Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL TESIS

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN


CBL (CONSERVATION BASED LEARNING)
UNTUK MENDUKUNG USAHA PELESTARIAN HUTAN
DAN DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI)
DI GUNUNG ARJUNA - KABUPATEN PASURUAN

Disusun Oleh :

SARIFUDIN LATHIF

NIM. 201910620211004

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019

i
1. LATAR BELAKANG
Menurut data World Bank (2010), luas hutan Indonesia saat ini hanya tersisa 94.5 Ribu
Ha dan ini berarti Indonesia negara terbesar kedua dalam hal DEFORESTASI (Kerusakan
Hutan) dengan laju kerusakan hingga 1.5 Juta Ha/Tahun.
Gunung Arjuna (3.339 m dpl) dan Gunung Ringgit (1250 m dpl) yang berada di
kabupaten Pasuruan sangat penting sebagai daerah tangkapan air bagi kebutuhan sekitar 2 juta
orang di Kota dan Kabupaten Pasuruan. Selain itu, Gunung Arjuna merupakan hulu bagi
sungai Brantas (sungai terpanjang di Jawa Timur) yang mampu memenuhi kebutuhan air bagi
60 % masyarakat Jawa Timur. Dalam 10 tahun terakhir, deforestasi dan degradasi lahan telah
terjadi di lereng Gunung Arjuna. Sebagai dampaknya, telah terjadi banjir pada musim hujan,
tepatnya di awal tahun 2012 telah melanda 4 Kecamatan yaitu di Kec. Bangil, Beji, Rejoso dan
Nguling di Kabupaten Pasuruan dan ini mengakibatkan lumpuhnya jalur transportasi pantau
Utara Jawa (Pantura) di Jawa Timur hampir selama 2 bulan3. Sementara dalam musim kemarau
tahun 2011, antara bulan September – November 2011, 38 desa di 10 Kecamatan di Kabupaten
Pasuruan telah mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih4. Laju Deforestasi di Gunung
Arjuna-Welirang mencapai 0.24 % atau setara dengan 68 Ha/tahun akibat dari kebakaran
hutan, penebangan illegal, perluasan lahan pertanian intensif dan tanah longsor (Study The
Winrock,2012)
Dampak nyata lain ada pada daerah hulu hutan, sedikitnya 16 mata air telah berhenti
atau berkurang debit airnya khususnya pada musim kemarau. Lokasi 16 mata air tersebut
sebagian besar masuk wilayah Kecamatan Prigen dan merupakansumber air bersih bagi
masyarakat desa tepi hutan (Detik.com,2011).
Terdapat banyak pendekatan untuk mengatasi kerusakan lingkungan dan
mempercepat proses pemulihan ekosistem yang ada di Hutan dan DAS (Daerah Aliran
Sungai). Salah satu cara pendekatannya melalui jalur pendidikan.
Dunia pendidikan menjadi dasar pembentukan konsep manusia mengenali
lingkungan dan pendidikan lingkungan di sekolah menjadi tempat mengenal konsep
lingkungan secara formal dan ilmiah. Beberapa peneliti telah menekankan pentingnya
mempelajari konsepsi siswa mengenai lingkungan dengan tujuan untuk memberikan
dasar bagi meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran (Loughland, Reid,
Walker, & Petocz, 2003). Konsep lingkungan harus mulai diperkenalkan pada dunia

ii
pendidikan sebagai bekal generasi selanjutnya saat membangun lingkungan sekitar.
Manusia mulai belajar menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap dunia sekitar baik
pada sesama manusia maupun dengan alam ketika belajar tentang lingkungan.
Lingkungan hidup secara global dengan sumber dayanya yang terbatas merupakan
kepedulian bersama seluruh manusia terhadap keanekaragaman dan keindahan alam
yang harus dijaga kelestariannya (Antunes, 2005). Kesadaran akan peduli terhadap
lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab segelintir orang saja, tetapi harus
menjadi tanggung jawab bersama baik yang mempelajari IPA maupun tidak, oleh
karena itu konsep lingkungan perlu diajarkan pada semua mata pelajaran. Saat ini,
beberapa sekolah di Indonesia telah memperkenalkan pendidikan lingkungan sebagai
bagian dari kurikulum, baik secara monolitik ataupun terintegrasi dan menjadikan
lingkungan sebagai mata pelajaran tersendiri atau menjadi bagian dari topik dalam
pembelajaran yang dikaitkan dengan mata pelajaran di sekolah. Dalam
pelaksanaannya, pembelajaran lingkungan berlangsung kurang bermakna dan kurang
efektif dapat terjadi karena guru belum menerapkan pendekatan dan metode
pembelajaran (Irianto et al., 2015).
Salah satu model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh Jurusan Pendidikan
Biologi Universitas Muhammadiyah Malang yang bekerjasama dengan PSLK (Pusat
Studi Kependudukan dan Lingkungan) Universitas Muhammadiyah Malang adalah
model pembelajaran CBL (Conservation Based Learning). Menurut tim penemu CBL
bahwa model pembelajaran CBL ini diangap cukup mudah difahami, memiliki “ruh”
dan target pembelajaran yang jelas, memenuhi kebutuhan isu konservasi selama ini
serta dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran CBL ini merupakan model yang menuntut siswa sebagai
peserta belajar untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan konservasi, maka
tindak-lanjut dari kegiatan pembelajaran menjadi hal penting. Berbagai model kegiatan
dapat diterapkan, mulai dari hanya kegiatan penugasan individu di rumah hingga
kegiatan berbasis proyek yang dianggap besar yang menghasilkan kegiatan konservasi,
gagasan dan bahkan penelitian dala, bidang konservasi yang dilombakan. Model CBL

