Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEPERAWATAN DEWASA II

TENTANG

ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS

OLEH :

 MITE SOO APOLONARIUS ( 01.09.00194 )


 SATRI RAMBU SORI SUATU ( 01.09.00205 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KSEHATAN

CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

2011
BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konjungtiva dan kornea merupakan bagian mata yang mudah berhubungan dengan dunia
luar. Peradangan konjungtiva diakibatkan infeksi bakteri atau virus. Konjungtivitis adalah infeksi atau
inflamasi pada konjungtiva mata dan biasa dikenal sebagai “pink eye”. Konjungtivitis biasanya tidak
ganas dan bias sembuh sendiri. Dapat juga menjadi kronik dan hal mi mengindikasikan perubahan
degeneratif atau kerusakan akibat serangan akut yang berulang.

Konjungtivitis inflamasi dapat terjadi karena terpapar alergen atau iritan dan tidak menular.
Konjungtivitis infeksi lebih banyak disebabkan oleh infeksi bakteri, virus dan kiamida. Sedangkan
penyebab yang kurang sering adalah alergi, penyakit parasit dan yang jarang adalah infeksi jamur atau
occupational irritant. Bentuk idiopatik dapat berhubungan dengan penyakit sistemik tertentu seperti
eritema multiformis dan penyakit tiroid.

Konjungtivitis terbagi dalam tiga jenis, yaitu konjungtivitis alergi atau vernal, infektifatau
bacterial dan viral.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui tentang konjungtivitis.

2. Tujuan Khusus

Setelah mempelajari makalah mi mahasiswa dapat menerangkan tentang:

a. Pengertian konjungtivitis

b. Penyebab konjungtivitis

c. Pembagian konjungtivitis

d. Patofisiologi konjungtivitis

e. Tanda dan gej ala konjungtivitis


f. Penatalaksanaan konjungtivitis

g. Asuhan Keperawatan konjungtivitis

C. Metode penulisan

Metode penulisan dilakukan dengan penelusuran literatur dan menggunakan


metode deskriptif.
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PENGERTIAN
 konjungtivitis adalah : infeksi atau inflamasi pada konjungtiva mata dan biasa
dikenal sebagai “pink eye”. Konjuntivitas biasanya tidak ganas dan bisa
sembuh sendiri. Dapat juga menjadi kronik dan hal ini menginidikasikan
perubahan perubahan degenerativ atau kerusakan akibat serangan akut yang
berulang.
 Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat.Pada kongjungtivitis mata nampak merah,
sehingga sering disebut mata merah.
 Radang konjungtiva, merupakan penyakit mata yang paling umum Infeksi
bakteria atau virus adalah penyebab paling umum dari konjungtivitis. Ini
biasanya ditransmisikan kemata melalui kontak langsung (misalnya, tangan,
tisu, handuk). Alergen, iritasi kimia, dan paparan energi radiasi seperti cahaya
ultraviolet dari matahari atau perangkat penyamakan jugadapat menyebabkan
kondisiumum. (burke, 1996)
 Kesimpulan konjungtivitis adalah : infeksi atau inflamasi pada konjungtiva
mata dan biasa dikenal sebagai “pink eye”. ditandai dengan pembengkakan
dan eksudat. biasanya ditransmisikan kemata melalui kontak langsung
(misalnya, tangan, tisu, handuk). Alergen, iritasi kimia, dan paparan energi
radiasi seperti cahaya ultraviolet dari matahari atau perangkat penyamakan
jugadapat menyebabkan kondisiumum.

2. ETIOLOGI
Konjungtivitis akut. Konjungtivitis menular mungkin bakteri, virus,atau jamur diasal.
Infeksi adeno virus adalah penyebab utama konjungtivitis pada orang dewasa. Infeksi
sistemik yang dapat mempengaruhi mata termasuk herpes simpleks dan infeksivirus
lainnya. Kontak dengan cairan vagina yang terinfeksi dengan gonokokus bisa
menyebabkan konjungtivitis gonokokal, keadaan darurat medis yang dapat
menyebabkan perforasikornea. (burke, 1996)

Konjungtivitis terbagi mejadi 3 jenis yaitu : konjungtivitis, alergi atau vernal, infektif
atau bakterial dan viral.

