Anda di halaman 1dari 20

OVERVIEW KEMAJUAN NEGARA DI KAWASAN ASIA TENGGARA

DITINJAU DARI ASPEK PEMBANGUNAN NONFISIK

TUGAS MATA KULIAH


Isu dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Prof. Waspodo, MA, Ph.D

Disusun oleh:
Anastasia Pratiwi
Nim: 07012081923023
Map Bappenas 2019

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
Overview Kemajuan Negara di Kawasan Asia Tenggara

Ditinjau dari Aspek Pembangunan Nonfisik

I. Pendahuluan

Tolok ukur kemajuan negara dapat dilihat dari keberhasilan dalam proses
pembangunannya. Pembangunan tersebut dapat berupa pembangunan fisik dan pembangunan
nonfisik. Pembangunan fisik merupakan pembangunan sarana fisik yang meliputi sarana dan
prasarana pemerintahan seperti jalan, jembatan, pasar, pertanian dan irigasi. Sedangkan
pembangunan nonfisik merupakan pembangunan mental dan psikologis seperti ekonomi,
kesehatan, pendidikan, dan segala hal yang berhubungan dengan sumber daya manusia itu
sendiri. Jadi, suatu negara dapat disebut sebagai negara maju jika ekonomi di negara tersebut
merata, standar hidupnya relatif tinggi dan teknologi yang digunakan berstandar canggih.
Sementara itu, negara berkembang adalah negara yang kesejahteraan materialnya masih dalam
tingkat rendah.

Hal yang menjadi permasalahan utama di negara berkembang dibandingkan dengan


negara yang lebih maju, termasuk Indonesia yakni kalah secara perekonomian. Negara
berkembang dan negara dunia ketiga yang ingin mengalami peningkatan secara finansial perlu
melakukan banyak investasi maupun pengalokasian dana pada sektor-sektor yang mampu
menunjang perbaikan kondisi ekonomi. Pengaruh globalisasi dan pertambahan penduduk yang
terus terjadi seiring perkembangan zaman juga perlu disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara. Perubahan tersebut diarahkan agar terciptanya
pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan adanya pemerataan pendapatan masyarakat serta
peningkatan kualitas dan fasilitas pelayanan publik. Faktor yang dapat mendukung terwujudnya
kondisi tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan mutu pada sektor pendidikan dan
kesehatan.

Pendidikan merupakan aspek terpenting bagi setiap negara sebagai tolok ukur
keberhasilan pembangunan manusia seutuhnya. Pendidikan juga dikaitkan dengan aspek
ekonomi suatu negara sehingga melahirkan kelompok negara maju dan negara sedang
berkembang. Salah satu hasil pembangunan sektor pendidikan yang diharapkan yakni adanya
perubahan sikap mental masyarakat. Pada bidang kesehatan, pendidikan yang baik pada
hakikatnya akan mengubah sikap mental atau kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
menjaga kesehatan sebab kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan. Lebih jauh lagi,
kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas, yang berkaitan erat dengan
pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah. Sementara, keberhasilan pendidikan juga
bertumpu pada kesehatan yang baik.

Tulisan ini akan mengulas lebih dalam mengenai kondisi ekonomi, pendidikan, dan
kesehatan dengan melakukan perbandingan data pada sebelas negara yang ada pada kawasan
Asia Tenggara (Associatiation of South East Asian Nation/ASEAN) yakni Indonesia, Singapore,
Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Cambodia, Lao People's Democratic Republic, Viet
Nam, Myanmar, Timor-Leste, dan Philippines. Saat ini, Asia Tenggara memiliki dua negara
maju yakni Singapura dan Brunei Darussalam, sedangkan sembilan negara lain hingga kini
masih termasuk dalam kategori negara berkembang.

II. Pembahasan
1. Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu negara memang berkaitan erat dengan kesejahteraan


rakyatnya, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan sebagai acuan untuk melihat
kemajuan suatu negara dan bagaimana hasil dari pembangunan yang dilakukan selama
periode tersebut. Jika pembangunan yang dilakukan pemerintah berhasil dengan efektif,
maka akan terlihat pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam masyarakat.

Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi adalah keadaan ekonomi suatu negara


selama periode tertentu yang mana lebih baik atau meningkat dari periode sebelumnya
berdasarkan beberapa indikator. Berdasarkan data yang diperoleh dari Asian Development
Bank, berikut indikator-indikator utama yang digunakan untuk mengetahui kondisi atau
kinerja ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu. Indikator tersebut adalah
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), Pertumbuhan PDB Per Kapita,
Tingkat Inflasi, dan Neraca Transaksi Berjalan. Jika kondisi dari indikator-indikator
tersebut menurun dibanding periode sebelumnya, maka negara tersebut bukannya
mengalami pertumbuhan ekonomi namun justru kemunduran ekonomi.

a. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto menyajikan informasi pendapatan negara berdasarkan


batas wilayah atau teritorialnya. Pendapatan yang termasuk dalam perhitungan PDB
mencakup semua produksi ekonomi yang dilakukan dan terjadi dalam suatu negara,
baik itu oleh warga negaranya atau warga negara asing. Sebaliknya, pendapatan atau
produksi yang dilakukan oleh warga negara yang berada di luar negeri tidak termasuk
ke dalam perhitungan PDB. Berikut data dan grafik pertumbuhan PDB pada 11 negara
ASEAN dalam jangka waktu lima tahun dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018:

Tabel 1.1. Data Pertumbuhan PDB

% Per Tahun Rata-rata


Negara ASEAN
2014 2015 2016 2017 2018 Pertumbuhan
Brunei Darussalam -2,51 -0,41 -2,47 1,33 0,05 -0,80
Cambodia 7,14 7,04 7,00 7,00 7,50 7,13
Indonesia 5,01 4,88 5,03 5,07 5,17 5,03
Lao PDR 7,61 7,27 7,02 6,89 6,30 7,02
Malaysia 6,01 5,09 4,50 5,70 4,72 5,20
Myanmar 7,99 6,99 5,86 6,75 6,80 6,88
Philippines 6,15 6,07 6,88 6,68 6,20 6,39
Singapore 4,12 2,51 3,00 3,70 3,14 3,29
Thailand 0,98 3,13 3,36 4,02 4,13 3,13
Vietnam 5,98 6,68 6,21 6,81 7,08 6,55
Timor-Leste 4,14 3,96 5,10 -3,50 -0,50 1,84

Grafik 1.1. Pertumbuhan PDB

Berdasarkan data diatas, Pada tahun 2018, pertumbuhan PDB tertinggi terjadi
pada negara Cambodia sebesar 7,5%, Vietnam sebesar 7,08%, dan Myanmar sebesar
6,8%. Meski sedang disorot karena kasus Rohingya, Myanmar memiliki pertumbuhan
yang cukup tinggi di ASEAN. Bank Dunia menyebut ekonomi Myanmar tumbuh
berkat kuatnya manufaktur (garmen), pengeluaran infrastruktur, dan liberalisasi sektor
ritel, asuransi, dan perbankan. Jika dilihat dari persentase rata-rata pertumbuhan PDB
pada periode tahun 2014-2018, Cambodia, Malaysia dan Myanmar memiliki
persentase tertinggi yakni 7,13%, 7,02%, dan 6,88%.

Negara yang cenderung mengalami peningkatan persentase pertumbuhan PDB


setiap tahunnya yakni Thailand dan Vietnam, sebaliknya pertumbuhan PDB yang
menurun dialami oleh Lao PDR. Syarat bagi suatu negara dikatakan mengalami
pertumbuhan ekonomi apabila nilai PDB atau pendapatan nasional riil mengalami
kenaikan dari periode sebelumnya dan persentase pertumbuhan yang
meningkat/menurun mengindikasikan bahwa jumlah peningkatan peneriman PDB
setiap tahunnya lebih besar/lebih kecil dibandingkan jumlah kenaikan penerimaan
PDB tahun sebelumnya.

Pertumbuhan PDB yang relatif stabil dialami oleh tiga negara yakni
Philippines, Cambodia, dan Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dihitung dari
PDB memang relatif stabil di kisaran lima persen. Menurut lapangan usaha, sektor
industri, perdagangan, dan pertanian masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Negara yang pernah mengalami pertumbuhan PDB yang buruk
dengan persentase pertumbuhan negatif yakni Brunei Darussalam, yang terjadi pada
tahun 2014-2016 dan Timor-Leste yang terjadi pada tahun 2017 dan tahun 2018.
Persentase pertumbuhan PDB yang negatif mengindikasikan bahwa perekonomian
negara mengalami kemunduran atau penurunan. Pertumbuhan ekonomi yang negatif
mengindikasikan bahwa pendapatan nasional riil yang diperoleh negara pada periode
tertentu lebih kecil atau rendah dibandingkan dengan periode yang lalu.

b. Pertumbuhan PDB Per Kapita

Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu


negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional
suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita juga
sering disebut dengan PDB Per Kapita dan sering digunakan sebagai tolak ukur
kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara. Semakin besar pendapatan per
kapitanya, maka semakin besar juga kemungkinan negara itu memiliki tingkat
pembangunan dan pendapatan rata-rata penduduk yang tinggi. Berikut data dan grafik
pertumbuhan PDB Per Kapita pada 11 negara ASEAN dalam jangka waktu lima tahun
dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018:

Tabel 1.2. Data Pertumbuhan PDB Per Kapita

% Per Tahun Rata-rata


Negara ASEAN
2014 2015 2016 2017 2018 Pertumbuhan
Brunei Darussalam -3,54 -1,56 -3,60 0,35 -1,92 -2,05
Cambodia 5,85 5,75 5,58 4,46 5,81 5,49
Indonesia 3,69 4,47 3,73 3,79 3,93 3,92
Lao PDR 6,07 5,72 5,52 5,40 5,03 5,55
Malaysia 3,27 3,48 2,75 4,61 3,55 3,53
Myanmar 10,06 6,05 4,92 5,81 5,25 6,42
Philippines 4,36 4,91 4,53 4,98 4,53 4,66
Singapore 2,77 1,30 1,52 3,84 2,75 2,43
Thailand 0,47 2,18 3,04 3,62 3,77 2,61
Vietnam 4,87 5,48 5,07 5,79 6,06 5,45
Timor-Leste 2,28 2,04 3,41 -7,04 -2,32 -0,33

Grafik 1.2. Pertumbuhan PDB Per-Kapita

Berdasarkan data diatas, pertumbuhan PDB Per Kapita pada sebelas negara
ASEAN bervariatif. Pertumbuhan PDB Per Kapita yang menurun dialami oleh Negara
Lao PDR. Sebaliknya, Negara yang cenderung mengalami kenaikan pertumbuhan PDB
Per Kapita setiap tahunnya yakni Thailand dan Vietnam. Jika pendapatan masyarakat
secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, maka dapat dikatakan
bahwa perekonomian di negara tersebut juga mengalami pertumbuhan yang positif,
kenaikan persentase pertumbuhan dari tahun ke tahun juga menggambarkan bahwa
perekonomian di negara tersebut tumbuh dan berkembang.

