Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS


(ISPA)

Oleh

CHALVIN H. NOYA, S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA
KAIRATU
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ISPA

A. DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan
(Meadow, Sir Roy. 2002:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute
Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
l. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta organ secara
anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan ISPA.
Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2005:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam
menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan
lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar
diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian
di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa
di negara berkembang streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan
bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni
73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,
dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus (Suriadi,Yuliani R,2001)
C. TANDA DAN GEJALA
a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1. Batuk
2. Nafas cepat
3. Bersin
4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan

b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA


1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir
dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac
arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,2002)

D. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60
kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).

E. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada
permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu
tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI,
1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe,
1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran
cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut
menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala
ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan
sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak
nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan
adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan
bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan
gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam
tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas
bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan
atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis
saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar
terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun
saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas
system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran
nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA)
sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap,
yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-
apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)

H. PEMERIKSAAN PENUJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman
(+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)

I. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti
hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung
maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida
tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik
tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan
demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah
keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
o Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
o Meningkatkan makanan bergizi
o Bila demam beri kompres dan banyak minum
o Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
o Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
o Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
o Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
o Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

J. Analisa data
Symptom Etiologi Problem
1. Biasanya pasien Penupukan secret Bersihan jalan nafas
ditandai dengan adanya
secret, suara
ronchi/wising, otot bantu
pernafasan, cuping
hidung, dada terasa sesak.
2. Adanya penupukan
secret, infeksi pada Kongesti hidung Pola nafas tidak efektif
saluran pernafasan,
adanya otot bantu
pernafasan
3. Ditandai adanya,
sianosis, otot bantu Ventilasi pervusi Gangguan pertukaran
pernafasan, expansi gas
didinding dada, suara
ronchi/wising
4. Ditandai
dengan penuran BB Input/autput tidak
sebnyak 20%, kulit kriput, adekuat Gangguan nutrisi
klien terlihat kurus, nafsu kurang dari kebutuhan
makan menurun, mual tubuh.
muntah, nyeri abdomen
5. Adanya tanda-tanda
infeksi seperti: tumor,
dolor, calor, rubor, dan
disfusilaesa. Dan cek Agen bakteri/virus
leukosit tinggi/ rendah Resiko infeksi
6. Ditandai dengan
adanya panas lebih dari
37,6°C, akral panas, bibir
merah, wajah tampak Proses infeksi
merah. Hipertermi

K. Diagnose yang mungkin muncul


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi muskus
(secret)
2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri
6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

L. Rencana intervensi
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi muskus
(secret)
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah bersihan jalan nafas dapat teratasi
dengan kreteria hasil: hidung bersih, tidak ada secret klien dapat bernafas dengan lancer, tidak
ada pernafasan menggunakan cuping hidung.

Rencana tindakan:
· Observasi sistem pernafasan dan adanya subatan
· Bersihkan jika ada sumbatan
· Berikan posisi semi fowler
· Anjurkan klien untuk minum yang hangat
· Ajarkan batuk efektif
· Masase punggung dan dada klien
· Kalaborasi pemberian O2
· Kalaborasi pemberian obat
2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung
Tujuan :
setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan pola nafas teratasi dengan
kreteria hasil: klien tidak sesak lagi, sudah tidak ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak
menggunakan otot bantu pernafasan.
Rencana tindakan:
· Berikan posisi semi fowler
· Kalaborasi pemberian O2
· Kalaborasi pemberian obat

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi


Tujuan :
setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan pertukaran gas teratasi
dengan kreteria hasil: klien tidak sesak lagi, sudah tidak ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi
tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
Rencana tindakan:
Berikan posisi semi fowler
· Anjurkan klien untuk minum yang hangat
· Ajarkan batuk efektif
· Masase punggung dan dada klien
· Kalaborasi pemberian O2
· Kalaborasi pemberian obat

4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


Tujuan :
setelah dilakukan tidak keperawatan diharapkan masalah gangguan nutrisi teratasi dengan
kreteria hasil: nafsumakkan klien meningkat, klien tidak mual dan muntah, peningkatan BB,
wajah terlihat segar.
Rencana tindakan:
· Observasi adanya gangguan nutrisi
· Observasi pola makan
· Njurkan klien untuk makan sedikit tapi sering yaitu 2 jam sekali
· Anjurkan diit yang sehat
· Kalaborasi dengan tim gizi
· Kalaborasi pemberian obat

5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri


Tujuan :
setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah resiko tinggi infeksi dapat teratasi
dengan kreteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi, pemeriksaan leukosit dalam batas normal.
Intervensi
· Observasi adanya tanda-tanda infeksi seperti: tumor, dolor, rubor, color, dan
disfusilaesa.
· Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
· Menggunakan APD untuk proteksi diri dank lien
· Kolaborasi dalam pemberian obat

