Anda di halaman 1dari 11

INTERPRETASI ANALISA GAS DARAH

DI HIGH CARE UNIT

RSUP DR.SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

IBNU HANAFI

180300627

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan dan disetujui, pembuatan Laporan “Interpretasi Analisa Gas

Darah Di High Care Unit RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta”, sebagai bukti untuk

pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Gawat Darurat,

kegiatan yang diwajibkan untuk mahasiswa/i yang menjalani Profesi Ners di

RSUD DR. Sardjito Yogyakarta.

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

( )

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Preseptor

( ) ( )
INTERPRETASI AGD

1. Identitas Klien

Nama : Sdr.H

No CM : 0189XXXX

Tanggal Lahir : 15-06-2000

Status Perkawianan : Belum Kawin

Tanggal Masuk RS : 29-06-2019

Tanggal Pengkajian : 01-07-2019

2. Keadaan Umum Klien

Pasien laki-laki usia 20 tahun , keadaan umum : pasien lemas tersedasi

terpasang 02 3 LPM, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada

retraksi dinding dada. TD : 171/90 mmHg, Nadi : 86 x/menit, R : 24

x/menit

3. Diagnosa Medis Klien

Cedera Kepala sedang, edema cerebri, multiple fraktur

4. Hasil Pemeriksaan AGD

Jenis Hasil Nilai Normal Interpretasi


Pemeriksaan
pH 7,336 7,35- 7,45 Rendah
pCO2 53,7 mmHg 35,0-45,0 Tinggi
pO2 59 mmHg 80,0-105,0 Rendah
HCO3- 28,8 mEq/L 22,0-26,0 Tinggi
5. Hasil Interpretasi AGD

Gangguan Keseimbangan Asam Basa pH pCO2 HCO3-

Asidosis 7,33 53,9 28,8

Hasil pemeriksaan AGD pada Tn. Ar didapatkan hasil PH darah

Rendah (7.335). sedangkan kadar pCO2 mengalami penaikan dalam nilai

rentan normal yaitu (53,9) hal ini disebabkan karena hipoventilasi pCO2

merupakan komponen pernapasan dari pengaturan asam basa dan diatur

oleh perubahan frekuensi dan kedalam ventilasi pulmoner sehingga

hipoventilasi akan mengakibatkan kadar pCO2 >35mmHg atau menurun

begitu pula sebaliknya. Kadar HCO3- mengalami penaikan (28,8 mEq/L),

penaikan ini merupakan mekanisme kompensasi yang dilakukan oleh

tubuh : ginjal menahan Na &HCO3, kemudian mengeluarkan clorida. Ion

hydrogen dan anion lain, sehingga urine menjadi lebih asam , hasilnya

adalah peningkatan kadar HCO3 yang membantu mempertahankan PH

normal.

6. Pembahasan

Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen

(H+) pada cairan – cairan tubuh. Asam terus menerus diproduksi dalam

metabolisme normal. Gangguan asam basa paling mudah dinyatakan dengan

teknik AGD/Astrup, karena dengan sedikit darah dapat diketahui pH secara


cepat dan tepat. Dengan menggunakan normogram dari Sigard Anderson,

dapat diketahui secara tidak langsung “base excess” dan bikarbonat.

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan

konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4,

pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan

asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama

diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan

kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:

1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion

H dan bikarbonat

2. katabolisme zat organik

3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada

metabolisme

lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan

berdisosiasi

melepaskan ion H.

Analisa gas darah (AGD/Astrup) merupakan salah satu tes diagnostik

untuk menentukan status respirasi. Status respirasi yang dapat digambarkan

melalui pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi dan status asam basa.

Komponen yang terdapat dalam pemeriksaan AGD adalah pH, PCO2, PO2,

saturasi O2, basa penyangga, BE (base excess).

PH darah diukur secara langsung menggunakan pH meter. Suatu keadaan

disebut asidosis bila pH di cairan ekstraseluler kurang dari 7,35 dan disebut
alkalosis bila pH lebih dari 7,45. Untuk menilai hasil pemeriksaan

AGD/Astrup, sebelumnya pemeriksa harus memahami arti dari komponen

tersebut.

pCO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut dalam

darah. pCO2 dapat digunakan sebagai parameter cukup atau tidaknya

ventilator alveolar. pCO2 rendah disebut dengan hipokapnia,berarti terjadi

hiperventilasi akibat rangsangan pernapasan. Jika pCO2 tinggi (hiperkapnia),

berarti terjadi kegagalan ventilasi alveolar (hipoventilasi). Pada awal

peningkatan pCO2 sistem pernapasan akan terangsang untuk menurunkan

pCO2 tersebut. Sebaliknya, jika pCO2 sangat tinggi justru akan menekankan

sistem pernapasan. Homeostatis dalam pengendalian asam-basa juga

dipengaruhi oleh banyaknya asam yang terbentuk sebagai hasil dari

metabolisme, namun cairan tubuh (H+) tetap rendah.

Mekanisme homeostatis yang luar biasa mempertahankan pH plasma

suatu indikator konsentrasi ion hidrogen (H+), dalam rentang normal yang

sempit antara 7,35-7,45. Mekanisme ini mencakup aktivitas bufer kimia,

ginjal, dan paru-paru. Pada tinjauan ulang, pH didefiniskan sebagai

konsentrasi H+; semakin banyak ion hidrogen maka semakin asam suatu

larutan dan semakin renda pH. Rentang pH yang sesuai dengan kebutuhan

hidup (6,8-7,8) menggambarkan perbedaan sebesar sepuluh kali lipat pada

konsentrasi ion hidrogen dalam plasma (Mutaqin, 2008).


