I.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mendapatkan kristal struvite
dari urine sapi dengan menggunakan reactor kolom bersekat dengan pengaruh pH
dan rate udara.
III.3 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai cara penggunaan reactor kolom bersekat
untuk memperoleh kristal struvite
2. Mengetahui pengaruh kecepatan laju alir udara dan derajat keasaman (pH)
dalam pembentukan kristal struvite dari limbah urine sapi
3. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam proses kristalisasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
peroleh. Laju pembentukan inti (nukleasi) dapat dinyatakan dengan jumlah inti
yang terbentuk dalam satuan waktu. Bila laju pembentukan inti tinggi, maka kristal
yang terbentuk akan semakin banyak. Laju pembentukan inti ini tergantung pada
derajat kejenuhan dari larutan. Semakin tinggi tingkat kejenuhan maka semakin
besar kemungkinan untuk membentuk inti baru sehingga semakin besar laju
pembentukan inti.
Pada proses kristalisasi pada kristal struvite larutan induk berada pada
waktu yang cukup lama sehingga mencapai kesetimbangan dan larutan induk itu
mencapai titik jenuh (saturated) pada akhir proses. Reaksi pembentukan struvite
kristal terjadi apabila konsentrasi magnesium, amonium dan fosfor dalam larutan
melebihi solubility product(KSP) (Ariyantodkk,2014, OhlingerdanScroeder, 1998).
II.1.5. Urine
Urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam satu hari, manusia dan hewan
mengeluarkan urin sampai beberapa kali (Utomo et al. 2010). Secara garis besar
ada tiga proses dalam pembentukan urin yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi, dan
sekresi tubulus. Pada manusia sehat sekitar 1200 mL darah melalui jaringan
ekskresi ginjal yang berfungsi setiap menit, dan membentuk sekitar 125 mL filtrat
glomerulus. (Panjaitan et al 2014)
Komposisi urine adalah 96% air, Natrium, Pigmen Empedu, 1,5% garam,
Kalium, Toksin, 2,5% urea, kalsium, Bikarbonat, Kreatinin N, Magnesium,
Kreatini, Khlorida, Asam urat N, Sulfat anorganik, Asam urat, Fosfat anorganik,
Amino N, Sulfat, Amonia N dan Hormon (Sumarlin et al. 2009). Salah satu
komponen dalam urin yang dapat mengendap adalah struvite
[Mg(K,NH4)(PO4)6H2O], yang terbentuk dari magnesium dengan fosfat dalam
keberadaan ion amonium. Selama dalam penyimpanan, amonium urin terjadi
karena reaksi hidrolisis urea. Urin manusia mengandung ion amunium yang relatif
lebih banyak dari fosfat, tetapi lebih sedikit dibanding magnesium. Pada pH 4,8 –
6,6, sebagian besar fosfat dalam urin berada sebagai ion H2PO4- dan HPO42-.
Dengan penambahan MgO, pH akan meningkat dan kesetimbangan fosfat akan
bergeser ke arah pembentukan PO42-, sementara magnesium menyebabkan
terjadinya pengendapan struvite. Struvite juga dikenal sebagai pupuk yang
terbentuk secara perlahan-lahan, struvite sangat mungkin dibuat dari urin sebagai
material dasar dengan cara mereduksi kandungan N dan P dalam urin.
Gambar 1 Struktur komposisi urin.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Sifat fisik urin memiliki warna yang umumnya kuning
kecoklatan (tergantung dari konsentrasi urin). Semakin banyak minum akan
menyebabkan konsentrasi urin menurun sehingga warnanya menjadi lebih muda.
Bau dari urin dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesehatan seseorang. Urin
dari seorang penderita diabetes akan berbau agak manis karena keberadaan
senyawa organik yaitu keton. Urin yang baru saja diekskresikan biasanya berbau
tidak menyengat, tetapi yang sudah lama berbau menyengat seperti bau amonia.
Keasaman urin normal mempunyai kisaran pH 4,6–8. Umumnya pH urin sekitar 6.
Kerapatan urin normal memiliki kisaran densitas sebesar 0,001–0,0035 gram/cm3.
(Utomo et al. 2010)
II.2. Landasan Teori
II.2.1 Pembentukan Struvite
Pada penelitian (Ariyanto, 2014) disebutkan bahwa waktu pembentukan
kristal struvite sangat dipengaruhi oleh parameter fisik kimia, seperti pH larutan,
tingkat supersaturasi, pengadukan, ukuran kristal, suhu, dan adanya ion-ion
pengganggu dalam larutan. pH larutan adalah parameter yang penting pada proses
kristalisasi struvite. Presipitat struvite akan terjadi jika Ion Activity Product (IAP)
dari Mg 2+ , NH4 + , dan PO4 3− lebih besar dari kelarutan produk (KSP). Pada
penelitiannya juga dihasilkan efisiensi penyisihan PO4 meningkat dari 52,36%
sampai 83,6% seiring meningkatnya nilai pH larutan antar 7-9. Efisiensi terbaik
diperoleh pada pH 9 sebesar 84%. Doyle and Parsons (2002) menjelaskan bahwa
perbedaan dari Ksp mineral struvite disebabkan dari aktivitas dan molar dari ion
yang terkandung. Molar rasio minimun terjadinya presipitasi struvite
[Mg2+]:[NH4+]:[PO43-] adalah 1:1:1.
