02 Juni 2010, halaman
69-73
3
Pada Sistem Sirkulasi dan Pernapasan”. Penelitian ini menggunakan jenis
acak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 50% battra ramuan tidak
sekolah atau tamat SD, battra ramuan yang mempunyai buku catatan
ramuan 92,5% karena sudah putus asa berobat secara medis sedangkan
5
Sa’roni, “Ramuan Obat Tradisional Battra di Bali Untuk Obat Keluhan Pada Sistem Sirkulasi Dan
Pernapasan”, Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 1 Tahun 2009, halaman 33-41
4
Provinsi Bali merupakan bagian dari wilayah Indonesia yang
mempunyai adat dan kebudayaan yang sangat kental serta terkenal akan
tradisional yang ada di Provinsi Bali seperti pijat tuna netra, pijat refleksi,
akupuntur, SPA (Sanus Per Aquam atau Solus Per Aqua), terapi
Harian Radar Bali dalam beritanya pada hari senin tanggal 19 Juli
penyehat tradisional yang tersebar di Provinsi Bali ini belum memiliki izin
praktik dari Dinas Kesehatan.” Berdasarkan hasil rekap data oleh Unit
Bali adalah 3281, yang tidak memiliki ijin 3056 sedangkan yang memiliki
izin hanya 2256. Kepala seksi UPT JKMB Dinas Kesehatan Provinsi Bali
6
Internet, 19 Juli 2016, Waspada! Ribuan Penyehat Tradisional Tak Kantongi Ijin Praktik,
http://www.radarbali.jawapos.com/read/2016/07/19/4184/waspada-ribuan-penyehat-
tradisional-tak-kantongi-izin-praktik/1
5
juga menyampaikan bahwa Kabupaten Buleleng ternyata memiliki
tradisional seperti terapi herbal, pijat tradisional, pijat patah tulang maupun
herbal/ramuan, pijat refleksi, dukun bayi, dan pijat patah tulang tidak
Tradisional)-nya.
7
Internet, 19 Juli 2016, 3056 Tempat Praktik Balian di Bali Tak Berizin, Tinggal di Pedesaan dan
Kaki Gunung, http://www.bali.tribunnews.com/2016/07/19/3056-tempat-praktik-balian-di-
bali-tak-berizin-tinggal-di-pedesaan-dan-kaki-gunung/page=all
6
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa jika terpenuhi syarat dan
sakit yang diderita menjadi semakin parah ? Hal inilah yang meresahkan
8
Dian Kartika, “Pelayanan Kesehatan Tradisional Dan Perlindungan Hukum Bagi Pasien”, SOEPRA
Jurnal Hukum Kesehatan, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014, Halaman 1
9
Rahayu, 2010, Hukum Hak Asasi Manusia (HAM), Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, halaman 3
7
Tradisional Pasal 3 yang menyebutkan bahwa “Pemerintah, Pemerintah
terpenuhi.
8
B. Pembatasan Masalah
empiris. Hal ini didukung oleh kuatnya tradisi dan spiritual masyarakat Bali
C. Perumusan/Identifikasi Masalah
tradisional empiris?
masyarakat?
9
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
10
melakukan pengawasan yang lebih baik terhadap penyelenggaraan
kesehatan tradisional
2. Manfaat Teoritis
tradisional
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
10
Fakultas Pascasarjana Universitas Katolik Soegijapranata, 2015, Petunjuk Penulisan Usulan
Penelitian dan Tesis, Semarang : Fakultas Pascasarjana Universitas Katolik Soegijapranata,
halaman 7
11
adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi
merupakan fakta empiris dan berguna untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan negara.
hal tersebut dan sesuai dengan latar belakang, maka peneliti ingin
2. Spesifikasi Penelitian
yuridis dari kebijakan yang ada serta mengkaji aturan-aturan yang berlaku
12
berupa deskriptif analitik.11 Peneliti menggambarkan fakta tentang
informan dan informan. Hasil penelitian ini lebih ditekankan pada objek
3. Desain Penelitian
11
Widanti, Paulus Hadi Suparto, Bambang Shofari, Petrus Soeryowinoto opcit, halaman 8
12
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta, halaman
9
13
utuh (holistik) karena setiap aspek mempunyai satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.13
a. Unsur Penelitian
b. Definisi Operasional
13
ibid
14
b) Penyelengga Suatu sistem penerapan kesehatan tradisional yang
raan manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris, dan
Pelayanan wajib untuk diawasi. Peraturan penyelenggaraan
kesehatan pelayanan kesehatan tradisional empiris yang wajib
tradisional untuk diawasi meliputi :
empiris (1) Fasilitas kesehatan (sarana prasarana)
(2) Metode yang digunakan, alat dan bahan
(3) Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tradisional
Empiris (Penyehat tradisional)
c) Perlindungan Menganalisis bagaimana perlindungan hak atas
hak atas kesehatan bagi masyarakat sebagai pengguna
kesehatan pelayanan kesehatan tradisional, meliputi :
bagi (1) Dilakukannya Pengawasan
masyarakat (2) Pemberian sanksi
5. Jenis Data
berikut :
a. Data Primer
asli atau partisipan. Data primer dapat berupa opini informan secara
kegiatan dan hasil pengujian.14 Pada penelitian ini data primer didapatkan
14
Sugiyono. 2011. Op.Cit., halaman 224
15
b. Data sekunder
dengan topik pembahasan atas masalah yang diteliti. Data sekunder yang
Daerah;
Nasional;
Kesehatan Tradisional;
kesehatan
16
3) Bahan hukum tertier
pengertian dari bahan hukum primer dan sekunder misal melalui kamus,
sebagai berikut :
a. Studi lapangan
mendalam dengan informan yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti.
15
Ronny Hanitijo Soemitro. 1988. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta : Ghalia
Indonesia, halaman 57
17
3) Penyelenggara pelayanan kesehatan tradisional empiris (populasi
refleksi, sengat lebah, dukun beranak, usada, ramuan, ahli gigi) yang
b. Studi Kepustakaan
menggunakan referensi atau buku serta bahan hukum yang menjadi objek
18
data sekunder diperoleh dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier
masyarakat.
7. Metode Sampling
16
Rianto Adi, 2005, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta : Granit, halaman 112
19
pengelompokan riset kesehatan dasar 2013. Adapun rinciannya sebagai
berikut :
a. Ramuan (usada, ramuan, terapis SPA) : diteliti dua jenis yaitu ramuan,
b. Keterampilan tanpa alat (pijat urut, pijat patah tulang, dukun bayi,
refleksi, sengat lebah, dukun beranak) : diteliti tiga jenis yaitu dukun
c. Keterampilan dengan alat (akupresur, ahli gigi) : diteliti satu jenis yaitu
akupresur
meditasi (yoga)
data penelitian ini akan disajikan dalam bentuk uraian, maupun gambar
20
dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan
Penerapan metodologi ini bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak harus
G. Penyajian Thesis
Adapun penyajian dari penulisan tesis ini terdiri dari empat bab
17
Burhan Bungin. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Jakarta : RajaGrafindo Persada,
halaman 39
18
Pawito, 2008, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : LKiS, halaman 101
21
BAB I merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
tentang inti serta teori yang akan menunjang penelitian seperti pelayanan
22
kesehatan tradisional serta klien dari pelayanan kesehatan tradisional
(masyarakat).
23