iii
ini adalah model yang digali dan diperoleh serta dirumuskan oleh penulis sendiri.
Penulis berharap akan menjadi salah satu produk yang dapat membantu dunia
pendidikan. Dengan demikian, besar harapan penulis kepada seluruh guru dan
masyarakat untuk berkenan mencoba dan menerapkan model ini.
SMA Negeri 1 Pandaan adalah sebuah Sekolah Menengah Atas yang berlokasi di
Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sekolah ini berdiri pada tahun
1974 dengan nama SMPP (Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan). Seiring
berjalannya waktu dan berubahnya kebijakan pemerintah SMPP kini berganti nama
menjadi SMA Negeri 1 Pandaan setelah sebelumnya bernama SMU Negeri 1 Pandaan.
Secara hidrogeografis, bahwa SMA Negeri 1 Pandaan berada di antara DAS (Daerah
Aliran Sungai) Kedunglarangan yang mempunyai Hulu Sungai di Gunung Arjuna –
Welirang wilayah Kabupaten Pasuruan. Kondisi DAS Kedunglarangan saat ini cukup
memprihatinkan. Di daerah Hulu sungai, yakni hutan gunung Arjuna-Welirang sudah
rusak dan berpotensi longsor serta tidak banyak lagi pohon-pohon yang mampu
menyimpan air hujan. Sementara di daerah Tengah, banyak Industri yang membuat
limbah dan Limbah domestik rumah tangga yang mencemari sungai. Kemudian di
daerah Hilir, yakni di Kecamatan Beji dan Bangil Kabupaten Pasuruan terjadi
pendangkalan serta penyempitan sungai atau anak sungai. Sehingga sering terjadi
Banjir di kecamatan Bangil dan Beji. Kondisi kerusakan DAS Kedunglarangan inilah
yang menjadi fokus utama dalam upaya pelestarian Hutan dan DAS yang harus
dilakukan secara sinergis, salahsatunya melalui dunia pendidikan.
Penelitian ini dilakukan dengan harapan menjawab persoalan lingkungan yang ada
di sekitar SMA Negeri 1 Pandaan yang semakin nyata. Pemecahan persoalan tersebut
bisa dilakukan melalui penguatan pemahaman dan penerapan oleh siswa-siswa SMA
Negeri 1 Pandaan dengan pendekatan model pembelajaran CBL. Penerapan model
pembelajaran CBL ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada siswa dan
sekolah mempunyai aksi nyata dalam melestarikan dan menjaga lingkungan disekitar
sekolah.

iv
2. PERUMUSAN MASALAH
a. Apakah model pembelajaran CBL Conservation based learning) dapat
diterapkan di SMA Negeri 1 Pandaan sebagai upaya mendukung usaha
pelestarian hutan dan DAS (Daerah Aliran Sungai) Gunung Arjuna -
Kabupaten Pasuruan.
b. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran CBL (Conservation based
learning) di SMA Negeri 1 Pandaan terhadap pemahaman dan perilaku siswa
untuk pelestarian hutan dan DAS (Daerah Aliran Sungai) Gunung Arjuna -
Kabupaten Pasuruan.

3. TINJAUAN PUSTAKA
‒ Koran Radar Bromo, 1 Januari 2012. “Banjir Rendam 2.890 KK”.
‒ Koran Radar Bromo, 03 Januari 2012. “Kado AwalTahun.Ribuan Rumah Kembali
Terendam Banjir”
‒ Detik.com/surabaya, 4/10/2011. “38 Desa di 10 Kecamatan di Kabupaten Pasuruan
Telah Mengalami Kekeringan dan Kekurangan Air Bersih”
‒ Yayasan Kaliandra SEJATI bekerjasama dengan The Winrock - USAID. 2006 – 2007.
“Hasil Analisa Data Obervasi Sumber-Sumber Air”
‒ Sukarsono dkk. BUKU PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
KONSERVASI (CBL-Conservation Based Learning Model). UMM. 2019.
‒ Loughland, T., Reid, A., Walker, K., & Petocz, P. (2003). Factors Influencing Young
People’s Conceptions of Environment. Environmental Education Research, 9(1), 3–19.
https://doi.org/10.1080/13504620303 471
‒ Antunes, A. (2005). Eco-pedagogy as the Appropriate Pedagogy to the Earth Charter
Process, 135–137.
‒ Irianto, D. M., Nadiroh, & Nuryadin, S. (2015). Pengaruh model pembelajaran dan hasil
belajar ipa terhadap kemampuan memecahkan masalah lingkungan hidup,
XVI(September 2015), 122–145. https://doi.org/10.21009/PLPB

Anda mungkin juga menyukai