Tabel 1. XRPD komposisi endapan mineral yang terbentuk dari larutan
III.3 Variabel
1. Variabel Tetap
a. Suhu : 25
b. Rasio Molar (MgCl2:NH4OH:H3PO43-) : 1:1:1
c. Konsentrasi KOH :1N
2. Variabel Berubah
a. Rate Udara : 0,25; 0,5; 0,75; 1; 1,25 liter menit -1
b. pH : 7; 8; 9; 10; 11
III.4 Prosedur Penelitian
1. Persiapan
Kristal struvite terbentuk dari magnesium, ammonium, fosfat hexahydrate
(MgNH4PO4.6H2O). Pada penelitian ini pembentukan kristal struvite
mengambil kandungan NH4OH dari limbah urine sapi, sedangkan untuk
MgCl2 dan H3PO4 diambil dari dari bahan kimia murni. Pada tahap
persiapan dilakukan penyaringan pada limbah biogas untuk mengurangi
tanah yang tercampur. Kemudian menghitung volume biogas, volume asam
fosfat, dan volume amonium hidroksida yang dibutuhkan pada
perbandingan rasio molar 1:1:1.
2. Proses
Limbah urine sapi dari atas reaktor mencapai tiga perempat dari ketinggian
kolom bersamaan dengan, MgCl2 dan H3PO4. Udara dimasukkan dari bawah
kolom dengan kecepatan yang ditentukan. KOH 1N dimasukkan sedikit
demi sedikit untuk mengatur pH yang ditentukan. Proses dijalankan hingga
mencapai kondisi steady. Endapan struvite yang terbentuk disaring dan
kemudian dikeringkan pada suhu kamar kurang lebih selama 48 jam.
Struvite kering dianalisis menggunakan metode XRD untuk menentukan
komposisi fase kristal.
III.5 Diagram Alir
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, Eko. Dkk. 2014. Penyisihan PO4 Dalam Air Limbah Rumah Sakit untuk
Produksi Pupuk Struvite. Palembang : jurnal Teknik Kimia Universitas
Muhammadiyah. Vol 20, No 20: 1-4
Doyle, J. D. dan Parsons, S. A. 2002. Struvite Formation, Control and Recovery.
Water Research. Vol. 36, No. 16. Hal. 3925-3940.
Fitriana, Aulia Rodia. 2016. “Penurunan Kadar Amonium dan Fosfat pada
Limbah Cair Industri Pupuk”. Jurnal teknik its vol. 5, no. 2, (2016) issn: 2337-
3539.
Griffith. Donald P, 1978, Struvite Stone, Kidney International, Vol. 13 (1978), PP.
372 —382.
Hassan, A A. 2013. “Cow Urine (TEI ORKEY) Uses by Ghulfun Tribe (ANCHO)
in Noba Mountains, State of Southern Kordofan, As Therapy and Food
Additive”. Journal of Science and Technology. Vol.3.NO.11. p. 1057 – 1058.
Jimenez, Irene Merino. 2016. “Enhanced MFC power production and struvite
recovery by the addition of sea salts to urine”. Water Research 109 (2017)
46-53.
Le Corre, K. S., Valsami-Jones, E., Hobbs. P., Parsons. S. A., 2007. Impact of
Calcium on Struvite Crystal Size, Shape and Purity, J. Cryst Growth 283,
514-522
Lestari, Widya Ayu. 2019. “Laporan Urinalisis”.
(https://www.academia.edu/36375213/LAPORAN_URINALISIS.docx).
Diakses pada tanggal 17 juli 2019 pukul 17.22 WIB.
Nongqwenga, N.dkk. 2017. “Possible use of struvite as an alternativephosphate
fertilizer”. Chile: J. Soil Sci. Plant Nutr. Vol 17. 2
Nuraini, Yulia., dan Rurin Eka Asgianingrum. 2017.” Peningkatan Kualitas Biourin
Sapi dengan Penambahan Pupuk Hayati dan Molase serta Pengaruhnya
terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Pakchoy”. J. Hort. Indonesia
8(3):184
Panjaitan RGP, Bintang M. 2014. Peningkatan Kandungan Kalium Urin Setelah
Pemberian Ekstrak Sari Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola). J
Veteriner. 15(1): 108-113.
Poranen. Jukka, 2018, Biogas Production and Struvite Precipitation from Swine
Manure Sludge, Tampere University of Technology : Master’s Degree
Programme in Environmental and Energy Engineering.