6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit


Tujuan :
setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah hipertermi klien dapat teratasi
dengan kreteria hasil, suhu dalam rentang normal 36,5°C-37,5°C, akral tidak panas, bibir tidak
kering, turgor kulit elastic.
Intervensi:
· Observasi adanya peningkatan dan penurunan suhu
· Observasi vital sign
· Berikan kopres pada lipatan tubuh
· Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang tipis dan menyerap keringat
· Lakukan kalaborasi pemberian obat
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pengkajian
A. Data Umum :
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. M
2. Umur KK : 36 tahun
3. Pendidika KK : SMA
4. Pekerjaan KK : Wirausaha
5. Alamat dan Telepon: Dusun aer sakula RT 001/RW 005 Desa Laha
6. Komposisi Keluarga yang berisi mengenai riwayat anggota keluarga
Hubungan Umur Pendidikan
Status Imunisasi
dg KK
No Nama JK KET
Polio DPT Hepatitis
BCG Campak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Tn. M L Kep. Kel 36 thn SMA Sehat

2 Ny. F P Istri 35 thn SMA Dermatitis

3 An. M P Anak 13 thn SMP Sehat

4 An. A L Anak 1 thn Belum √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ ISPA


Sekolah

7. Genogram

Genogram keluarga Tn.M


Keterangan :

: Laki-Laki : Garis Keturunan

: Perempuan : Garis Perkawinan

: Meninggal : Tinggal Serumah

: Klien

8. Tipe Keluarga.
Tipe keluarga Tn.M adalah tipe keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu,
dan 2 anak
9. Suku bangsa.
Semua anggota keluarga Tn.M adalah Ambon/Indonesia
10. Agama.
Anggota keluarga semua menganut agama islam.
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga.
Penghasilan Tn.M sebagai wirausaha yang setiap bulannya berpenghasilan ± Rp
1.000.000,00/bulannya, sedangkan Ny.F tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga
dan mengasuh ke dua anaknya.
12. Aktifitas Rekreasi Keluarga.
Aktivitas keluarga Tn.M sebagai wirausaha yang pulang kerjanya selalu sore hari,
sedangkan Ny.L sebagai ibu rumah tangga dan mengasuh ke dua anaknya. Kegiatan
rekreasi keluarga Tn.M adalah menonton TV dirumah, terkadang berbaur dengan
tetangga dan saudara.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga Tn.M mempunyai 2 orang anak. Anak pertama berumur 13 tahun dan anak
kedua berumur 1 tahun, maka keluarga Tn.M berada pada tahapan perkembangan
keluarga dengan usia anak sekolah.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

3. Riwayat keluarga inti :

4. Riwayat keluarga sebelumnya :


C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah :
a) Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Tipe rumah : Tembok permanen, lantai dari keramik, milik pribadi, atap genting,
luas rumah 7x 15m2
b) Ventilasi dan penerangan
Ventilasi baik terdapat 5 jendela dan rutin dibuka, tidak ada angin-angin. Sinar
matahari tidak dapat masuk secara langsung kerumah.Sinar matahari masuk lewat
pintu depan dan jendela, dan ada genteng kaca. Pencahayaan malam dengan lampu
neon. Kondisi dapur berdekatan dengan kamar mandi. kamar mandi jadi satu dengan
tempat BAB. Teras depan terlihat bersih.
c) Persediaan air bersih
Sumber air minum berasal dari Galon yang dibeli
d) Kondisi kamar mandi dan WC
Kamar mandi dan WC di dalam rumah, tertutup rapat. WC jenis jongkok. Jarak septic
tank sekitar 6 meter dari rumah
e) Pembuangan sampah dan air limbah
Pengelolaan sampah dengan ditimbun dan dibakar, Limbah rumah tangga dibuang
melalui selokan,aliran lancar.
Barat

15 m
:

6 1 1

7m
3 2
5
1 7
4

Gambar
Denah rumah Tn.M
Keterangan:
1 : kamar tidur = pintu 6 : Kamar mandi
2 : Ruang tamu = jendela 7 : Teras
3 : Ruang Keluarga : Pintu
4 : Ruang Penyimpanan : Jendela
5 : Dapur

2. Karakteristik tetangga dan komunitas setempat :


Rumah di sekitar rumah Tn.M berdekatan, halaman ada yang di pagar dan ada yang tidak
dipagar. Antar anggota saling toleransi dan mengenal satu sama lain. Kebanyakan di sekitar
Tn.M bekerja sebagai karyawan dan wirausaha. Jarak dengan puskesmas ± 3,7 km.
3. Mobilitas geografis keluarga :
Keluarga sudah tinggal di daerah tersebut sejak lahir, rumah milik sendiri.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Jika diundang kesyukuran, Tn M datang. Rutin ikut kegiatan kemasyarakatan seperti arisan
dan pengajian dikarenakan Tn M merasa interaksi dengan masyarakat sangat penting.
5. Sistem pendukung keluarga :
Tn.M saat ini tinggal bersama istri dan anaknya, fasilitas penunjang kesehatan yang dimiliki
cukup baik karena rumah Tn.M dekat dengan puskesmas.

D. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga :
Adanya keterbukaan antara anggota keluarga dan didalam keluarga semua anggota keluarga
menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.
2. Struktur Kekuatan Keluarga :
Tn.M mengatakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi pengambilan keputusan
dilakukan oleh Tn.M sebagai kepala keluarga setelah didiskusikan bersama.
3. Struktur Peran (formal dan informal) :
Tn.M berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, sedangkan istrinya IRT. Jika
ada keluarga yang sakit, peran dapat berubah sesuai keadaan.
4. Nilai dan Norma Keluarga :
Keluarga Tn.M menganut agama islam, dalam kehidupan sehari-hari diwarnai dengan
kebiasaasan secara agamis misalnya melaksanakan ibadah wajib.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif :
Tn.M dan Ny.F saling pengertian dalam segala hal, jika ada salah satu anggota keluarga
yang sakit, mereka saling memotivasi, dan cepat untuk membawa salah satu anggota
keluarga yang lagi sakit ke pelayanan kesehatan.
2. Fungsi Sosial :
Tn.M dan Ny.F mengajarkan pada An.M untuk menghormati dan sopan kepada orang lain
yang lebih tua.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan :
a. Mengenal masalah kesehatan
Tn.M mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, pilek, dan suhu badannya panas.
Anggota keluarga mengatakan bahwa tidak mengetahui akibat yang bisa timbul akibat
penyakit ISPA.
b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Menurut keluarga, sakit yang dialami An.A membuat keluarga cemas mengingat
usianya masih balita, keluarga sudah melakukan tindakan dengan mengompres An.A
dan Tn.M segera membawa ke puskesmas.
c. Merawat anggota yang sakit
(1) Pola pemberian nutrisi
Kebiasaan makan keluarga dalam menyajikan makanan keluarga Tn.M dalam
keadaan terbuka. Kebiasaan makan An.A tiga kali sehari dengan menu bubur dan
minum susu.
(2) Pola aktivitas/latihan dan rekreasi
Tn.M mengatakan bahwa keluarga jarang rekreasi karena tidak mempunyai biaya
lebih untuk berpergian ke tempat wisata yang jauh. Sedangkan untuk kebiasaan
berolahraga juga jarang dilakukan, biasanya menonton tv dirumah.
(3) Pola tidur dan istirahat
Tn.M mengatakan setiap malamnya biasa tidur mulai pukul 22.00 WIB sampai
pukul 04.30 WIB. Tn.M kadang mengalami kesulitan tidur. Sedangkan Ny.F
mempunyai kebiasaan tidur siang. Ny.F mengatakan biasa tidur jam 22.00WIB
sampai pukul 05.00 WIB. Untuk An.M biasa tidur jam 20.30 WIB sampai pukul
05.00 WIB Dan untuk An.A biasanya tidur jam 20.00 WIB sampai pukul 05.30
WIB.
(4) Pola penggunaan obat
An.A patuh minum obat yang didapatkan dari puskesmas penyimpanan obat
disimpan dilemari, jenis obat yang didapat dari puskesmas adalah antibiotik dan
antipiretik.
(5) Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Anggota keluarga mengatakan bahwa cara merawat An.A jika panas dengan
mengompres. Kebiasaan anggota keluarga apabila ada yang sakit diperiksakan ke
puskesmas.
d. Memelihara lingkungan yang sehat
Keluarga menyadari bahwa kebersihan lingkungan rumah sangat penting dan biasa
membersihkan rumah setiap hari. Keluarga Tn.M menggunakan jamban jongkok.
Kamar mandi dan jamban rutin dibersihkan setiap minggu, An.A sudah lengkap
imunisasinya dan rutin mengikuti posyandu balita.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan di Masyarakat
Jika ada anggota keluarga yang sakit, maka keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada disekitar yaitu puskesmas.
4. Fungsi Reproduksi :
Keinginan seksualitas Tn “M” dan Ny “F” ada tetapi belum mau menambah anak karena
sekarang memiliki anak yang masih berumur 1 tahun.
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn.M menggunakan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, papan setiap hari.