Pertumbuhan PDB Per Kapita yang relatif stabil dialami oleh tiga negara yakni
Philippines, Cambodia, dan Indonesia. Disisi lain, terdapat dua negara yang
pertumbuhan PDB Per Kapita nya buruk yakni Brunei Darussalam, yang terjadi pada
tahun 2014-2017 dan Timor-Leste yang terjadi pada tahun 2017 dan tahun 2018.
Pendapatan riil/PDB Per Kapita menunjukkan pendapatan masyarakat suatu negara
dan ketika Persentase pertumbuhan PDB Per Kapita yang negatif mengindikasikan
bahwa tingkat kesejahteraan rakyat pada negara tersebut relatif rendah.

Pada tahun 2018, pertumbuhan PDB Per Kapita tertinggi terjadi pada negara
Vietnam sebesar 6,06%, Cambodia sebesar 5,81%, dan Myanmar sebesar 5,25%. Jika
dilihat dari persentase rata-rata pertumbuhan PDB Per Kapita dalam tiga tahun
terakhir; Tahun 2016-2018, Vietnam, Cambodia, dan Myanmar memiliki persentase
tertinggi yakni 6,06%, 5,81%, dan 5,25%.

Selain dari aspek pertumbuhan PDB Per Kapita, berikut disajikan data atas tiga
negara ASEAN dengan urutan kondisi perekonomian terbaik berdasarkan tolok ukur
pendapatan per kapita Tahun 2018 berdasarkan data yang bersumber dari situs
finansialku.com, antara lain:

1) Singapura
Negara dengan perekonomian termapan, terkaya dan terbaik pertama di
Asia Tenggara adalah Singapura. Bukan hanya itu saja, ternyata Singapura adalah
negara kedua terkaya di Asia dan termasuk ke dalam 10 besar negara terkaya di
dunia. Tidak selamanya negara besar merupakan negara yang makmur. Dengan
luas wilayah negara yang tidak begitu besar, Singapura berhasil membuktikan
kedudukannya sebagai negara maju di Asean.
Pendapatan per kapita yang mampu diraih oleh negara ini yaitu US$52.841
(Rp708,07 juta). Jumlah inilah yang menjadi indikator bahwa Singapura adalah
negara terkaya di Asean tahun 2018. Walaupun pertumbuhan PDB Per-Kapita
periode Tahun 2014-2018 secara rata-rata berkisar pada angka 2,43% yang relatif
kecil dibandingkan dengan Negara ASEAN lain.
2) Brunei Darussalam
Pendapatan per kapita yang diraih oleh negara ini yaitu US$36.609
(Rp490,56 juta). Brunei Darussalam merupakan salah satu negara terkaya di benua
Asia dan termasuk sebagai kategori Negara Maju. Di kawasan Asia Tenggara,
negara ini merupakan negara terkaya kedua, terbukti dengan mapannya masyarakat
atau warga negara tersebut. Negara Brunei Darussalam merupakan sebuah negara
dengan wilayah kecil yang hanya menempati satu daratan atau satu pulau dengan
Malaysia dan Kalimantan. Meskipun begitu, Brunei Darussalam memiliki tambang
gas yang melimpah sehingga sumber daya alam inilah yang menjadi komoditas
unggulan yang diekspor ke negara lain. Sektor tambang gas menjadi penyumbang
devisa terbesar bagi negara.
3) Malaysia
Pendapatan per kapita yang diraih oleh negara ini yaitu US$9.766
(Rp130,85 juta). Angka tersebut merupakan tolak ukur sebagai negara yang cukup
makmur. Perkembangan ekonomi Malaysia dalam beberapa tahun terakhir pun
terus menunjukkan grafik peningkatan dengan persentase rata-rata pertumbuhan
pendapatan per kapita tahun 2014-2018 yakni 3,53%. Tak heran bahwa negara
Malaysia merupakan negara terkaya ketiga di wilayah Asia Tenggara. Negara
Malaysia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dari sektor pariwisata. Tidak
hanya pariwisata, perkembangan bisnis dan keuangan Islam atau perbankan syariah
ini juga berkembangan sangat baik. Sektor industri dan ekspor sumber daya alam,
seperti barang-barang tambang di Malaysia juga menyokong pendapatan bagi
negara.

Kondisi di Indonesia:

Pendapatan per kapita Indonesia sebesar US$3.347 (Rp44,85 juta). Negara


Indonesia merupakan negara terkaya kelima di wilayah Asia Tenggara pada tahun
2018. Namun, masih banyak sekali bagian-bagian yang perlu dibenahi untuk
mewujudkan negara Indonesia yang lebih makmur dan sejahtera. Pendapatan per
kapita Indonesia hanya mencapai pada sekitar angka 3.000 dolar Amerika saja.
Tren perkembangan ekonomi Indonesia cukup statis dengan rata-rata pertumbuhan
pendapatan per kapita tahun 2014-2018 sebesar 3,92%.
Negara Indonesia juga merupakan negara terluas sekaligus negara yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak di wilayah Asean. Jumlah penduduk
Indonesia yang begitu besar akan membuat Indonesia menjadi potensi pasar
strategis bagi para investor asing. Banyak sumber daya alam dan komoditas
unggulan yang dimiliki oleh Indonesia, karena Indonesia merupakan negara yang
kaya akan sumber daya alam. Hal ini didukung oleh iklim tropis dan banyaknya
hutan hujan tropis yang membuat keanekaragaman hayati Indonesia sangat
berlimpah.