 Konjungtivitis alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap
serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu.
 Konjungtivitis infeksi
Konjungtivitis ini berhubungan dengan pink eye dan mudah menular. Wabah
pink eye dapat terjadi pada populasi yang padat denga standar kesehatan
yang rendah. Penyebab infeksi ini adalah staphillococus aureus dan juga
dapat terjdi setelah terpapar haemophilus influenza atau N. Gonorhoea.
 Konjungtivitis viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus atau dari
penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis.

3. PATOFISIOLOGI PATHWAY DAN RESPON MASALAH KEPERAWATAN

Karena lokasinya terletak pada area luar, maka konjungtiva mudah terpapar pada
banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme
melindungi permukaan air mata dan substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya
mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja mémompa dari palpebra
secara tetap menghanyutkan airmata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi
antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel
konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksoliasi, hipertrofi epitel atau
granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva melalui epitel
kepermukaan. Sel-sel mi kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dan sd goblet,
membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat
bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva mi menyebabkan dilatasi pembuluhpembuluh


konjungtiva posteriaor, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang kearah limbus. Pada hiperemia konjungtiva mi biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi tergores, panas, atau gatal.
Sensasi mi merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dan pembuluh darah
yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau
badan silier berarti komea terkena.
Pathway

Infeksi/peradangan

bakteri, virus,atau jamur

Reaksi hipersensitif Sindrom okulogradular Cedera epitel


lambatterhadap antigen parinaud konjungtiva
mikroba
Limfe pre
Perikulitis konjuctiva
aurikuler

Limfa denopati
Ulkus conjungtiva
pre Aurikuler

Dilatasi Konjungtiva HypertrofiPapila Edema stroma Hypertropi lapis limfoid


konjungtiva stroma(pembentukan filokel)

permeabilitas hiperemi Tonjolan-tonjolan


konjungtiva

Edema
Migrasi sel-sel dan sel plasma dari
stroma konjungtiva melalui epitel sel
permukaan

Bergabung dengan fibrin dan muskus


Sensasi Sensasi Transudasi sel goblet
bendaasing tergores/panas ringan
Membentuk eksudatkonjungtiva
Rangsangan sekresi air Gangguan rasa
mata nyaman/nyeri
Perlengketan tepian palpebra(terutama
pada pagi hari

Resiko penularan
4. KOMPLIKASI

Infeksi bakteri tertentu (gonore,beberapa jenis konjungtivitas klamidia) dan infeksi


virus dapat menyebakan kerusakan permanen pada mata jika tidak diobati.
 Benda asing di mata dapat menyebabkan abrasi kornea dan pembentukan jaringan
parut.
 Konjongtivitas dapt menjadi gejalah awal penyakit sistemik berat,yaitu penyakit
kawasaki.Penyakit ini adalah salah satu vaskulitis yang tersebar luas yang
mempengaruhi banyak organ tubuh,termasuk jantung,otak,sendi,hati,dan
mata.Penyakit ini dimulai secara akut dengan demam tinggi,yang diikuti secara
singkat dengan konjugtivitas bilateral yang signifikan karena tidak adanya rabas
dan prosesnya yang lama.Ruam dan pembengkakan tangan dan kaki menyertai
gejalah ini.Diagnosis dini penting untuk mencega kerusakan pada arteri
koroner.Terpi untuk penyakit kawasaki mencakup penggunaan aspirin dan
globuliin gama.