F. Stres dan Koping Keluarga


1. Stresor Jangka Pendek dan panjang :
Tn.M mengatakan bahwa yang menjadi stressor saat ini adalah keadaan anaknya (An.A)
yang belum sembuh dari sakit.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stresor :
Keluarga Tn.M memilih untuk memeriksakan anaknya ke puskesmas dan menjalani rawat
jalan.
3. Strategi Koping Yang Digunakan :
Berusaha mencari pengobatan untuk anaknya dan berusaha selalu mendekatkan diri dan
meminta pertolongan kepada Tuhan.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional :
G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakuakn pada semua anggota keluarga menggunakan format pengkajian head to
toe.
1) Tn “M”
a) Keadaan Umum
Penampilan badan tegak, tidak lordosis
TB : 164 cm
BB : 65 kg
b) Sistem Respirasi
RR : 22 x/menit
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing/rhonchi, pergerakan
dinding dada simetri kanan/kiri, fokal fremitus teraba sama kuat
kanan/kiri.
c) Sistem Kardiovaskuler
TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/menit
Iktus cordis teraba di ICS 4-5
Bunyi jantung : BJ I dan BJ II tunggal, reguler dan tidak ada bunyi tambahan.
d) Sistem Neurosensori
Kepala : Tidak ada keluhan nyeri kepala
Kesadaran : Composmentis
Pendengaran : Tidak ada gangguan pendengaran
Penglihatan : Tidak ada gangguan penglihatan
Mata : Jernih, sklera tidak icterus, konjungtiva tidak anemis
Penghidung : Tidak ada gangguan, tidak ada polip dan epistaksis.
Kejang : Tidak ada
e) Sistem Pencernaan
Mukosa mulut : Lembab, tidak ada karies gigi
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, auskultasi bising usus 10 x/menit,
perkusi tympani, tidak ada benjolan abnormal.
f) Sistem Muskuloskeletal
Rentang gerak : Bebas, tidak ada gangguan
Kekuatan otot :
5 5
5 5
g) Sistem Metabolisme – Integumen
S : 36,8°C
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, turgor kulit baik
Warna kulit sawo matang
Tidak ada oedema
Tidak ada lesi, penyebaran rambut merata
h) Sistem Genitourinary
Tidak ada nyeri saat kencing, Tidak ada gangguan eliminasi urine.
2) Ny “F”
a) Keadaan Umum
Penampilan badan tegak, tidak lordosis
TB : 154 cm
BB : 56 kg
b) Sistem Respirasi
RR : 20 x/menit
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing/rhonchi, pergerakan dinding
dada simetri kanan/kiri, fokal fremitus teraba sama kuat kanan/kiri.
c) Sistem Kardiovaskuler
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
Iktus cordis teraba di ICS 4-5
Bunyi jantung : BJ I dan BJ II tunggal, reguler dan tidak ada bunyi tambahan.
d) Sistem Neurosensori
Kepala : Tidak ada keluhan nyeri kepala
Kesadaran : Composmentis
Pendengaran : Tidak ada gangguan pendengaran
Penglihatan : Tidak ada gangguan penglihatan
Mata : Jernih, sklera tidak icterus, konjungtiva tidak anemis
Penghidung : Tidak ada gangguan, tidak ada polip dan epistaksis.
Kejang : Tidak ada
e) Sistem Pencernaan
Mukosa mulut : Lembab, tidak ada karies gigi
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, auskultasi bising usus 8 x/menit, perkusi
tympani, tidak ada benjolan abnormal.
f) Sistem Muskuloskeletal
Rentang gerak : Bebas, tidak ada gangguan
Kekuatan otot :
5 5
5 5
g) Sistem Metabolisme – Integumen
S : 36,9°C
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, turgor kulit baik
Warna kulit sawo matang
Tidak ada oedema
Tidak ada lesi, penyebaran rambut merata
Adanya bintik merah pada kulit
Kulit terasa gatal
h) Sistem Genitourinary
Tidak ada nyeri saat kencing, Tidak ada gangguan eliminasi urine.
3) An “M”
a) Keadaan Umum
Penampilan badan tegak, tidak lordosis
TB : 130 cm
BB : 25 kg
b) Sistem Respirasi
RR : 24 x/menit
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing/rhonchi, pergerakan dinding
dada simetri kanan/kiri, fokal fremitus teraba sama kuat kanan/kiri.
c) Sistem Kardiovaskuler
TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/menit
Iktus cordis teraba di ICS 4-5
Bunyi jantung : BJ I dan BJ II tunggal, reguler dan tidak ada bunyi tambahan.
d) Sistem Neurosensori
Kepala : Tidak ada keluhan nyeri kepala
Kesadaran : Composmentis
Pendengaran : Tidak ada gangguan pendengaran
Penglihatan : Tidak ada gangguan penglihatan
Mata : Jernih, sklera tidak icterus, konjungtiva tidak anemis
Penghidung : Tidak ada gangguan, tidak ada polip dan epistaksis.
Kejang : Tidak ada
e) Sistem Pencernaan
Mukosa mulut : Lembab, tidak ada karies gigi
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, auskultasi bising usus 9 x/menit, perkusi
tympani, tidak ada benjolan abnormal.
f) Sistem Muskuloskeletal
Rentang gerak : Bebas, tidak ada gangguan
Kekuatan otot :
5 5
5 5
g) Sistem Metabolisme – Integumen
S : 36,7°C
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, turgor kulit baik
Warna kulit sawo matang
Tidak ada oedema
Tidak ada lesi, penyebaran rambut merata
h) Sistem Genitourinary
Tidak ada nyeri saat kencing, Tidak ada gangguan eliminasi urine.
4) An “I”
a) Keadaan Umum
Penampilan kecil, lemas, tidak lordosis
TB : 75 cm
BB : 8 kg
b) Sistem Respirasi
RR : 33 x/menit
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, ada rhonchi, tidak ada retraksi dinding
dada, pergerakan dinding dada simetri kanan/kiri, fokal fremitus
teraba sama kuat kanan/kiri, hidung tersumbat, pilek pernafasan
cuping hidung tidak ada
c) Sistem Kardiovaskuler
TD : 
N : 96 x/menit
Iktus cordis teraba di ICS 4-5
Bunyi jantung : BJ I dan BJ II tunggal, reguler dan tidak ada bunyi tambahan.
d) Sistem Neurosensori
Kepala : Tidak ada keluhan nyeri kepala
Kesadaran : Composmentis
Pendengaran : Tidak ada gangguan pendengaran
Penglihatan : Tidak ada gangguan penglihatan
Mata : Jernih, sklera tidak icterus, konjungtiva tidak anemis
Kejang : Tidak terjadi
e) Sistem Pencernaan
Mukosa mulut : Lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada stomatitis.
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, auskultasi bising usus 9 x/menit, perkusi
tympani, tidak ada benjolan abnormal.
f) Sistem Muskuloskeletal
Rentang gerak : Bebas, tidak ada gangguan
Kekuatan otot :
5 5
5 5
g) Sistem Metabolisme – Integumen
S : 36,8°C
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, turgor kulit baik
Warna kulit sawo matang
Tidak ada oedema
Tidak ada lesi, penyebaran rambut merata, akral panas.
h) Sistem Genitourinary
Tidak ada nyeri saat kencing, Tidak ada gangguan eliminasi urine.