c. Tingkat Inflasi Tahunan

Dalam ilmu ekonomi, Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga


barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam waktu tertentu, sehingga
menimbulkan penurunan nilai mata uang yang berlaku di masyarakat. Secara khusus,
tingkat inflasi tahunan mengukur perubahan harga (lebih tinggi atau lebih rendah) pada
suatu bulan tertentu dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Dikutip dari Bank Indonesia (BI), Inflasi yang terkontrol atau sesuai target
Pemerintah dan bank sentral berdampak baik buat perekonomian suatu negara. Sebab
situasi ini terkontrol sama aja menjaga daya beli konsumen dan menjaga daya jual
produsen. Ekonom melihat tingkat inflasi tahunan tersebut sebagai indikator untuk
melihat tingkat perubahan biaya hidup yang terjadi di masyarakat. Apabila cenderung
memburuk, maka lembaga pemerintah terkait akan melakukan intervensi agar inflasi
tidak memburuk. Salah satu intervensi yang dilakukan pemerintah yang umum
dilakukan adalah dengan mengimpor barang-barang yang riskan terkena inflasi.
Berikut data dan grafik Tingkat Inflasi Tahunan pada 11 negara ASEAN dalam jangka
waktu lima tahun dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018:

Tabel 1.3. Tingkat Inflasi Tahunan

% Per Tahun
Negara ASEAN
2014 2015 2016 2017 2018
Brunei Darussalam -0,2 -0,4 -0,7 -0,2 0,1
Cambodia 3,9 1,2 3,0 2,9 2,5
Indonesia 6,4 6,4 3,5 3,8 3,2
Lao PDR 4,1 1,3 1,6 0,8 2,0
Malaysia 3,1 2,1 2,1 3,8 1,0
Myanmar 5,1 10,0 6,8 4,0 5,9
Philippines 3,6 0,7 1,3 2,9 5,2
Singapore 1,0 -0,5 -0,5 0,6 0,4
Thailand 1,9 -0,9 0,2 0,7 1,1
Viet Nam 4,1 0,6 2,7 3,5 3,5
Timor Leste 0,7 0,6 -1,3 0,6 2,2

Grafik 1.3. Tingkat Inflasi Tahunan

Berdasarkan data diatas, tingkat keparahan Inflasi sebelas negara ASEAN


berada pada tingkatan Inflasi ringan dengan persentase angka inflasi kurang dari 10%
per tahun. Inflasi dapat memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah
atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi tersebut ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi.

Persentase tingkat inflasi atas data tersebut diatas selama lima tahun
berfluktuasi. Myanmar dan Vietnam pernah mengalami penurunan tingkat inflasi yang
cukup signifikan, dimana penurunan tingkat inflasi sebesar 3,2% pada tahun 2016
terjadi pada Myanmar dan sebesar 3,5% pada Vietnam tahun 2015. Sebaliknya, jika
tingkat inflasi tahunan terus meningkat, maka juga akan berdampak buruk. Kenaikan
tingkat inflasi yang cukup tajam pernah terjadi di Myanmar yakni 4,9% di tahun 2015
lalu turun sebesar 3,2% di tahun berikutnya. Tingkat inflasi penting untuk distabilkan
sebab Inflasi tahunan yang terlalu tinggi dapat mengurangi nilai pendapatan riil bagi
kelompok masyarakat berpenghasilan tetap, serta mengurangi efisiensi produksi
(terjadi perubahan alokasi produksi) akibat kenaikan permintaan terhadap barang
tertentu.

Diantara negara-negara ASEAN, terdapat tiga negara yang pernah memiliki


persentase tingkat inflasi tahunan negatif yakni Brunei Darussalam pada Tahun 2014-
2017, Singapore pada Tahun 2015-2016, Timor Leste pada Tahun 2016, dan Thailand
pada Tahun 2016. Tingkat inflasi tahunan negatif, sebagai contoh -0,9% pada tahun
2015 di Thailand, ini artinya harga barang dan jasa yang dibeli lebih murah 1%
dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Tingkat inflasi tahunan yang menurun
hingga ke angka negatif memang akan membuat biaya hidup lebih ringan. Namun, jika
ini berlangsung terus menerus dalam jangka panjang, maka kita akan segera merasakan
dampak negatifnya akibat lesunya aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Penurunan
tingkat inflasi yang terus menerus dinamakan deflasi.

Dalam kondisi deflasi, penurunan harga-harga mengakibatkan keuntungan


perusahaan-perusahaan berkurang dan pabrik-pabrik terpaksa memangkas aktivitas
produksi. Imbasnya yang lebih luas bisa mendorong pemecatan karyawan (PHK)
hingga tingkat pengangguran meningkat. Toko-toko penjual eceran dan borongan
juga akan menutup usahanya. Pada tahun 2018, negara dengan persentase tingkat
inflasi terendah yakni Brunei Darussalam sebesar 0,1%, Singapore sebesar 0,4%, dan
Malaysia sebesar 1%. Sebaliknya, negara dengan persentase tingkat inflasi tertinggi
yakni Myanmar sebesar 5,9%, Philippines sebesar 5,2%, dan Vietnam sebesar 3,5%.