5. GEJALA KLINIK
 Konjungtiva merah dan bengkak.Pada konjugtivitis infeksi atau alergi,kedua mata
biasanya terkena.
 Fotofobia (aversi terhadap cahaya).
 Rabas puluren adalah karakteristik konjungtivitis bakterial.Infeksi dan rabas sering
dimulai di satu mata dan menyebar ke mata yang lain.Mata mungkin tertutup oleh
selaput kehijauan.
 Rabas encer dan jernih adalah karakteristik konjugtivitis viral.Konjungtivitis viral
sering menyertai infeksi saluran napas atas.
 Rasa panas dan gatal pada mata adalah karakteristik konjungtivitis alergi.
 Konjungtivitis akibat benda asing dikaitkan dengan ketidaknyamanan dan perasaan
seperti ada pasir atau kerikil halus pada mata.Biasanya dengan benda asing hanya
satu mata yang terkena.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN HASIL
 Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari krakter/ tanda konjungtivitis yang
meliputi :
1. Hipermi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan mengurang
kearah arah limbus.
2. Kemungkinan adanya sekret.
3. Edema konjungtiva
4. Blefarospasme
5. Lakrimasi
6. Konjungtiva palpebra
7. Konjungtiva bulbis.
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan virus, kaji virus klien dan catat derajad peradangan perifer klien karena
jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran
virus.

7. PENATALAKSANAAN
 Konjungtivitis bakterial biasanya diobati dengan tetes mata atau krim
antibiotik,tetapi sering sembuh dalam waktu sekitar dua minggu walaupun tanpa
pengobatan.Karena konjngtivitis bakterial sangat menural di antara anggota
keluarga danteman sekolah,diperlukan teknik mencuci tangan yang baik dan
pemisahan handuk bagi induvidu yang terinfeksi.Anggota keluarga tidak boleh
bertukar bantal atau seprei.
 Konjungtivitas yang juga berhubungan dengan otitis media diobati dengan
antibiotik sistemik.Kompres hangat pada mata dapat mengeluarkan rabas.
 Konjungtivitas viral biasanya diobati dengat kompres hangat.Teknik mencuci
tangan yang baik
 Konjungtivitas alergi diobati dengan menghindarin alergen apabila
mungkin.Antihistamin atau tetes mata yang mengandung steroid dapat digunakan
untuk mengurangi gatal dan inflamasi.
 Konjungtivitas yang disebabkan iritan diobati dengan mengeluarkan benda
asing,diikuti dengan penggunaan obat anti bakteri.
B. KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Anamnesis

Kaji gejala yang dialami klien sesuai dengan jenis konjungtivitis yang terjadi, yaitu
yang meliputi rasa gatal dan rasa terbakar pada alergi; sensasi benda asing pada infeksi
bakteri akut dan infeksi virus; nyeri dan foto fobia jika kornea terkena; keluhan peningkatan
produksi airmata ; pada anak-anak dapat disertai dengan demam dan keluhan pada mulut dan
tenggorok. Mengkaji riwayat detailnya tentang masalah sekarang dan catat riwayat cedera
atau terpajan Iingkungan yang tidak bersih.

2. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan fisik (inspeksi) bertujuan untuk mencari karakter/tanda konjungtivitis


yang meliputi:
1) Hiperemi konjungtiva
2) Kemungkinan adanya sekret;
 Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan kelopak
mata lengket saat bangun tidur
 Berair/encer pada infeksi virus
3) Edema konjungtiva
4) Blefarospasme
5) Lakrimasi
6) Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan
infiltrasi)
7) Konjungtiva bulbi, injek ; konjungtiva banyak kemosis, dapat ditemukan pseudo
membrane pada infeksi pneumokok. Kadang — kadang disertai perdarahan
subkonjungtiva kecil-kecil baik di konjungtiva palpebra maupun bulbi yang
biasanya disebabkan pneumokok atau virus
b. Pemeriksaan laboratorium
Dengan smear konjungtiva yang akan menunjukkan bahwa predominant
monocyte (jika disebabkan oleh bakteri), eosinofil (jika disebabkan oleh alergi)
Kultur dan uji sensitivitas dilakukan untuk menentukan terapi. Pemeriksaan visus, kaji
visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang
menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus/melihat halo