H. Harapan Keluarga.
Keluarga Tn.M berharap pada petugas kesehatan yang ada di dusun aer sakula dapat cepat
mengatasi masalah yang terjadi pada anaknya agar kembali sembuh . Keluarga berharap bisa
diberikan informasi kepada mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, baik
itu untuk kesehatan tentang ISPA yang diderita oleh anaknya.

ANALISA DATA

NATA ETIOLOGI PROBLEM


DS : Ketidakmampuan Keluarga Ketidakefektifan bersihan
- Tn.M mengatakan anaknya Tn. M dalam merawat anak jalan nafas
batuk, pilek, badannya dengan ISPA
panas, nafsu makannya
menurun dan agak rewel.
- Ny.F mengatakan jika
anaknya sakit dibawa
berobat kepuskesmas.
DO :
 An.A badannya lemas,
 Nafsu makan menurun
 Suhu : 36,8°C
 Nadi : 96 x/menit
 RR: 33 x/menit
 Batuk, pilek
 Ronchi
 Anak terlihat rewel
 BB : 8 kg

DS : Ketidakmampuan keluarga Resiko tinggi pada penularan


1).Ny.F mengatakan bahwa menata lingkungan dengan penyakit ISPA
Ny.F tidak mengetahui masalah ISPA.
tentang penyebab, cara
penularan, pencegahan
penularan dan perawatan
batuk pilek (ISPA).
2).Ny.F mengatakan selama
An.A batuk pilek hanya
diberi obat dari dokter dan
tidak mengetahui cara
perawatan dirumah.
3). Ny.F mengatakan masih
menggunakan obat nyamuk
bakar ketika An.A batuk
pilek.
4). Ny.F mengatakan An.A
tidurnya dengan Tn.M dan
Ny.F
5). Ny.F mengatakan tidak tahu
bagaimana cara
memodifikasi lingkungan
yang sehat agar tidak terjadi
penularan ISPA.
DO :
1).Ventilasi rumah cukup tetapi
tidak dibuka setiap hari.
2).Saat dilakukan pengkajian
Ny.F tahu kalau penyakit
batuk pilek itu menular tetapi
Ny.F tidak mengetahui cara
penularannya.
3).Ny.F sering mengelap hidung
An.A dengan bajunya.
4).Saat dilakukan kunjungan
keluarga pada siang hari,
An.A tidur ditemani Ny.F
kondisi kamar pengap.
5).Tempat pertukaran udara dan
pencahayaan kurang, lantai
rumah terbuat dari ubin.
DS : Ketidakmampuan keluarga Resiko pemenuhan nutrisi
1).Keluarga mengatakan An.A merawat balita/bayi dengan kurang dari kebutuhan tubuh
sulit makan dan porsi makan gizi yang kurang
tidak habis
DO :
1).An.A tampak kurus dan
mengalami penurunan berat
badan 2 Kg.
PENENTUAN PRIORITAS DIAGNOSA KESEHATAN (Scoring)
Diagnosa : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Ketidakmampuan Keluarga
Tn. M dalam merawat anak dengan ISPA

