Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Risiko Kredit

Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan kegagalan debitur
memenuhi kewajibannya atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya.

Risiko kredit dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis,
produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut Risiko konsentrasi kredit
dan wajib diperhitungkan pula dalam penilaian risiko inheren. Risiko kredit juga timbul dari tidak
dipenuhinya berbagai bentuk kewajiban pihak lain kepada bank, seperti kegagalan memenuhi kewajiban
pembayaran dalam kontrak derivatif.

kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.

Risiko menjadi semakin terlihat manakala perekonomian mengalami krisis atau resesi. Kelesuan ekonomi
akan berdampak langsung pada menurunnya omzet penjualan perusahaan, sehingga perusahaan akan
mengalami kesulitan untuk dapat memenuhi kewajiban membayar utang-utangnya. Demikian pula jika
terjadi kenaikan tingkat bunga.

Lebih lanjut berdasarkan peraturan Bank Indonesia, PBI No.7/2/PBI/2006 tanggal 20 Januari 2005
klasifikasi kredit sebagai berikut:

a. Lancar : 0 hari

b. Dalam perhatian khusus : 1 - 90 hari.

c. Kurang lancer : 91 - 120 hari.

d. Diragukan : 121 - 180 hari.

e. Macet : >181 hari.

Penaksiran klasifikasi risiko kredit yaitu :

Risiko rendah (low) bila risiko kredit masih berada di bawah 5%.

Risiko sedang (moderate) bila risiko kredit berada pada 5%-10%.

Risiko tinggi (high) bila risiko kredit berada di atas 10%.

Beberapa risiko kredit tak dapat dihindari, karena tanpa risiko tidak akan ada pendapatan.

Manajeman Risiko Kredit akan membantu dalam menentukan tingkat risiko yang dapat diterima, dengan
membuat sistim, guna menentukan risiko yang dapat diterima sebelum kredit diberikan, sehingga dapat
diketahui apakah sebaiknya semua permintaan kredit akan diterima atau ditolak. Sekali kredit diberikan,
kondisi dari nasabah harus dapat dipantau, dan bilamana terjadi tanda-tanda kemunduran terhadap
posisi nasabah akan dapat diketahui, sehingga risiko kemungkinan pembayaran terlambat dapat
diantisipasi secara dini.
Macam-Macam Risiko Kredit

Risiko Kredit terbagi menjadi dua macam, yakni Risiko Kredit Jangka Pendek dan Risiko Kredit Jangka
Panjang.

Risiko Kredit Jangka Pendek

Risiko yang bersifat jangka pendek (Short Term Risk) adalah risiko yang disebabkan karna
ketidakmampuan suatu perusahaan memenuhi dan menyelesaikan kewajiban yang bersifat jangka
pendek.

Risiko Kredit Jangka Panjang

Risiko yang bersifat jangka panjang (Long Term Risk) adalah ketidakmampuan suatu perusahaan
menyelesaikan kewajiban jangka panjangnya.

Metode Pengelolaan Risiko Kredit

Metode pengelolaan risiko kredit, Bank menggunakan sejumlah teknik dan kebijakan dalam mengelola
risiko kredit untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya atau dampak dari kerugian kredit (dikenal
dengan mitigasi risiko kredit). Teknik dan kebijakan tersebut adalah:

Model Pemeringkatan (grading model)

Bank dapat membuatgrading models yang rinci untuk kredit, yang digunakan untuk menentukan
kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) dan menetapkan besarnya probabilitas gagal bayar
tersebut (dikenal dengan istilahprobability of default- PD). Hal ini dapat digunakan bank untuk
memastikan pinjaman yang diberikan tidak terkonsentrasi pada kualitas pinjaman yang rendah dengan
angka probabilitas gagal bayar yang tinggi.