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Dx 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d edema dan iritasi konjungtiva ditandai dengan
peningkatan eksudasi, foto fobia, lakrimasi dan rasa nyeri.
Goal : klien akan bebas dan rasa nyeri selama dalam perawatan

Obyektif:

• Melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri/foto fobialeksudasi.

• Menunjukkan perbaikan keluhan

Outcomes : Dalam waktu 1x24 jam klien Melakukan tindakan untuk mengurangi
nyeri/foto fobialeksudasi, Menunjukkan perbaikan keluhan

Intervensi

 El Compress tepi palpebra (mata dalam keadaan tertutup) dengan larutan salin selama
kurang lebih 3 menit
R/ Melepaskan eksudat yang melekat pada tepi palpebra.

 El Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan setiap
pengusap hanya dipakai satu kali
 RI Membersihkan palpebra dan eksudat tanpa menimbulkan nyeri dan meminimalkan
penyebaran mikroorganisme
 Beritahu klien untuk tidak menutup mata yang sakit
R/ Mata yang tertutup merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme

 Anjurkan klien untuk menggunakan kaca mata gelap


R/ Pada fotofobia kacamata gelap menurunkan cahaya yang masuk pada mata
sehingga sensitivitas terhadap cahaya menurun. Pada konjungtivitis alergi kaca mata
dapat mengurangi ekspose terhadap allergen atau mencegah iritasi lingkungan

 Kaji kemampuan kilen dalam menggunakan obat tetes mata


 R/ Mengurangi resiko kesalahan penggunaan obat mata
 Kolaborasi dalam pemberian:
 Antibiotic
 Mempercepat penyembuhan pada konjungtivitis infeksi dan mencegah iritasi
sekunder pada konjungtivitis viral
 Analgesik; asetaminofen Mengurangi nyeri
 Vasokonstriktos ; nafaz
 Mengurangi dilatasi pembu1uh darah pada konjungtivitis alergi
 Antihistamin oral
2. Dx 2 Resiko tinggi penularan penyakit pada mata yang lain atau pada orang lain yang b/d
keterbatasan pengetahuan klien tentang penyakit.
Goal : klien akan meningkatkan pengetahuannya selama dalam perawatan

Obyektif:

• Mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang tindakan pencegahan penularan


• Melakukan tindakan pencegahan penularan penyakit
• Tidak terjadi penularan penyakit pada mata yang lain atau orang lain
Intervensi : Dalam waktu 1x24 jam klien akan meningkatkan pengetahuannya,
Melakukan tindakan pencegahan penularan penyakit, Tidak terjadi
penularan penyakit pada mata yang lain atau orang lain

 Beritahu klien untuk mencegah pertukaran sapu tangan, handuk, dan bantal dengan
anggota keluarga yang lain
R/ Meminimalkan risiko penyebaran infeksi

 Ingatkan klien untuk tidak menggosok mata yang sakit atau kontak sebarangan
dengan mata
R/ Menghindari penyebaran infeksi pada mata yang lain dan pada orang lain
 El Ajarkan cara/teknik mencuci tangan yang tepat
R/ Prinsip higienis perlu ditekankan pada klien untuk mencegah replikasi kuman
sehingga penyebaran infeksi dapat dicegah

 Bersihkan alat yang digunakan untuk memeriksa klien


R/ Mencegah infeksi silang
3. Dx 3 Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan lapang pandang
Goal : klien akan meningkatkan pengetahuannya selama dalam perawatan

Obyektif:

 Mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang tindakan pencegahan cedera