d. Neraca Transaksi Berjalan

Neraca Transaksi Berjalan suatu negara terdiri dari neraca perdagangan,


penerimaan (dari investasi asing) dan transfer tunai antar negara. Perhitungan tidak
hanya dilakukan atas sektor pemerintah, tetapi juga sektor swasta. Dalam prakteknya,
perdagangan internasional mempunyai porsi yang besar dalam Neraca Transaksi
Berjalan, sehingga jika ekspor lebih besar dari impor, maka Neraca kemungkinan akan
surplus. Pembayaran hasil ekspor membutuhkan mata uang lokal, sedangkan untuk
impor membutuhkan mata uang asing. Dengan demikian, naiknya kuantitas (volume)
ekspor akan meningkatkan permintaan mata uang lokal, sehingga nilai tukar mata uang
lokal akan menguat terhadap mata uang negara-negara partner dagang. Neraca
Transaksi Berjalan yang surplus akan memperkuat nilai tukar mata uang. Sebaliknya,
jika defisit maka nilai tukar mata uang akan cenderung melemah. Berikut data dan
grafik Neraca Transaksi Berjalan pada 11 negara ASEAN dalam jangka waktu lima
tahun dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018:

Tabel 1.4. Neraca Transaksi Berjalan (% dari PDB)

% dari PDB Per Tahun


Negara ASEAN
2014 2015 2016 2017 2018
Brunei Darussalam 30,71 16,68 12,89 16,66 15,47
Cambodia -11,94 -11,58 -10,94 -10,49 -13,58
Indonesia -3,09 -2,04 -1,82 -1,59 -2,98
Lao PDR -20,00 -18,00 -14,10 -12,20 -8,60
Malaysia 4,39 3,03 2,43 2,98 2,34
Myanmar -2,86 -5,18 -4,32 -4,68 -2,00
Philippines 3,78 2,48 -0,39 -0,68 -2,38
Singapore 17,89 16,99 17,55 16,01 17,70
Thailand 3,74 8,00 11,69 11,03 7,47
Viet Nam 5,17 0,50 2,90 2,90 3,00
Timor Leste 75,2 14,9 -30,7 -17,5 -11,8

Grafik 1.4. Neraca Transaksi Berjalan (% dari PDB)

Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa terdapat lima negara ASEAN yang
terus mengalami kondisi surplus Neraca Transaksi Berjalan Surplus dalam periode
tahun 2014-2018, antara lain Brunei Darussalam dan Singapore yang merupakan
negara maju, serta Malaysia, Thailand dan Vietnam yang masih tergolong negara
berkembang. Pada tahun 2018, Tingkat Surplus Neraca Transaksi Berjalan pada
negara-negara tersebut jika diurutkan dari yang tertinggi yakni Singapore;17,7%,
Brunei Darussalam;15,47%, Thailand;7,47%, Vietnam;3%, dan Malaysia;2,34. Neraca
Transaksi Berjalan yang surplus nilai tukar mata menggambarkan kondisi yang baik
dimana nilai tukar uang pada negara tersebut cenderung menguat dan angka
pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi daripada angka pertumbuhan impor.

Sebaliknya, negara yang masih harus terus berjuang dari kondisi defisit Neraca
Transaksi Berjalan antara lain Cambodia, Indonesia, Lao PDR, Myanmar, Philippines,
dan Timor Leste. Pada tahun 2018, defisit terparah dialami oleh negara Cambodia,
Timor Leste, dan Lao PDR yang persentasenya mencapai -13,58%, -11,8%, dan -8,6%.
Sedangkan defisit Neraca Transaksi Berjalan pada Indonesia, Myanmar dan
Philippines hanya berkisar di angka 2 persen. Kondisi defisit dapat mengakibatkan nilai
tukar mata uang akan cenderung melemah. di mana tingkat tabungan nasional lebih
rendah daripada tingkat investasi suatu negara. Defisit transaksi berjalan untuk kasus
ini lebih umum terjadi di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan negara
berkembang mempunyai modal yang minim dari tingkat tabungan domestik sehingga
peluang untuk menerima investasi dari negara asing lebih terbuka lebar.

Jika dilihat dari perkembangan dalam lima tahun terakhir, kondisi keuangan
yang cukup membaik secara signifikan dialami oleh Lao PDR dimana pada tahun 2014,
persentase defisit berada di angka 20 persen dan terus membaik hingga pada tahun
2018 turun hingga mencapai angka 8,6%. Selain itu terdapat dua negara yang sempat
mengalami surplus Neraca Transaksi Berjalan yakni Philippines dan Timor Leste pada
tahun 2014 dan tahun 2015. Namun, pada tahun berikutnya kondisi ekonomi melemah
sehingga terus mengalami defisit hingga tahun 2018. Defisit transaksi berjalan
berkaitan erat dengan pendapatan bersih suatu negara. Setidaknya, ada empat hal yang
digunakan dalam mengukur pendapatan bersih. Pertama, pembayaran yang dilakukan
kepada orang asing dalam bentuk dividen saham domestik. Kedua, pembayaran bunga
obligasi. Ketiga, upah yang dibayarkan kepada orang asing yang bekerja di negara
tersebut. Keempat, uang WNA yang sebagian besar dikirim kebali ke negara asal
mereka.
Penyebab defisit transaksi berjalan