NO KRITERIA BOBOT PEMBENARAN


Sifat masalah Sekret berwarna
Skala : putih keluar melalui
1 a. Potensia : 3 1 hidung, batuk tidak
b. Resiko : 2 efektif dan pada saat
c. Aktual : 1 pemeriksaan fisik
didapatkan suara
ronchi.
Kemungkinan masalah dapat dirubah Keluarga mau
Skala : mengikuti saran dari
a. Mudah :2 2 mahasiswa
2 b. Sebagian :1
c. Tidak dapat : 0
Potensial masalah untuk dicegah ISPA dapat
Skala : disebabkan dari
3 a. Tinggi :3 1 factor internal (imun)
b. Cukup :2 dan juga factor
c. Rendah :1 eksternal dari
lingkungan, dengan
pemberian informasi
tentang sanitasi
lingkungan ISPA
dapat dicegah secara
mandiri.
Menonjonya masalah Ny. F mengatakan
Skala : bahwa An. A sering
a. Masalah berat, harus segerah ditangani 1 mengalami ISPA,
:2 dan keluarga tidak
4 b. Ada masalah tetapi tidak perlu mengetahui
ditangani :1 penanganan ISPA.
c. Masalah tidak dirasakan :0
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Ketidakmampuan Keluarga Tn. M
dalam merawat anak dengan ISPA
2. Resiko tinggi pada penularan penyakit ISPA berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
menata lingkungan dengan masalah ISPA.
3. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat balita/bayi dengan gizi yang kurang
PENENTUAN PRIORITAS DIAGNOSA KESEHATAN (Scoring)
Diagnosa : Resiko tinggi pada penularan penyakit ISPA berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga menata lingkungan dengan masalah ISPA.

NO KRITERIA BOBOT PEMBENARAN


Sifat masalah Keluarga kurang
mengethaui tentang
Skala :
cara penularan dan
1 a. Potensia : 3 1 pencegahan penyakit
ISPA, Ny. F terlihat
b. Resiko :2 mengelap secret An.
c. Aktual : 1 A dengan bajunya

Kemungkinan masalah dapat dirubah Untuk di rumah


tempat menampung
Skala :
secret tidak terlalu
a. Mudah :2 2 sulit didapatkan,
namun jika
2 b. Sebagian :1 berpergian keluarga
c. Tidak dapat :0 mengatakan enggan
untuk membeli tisue.

Potensial masalah untuk dicegah Keluarga kurang


mengetahui tentang
Skala :
cara penularan
3 a. Tinggi :3 1 penyakit ISPA
sehingga perlu
b. Cukup :2 diberikan informasi
c. Rendah :1 mengenai cara
pencegahan
penularan penyakit
ISPA.

Menonjonya masalah Keluarga


mengatakan tidak
Skala :
ingin semua
a. Masalah berat, harus segerah ditangani 1 keluarganya terkena
:2 ISPA, untuk itu
4 keluarga ingin segera
b. Ada masalah tetapi tidak perlu diatasi.
ditangani :1
c. Masalah tidak dirasakan :0
PENENTUAN PRIORITAS DIAGNOSA KESEHATAN (Scoring)
Diagnosa : Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat balita/bayi dengan gizi yang kurang

NO KRITERIA BOBOT PEMBENARAN


Sifat masalah Ny. F mengatakan
saat menderita ISPA
Skala :
An. A mengalami
1 a. Potensia : 3 1 penurunan nafsu
makan, jika mau
b. Resiko :2 makan hanya dapat
c. Aktual : 1 menghabiskan
sekitar 5 sendok
dalam 1 porsi/piring
biasanya sebelumnya
bisa menghabiskan
10 sendok makan.
Berat badan sekarang
: 8 kg.

Kemungkinan masalah dapat dirubah Keluarga


mengungkapkan
Skala :
ketidakmampuan
a. Mudah :2 2 dalam perawatan
nutrisi untuk
2 b. Sebagian :1 penyakit ISPA untuk
c. Tidak dapat :0 itu perlu diberikan
informasi mengenai
asupan nutrisi yang
diperlukan pada saat
ISPA.