 Melakukan tindakan pencegahan cedera
 Tidak terjadinya injuri
Outcomes : Dalam waktu 1x24 jam klien akan meningkatkan pengetahuannya,
Mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang tindakan pencegahan
cedera, Melakukan tindakan pencegahan cedera, Tidak terjadinya injuri

Intervensi :

 Bersihkan sekret mata dengan cara yang benar


R/ Sekret mata akan membuat pandangan kabur

 El Perhatikan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah penggunaan tetes mata dan
salep mata
R/ Memberikan informasi pada klien agar tidak melakukan aktivitas berbahaya sesaat
setelah penggunaan obat mata

 Gunakan kaca mata gelap


R/ Mengurangi foto fobia yang dapat mengganggu penglihatan

4. Dx 4 Gangguan presepsi sensorik ; melihat b/d proses peradangan pada mata.


Goal : persepsi sensorik klien dapat dipertahankan

Obyektif :

• Menunjukkan perbaikan penglihatan

• Menurunannya peradangan Intervensi

Outcomes : Dalam waktu 1x24 jam klien akan mempertahankan persepsi sensorik,
Menunjukkan perbaikan penglihatan, Menurunannya peradangan

 Kaji ketajaman penglihatan pasien


R/ Untuk mengetahui ketajaman pengelihatan klien El Kolaborasi antibiotic
C. EVALUASI

Sesuai dengan goal dan obyektif

Pendidikan Dan Kesehatan

1) Anjurkan penderita dan keluarga untuk menghindari faktor-faktor penyebab seperti


asap, debu dan daerah-daerah kumuh.
2) Anjurkan pasien dan keluarga untuk selalu periksakan diri ke pusat pelayanan
kesehatan bila menderita sakit.
3) Anjurkan klien untuk mempertahankan personal hygiene.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konjungtivitis atau disebut juga penyakit mata merah adalah peradangan pada
selaput luar dan selaput dalam kelopak mata. Penyebab penyakit mi bermacam-macam, di
antaranya oleh 1). Bakteri Streptokokus, Pseudomonas, Corynobacterium difteri,
Neisseria, Hemophilus. Ini disebut konjungtivitis bakterial. 2). Virus (disebut
konjungtivitis virus). 3). Jamur (disebut konjungtivitis clamidia). 4). Reaksi alergi
(disebut konjungtivitis allergica).

Gejalanya bervariasi tergantung dan penyebabnya, dimulai dengan rasa tidak enak
pada mata, perasaan mengganjal, panas, pedih, banyak keluar air mata, dan mata menjadi
merah.

Pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri, setelah mata menjadi merah disertai
dengan banyak keluar kotoran. Oleh masyarakat kita biasa disebut belekan. Infeksi mi
dapat juga disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah daun telinga
tanpa disertai gangguan penglihatan. Pada keadaan infeksi yang berat, mata menjadi
bengkak sehingga penderita terkadang sulit untuk membuka mata.

B. SARAN

1. Hindari kontak langsung dengan penderita.


2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan suatu pekerjaan.
3. Jangan menggunakan obat tetes mata tanpa mengetahui kandungan dan kegunaan obat
tersebut. Karena dengan penggunaan obat tetes mata yang tidak rasional, apalagi
dengan pemakaian yang terus-menerus, akan mengganggu sistem pertahanan di dalam
kelopak mata (enzim dalam air mata terganggu). Akibatnya, akan terjadi penurunan
daya tahan tubuh yang ada pada mata tersebut.
4. Menjaga kesehatan secara umum, hindari kelelahan baik pada mata maupun tubuh
dengan tidur yang cukup dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 3, EGC,
Jakarta

Carpenito L J . 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC, Jakarta.

Istiqomah. I, SKep, 2005, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Mata, EGC,
Jakarta.

RSU Sutomo, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata Surabaya.
Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetaklkesehatanlgangguan-mata-di-musimpera lihan-
3.html

Anda mungkin juga menyukai