Loan portfolio management

Bank dapat mengukur portofolio kreditnya untuk memberikan keyakinan bahwa kredit yang diberikan
tidak terlalu terkonsentrasi pada satu industri atau wilayah geografis tertentu. Risiko kredit akan sangat
besar bila misalnya, bank pembangunan daerah Sumatra Utara (BPDSU) hanya memberikan kredit yang
terkonsentrasi pada wilayah pantai aceh. Hal ini memungkinkan bank untuk melakukan diversifikasi pada
portofolio kredit-nya sehingga risiko terjadinya default yang bersifat sistemik dapat ditekan.Analisis
seperti ini dikenal sebagaicohort analysisdan dapat digunakan baik pada kredit korporasi maupun
perorangan.
Securitization ( Sekuritisasi)

Salah satu teknik yang digunakan oleh bank untuk membatasi kerugian akibat goncangan ekonomi
adalah dengan cara menjadikan sebagian portofolio kreditnya menjadi suatu‘paket’yang dapat dijual
sebagai surat berharga (securities) kepada investor. Proses ini disebutsecuritization.

Sekutirisasi dilakukan terhadap eksposur kredit yang mempunyai risiko tinggi atau yang memiliki
konsentrasi risiko yang tinggi pada sektor tertentu.Dengan cara ini, Bank dapat menggunakan dana yang
diperoleh dari penjualan aset tersebut dan menginvestasikannya dalam bentuk aset lain yang risikonya
rendah. Cara ini dapat diterapkan pada pemberian kredit di sektor properti

Agunan (Collateral)

Colateral didefinisikan sebagai aset yang dijanjikan oleh debitur sebagai jaminan terhadap pinjaman atau
kredit lainnya yang dapat disita apabila terjadi gagal bayar (default). Colateral mempunyai peran penting
dalam kebijakan kredit suatu bank. Colateral dapat berbentuk berbagai jenis, mulai dari yang paling jelas
yaitu uang, maupun yang paling banyak digunakan yaitu bangunan (property).

Bank perlu memastikan colateral yang ada dapat mengurangi risiko kredit pada saat debitur gagal
bayar.Bentuk agunan yang diserahkan seringkali bersifat spesifik sesuai dengan kegiatan usaha yang
dibiayai.Jika suatu usaha terbukti tidak menguntungkan maka aset yang dijaminkan oleh peminjam
mungkin juga memiliki nilai yang rendah. Jadi bank harus memastikan bahwa suatu jaminan akan tetap
mempunyai nilai yang tinggi bila terjadi gagal bayar(default).

Cash Flow Monitoring

Banyak bank yang menderita kerugian akibat kredit macet mendapatkan petunjuk bahwa respon yang
cepat terhadap situasi memburuknya kualitas kredit ternyata dapat mengurangi kerugian yang lebih
besar.Bank-bank berusaha menurunkan risiko kredit dengan caramembatasi besarnyaexposure(dikenal
sebagaiexposure at default–EAD) dan memastikan bahwa debitur memberikan respon yang cepat
terhadap perubahan keadaan.

Cash Flow Monotoringseperti ini biasanya diterapkan oleh jenis bank pembangunan, mengingat
terdapatnya unsur pembinaan terhadap debitur dalam pengendalian dan pengawasan tersebut.

Recovery Management

Manajemen yang efisien terhadap suatu kredit yang mengalami default dapat menghasilkan pemulihan
(recovery) yang cukup besar dibandingkan tingkat kerugian semula. Oleh karena itu, sebagian bank
menciptakan unit kerja yang secara khusus ditugasi untuk menangani pemulihan kredit macet sebagai
bagian dari proses manajemen risiko kredit yang berkualitas tinggi.

Loss given default (LGD) adalah perkiraan kerugian yang akan diderita oleh bank sebagai akibat
terjadinya default. Penetapan LGD dan pengelolaannya secara bersama-sama berperan dalam
pendekatan Internal Rating-Based untuk menghitung modal berdasarkan risiko kredit.

Mekanisme Pengukuran Risiko Kredit

Pengukuran resiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya resiko yang akan terjadi. Hal ini
dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya resiko yang dihadapi perusahaan, kemudian bisa melihat
dampak dari resiko terhadap kinerja perusahaan sekaligus bisa melakukan prioritisasi resiko, resiko yang
mana yang paling relevan.