Potensial masalah untuk dicegah Risiko pemenuhan


Skala :
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3 a. Tinggi :3 1 ini akibat dari
b. Cukup :2 ISPA sedangkan
keluarga tidak
c. Rendah :1 mampu dalam
mengenal
penyebab dari
penyakit ISPA.
Menonjonya masalah Keluarga ingin
masalah risiko
Skala :
pemenuhan nutrisi
a. Masalah berat, harus segerah ditangani 1 kurang dari
:2 kebutuhan tubuh
dapat teratasi,
4 b. Ada masalah tetapi tidak perlu walaupun tidak
ditangani :1 segera.
c. Masalah tidak dirasakan :0
INTERVENSI/PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan Kriteria Standar Rencana intervensi
1. Ketidakefe TUM : Setelah Verbal Keluarga dapat menjelaskan pengertian 1.Kaji pengetahuan keluarga tentang ISPA
ktifan dilakukan tindakan (pengetahuan) ISPA , dapat menyebutkan tanda dan gejala 2.Jelaskan pada keluarga tentang
bersihan keperawatan bersihan ISPA , dapat menjelaskan perawatan pengertian,tanda/gejala tindakan yang
jalan nafas jalan nafas dapat keluarga yang menderita ISPA. dilakukan bila salah satu anggota keluarga
berhubung teratasi. menderita ISPA.
an dengan TUK : Keluarga 3.Berikan kesempatan pada keluarga untuk
Ketidakma dapat mengenal bertanya.
mpuan masalah ISPA. 4.Berikan reinforcement positif atas usaha
Keluarga keluarga.
Tn. M 5.Bimbing keluarga untuk mengulang
dalam kembali apa yang dijelaskan oleh perawat
merawat 6.Beri pujian atas jawaban yang
anak disampaikan oleh keluarga.
dengan
ISPA
TUK : Keluarga Verbal Keputusan keluarga untuk memeriksakan Beri penjelasan tentang penyakit ISPA dan
mampu mengambl (pengetahuan) kembali komplikasinya.
keputusan yang tepat.
TUK : Keluarga Psikomotor Keluarga Tn.M dapat melakukan perawatan 1.Diskusikan dengan keluarga tentang
mampu melakukan (perilaku) kesehatan. pengertian ISPA menggunakan lembar
perawatan kesehatan balik/leaflet. Ajarkan kepada keluarga untuk
latihan nafas dalam dan batuk efektif secara
mandiri.
2.Beri kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara nafas dalam dan batuk
efektif serta cara membuat obat herbal
secara tradisional.
3.Beri pujian positif atas partisipasi
keluarga.
TUK : Keluarga Verbal Keluarga dapat menerapkan pola hidup sehat 1.Kaji kebiasaan keluarga Tn.M
mampu memodifikasi (pengetahuan) 2.Motivasi keluarga dalam berperilaku
lingkungan hidup sehat.
3.Motivasi keluarga dalam menata
lingkungn rumah
4.Berikan penyuluhan tentang bahaya
lingkungan yang tidak sehat
Psikomotor Keluarga Tn.M memeriksakan anggota 1.Menganjurkan keluarga untuk
(perilaku) keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan memerikskan anggota keluarga yang sakit.
Puskesmas. 2.Jelaskan jenis pelyanan kesehatan yang
bisa digunakan.
3.Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
2. Resiko TUM :Setelah Verbal Keluarga dapat menyebutkan cara penularan 1.Kaji pengetahuan keluarga tentang cara-
tinggi pada dilakukan kunjungan (pengetahuan) dan keluarga dapat mengetahui cara cara penularan ISPA
penularan keluarga diharapkan pencegahan terjadinya ISPA
penyakit keluarga mampu 2.Beri penjelasan kepada keluarga tentang
ISPA mengenal cara cara-cara penularan ISPA
berhubung penularan penyakit 3.Beri reinforcement positif atas usaha
an dengan ISPA keluarga.
ketidakma TUK : Keluarga
mpuan dapat menyebutkan
keluarga cara penularan
menata penyakit ISPA
lingkungan
dengan
masalah
ISPA.
3 Resiko TUM : Setelah Verbal Keluarga mampu mengenal maslah gizi 1.Kaji pengetahuan keluarga tentang
pemenuhan dilakukan kunjungan (pengetahuan) nutrisi yang baik bagi anaknya,mampu pentingnya gizi pada anak
nutrisi keluarga diharapkan mengambil keputusan cara mengatai gizi 2.Berikan penyuluhan kepada keluarga
kurang dari keluarga mampu pada anaknya dan keluarga dapat tentang pengertian gizi,tanda kurng gizi dan
kebutuhan mengenal gizi yang menyebutkan cara mengatasi gizi yang baik pentingnya gizi pada anak
tubuh baik bagi anaknya. 3.Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
berhubung TUK : Keluarga 4.Beri reinforcement positif atas usaha
an dengan dapat mengetahui keluarga yang telah dilakukan
ketidakma makanan yang bergizi
mpuan baik bagi sang anak
keluarga
merawat
balita/bayi
dengan gizi
yang
kurang
IMPLEMENTASI
Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Respon Paraf
22 Nov 2019 Ketidakefektifan 1.Pengkajian S:Keluarga
Pukul 15.30 bersihan jalan pengetahuan keluarga mengatakan telah
wit nafas tentang ISPA mengerti mengenai
berhubungan 2. Beri penjelasan ISPA dan cara
dengan tentang penyakit ISPA perawatannya.
Ketidakmampuan dan komplikasinya. Keluarga
Keluarga Tn. M 3. Pemeriksaan fisik mengatakan paham
dalam merawat pada An.A untuk melakukan
anak dengan 4. Ajarkan kepada latihan nafas dalam
ISPA keluarga untuk latihan dan batuk secara
nafas dalam dan batuk efektif.
efektif secara mandiri.
5. Beri kesempatan O: keluarga dapat
kepada keluarga untuk mempraktekkan
mempraktekkan cara cara nafas dalam
nafas dalam dan batuk dan batuk secara
efektif serta cara efektif serta cara
membuat obat herbal membuat obat
secara tradisional. herbal secara
tradisional.