1) Pertumbuhan ekonomi global melambat


Pertumbuhan ekonomi global yang melambat akan berdampak pada lesunya
perdagangan internasional. Hal tersebut tentu akan membuat nilai ekspor dari suatu
negara mengalami penurunan.
2) Permintaan dan harga komoditas global menurun
Faktor menurunnya permintaan dan harga komoditas global akan menjadi guncangan
bagi negara-negara pengekspor. Pasalnya, jika permintaan dan harga komoditas
menurun, pendapatan negara dari sektor ekspor juga akan menurun secara drastis.
3) Program subsidi pemerintah
Berbagai program subsidi yang berasal dari anggaran pemerintah akan menjadi
beban tersendiri bagi keuangan nasional. Bukan hanya itu, subsidi akan memperlebar
defisit transaksi berjalan. Misalnya, pemerintah Indonesia memberikan subsidi BBM
sehingga harga BBM menjadi lebih murah. Namun, hal itu akan membuat
permintaan BBM semakin meningkat sehingga pemerintah harUS mengimpor BBM
dari negara lain di saat produksi domestik tidak mencukupi. Jika berkepanjangan,
aktivitas ekspor akan lebih tinggi daripada impor dan akhirnya defisit transaksi
berjalan kian melebar.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu komponen utama dari kesejahteraan dan


digunakan dalam ukuran pembangunan ekonomi dan kualitas hidup, yang merupakan
faktor kunci yang menentukan apakah suatu negara adalah negara maju, berkembang,
atau terbelakang. Selain itu, indeks Pendidikan juga menunjukkan daya saing suatu
negara. Untuk mengukur kualitas pendidikan di suatu negara, Perserikatan Bangsa-
Bangsa melalui United Nations Development Programme (UNDP) mengkalkulasi Indeks
Pendidikan yang mencakup data pada 189 Negara di Dunia. Indeks Pendidikan tersebut
dimuat dalam Human Development Report-UNDP Tahun 2018; Human Development
Indices and Indicators: 2018 Statistical Update.

Sebelum 2010, Indeks Pendidikan diukur dengan tingkat melek huruf orang
dewasa (dengan bobot dua pertiga) dan rasio pendaftaran bruto primer, sekunder, dan
tersier (dengan bobot sepertiga). Angka melek huruf orang dewasa memberikan indikasi
kemampuan membaca dan menulis, sedangkan APK memberikan indikasi tingkat
pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga pendidikan pascasarjana. Sejak 2010,
Indeks Pendidikan telah diukur dengan menggabungkan rata-rata tahun sekolah dewasa
dengan tahun sekolah yang diharapkan untuk anak-anak, masing-masing menerima bobot
50%. Berikut data perbandingan Indeks Pendidikan Tahun 2017 di Negara ASEAN
berdasarkan Human Development Report Tahun 2018:

Tabel 2.1 Indeks Pendidikan Tahun 2017 di Negara ASEAN

Tahun Sekolah yang Rata-Rata Tahun


Negara
Diharapkan untuk Anak-Anak Sekolah Dewasa
Singapore 16,20 11,50
Malaysia 13,70 10,20
Philippines 12,60 9,30
Brunei Darussalam 14,50 9,10
Vietnam 12,70 8,20
Indonesia 12,80 8,00
Thailand 14,70 7,60
Lao PDR 11,20 5,20
Myanmar 10,00 4,90
Cambodia 11,70 4,80
Timor-Leste 12,80 4,50

Catatan:
- Tahun sekolah yang diharapkan: Jumlah tahun sekolah yang diharapkan dapat dirasakan
oleh anak usia masuk sekolah atas pola penerimaan pada usia partisipasi sekolah tertentu
yang mencakup seluruh kehidupan anak-anak.
- Rata-rata tahun sekolah: Jumlah rata-rata tahun sekolah yang diterima oleh orang usia 25
dan lebih tua, yang dikonversi dari tingkat capaian pendidikan dengan menggunakan
durasi resmi dari setiap level.
Pada 2017, kualitas pendidikan di Indonesia berada pada posisi ketujuh di
ASEAN. Posisi tertinggi diraih Singapura, peringkat kedua ditempati oleh Malaysia dan
disusul oleh Brunei Darussalam. Ada korelasi antara lama sekolah yang ditempuh
penduduk dengan kualitas talenta sumber daya negara tersebut. Rata-rata lama sekolah
menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang. Semakin
tinggi angka rata-rata lama sekolah, semakin lama/tinggi jenjang pendidikan yang
ditamatkannyaBila diperhatikan, Singapura, Malaysia, Brunei, dan Filipina berulang kali
menempati lima posisi teratas di Asean. Dalam hal ini, Indonesia bahkan masih tertinggal
dari Malaysia dan Filipina.
Data menunjukkan Singapura memiliki rerata lama sekolah paling lama
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu 11,5 tahun. Negara berikutnya
adalah Malaysia dengan rata-rata lama sekolah sebesar 10,2 tahun. Selain itu, Filipina
memiliki rerata lama sekolah sebesar 9,3 tahun. Sementara itu, Indonesia, rata-rata lama
sekolahnya adalah 8 tahun. Di bawah Indonesia adalah Thailand (7,6 tahun), Laos (5,2
tahun), Myanmar (4,9 tahun), Kamboja (4,8 tahun), dan Timor-Leste (4,5 tahun).

a. Kondisi Pendidikan di Indonesia

Rata-Rata Penduduk Indonesia Bersekolah hanya sampai pada tahap SMP.


Bersumber dari Statistik Pendidikan, pada 2015 misalnya, rerata lama sekolahnya
adalah 8,32 tahun. Rerata tersebut naik pada 2016 menjadi 8,42 dan naik kembali pada
2017, yaitu 8,5 tahun. Pada 2018, rerata lama ekolah di Indonesia mencapai 8,58 tahun
atau setara dengan kelas 2 SMP/sederajat. Sayangnya, angka rata-rata lama sekolah
pada 2018 belum memenuhi target Renstra Kemendikbud sebesar 8,7 tahun. Selain itu,
target RPJMN tahun 2019 pun tak terpenuhi: rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun
ke atas sebesar 8,8 tahun.