Asidosis adalah suatu keadaan terdapat terlalu banyak asam dalam

cairan tubuh. Asidosis terjadi ketika asam menumpuk atau ketika

bikarbonat berkurang. Asidosis metabolik terjadi ketika asam terlalu

banyak diproduksi oleh tubuh atau ginjal tidak dapat mengeluarkan asam

yang cukup dari tubuh.

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang

ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila

peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan

benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah,


pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk

menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah

karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi

keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air

kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus

menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat

dan berakhir dengan keadaan koma.

Asidosis respiratorik ditandai dengan penaikan utama serum

bikarbonat (HCO(3)(-)) konsentrasi, sekunder penaikan tekanan parsial

arteri karbon dioksida (PaCO(2)) sekitar 1 mmHg untuk setiap 1 mmol/l

penurunan serum HCO(3)(-) konsentrasi, dan penurunan pH darah.

Ada 2 jenis asidosis respiratorik : asidosis respiratorik akut terjadi jika

kejadiannya baru berlangsung beberapa jam dan belum terjadi kompensasi

oleh ginjal. Keadaan ini juga ditandai dengan peningkatan ion bikarbonat

hanya sedikit . Sedangkan pada asidosis respiratorik kronik biasanya

terjadi lebih dari 12 jam sampai 5 hari dan upaya kompensasi oleh ginjal

telah terjadi, keadaan ini juga ditandai dengan konsentrasi ion bikarbonat

meningkat lebih banyak.

Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit- penyakit berat yang

mempengaruhi paru-paru : Bronkhitis kronik, edema pulmoner,

pneumonia berat, dan asma. ,juga terjadi pada penyakit- penyakit dari

saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme

pernafasan.
7. Hubungan Interpretasi AGD dengan Penyakit

` Cedera kepala sedang jika nilai GCS 9-13 dan ditemukan kelainan

pad Ct scan otak,memerlukan tindakan operasi dan dirawat di rumah sakit

setidaknya 48 jam.

Pengawasan Agd ini sangat penting karena terjadi asidosis

respiratorik yang diakibatkan oleh depresi system saraf pusat (pada trauma

atau obat-obatan) atau gagal nafas. Kondisi pasien lemah dan tersedasi hal

ini menekan mekanisme pernafasan sehingga terjadi asidosis respiratorik .

Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah

karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal , jika terkumpul

karbondioksida, Ph darah akan turun dan darah menjadi asam.

Karbondioksida tinggi dikarenakan kadar karbondioksida dalam darah

merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi

lebih cepat dan lebih dalam.

8. Penentuan Terapi yang sesuai dengan Hasil Interpretasi AGD

Asidosis respiratorik adalah menaiknya kadar HC03 dalam darah.

Pemberian oksigen pada pasien dengan cedera kepala harus berhati-hati

sehingga membantu pasien agar dapat bernafas dengan baik. Dan

pemberian terapi Nasal canul dapat membantu pasien dalam pengaturan

keseimbangan asam basa di dalam darah dan menjaga keadekuatan

oksigen. Posisi semi-fowler 30° memiliki efek positif pada parameter

hemodinamik seperti denyut nadi, laju pernafasan, tekanan darah, CVP,


tekanan darah arteri rata-rata (MAP) dan nilai gas darah arteri (SaO2,

PaO2 dan PaCo2) (Shas, 2012).

9. Kesimpulan

Asidosis respiratorik adalah keadaan klinis yang terjadi akibat

peningkatan abnormal PaCO2, sehingga terjadi asidemia, yang ditandai

dengan PH gas darah < 7,35 dan peningkatan PaCO2 primer hal ini

disebabkan karena ventilasi alveolar yang tidak efektif. Peningkatan

PaCO2 mengakibatkan peningkatan akut HCO3 plasma yang timbul dari

meknisme dasar, tetapi adaptasi ini sangat kecil.

Asidosis respiratorik ditandai dengan penaikan utama serum

bikarbonat (HCO(3)(-)) konsentrasi, sekunder penaikan tekanan parsial

arteri karbon dioksida (PaCO(2)) sekitar 1 mmHg untuk setiap 1 mmol/l

penurunan serum HCO(3)(-) konsentrasi, dan penurunan pH darah


Daftar Pustaka

Mardiana et all. (2013). Penggunaan Perhitungan Manual Nilai Base Excees


pada Keadaan Asidosis. Jurnal Ilmu dan Teknologi Ilmu Kesehatan. September

Kraut JA, Madias NE. Metabolic acidosis: pathophysiology, diagnosis and


management. Nat Rev Nephrol. 2010 May;6(5):274-85. doi:
10.1038/nrneph.2010.33. Epub 2010 Mar 23. Review. PubMed PMID: 20308999.

Kraut JA, Madias NE. Treatment of acute metabolic acidosis: a pathophysiologic


approach. Nat Rev Nephrol. 2012 Oct;8(10):589-601. doi:
10.1038/nrneph.2012.186. Epub 2012 Sep 4. Review. PubMed PMID: 22945490

Anda mungkin juga menyukai