23 Nov 2019 1.Pengkajian terhadap S:Keluarga


Pukul 14.00 kebiasaan keluarga mengatakan sudah
wit Tn.M mulai menata dan
2.Beri penyuluhan memodifikasi
tentang hidup sehat lingkungan rumah
dan berprilaku sehat dan sekitarnya.
3.Ajarkan cara hidup keluarga
sehat dan berperilaku mengatakan mulai
sehat dalam merubah perilaku
lingkungan keluarga pola gaya hidup
4.Berikan kesempatan sehat.
keluarga untuk
memodifikasikan O: keluarga dapat
lingkungan rumah melakukan
5. Menganjurkan penataan rumah
keluarga untuk secara mandiri.
memerikskan anggota
keluarga yang sakit.
23 Nov 2019 Resiko tinggi 1.Kaji pengetahuan S: Keluarga
Pukul 14.00 pada penularan keluarga tentang cara- mengatakan
wit penyakit ISPA cara penularan ISPA mengerti tentang
berhubungan 2.Beri penjelasan penularan ISPA.
dengan kepada keluarga O: Keluarga
ketidakmampuan tentang cara-cara mampu
keluarga menata penularan ISPA menyebutkan cara-
lingkungan 3.Beri reinforcement cara penularan
dengan masalah positif atas usaha ISPA
ISPA. keluarga.
23 Nov 2019 Resiko 1.Kaji pengetahuan S: keluarga
Pukul 14.00 pemenuhan keluarga tentang mengatakan
wit nutrisi kurang pentingnya gizi pada mengerti
dari kebutuhan anak pengetahuan
tubuh 2.Berikan penyuluhan tentang gizi,tanda
berhubungan kepada keluarga kurang gizi dan
dengan tentang pengertian pentinnya gizi
ketidakmampuan gizi,tanda kurng gizi pada anak .
keluarga dan pentingnya gizi O: keluarga
merawat pada anak mampu
balita/bayi 3.Beri kesempatan menjadwalkan pola
dengan gizi yang keluarga untuk makan sehari-hari
kurang bertanya pada anak dengan
4.Beri reinforcement gizi yang baik
positif atas usaha
keluarga yang telah
dilakukan
EVALUASI
No. Hari/Tgl Diagnosa Evaluasi Paraf
22 Nov 2019 Ketidakefektifan bersihan S:Keluarga
Pukul 16.00 wit jalan nafas berhubungan mengatakan telah
dengan ketidakmampuan mengerti mengenai
Keluarga Tn. M dalam ISPA dan cara
merawat anak dengan ISPA perawatannya.
Keluarga
mengatakan paham
untuk melakukan
latihan nafas dalam
dan batuk secara
efektif.
O: keluarga dapat
mempraktekkan cara
nafas dalam dan
batuk secara efektif
serta cara membuat
obat herbal secara
tradisional.
A: Tujuan khusus
tercapai seluruhnya
P: Pantau bersihan
jalan nafas anak dan
lakukan
pemerikasaan di
puskesmas terdekat.

23 Nov 2019 S:Keluarga


Pukul 15.00 wit mengatakan sudah
mulai menata dan
memodifikasi
lingkungan rumah
dan sekitarnya.
keluarga mengatakan
mulai merubah
perilaku pola gaya
hidup sehat.
O: keluarga dapat
melakukan penataan
rumah secara
mandiri.
A:Tujuan khusus
tercapai seluruhnya
P: Pertahankan
kondisi lingkungan
sekitar dan
berperilaku pola
gaya hidup sehat.
Menganjurkan
keluarga untuk
memeriksakan
kesehatan keluarga
setiap bulan ke
puskesmas terdekat
23 Nov 2019 Resiko tinggi pada S: Keluarga
Pukul 15.00 wit penularan penyakit ISPA mengatakan
berhubungan dengan mengerti tentang
ketidakmampuan keluarga penularan ISPA.
menata lingkungan dengan O: keluarga mampu
masalah ISPA. menyebutkan cara-
cara penularan ISPA
A: Tujuan khusus
tercapai seluruhnya
P: Pantau
lingkungan rumah
keluarga .
23 Nov 2019 Resiko pemenuhan nutrisi S: keluarga
Pukul 15.00 wit kurang dari kebutuhan mengatakan
tubuh berhubungan dengan mengerti
ketidakmampuan keluarga pengetahuan tentang
gizi,tanda kurang
merawat balita/bayi dengan gizi dan pentinnya
gizi yang kurang gizi pada anak .
O: keluarga mampu
menjadwalkan pola
makan sehari-hari
pada anak dengan
gizi yang baik
A: Tujuan khusus
tercapai seluruhnya
P: Pantau nutrisi gizi
pada An.A dan
pertahankan gizi
yang seimbang pada
An.A
DAFTAR PUSTAKA

Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-


2002,Philadelpia,USA

Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran


Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr.
yohanes gunawan. Jakarta: EGC

Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification20012002,Philadelpia,USA

Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2004), PSIK UMJ, Jakarta

Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)PSIK
FK UGM tidak dipublikasikan

Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel. Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang

Soegijanto, S (2002). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan. Jakarta: Salemba
medika

Anda mungkin juga menyukai