Untuk mereka yang tamat SD, diperhitungkan lama sekolahnya 6 tahun, tamat
SMP diperhitungkan lama sekolah selama 9 tahun, tamat SMA diperhitungkan lama
sekolah selama 12 tahun, tanpa memperhitungkan apakah pernah tinggal kelas atau
tidak. Selain itu, antara wilayah desa dan kota pun juga ada ketimpangan. Capaian rata-
rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas di perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan perdesaan. Penduduk perkotaan rata-rata telah menyelesaikan pendidikan dasar
9 tahun, sementara penduduk perdesaan rata-rata hanya bersekolah sampai kelas 7
SMP/sederajat (kurang lebih 7 tahun).

Ketimpangan yang tinggi terjadi pada kelompok disabilitas. Selisih rata-rata


lama sekolah antara para penyandang disabilitas dan bukan penyandang disabilitas
mencapai sekitar 4 tahun. Dari sumber yang sama, diketahui bahwa mereka yang bukan
penyandang disabilitas bisa bersekolah hingga kelas 8 SMP/sederajat, sedangkan
penyandang disabilitas hanya mampu bersekolah sampai kelas 4 SD/sederajat saja.
Artinya, sistem pendidikan Indonesia belum inklusif dan akses pendidikan masih
sangat terbatas.
Indonesia berada di urutan 67 dari 125 negara di dunia dalam peringkat Global
Talent Competitiveness Index (GTCI) 2019. GTCI adalah pemeringkatan daya saing
negara berdasarkan kemampuan atau talenta sumber daya manusia yang dimiliki
negara tersebut, termasuk indikator pendidikan. Sumber daya manusia penting untuk
menjadi prioritas pemerintah. Bisa dibilang bahwa daya saing SDM di Indonesia masih
kalah jika dibandingkan dengan negara lain. Salah satu cara meningkatkan daya saing
adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Apalagi anggaran
pendidikan Indonesia tergolong tinggi dan trennya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pada 2014, misalnya, anggaran pendidikan mencapai Rp375,4 triliun dan naik
menjadi Rp492,5 triliun pada 2019 atau 20 persen dari Belanja APBN. Pemerintah
telah mengalokasikan anggaran pendidikan tahun 2019, beberapa di antaranya untuk
Program Indonesia Pintar, Bantuan Operasional Sekolah, pembangunan/rehabilitasi
fasilitas pendidikan, dan beasiswa bidik misi. Bila Indonesia mau SDM-nya siap dalam
menghadapi usia produktif, implementasi dan pemantauan dari alokasi dana
pendidikan ini sangat penting untuk jadi perhatian pemerintah dan seluruh elemen
masyarakat.

3. Kesehatan
Negara yang ‘berhasil’ dapat diukur dari kesejahteraan warganya di seluruh aspek
kehidupan, tak terkecuali kesehatan. Hal ini sudah selayaknya menjadi perhatian utama
dari Pemerintah suatu Negara. Sayangnya, masalah kesehatan, khususnya di Indonesia
seakan belum menemukan ‘jalan terang’ penyelesaiannya berbeda dengan kondisi yang
terjadi pada Negara-negara yang tergolong maju. Beberapa indikator derajat kesehatan
yang dapat digunakan untuk keterbandingan global yang dimuat dalam Human
Development Report-UNDP Tahun 2018; Human Development Indices and Indicators:
2018 Statistical Update antara lain Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Ibu, Angka
Kematian Bayi, dan Persentase Tingkat Kepuasan atas Kualitas Pelayanan Kesehatan
dari berbagai sumber. Berikut data perbandingan Indikator Kesehatan Tahun 2017 di
Negara ASEAN berdasarkan Human Development Report Tahun 2018:
Tabel 3.1 Indikator Kesehatan Tahun 2017

Life Maternal Infant


Health care quality
Negara Expectancy Mortality Mortality
(% satisfied)
at Birth Ratio rate
Singapore 69,40 9 2,8 78,00
Malaysia 83,20 30 7,9 93,00
Philippines 75,50 127 29,1 78,00
Brunei Darussalam 77,40 30 11,4 -
Vietnam 75,50 45 21,1 84,00
Indonesia 69,30 192 25,9 82,00
Thailand 67,00 38 9,5 71,00
Lao PDR 76,50 209 49,3 62,00
Myanmar 66,70 246 47,9 75,00
Cambodia 69,20 178 29,2 -
Timor-Leste 69,20 160 47,5 82,00

Catatan:
- Life Expectancy at Birth (Angka Harapan Hidup): Jumlah tahun yang diharapkan seorang
bayi yang baru lahir untuk bertahan hidup (sumber: UNDESA).
- Maternal Mortality Ratio (Angka Kematian Ibu): Angka kematian karena komplikasi dari
kehamilan atau persalinan, per 100.000 kelahiran hidup pada tahun tertentu (sumber: World
Bank).
- Infant Mortality rate (Angka Kematian Bayi): Jumlah bayi yang meninggal sebelum
mencapai usia satu tahun, per 1.000 kelahiran hidup pada tahun tertentu (sumber: World
Bank).
- Health care quality;% satisfied (Tingkat Kepuasan atas Kualitas Pelayanan Kesehatan):
Persentase responden menjawab "puas" ke Gallup World Poll question, “Apakah Anda puas
atau tidak puas dengan ketersediaan kualitas layanan kesehatan?" (sumber: Gallup).