Pengendalian Risiko Kredit

Risiko Kredit dapat dikendalikan dengan menggunakan sistem Pengendalian Risiko Kredit (Risk Control
System) yang didefinisikan sebagai serangkaian sistem yang dilakukan bank dalam rangka mengendalikan
atau meminimalkan dampak negatif risiko kredit terhadap kondisi dan kinerja keuangan bank. RCS ini
dapat menjadi “Causes” yang berdampak atau tercermin pada indikator-indikator keuangan lainnya.

Parameter yang digunakan dalam melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian risiko kredit
utamanya meliputi pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi yang terdiri dari sejauh mana
efektifitas dewan komisaris dan direksi dalam memahami dan mengelola risiko kredit, serta mengukur
sejauh mana kemampuan manajemen untuk mengidentifikasikan, memahami, dan mengendalikan risiko
yang diambil oleh bank, penempatan pegawai yang kompeten, dan merespon perubahan pada profil
risiko atau perkembangan yang terjadi pada sektor perbankan. Selain itu dewan komisaris dan direksi
harus memastikan terlaksananya atau tersedianya elemen-elemen pendukung pengendalian risiko kredit
seperti arahan yang jelas mengenai Risk Tolerance, kebijakan-kebijakan dan prosedur kredit, dan
berbagai hal lainnya.

Parameter lain yang digunakan dalam melakukan penilaian risiko kredit adalah adanya kecukupan
kebijakan, prosedur dan limit yang tentunya perlu terus dievaluasi secara berkala dan disesuaikan
dengan berbagai peraturan-peraturan terbaru yang diterbitkan regulator dan otoritas, pengukuran dan
sistem informasi manajemen kredit serta sistem pengendalian risiko secara menyeluruh.

HAL-HAL YANG TERMASUK DALAM RISIKO KREDIT ADALAH :

Lending Risk,

yaitu risiko akibat nasabah/debitur tidak mampu melunasi fasilitas yang telah diberikan oleh bank, baik
berupa fasilitas kredit langsung maupun tidak langsung (cash loan maupun non cash loan)
Counterparty Risk

, risiko dimana counterpart tidak bisa melunasi kewajibannya ke bank baik sebelum tanggal kesepakatan
maupun pada saat tanggal kesepakatan.

Issuer Risk

, risiko dimana penerbit suatu surat berharga tidak bisa melunasi kepada bank sejumlah nilai surat
berharga yang dimiliki bank.

RUANG LINGKUP RISIKO KREDIT DENGAN JENIS RISIKO LAINNYA

Ruang lingkup risiko kredit tidak dapat dipisahkan secara jelas dan tegas dengan jenis risiko lainnya
(risiko operasional, risiko pasar dan risiko likuiditas) dan keempat jenis risiko ini saling terkait.

Risiko kredit dapat timbul dikarenakan telah terjadinya risiko pasar terlebih dahulu. Sebagai contoh, nilai
kredit nasabah menjadi sangat besar, dikarenakan kredit diberikan dalam dominasi valas dan nilai tukar
Rupiah melemah.

Risiko kredit dapat timbul dikarenakan telah terjadinya risiko operasional terlebih dahulu.Sebagai
contoh, petugas Bank telah lalai dalam melaksanakan taksasi jaminan dan pengikatannya

CREDIT RISK MANAGEMENT

Credit Risk Management merupakan suatu proses dimana risiko kredit diidentifikasi, diukur, dan dikelola
(termasuk monitoring, controlling dan communication).

Proses dimaksud sifatnya cyclical, dan dimulai sejak aplikasi kredit diterima oleh Bank, dianalisa,
persetujuan, pemantauan, dan penyelamatan.
Agar proses pengelolaan risiko kredit tersebut dapat berjalan secara efisien diperlukan infrastruktur
pendukung, yaitu: Kebijakan, Organisasi, Sistem Informasi, dan Risk Modelling

Anda mungkin juga menyukai