Berdasarkan data diatas, dimensi umur panjang dan sehat diwakili oleh indikator
harapan hidup saat lahir. Tiga negara dengan Angka Harapan Hidup (AHH) teratas dari 11
negara ASEAN yakni Malaysia;83,2 tahun, Brunei Darussalam;83,2 tahun, dan Lao PDR;76,5
tahun yang mengindikasikan bahwa rata-rata usia penduduk pada negara tersebut berumur
panjang. Angka Kematian Ibu tertinggi dialami oleh Myanmar di urutan pertama dengan
jumlah kematian ibu sebanyak 246 per 100.000 kelahiran hidup, Lao PDR di urutan kedua
dengan jumlah kematian ibu sebanyak 209 per 100.000 kelahiran hidup, dan di posisi
ketiga ditempati oleh Indonesia dengan jumlah kematian ibu sebanyak 192 per 100.000
kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Ibu terendah yakni Singapore, Malaysia, dan
Brunei Darussalam.
Angka Kematian Bayi (AKB) tertinggi terjadi pada Lao PDR Myanmar, dan
Timor-Leste dengan jumlah kematian bayi masing-masing negara berada di kisaran 49,
48, dan 47 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu terendah yakni Singapore,
Malaysia, dan Thailand. Selain itu, terdapat juga survey kepuasan pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh Gallup; Perusahaan jasa riset dan konsultasi strategis untuk berbagai organisasi
besar di seluruh dunia. Berdasarkan survey tersebut, persentase tingkat kepuasan tertinggi atas
Kualitas Pelayanan Kesehatan yakni ada pada Negara Malaysia sebesar 93%, Vietnam sebesar
84%, serta Indonesia dan Timor-Leste memiliki persentase yang sama sebesar 82%.
Sebaliknya, tingkat kepuasan terendah terjadi pada negara Lao PDR dengan persentase hanya
sebesar 62%.

a. Kondisi Kesehatan di Indonesia

Berdasarkan data yang bersumber dari UNDP, Periode 1991-2015 Angka


Kematian Ibu (AKI) menurun dari 390 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 305 per
100.000 kelahiran hidup dan pada periode yang sama, Angka Kematian Bayi (AKB)
juga mengalami penurunan dari 68 per 1000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1000
kelahiran hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi perbaikan derajat kesehatan
di Indonesia. Namun jika dilihat dari sisi pengobatan dan infrastruktur kesehatan,
masih banyak yang harus dibenahi. Wilayah terpencil di Indonesia masih banyak yang
mengalami kesulitan untuk mengakses layanan medis. Bahkan wilayah yang sudah
memiliki layanan medis lengkap pun, belum tentu mendapatkan layanan kesehatan
karena biaya yang mahal. Meski kini pemerintah sudah menerapkan kartu Indonesia
Sehat, termasuk adanya BPJS, namun rupanya hal itu belum cukup memadai untuk
mengatasi masalah kesehatan Indonesia.

III. Penutup

Dalam perkembangannya, setiap negara memiliki perbedaaan tersendiri dengan


kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pada negara berkembang, masalah yang
dihadapi ialah tingkat pengangguran yang tinggi, tingkat pendidikan penduduknya yang
rendah, tingkat pertumbuhan dan ketergantungan yang tinggi, dan tingkat taraf hidup yang
rendah. Walaupun saat ini Indonesia masih berada di dalam kelompok negara berkembang,
menjadi Negara Maju merupakan suatu impian dan cita-cita bagi setiap negara-negara yang
ada dunia, termasuk di Indonesia. Negara di Asia Tenggara yang digolongkan menjadi salah
satu Negara Maju adalah Brunai Darussalam dan Singapore. Nilai dasar ekonomi menjadi
salah satu landasan negara tersebut dikatan maju, selain hal tersebut tentunya adalah aspek
pembangunan manusia nya yang dapat diukur dari pendidikan dan kesehatan.
Referensi

Publikasi:

- Asian Development Outlook (ADO) 2019. Asian Development Bank. 2019


- Human Development Indices and Indicators 2018.UNDP.2018

Website:

1. https://blog.ruangguru.com/geografi-kelas-12-negara-maju-dan-negara-berkembang
2. https://tirto.id/indeks-pendidikan-indonesia-rendah-daya-saing-pun-lemah-dnvR
3. https://www.adb.org/id/indonesia/economy
4. http://www.faktadaerah.com/2018/01/negara-maju-di-asia-tenggara-asean.html
5. https://www.finansialku.com/negara-terkaya-asean-tahun-2018/
6. https://www.kompasiana.com/jokoade/565ba6f01fafbd0123437008/analisis-kluster-
karakteristik-pendidikan-indonesia-terhadap-negara-maju-dan-negara-sedang-
berkembang-tahun-2009?page=all
7. https://www.moneysmart.id/inflasi-nol-persen-apa-yang-terjadi/
8. https://www.seputarforex.com/artikel/hubungan-current-account-dan-nilai-tukar-mata-
uang-171458-31
9. https://www.simulasikredit.com/pertumbuhan-ekonomi-pengertian-dan-
pengukurannya/
10. https://www.wartaekonomi.co.id/read224019/apa-itu-defisit-transaksi-berjalan.html
11. https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_Human_Development_Index

Anda mungkin juga menyukai